Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP

KONSEP DAN IMPLEMENTASI


DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Oleh : Deni Sopari *)

Latar Belakang .

K onsep pendidikan kecakapan hidup atau life skill education dalam kurun
waktu 3-4 tahun terakhir menjadi wacana yang gencar dikumandangkan jajaran
Departemen Pendidikan Nasional , dan pada saat ini telah menjadi suatu kebijakan
pemerintah dalam bidang pendidikan . Hal ini terlihat dari terakomodasinya kegiatan-
kegiatan yang mengarah kepada pencapaian kecakapan hidup bagi setiap peserta didik
dalam rancangan kurikulum berbasis kompetensi ( KBK). Posisi pendidikan kecakapan
hidup ini diperkuat dengan terbitnya PP nomor 19 Tahun 2005 Pasal 13 seperti yang
tersurat pada ayat ( 1 ) dinyatakan bahwa “ kurikulum untuk SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/SMAK atau bentuk lain yang sederajat
dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup “. Hal itu sejalan dengan panduan
KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP kurikulum untuk semua jenjang pendidikan formal
maupun non-formal dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup Atas dasar itu, baik
sekolah formal maupun non-formal memiliki kepentingan untuk mengembangkan
pembelajaran berorientasi kecakapan hidup.
Yang menjadi masalah pendidikan kecakapan hidup di sekolah-sekolah formal
terutama di tingkat SD SMP dan SMA masih terdapat perbedaan pandangan baik secara
konsep maupun pengimplementasiannya, sehingga life skill diartikan terbatas kepada
satu kegiatan pembekalan dalam keterampilan tertentu yang sifatnya vocasional saja (
hard skill). Sehingga hakekat pendidikan life skill dalam proses pembelajaran yang
sebenarnya kecenderungan minim sekali bahkan menjadi hilang. Hal ini terlihat dari
hasil penelitian dari Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas
Negeri Malang (LP3 UM) menyatakan bahwa kenyataan pengimplementasi
pembelajaran yang berorientasi kepada kecakapan hidup atau soft skill ini di sekolah dan
perguruan tinggi masih minim Kamdi ( 2008 ). Padahal sekitar 70 persen pekerjaan
sekarang membutuhkan kecakapan sosial, personal dan emosional untuk bisa bekerja
sama. Tidak ada orang yang bisa bekerja sendiri untuk mendesain sebuah
komputer,".Dimana kecakapan-kecakapan tersebut dominan terlaksana dalam proses
pembelajaran . Untuk itu pengimplementasian muatan kecakapan hidup dalam aktivitas
pembelajaran. dinilai bisa menjawab tuntutan akibat perubahan yang sangat cepat yang
memunculkan tantangan yang lebih komplek dan meningkat dari lingkungan
di abad ke -21 ini.
Apa itu konsep life skill dan bagaimana pengimplementasiannya dalam proses
pembelajaran, tulisan ini mencoba untuk mengungkapnya.
Konsep Kecakapan Hidup
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan
hidup ( life skill) bukan sekedar keterampilan untuk bekerja ( vocasional ) tetapi memiliki

makna yang lebih luas. Claver ( 2005) mengemukakan ”A skill is a learned


ability to do something well. Life skills are abilities individuals can
learn that will help them to be successful in living a productive and
satisfying life.”
Dalam mendapatkan kesuksesan dalam produktifitas dan kesenangan hidupnya seorang
individu harus mempunyai kemampuan adaptif dan keteguhan di dalam menghadapi
segala tantangan Pendapat ini sejalan dengan definisi dari WHO ( depdiknas 2006 )
mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk
dapat beradaftasi dan berprilaku positif , yang memungkinkan seseorang mampu
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif .
Maka untuk itu seorang individu dituntut untuk minimal memiliki 5 kecakapan yaitu : (1)
kecakapan mengenal diri sendiri, (2) kecakapan berfikir (3) kecakapan sosial (4)
kecakapan akademik, dan ( 5 ) kecapan kejuruan. Brolin ( Depdiknas : 2006 )
mengartikan lebih sederhana yaitu kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai
pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Sebagaimana
yang diungkapkan Mc Kenly ( 2006).”Life Skills – competencies that help people
function well in their environments.” Dengan kemandiriannya ini seorang individu akan
mampu berperan dengan baik di lingkungannya.
Depdiknas ( 2006 ) Sejalan dengan pengertian di atas konsep kecakapan hidup
bisa dibagi menjadi :
a) Kecakapan hidup generic/umum ( generic life skill/GLS),dan
b) Kecakapan hidup spesifik/ khusus ( spesifik life skill/SLS )
Masing-masing jenis kecakapan ini dibagi menjadi sub kecakapan , Kecakapan hidup
generic terdiri atas kecakapan personal ( personal skill), dan kecakapan sosial ( social
skill ). Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri ( self awareness
skill ) dan kecakapan berpikir ( thinking skill ) . Kecakapan mengenal diri pada dasarnya
merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota
masyarakat dan warga negara , serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki sekaligus sebagai modal dalam dirinya untuk meningkatkan
sebagai individu yang bermamfaat bagi lingkungannya . Kecakapan berpikir mencakup
antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi , mengolah dan mengambil
keputusan , serta memecahkan masalah secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan sosial
mencakup kecakapan berkomunikasi ( communications skill ) dan kecapakapan
bekerjasama ( collaboration skill ).
Kecakapan spesifik adalah kecakapan untuk menghadapi pekerjaan dan keadaan
tertentu . Kecakapan ini terdiri dari kecapakan akademik ( academic skill ) atau
keckapan intelektual ( intellectual skill ) , dan kecakapan vocasional ( vocational skill ).
Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran
atau kerja intelektual . Kecakapan vocasional terkait dengan pekerajaan yang lebih
memerlukan keterampilan motorik . Kecakapan vocasional terbagi menjadi kecakapan
vocasional dasar ( basic vocational skill ) dan kecakapan vocasional khusus (
occupational skill )

. Konsep kecakapan hidup ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :


KESADARAN
DIRI

KEC.
HIDUP KECAKAPAN
PERSO- BERPIKIR
NAL
KECAKAPAN
HIDUP KECAKAPAN
GENERIK KOMUNIKASI
KEC. HIDUP
LIFE SOSIAL KECAKAPAN
SKILL KERJASAMA

KECAKAPAN
KECAKAPAN AKADEMIK
HIDUP
SPESIFIK
KECAKAPAN
VOKASIONAL

Dari pengertian dan konsep di atas kecapan hidup tidak semata-mata mempunyai
kemampuan tertentu ( vocasionaljob ) , namun juga memiliki kemampuan dasar
pendukung secara fungsional seperti : membaca, menulis , memecahkan masalah,
bekerjasama dan penggunaan teknologi. kecakapan hidup merupakan kecakapan-
kecakapan secara praktis dapat membekali seorang individu dalam mengatasi bebagai
macam persoalan hidup dan kehidupan . Kecakapan itu termasuk aspek pengetahuan
sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental serta kecakapan kejuruan.

Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup


Unesco ( 2008 ). Berdasarkan hasil laporan dari pertemuan akhli pendidikan
menengah yang diadakan di Peking tahun 2001, merekomendsikan bahwa pendidikan di
abad ke-21 perlu adanya keseimbangan antara pengembangan keterampilan dan
pendidikan akademis , yang mencakup teknis dan pendidikan kejuruan ditingkat
pendidikan menengah. Hal ini perlu dilakukan mengingat pada abad ke 21 terjadi
perubahan yang sangat cepat yang memunculkan tantangan yang lebih komplek dan
meningkat dari lingkungan. Hal ini bagi generasi muda menimbulkan ketidakpastian
dalam hidup mereka bagaimana menghadapi masa depan yang tidak pasti,
mengasumsikan kedewasaan maupun dalam memasuki dunia kerja.

Dari laporan di atas terlihat bahwa tujuan dari pendidikan kecakapan hidup adalah
untuk membantu generasi muda didalam menghadapi perubahan yang sangat cepat
sehingga mereka mampu untuk menyesuaikan diri dari perubahan tersebut melalui
pendidikan keterampilan . Hal ini sejalan dengan rekomendasi dari Develovment Basic
Education ( Puskur : 2007 ) Kecakapan hidup adalah berbagai jenis ketrampilan yang
memampukan remaja-remaja menjadi anggota masyarakat yang aktif, produktif dan
tangguh.

Depdiknas ( 2006 ) membagi tujuan pendidikan kecakapan hidup ini menjadi dua
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum kecakapan hidup bertujuan
memfungsikan pendidikan sesuai fitrahnya , yaitu mengembangkan potensi peserta didik
dalam menghadapi perannya dimasa yang akan datang. Sedangkan secara khusus adalah :
Kesatu , mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan problem yang dihadapi, Kedua, memberikan wawasan yang luas dalam
pengembangan karir peserta didik. Ketiga, memberikan bekal dengan latihan dasar
tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari . Keempat, memberikan
kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan
kontekstual dan yang kelima, mengoptimalkan pemamfaatan suberdaya di lingkungan
sekolah , dengan memberi peluang pemamfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat
dengan prinsif manajement berbasis sekolah.

Tujuan di atas, diharapkan akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu seperti


yang diungkapkan oleh UNESCO ( 2008 ), diantaranya, yaitu :
1). Kebutuhan akan ketrampilan ,kemampuan dan wewenang sosial antar budaya yang
mencakup tingkah laku, tanggung jawab, dan toleransi . 2). Kebutuhan untuk belajar
bagaimana cara belajar, untuk menjelajahi dari satu pengetahuan ke pengetahuan lainnya
dan dari satu satuan ketrampilan ke lainnya dengan perasaan senang. 3). Kebutuhan akan
kemampuan komunikasi yang kritis, analitis, fleksibel dan kreatif
4). Kebutuhan untuk memperoleh tugas pengembangan yang mendukung, pada
kemampuan menghadapi masalah dan tuntutan dalam perubahan ketrampilan dalam
hubungan dengan perubahan ekonomi 5.) Kebutuhan untuk menyesuaikan kepada
perubahan permintaan ekonomi yang berkembang dari industri dan jasa layanan ke
arah, teknologi tinggi 6.) Kebutuhan untuk menguasai atau belajar ketrampilan baru,
seperti kemampuan beradaptasi dan memecahkan masalah , daya saing. Disamping
ketrampilan hidup memprakarsai dan memotivasi jiwa kewiraswastaan.
7.)Kebutuhan untuk mengimbangi permintaan pola pekerjaan baru yang memerlukan
kemampuan; menyesuaikan ke perubahan, berpikir kreatif dan inovatif serta bisa
menggunakan teknologi baru dan 8.) Kebutuhan individu untuk dapat menyesuaikan diri
secara fleksibel dalam rangka keterlibatan dalam berbagai jabatan sepanjang hidup
mereka.

Dengan terpenuhinya kebutuhan kecakapan hidup tersebut diharapkan akan mampu


mempersiapkan generasi muda didalam menghadapi perubahan yang sangat cepat di abad
ke-21 ini. Sehingga mereka mampu untuk menyesuaikan diri dari perubahan tersebut
melalui pendidikan keterampilan dengan jalan mengembangkan potensi peserta didik
dalam menghadapi perannya dimasa yang akan datang

Pengimplementasian Pendidikan Kecakapan Hidup

Seperti halnya pengimplementasian pembelajaran berbasis lainnya, pembelajaran


berbasis kecapakan hidup ini diimplementasikan melalui model ; Kesatu, dengan
mengintegrasikan pada setiap mata pelajaran. Pengimplementasian secara integratif
pendidikan kecakapan hidup melekat dan terpadu dalam program-program kurikuler,
kurikulum yang ada, dan atau mata pelajaran yang ada. Berbagai program kurikuler dan
mata pelajaran yang ada seharusnya bermuatan atau berisi kecakapan hidup sehingga
secara struktur tidak berdiri sendiri.. Pendidikan kecapan hidup sudah menjadi kebijakan
seiring dengan berlakunya standar isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi
acuan daerah/sekolah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
( KTSP ) pada masing-masing tingkat jenjang pendidikan. Oleh sebab itu pengintegrasian
pendidikan kecakapan hidup ke dalam mata pelajaran harus mengacu kepada standar-
standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah terutama yang menyangkut standar isi dan
standar kompetensi yang yang menjadi acuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Dibawah ini disajikan analisis pengintegrasian Kecakapan Hidup dalam Muatan


wajib yang ada pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..

Pengembangan Kecakapan Hidup


Kecakap Kecakap Kecakap Kecak
Mata an an a a
No Tujuan Pendidikan
Pelajaran Persoan Sosial pan pan
al Akadem Vocasi
ik onal
1 Pendidikan Membentuk peserta
Agama didik menjadi manusia
beriman
2 PKN Membentuk peserta
didik menjadi warga
negara yang memiliki
wawasan dan rasa
kebersamaan cinta
tanah air serta bersikap
dan berprilaku
demokratis
3 Bahasa Membentuk peserta
didik mampu
berkomunikasi secara
efektif sesuai denga
etika yang berlaku,
baik secara lisan
maupun tulisan
4 Matematika Mengembangkan
model logika dan
kemampuan berpikir
peserta didik
6 IPS Mengembangkan
pengetahuan,
pemahaman dan
kemampuan analisis
peserta didik terhadap
kondisis sosial
masyarakat
7 Seni dan Membentuk karakter
Budaya peserta didik menjadi
manusia yang memiliki
rasa seni dan
pemahaman budaya
8 Pendidikan Membentuk karakter
Jasmani Olah peserta didik agar
Raga, dan sehat jasmani dan
Kesehatan rohani , serta
menumbuhkan rasa
sportivitas
9 Ketrampilan Membentuk peserta
bahasa Asing didik yang memiliki
dan TIK keterampilan
10 Muatan Lokal Membentuk
pemahaman terhadap
potensi sesuai dengan
ciri khas di daerah
tempat tinggalnya.
11 Pengembanga Memberikan
n diri kesempatan kepada
peserta didik untuk
mengembangkan dan
mengekspresikan diri
sesuai dengan
kebutuhan dan minat ,
dan bakat.

Sumber Depdiknas 2008

Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengimplementasia


pendidikan kecapakan hidup secara terintegrati ini yaitu : Prinsif pelakasanaan
pengembagan dan penekanan program . Prinsif pengembangan kecakapan hidup dalam
aktivitas pembelajaran banyak direkomendasikan oleh beberapa ahli diantarannya dari
Delor ( 1996 ) Pentingnya memasukan empat pilar pendidikan yang disarankan oleh
UNESCO supaya lebih epektif dan berhasil dengan memasukkan kemampuan bagaimana
seseorang belajar mengetahui, belajar berbuat , belajar menjadi diri sendiri dan belajar
untuk hidup bersaman .”order to impart essential skills effectively and successfully to the
youth, Secondary Education must take into account the four pillars of education , i.e.
learning to know, learning to do, learning to live and learning to be.” Dionisius ( 2008 )
Untuk mencapai upaya tersebut maka sistem activitas belajar harus dirubah dari TCL
(teacher centered learning) ke aktifitas SCL (Student Centre Learning). Siswa harus lebih
aktif dalam belajar melalui diskusi kelompok, pemecahan masalah, analisa, perbandingan
dengan fakta lapangan, disamping itu perlu juga diperhatikan prinsip sebagai berikut ;
pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup tidak mengubah system pendidikan yang
berlaku , tidak mengubah kurikulum yang berlaku, belajar kontekstual dengan
menggunakan potensi lingkungan sekitar sebagai wahana pendidikan dan mengarah
kepada tercapainya hidup sehat dan berkualitas, memperluas wawasan dan pengetahuan
serta memliki akses untuk memenuhi standar hidup secara layak

Pengimplementasian pendidikan kecakapan hidup pada tiap tingkatan satuan


pendidikan terdapat perbedaan penekanan hal ini berhubungan dengan tingkat
perkembangan psikologis dan fisiologis tiap jenjang pendidikan . Pada Jenjang
TK/SD/SMP lebih menekankan kepada kecakapan hidup umum (generic skill ), yaitu
mencakup aspek kecakapan personal ( personal skill) dan kecakapan sosial ( social skill )
dua kecakapan ini merupakan prasyarat yang harus diupayakan berlangsung pada jenjang
ini. Kedua kecakapan ini penekanannya kepada pembentukan akhlak sebagai dasar
pembentukan nilai-nilai dasar kebajikan ( basic goodness ), seperti ; kejujuran,
kebajikan, kepatuhan, keadilan, etos kerja, kepahlawanan, menjaga kebersihan , serta
kemampuan bersosialisasi. Untuk jenjang SMA lebih ditekankan pada kecapan akademik
( akademik skill ), yaitu kemampuan berpikir yang lebih diarahkan kepada kemampuan
bersikap ilmiah, kritis, objekti dan transparan sehingga mempunyai kecakapan dalam hal
; menidentifikasi variabel, menjelaskan hubungan suatu fenomena tertentu merumuskan
hipotesis dan melaksanakan penelitian . Kemampuan ini perlu dimiliki pada jenjang
SMA karena mereka diproyeksikan untuk melanjutklan ke Perguruan Tinggi. Sedangkan
untuk jenjang SMK penekan kecakapan hidup ditekankan kepada kecakapan kejuruan
(vokasional skill ) karena mereka dipersiapkan untuk terjun langsung dilapangan yang
sesuai dengan spesifikasi keahlian yang diajarkannya. Dari penekanan program ini
terlihat bahwa untuk jenjang SD, SMP dan SMA lebih condong kepada penekanan
kecapan yang sifatnya soft skill yang meningkat kadarnya sesuai dengan peningkatan
jenjang pendidikan , tapi bukan berarti untuk tingkatan ini tidak layak untuk menekuni
bidang kejuruan ( vocasional ) dan yang perlu diperhatikan mengintegrasikan aspek
kecakapan hidup dalam topik materi tidak boleh dipaksakan. Artinya jika suatu topik
pelajaran hanya dapat mengembangkan satu aspek kecakapan hidup maka hanya satu
aspek tersebut yang dikembangkan dan tidak perlu dipaksakan mengkaitkan aspek yang
lainnya, namun jika ada topik pelajaran yang dapat menumbuhkan beberapa aspek
kecakapan hidup maka pengembangan aspek kecakapan hidup perlu dioptimalkan pada
topik tersebut seperti yang tersaji dalam tabel pilihan kecakapan hidup di atas. Artinya
peran guru dalam mengembangkan kecakapan hidup memiliki porsi yang sangat besar
dalam menentukan keberhasilannya terutama kreativitas dalam melakukan reorientasi
pembelajaran.

Model ini memerlukan kesiapan dan kemampuan tinggi dari sekolah, kepala
sekolah, dan guru mata pelajaran. Kepala sekolah dan guru harus pandai dan cekatan
menyiasati dan menjabarkan kurikulum, mengelola pembelajaran, dan mengembangkan
penilaian. Ini berarti, mereka harus kreatif, penuh inisiatif, dan kaya gagasan.
Keuntungannya, model ini relatif murah, tidak membutuhkan ongkos mahal, dan tidak
menambah beban sekolah terutama kepala sekolah, guru, dan peserta didik.
Kedua, melalui kegiatan ekstrakurikuler. Out put pendididkan akan lebih berhasil
apabila selama proses pembelajaran siswa dilibatkan langsung secara nyata dengan
permasalahan yang terjadi dilingkungannya, begitu juga dengan tujuan pencapaian
pendidikan kecakapan hidup perlu ada action langsung siswa terhadapat lingkungan
nyata di lapangan. Untuk memenuhi harapan tersebut kegiatan ekstrakurikuler merupakan
wadah yang tepat. , selain dapat menutupi kekurangan dari pelaksanaan kurikuler yang
banyak disorot lebih menitik beratkan kepada unsur kognetif juga siswa dapat langsung
mengimplementasikan teori-teori dan prinsif tentang kecakapan hidup dalam kehidupan
nyata. Dalam forum ini juga siswa dapat menanyakan apa saja tentang materi yang
sedang dibahas , sementara guru, instruktur dapat memberikan materi secara utuh tanpa
harus mengintegrasikan pada pelajaran tertentu. Kegiatan ektrakurikuler yang berpotensi
bisa dimasukan dalam pendidikan kecakapn hidup antara lain : OSIS. Pramuka,kesenian,
PMR, KIR dan pencinta alam.

Ketiga Sistem dikrit. Melalui model ini pelaksanaannya dapat berupa


pengembangan program kecakapan hidup yang dikemas dan disajikan secara khusus
kepada peserta didik. Penyajiannya dilakukan dengan menintegrasikan paket-paket diklat
pravocasional dan program kecakapan vocasional bagi siswa SD,SMP, SMA baik
dilaksanakan dilingkunan sekolah, BLK maupun di SMK yang telah dikembangkan
menjadi comunity collage ( Parjono : 2002 ). Model ini membutuhkan persiapan yang
matang, ongkos yang relatif besar, dan kesiapan sekolah yang baik. Selain itu, model ini
memerlukan perencanaan yang baik agar tidak salah penerapan. Meskipun demikian,
model ini dapat digunakan membentuk kecakapan hidup peserta didik secara
komprehensif dan leluasa.

Kemampuan guru dalam Pendidikan Kecakapan Hidup

Untuk mencapai tujuan pendidikan kecakapan hidup ini tidak akan lepas dari
peran guru sebagai pelaksana kurikulum, fasilitator dan motivator bagi siswa melalui
kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga siswa memiliki bekal kompetensi untuk
bekerja dan bermasyarakat dalam mengarungi kehidupan. Kurikulum sebagai petunjuk
jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mata pelajaran sebagai kendaraan yang
membawa peserta didik mencapai kompetensi tertentu dimana guru berperan sebagai
sopir untuk mengantarkan peserta didik sampai ke tujuan pembelajaran sesuai standar
kompetensi yang ditetapkan. Untuk itu kreativitas guru dalam mengembangkan
kecakapan hidup di dalam setting kelas sesuai dengan mata pelajaran yang di
ampunya.sangat di perlukan.

Pendidikan kecakapan hidup bukanlah sesuatu yang baru dan karenanya juga
bukan topik yang orisinil. Yang benar-benar baru adalah bahwa kita mulai sadar dan
berpikir bahwa relevansi antara pendidikan dengan kehidupan nyata perlu ditingkatkan
intensitas dan efektivitasnya. Hal ini berarti proses pembelajaran yang selama ini
dilakukan di sekolah sebenarnya juga telah menumbuhkan kecakapan hidup namun
ketercapaiannya masih sebatas sebagai efek pengiring (nurturant efect) yang secara
otomatis terbentuk seiring terkuasainya subtansi mata pelajaran. Sementara itu
berdasarkan konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup bahwa aspek-aspek
kecakapan hidup harus sengaja dirancang untuk ditumbuhkan dalam kegiatan belajar.
Perancangan dimulai dari penyusunan program pembelajaran, penyusunan satuan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan sistem evaluasinya. Hal ini menuntut guru
untuk melakukan reorientasi pembelajaran pada mata pelajaran yang diampunya guna
mengembangkan kecakapan hidup.

Depdiknas ( 2006 ) Reorientasi pembelajaran dalam pengimplementasian


pendidikan kecakapan hidup dalam kativitas pembelajaran perlu dilakukan , karena
pendidikan kecakapan hidup bukan mata pelajaran sehingga dalam pelaksanaannya tidak
perlu merubah kurikulum dan menciptakan pelajaran baru . Yang diperlukan disini adalah
mereorientasikan pendidikan dari mata pelajaran ke orientasi pendidikan kecakapan
hidup melalui pengintegrasian kegiatan-kegiatan yang prinsipnya membekali peserta
didik terhadap kemampuan-kemampuan tertentu agar dapat diterapkan dalam kehidupan
seharian pesera didik, Pemahaman ini memberi arti bahwa mata pelajaran dipahami
sebagi alat dan bukan tujuan untuk mengembangkan kecakapan hidup yang nantinya
akan digunakan oleh peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata.

Kemampuan mengorientasikan pembelajaran kecakapan hidup seorang guru harus


mampu : Kesatu melakukan identifikasi unsur kecakapan hidup yang dikembangkan
dalam kehidupan nyata yang dituangkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran, kedua
melakukan identifikasi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang mendukung
kecakapan hidup, ketiga mengklasifikasikan dalam bentuk topik /tema dari mata
pelajaran yang sesuai dengan kecakapan hidup , keempat menentukan metode
pembelajaran yang cocok untuk mendukung pendidikan kecakapan hidup dan yang
kelima merancang bentuk dan jenis evaluasi yang sesuai dengan kompetensi yang telah
dirumuskan . Dengan kemampuan-kemampuan itu diharapkan seorang guru mampu
mengimplementasikan pembelajaran berbasis kecapan hidup ini dengan baik dan benar.
Pertanyaan mendasar, siapkan guru-guru dengan segala kreativitasnya melakukan itu dan
mencoba mengimplentasikan dalam seting-seting kelasnya dan seluruh instansi di
lingkungan pendidikan baik langsung atau tidak komitmen dalam mendukung program
kecakapan hidup ini ? Kesadaran bersama inilah yang perlu dikaji bukan hanya tertuju
kepada guru saja .Kamarga ( 2008 ) Banyak penelitian menunjukkan bahwa lingkungan
kerja memberi kontribusi signifikan terhadap peningkatan prestasi kerja. Apabila tidak
ada dukungan dari lingkungan kerja, maka guru akan berpikir untuk apa saya
menerapkan kreativitas. Untuk itu kesadaran dalam peningkatan mutu pendidikan harus
merupakan komitmen bersama dalam meningkatkan mutu sumberdaya manusia, baik
sebagai manusia pribadi maupun sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Pendidikan
yang mampu mengembangkan potensi peserta didik agar berani menghadapi problem
yang dihadapi tanpa tertekan , mau dan mampu, serta senang mengembangkan diri untuk
menjadi manusia unggul sehingga mampu bersaing baik dalam skala lokal maupun
global. Meir (2005:41) Apalagi tugas pendidikan pada abad ke -21 ini adalah
mempersiapkan orang untuk hidup yang pasang surut , yaitu dunia tempat setiap orang
harus mengerahkan seluruh kekuatan pikiran dan hati mereka sepenuhnya dan bertindak
berdasarkan kreatifitas yang penuh kesadaran , bukan sesuatu yang mudah diramalkan
dan tidak membutuhkan pikiran . Bukan menghasilkan manusia fotocopy tapi tokoh
orisinal yang mampu mengerahkan energi potensia dan menjanjikan. Untuk itulah bentuk
inovasi pendidikan kecakapan hidup ini merupakan salah satu alternatif yang perlu
dipertimbangkan dalam memberikan solusi mencapai tujuan tersebut yang perlu
diadopsi dan diimplementasikan di setiap jenjang pendidikan.

Apabila hal ini dapat dicapai , diharapkan perdebatan para akhli selama ini
mengenai sejauh mana dunia pendidikan dapat diharapkan menjadi sarana persiapan
siswa memasuki dunia kerja atau menghasilkan siswa yang siap bekerja menemui titik
terang. Dengan demikian ketergantungan terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan ,
yang berakibat pada meningkatnya angka penggangguran , dapat diturunkan , yang
berarti produktifitas nasional dapat meningkat secara bertahap. Hal tersebut sangat
mungkin tercapai karena kebutuhan kecakapan individu ( peserta didik ) untuk hidup di
dalam masyarakat sudah disiapkan selama siswa mengikuti pelajaran di ruang-ruang
kelasnya.

Kesimpulan
1. Pendidikan kecakapan hidup ( life Skill education ) adalah upaya
mempersiapkan generasi muda didalam menghadapi perubahan yang sangat cepat
sehingga mereka mampu untuk menyesuaikan diri dari perubahan tersebut
melalui pendidikan keterampilan dengan jalan mengembangkan potensi peserta
didik dalam menghadapi perannya dimasa yang akan datang
2. Kecakapan hidup (life skill) tidak hanya menyangkut kecakapan vocasional saja
tapi meliputi kecapan mental dan fisik
3. Pengimplementasian pendidikan kecakapan hidup dalam aktivitas pembelajaran
yaitu dengan mengintegrasikan kedalam mata-pelajaran yang ada pada muatan
wajib kurikulum melalui reorientasi program mulai dari perencanaan, pelaksanan
dan evalusi yang berorientasi kepada pendidikan kecakapan hidup.
4. Pendidikan kecakapan hidup merupakan salah satu alternatif yang perlu
dipertimbangkan dalam solusi mencapai tujuan pendidikan di abad ke-21 yang
perlu diadopsi dan diimplementasikan di setiap jenjang pendidikan.

*) Penulis adalah guru di SMP N 14


Kota Serang – Banten
DAFTAR PUSTAKA

1. Claver.J.Phillip ( 2005 ), Life Skill Develovment, Pennstate College of


Agricultural Science. http://4hembryology.psu.edu
2. Delor ( 1996 ), UNESCO, Life Skill, Educational Scondary Education.
http://portal.Unesco.org
3. Dionisaunus,Ir. ( 2008 ). Pengembangan Pembelajaran dengan Pendekatan
Student Centered Learning (SCL). . http://www.jawapos.co.id/radar/index
4. Depdiknas ( 2006 ) , Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup
Puskur Balitbang Depdiknas . www.puskur.net
5. Depdiknas ( 2008 ), Konsep Dasar Kecakapan Hidup, Direktorat Pembinaan
Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. http://www.mbs-sd.org
6. Kamarga Hanyswara, 2008, Evaluasi Kurikulum . Materi Kuliah S.2 UPI
Bandung.
7. Fitrihana Noor ( 2007 ) Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup.
8. Mc. Kenly . Steve, Positive Youth Develovment & Life skill Develovment, Iowa
State University, http://www.extention.iastate
9. Meir Dave, (2005 ) The Accelererated Learning ( Hand Book), Kaifa. Bandung
10. UNESCO, Life skill http://portal.Unesco.org
11. Khamdi, Waras ( 2008 ) , Pengintegrasian Kecakapan Hidup dalam Aktivitas
Pembelajaran . http://www.jawapos.co.id/radar/index

Anda mungkin juga menyukai