Anda di halaman 1dari 5

PERBANDINGAN HUKUM PIDANA

Dosen Pengampu : Dr. Eko Soponyono, S.H., M.H.

1. Apa arti penting kebijakan perbandingan hukum pidana bagi pembaharuan


hukum pidana di Indonesia?
Jawab :
Hasil Perbandingan Hukum Pidana dalam Rekonstruksi Hukum Pidana Nasional adalah
bahwa terhadap Hukum Pidana Nasional perlu adanya pembaharuan, Perbandingan Huku
m pidana bermanfaat karena :
a. Berguna untuk unifikasi dan kodifikasi nasional regional dan internasional;
b. Berguna untuk harmonisasi hukum;
c. Untuk pembaharuan hukum yaitu Perbandingan Hukum memperdalam pengetahuan te
ntang hukum nasional dan dapat secara obyektif melihat kebaikan dan kekurangan hu
kum nasional;
d. Untuk menentukan azas-azas umum dari hukum (terutama bagi para hakim dan penga
dilan-pengadilan internasional, penting untuk menentukan the general principles of la
w yang merupakan sumber penting dari hukum publik internasional);
e. Sebagai ilmu pembantu bagi Hukum Pidana Internasional;

2. Buku perbandingan hukum pidana Prof. Barda Nawawi Arief didasarkan pada
negara-negara yang sistem hukumnya berbeda dengan Indonesia. Apa alasan
beliau?

Jawab :
Dengan menitikberatkan pada tinjauan hukum pidana substantif dilihat dari sudut perban
dingan normatif, kajian perbandingan hukum pidana dalam buku Prof. Barda Nawawi Ar
ief mengacu pada negara yang sistem hukumnya berbeda dengan Indonesia yakni Inggris
yang termasuk rumpun hukum Common Law System, dengan alasan :

a. Melakukan studi perbandingan hukum pada dasarnya adalah memperbandingkan


bermacam-macam sistem hukum. Dalam Black’s Law Dictionary dinyatakan, bahwa
Comparative Jurisprudence is the study of the principles of legal science by the
comparison of various systems of Law. Pada umumnya sistem hukum yang
diperbandingkan adalah sistem hukum yang berbeda. Hukum Pidana positif
Indonesia termasuk keluarga Civil Law System. Oleh karena itu wajar mempelajari
atau melakukan studi banding dengan Hukum Pidana Inggris yang termasuk
Common Law System.
b. Disamping ada perbedaan, sebenarnya terlihat pula adanya persamaan antara Hukum
Pidana Inggris dengan Hukum Pidana Indonesia. Dengan adanya hukum pidana
tidak tertulis (hukum pidana adat) di Indonesia, maka dilihat dari sudut sumber
hukum ini sebenarnya sistem hukum di Indonesia lebih dekat dengan sistem hukum
Inggris yang juga bersumber dari hukum tidak tertulis/kebiasaan.
c. Alasan lain ialah negara-negara tetangga di sekitar kita kebanyakan termasuk dalam
keluarga Common Law System seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Australia.
3. Jelaskan perbedaan tentang sumber hukum antara Indonesia dan Inggris!

Jawab :
Sumber hukum di Inggris ialah Common Law, sedangkan di Indonesia adalah Civil Law.
Perbedaan yang sangat mencolok adalah

- Common Law, berlaku azas the binding force of precedents yakni dalam memutuskan
perkara Hakim terikat pada putusan Hakim sebelumnya (yurisprudensi). Kekuatan
mengikat dari hukum preseden ini terletak pada bagian putusan yang disebut ratio
decidendi yaitu semua bagian putusan atau pertimbangan hukum yang menjadi dasar
dari putusan dalam kasus konkret.

Kemudian, sumber hukum di Inggris mengenal Statute Law (hukum yang berasal dari
perundang-undangan) yang artinya di Inggris hanya memuat perumusan tindak pidana
tertentu dan tidak dikodifikasikan dalam Kitab Undang-Undang tetapi tersebar di beb
erapa Undang-Undang tersendiri.

- Civil Law, Hakim dalam memutus perkara tidak terikat dengan putusan Hakim
sebelumnya dan aturan hukumnya dikodifikasikan dalam Kitab Undang-Undang.

PERBEDAAN COMMON LAW/ANGLO S CIVIL LAW/EROPA KON


AXON T

SISTEM PERATURA 1. Didominasi oleh 1. Hukum tertulis


N hukum tidak tertulis (kodifikasi)
atau hukum kebiasaan 2. Ada pemisahan
melalui putusan hakim secara tegas dan jelas
2. Tidak ada pemisahan antara hukum publik
yang tegas dan jelas dengan hukum privat
antara hukum publik
dan privat

4. Jelaskan perbedaan tentang azas legalitas dan kesalahan antara Indonesia dengan
Inggris!

Jawab :

- Azas Legalitas

Indonesia :
Diatur dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP, bahwa suatu perbuatan hanya dapat dipidana set
elah adanya peraturan perundang-undangan. Sesuai Pasal 1 ayat (2) KUHP, jika terjad
i perubahan aturan maka yang digunakan adalah yang paling menguntungkan Terdak
wa.
Inggris :
Di Inggris tidak ada ketentuan seperti dalam Pasal 1 ayat (2) KUHP Indonesia.
Hakim tidak boleh menciptakan delik delik yang baru atau memperluas delik yang ad
a, karena dalam perkembanganya delik hanya dapat ditetapkan berdasarkan Undang-
Undang.

- Azas Kesalahan

Indonesia :
Pemidanaan memerlukan syarat, bahwa orang yang melakukan perbuatan itu melakuk
an kesalahan (adanya subjective guilt). Disini berlaku azas Nulla Poena Sine Culpa (ti
ada pidana tanpa kesalahan). Di Indonesia, bentuk kesalahan dibagi menjadi 2, yaitu b
erupa kesengajaan (dolus) dan kealpaan (culpa).
Inggris :
Peranan unsur kesalahan sebagai syarat pemidanaan tampak dengan adanya kesalahan
(subjective guilt). Perlu diketahui bahwa di Inggris terdapat Strict Liability yang berar
ti bahwa pada beberapa tindak pidana tertentu tidak diperlukan adanya kesalahan. Di I
nggris, bentuk kesalahan dibagi menjadi 3, yaitu kesengajaan (intentions), kesembron
oan (recklessness), dan kealpaan (negligence).

5. Dalam pertanggungjawaban korporasi ada berbagai kerangka teoritik yang bisa


digunakan untuk menjelaskan pertanggung jawaban. Apa saja?

Jawab :
Vicarious Liability : Pertanggung jawaban pidana ini dapat dihubungkan dengan pertang
gung jawaban dari korporasi, korporasi dibuat dengan perantaraan orang. Korporasi dapa
t dipertanggungjawabkan sama dengan orang namun ada pengecualian:

a. Perkara yang pada hakikatnya tidak dapat dilakukan oleh korporasi, contoh :
pemerkosaan
b. Perkara yang sanksi pidananya tidak dapat dikenakan pada korporasi. Contoh : pidana
penjara atau pidana mati

Korporasi bisa juga dipertanggung jawabkan dalam hukum pidana karena perbuatan sese
orang dalam hal dimungkinkan adanya Vicarious Liability (kedudukan korporasi sebagai
majikan). Pertanggung jawaban seperti ini harus dibedakan dengan pertanggung jawaban
berdasarkan identifikasi, disamping itu korporasi juga dapat dipertanggung jawabkan ka
rena perbuatan dari orang-orang pimpinan yang bertindak atas jabatannya.

6. Apa perbedaan Penyertaan Hukum Pidana Inggris dengan Indonesia?

Jawab :

- Penyertaan menurut KUHP di Indonesia :


a. Pembuat/dader (Pasal 55) yang terdiri dari :
1. Pelaku (pleger)
2. Menyuruhlakukan (doenpleger)
3. Turut Serta (medepleger)
4. Penganjur (uitlokker)
b. Pembantu/mendeplichtige (Pasal 56) yang terdiri dari :
1. Pembantu pada saat kejahatan dilakukan
2. Pembantu sebelum kejahatan dilakukan

- Penyertaan di Inggris setelah dikeluarkannya The Criminal Law Act 1967:


a. Actual Offender : orang yang melakukan perbuatan atau melalui innocent
agent
b. Aiding and Abetting : orang yang membantu
c. Counselling or Procuring : orang yang menganjurkan

7. Jelaskan perbedaan teoritik mengenai bentuk-bentuk tindak pidana antara


Indonesia dengan Inggris!

Jawab :
Bentuk-bentuk tindak pidana di Indonesia :
1. Percobaan (Poging/Attempt)

Diatur dalam Pasal 53 KUHP yang berbunyi :


“Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adany
a permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata di
sebabkan karena kehendaknya sendiri.”

1. Penyertaan (Deelneming)

Dua pandangan tentang sifat penyertaan :

a. Sebagai dasar memperluas dipidananya orang


b. Sebagai dasar memperluas dipidananya perbuatan
1. Perbarengan Tindak Pidana (Concursus)
a. Concursus Idealis (Pasal 63 KUHP) : Suatu perbuatan masuk dalam lebih dari
satu aturan pidana.
b. Perbuatan Berlanjut (Pasal 64 KUHP) : Seseorang melakukan beberapa
perbuatan yang masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, antara
perbuatan itu terdapat hubungan.
c. Concursus Realis (Pasal 65) : Seseorang melakukan beberapa perbuatan,
masing-masing perbuatan berdiri sendiri (kejahatan/pelanggaran) jadi tidak
perlu berhubungan satu sama lain.
Bentuk-bentuk tindak pidana di Inggris :
Terjadinya suatu tindak pidana sering mengakibatkan atau didahului oleh berbagai aktivit
as perbuatan yang erat hubungannya dengan tindak pidana pokok. Perbuatan yang menda
hului tindak pidana pokok itu merupakan taraf permulaan, dapat dilihat sebagai tindak pi
dana yang berdiri sendiri dan oleh karena itu dapat disebut sebagai preliminary crimes (k
ejahatan pada taraf permulaan), meliputi :

a. Incitement (penganjuran)
b. Conspiracy (Permufakatan jahat)
c. Attempt (Percobaan)

“The beautiful thing about learning is nobody can take it from you”
-B.B. King

Anda mungkin juga menyukai