Perbandingan HK Pidana
Perbandingan HK Pidana
2. Buku perbandingan hukum pidana Prof. Barda Nawawi Arief didasarkan pada
negara-negara yang sistem hukumnya berbeda dengan Indonesia. Apa alasan
beliau?
Jawab :
Dengan menitikberatkan pada tinjauan hukum pidana substantif dilihat dari sudut perban
dingan normatif, kajian perbandingan hukum pidana dalam buku Prof. Barda Nawawi Ar
ief mengacu pada negara yang sistem hukumnya berbeda dengan Indonesia yakni Inggris
yang termasuk rumpun hukum Common Law System, dengan alasan :
Jawab :
Sumber hukum di Inggris ialah Common Law, sedangkan di Indonesia adalah Civil Law.
Perbedaan yang sangat mencolok adalah
- Common Law, berlaku azas the binding force of precedents yakni dalam memutuskan
perkara Hakim terikat pada putusan Hakim sebelumnya (yurisprudensi). Kekuatan
mengikat dari hukum preseden ini terletak pada bagian putusan yang disebut ratio
decidendi yaitu semua bagian putusan atau pertimbangan hukum yang menjadi dasar
dari putusan dalam kasus konkret.
Kemudian, sumber hukum di Inggris mengenal Statute Law (hukum yang berasal dari
perundang-undangan) yang artinya di Inggris hanya memuat perumusan tindak pidana
tertentu dan tidak dikodifikasikan dalam Kitab Undang-Undang tetapi tersebar di beb
erapa Undang-Undang tersendiri.
- Civil Law, Hakim dalam memutus perkara tidak terikat dengan putusan Hakim
sebelumnya dan aturan hukumnya dikodifikasikan dalam Kitab Undang-Undang.
4. Jelaskan perbedaan tentang azas legalitas dan kesalahan antara Indonesia dengan
Inggris!
Jawab :
- Azas Legalitas
Indonesia :
Diatur dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP, bahwa suatu perbuatan hanya dapat dipidana set
elah adanya peraturan perundang-undangan. Sesuai Pasal 1 ayat (2) KUHP, jika terjad
i perubahan aturan maka yang digunakan adalah yang paling menguntungkan Terdak
wa.
Inggris :
Di Inggris tidak ada ketentuan seperti dalam Pasal 1 ayat (2) KUHP Indonesia.
Hakim tidak boleh menciptakan delik delik yang baru atau memperluas delik yang ad
a, karena dalam perkembanganya delik hanya dapat ditetapkan berdasarkan Undang-
Undang.
- Azas Kesalahan
Indonesia :
Pemidanaan memerlukan syarat, bahwa orang yang melakukan perbuatan itu melakuk
an kesalahan (adanya subjective guilt). Disini berlaku azas Nulla Poena Sine Culpa (ti
ada pidana tanpa kesalahan). Di Indonesia, bentuk kesalahan dibagi menjadi 2, yaitu b
erupa kesengajaan (dolus) dan kealpaan (culpa).
Inggris :
Peranan unsur kesalahan sebagai syarat pemidanaan tampak dengan adanya kesalahan
(subjective guilt). Perlu diketahui bahwa di Inggris terdapat Strict Liability yang berar
ti bahwa pada beberapa tindak pidana tertentu tidak diperlukan adanya kesalahan. Di I
nggris, bentuk kesalahan dibagi menjadi 3, yaitu kesengajaan (intentions), kesembron
oan (recklessness), dan kealpaan (negligence).
Jawab :
Vicarious Liability : Pertanggung jawaban pidana ini dapat dihubungkan dengan pertang
gung jawaban dari korporasi, korporasi dibuat dengan perantaraan orang. Korporasi dapa
t dipertanggungjawabkan sama dengan orang namun ada pengecualian:
a. Perkara yang pada hakikatnya tidak dapat dilakukan oleh korporasi, contoh :
pemerkosaan
b. Perkara yang sanksi pidananya tidak dapat dikenakan pada korporasi. Contoh : pidana
penjara atau pidana mati
Korporasi bisa juga dipertanggung jawabkan dalam hukum pidana karena perbuatan sese
orang dalam hal dimungkinkan adanya Vicarious Liability (kedudukan korporasi sebagai
majikan). Pertanggung jawaban seperti ini harus dibedakan dengan pertanggung jawaban
berdasarkan identifikasi, disamping itu korporasi juga dapat dipertanggung jawabkan ka
rena perbuatan dari orang-orang pimpinan yang bertindak atas jabatannya.
Jawab :
Jawab :
Bentuk-bentuk tindak pidana di Indonesia :
1. Percobaan (Poging/Attempt)
1. Penyertaan (Deelneming)
a. Incitement (penganjuran)
b. Conspiracy (Permufakatan jahat)
c. Attempt (Percobaan)
“The beautiful thing about learning is nobody can take it from you”
-B.B. King