Anggota:
Anidem (1137030007)
Erwan ( )
Rachmad Dewantoro (1147030036)
Rani Hasna Fauziyyah (1147030037)
Risma Tresna Permana (11470300 )
Yosi Dinar Nugerahani (1147030054)
JURUSAN FISIKA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya,
sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Tauhid. Penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Mimin Mintarsih, M.Ag selaku dosen yang telah memberikan
arahan kepada penulis dalam menyelesaikan punyusunan makalah yang berjudul “Tauhid Sains dan
Teknologi”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan semoga bermanfaat
bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Pengetahuan manusia diperoleh dari dua arah, yaitu dari atas dan dari bawah. Dari atas
maksudnya dari wahyu yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, sedangkan dari bawah
maksudnya dari realitas yang ada di alam ini melalui pengamatan, pendengaran, perasaan, dan
pengalaman. Wahyu yang mengandung pengetahuan yang tak terhingga, yang tak pernah habis
dikaji sekalipun manusia melakukan pengkajian sepanjang sejarah kehidupannya.
Tanda-tanda ada-Nya Tuhan, memang dapat dikenali akal melalui fenomena alam ini,
tetapi siapa Tuhan itu, bagaimana Tuhan itu, dan apa yang harus manusia lakukan kepada
Tuhannya, adalah persoalan pelik yang tidak mungkin diketahui secara pasti oleh akal manusia.
Itulah sebabnya Allah mengajarkan kepada manusia tentang apa yang tidak diketahuinya,
sedangkan pengetahuan itu diperlukan manusia dalam hidupnya.
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, manusia hanyalah subyek yang menemukan,
mengolah, dan merumuskan sehingga lahir sebuah teori. Manusia bukanlah pencipta, atau
pembuat dari tidak ada menjadi ada. Sekecil dan sesederhana apapun ilmu pengetahuan itu,
sumbernya tetap dari Alla SWT. Karena itu manusia dilarang menyembongkan diri, seakan-akan
dialah yang menghasilkan ilmu itu tanpa campur tangan Allah. Manusia dilarang mengingkari
ayat-ayat, bukti-bukti kebenaran yang Allah tunjukan kepada manusia itu.
Ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini, baik tentang manusia atau alam secara
keseluruhan, hanyalah merumuskan hukum-hukum, prinsip-prinsip yang telah ada di alam, yang
oleh Allah di dalam al-Qur’an disebut “Sunnatullah”. Dari hukum dan prinsip yang ada di alam
itu para ilmuwan mengembangkan teori. Apabila kini orang mengatakan ilmu pengetahuan dan
juga teknologinya sudah maju dengan pesat, sudah mencapai tingkat yang sangat mengagumkan,
kita tidak dapat membuat kalkulasi berapa persen pengetahuan yang telah mampu digali oleh
manusia dari pengetahuan yang Allah turunkan dalam bentuk wahyu dan dalam bentuk
sunnatullah. Manusia tidak dapat membuat prediksi kandungan pengetahuan di alam ini. Setiap
masa, ilmuwan selalu menghasilkan penemuan-penemuan baru diberbagai bidang, diberbagai
disiplin ilmu.
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang bersumber dari alam ini, Allah
memerintahkan agar kita selalu menggalinya, melakukan perjalanan, pengamatan, penelitian.
Namun dalam malakukan hal tersebut, kita tetap harus selalu mengaitkannya dengan sumber
ilmu pengetahuan dari Allah yaitu Al-Qur’an. Hal ini berkaitan dengan pandangan ilmu tauhid
dalam penggalian ilmu pengetahuan yang ada di alam ini. Sehingga dalam penemuannya, ilmu
pengetahuan yang baru tetap pada batasan ketauhidan dalam Islam.
1.3 Tujuan
Tuhan adalah sesuatu yang dianggap penting oleh manusia sedemikian rupa sehingga
manusia merelakan dirinya menyembahnya. Arti dari dianggap penting merupakan pengertian
luas yang mencakup didalamnya yang dipuja, diagungkan, diharapkan dapat memberikan
kemaslahatan atau kegembiraan dan termasuk pula sesuatu yang mendatangkan kerugian atau
bahaya.
Tauhid berasal dari kata ’’ wahada – yuwahhidu’’ yang berarti menjadikan sesuatu
tunggal. Tauhid adalah konsep yang mengesakan Allah , tuhan yang tiada sekutu baginya yang
memiliki segala sifat kesempurnaan , kesucian, kebesaran dan keadilan.
Dalam konsep ketuhanan islam Tuhan merupakan zat yang tunggal dalam wujud,
kesempurnaann , kemuliaan dan keagungan. Kesaan Tuhan merupkan syarat yang absolut dalam
konsep ketuhanan islam . Otoritas ontologis tertinggi berada pada zat Tuhan, sehinngga tak
satupun ada yang menyamai tuhan. Hal ini sesuai dengan iplementasi dari makna dua kalimat
syahadat yang menagatakan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai utusan
NYA. Sesuai dengan Q.S An-nahl ayat 2 yang berarti “ Tuhanmu adalah satu”.
Tauhid dapat berarti keyakinan atas realitas tunggal, tanpa ada sekutu baginya dalam zat,
sifat dan pernuatanNYA serta tidak ada yang menyamainya. Tauhid merupakan konsep dasar
agama samawi yang artinya semua nabi dan rasul yang diutus Allah mereka semua membawa
ajaran Tauhid. Hal ini sesuai dengan Q.S Al-anbiya ayat ke 25 yang artinya ”Dan kami tidak
mengutus seorang rasulpun sebelum kamu misalkan kami wahyukan kepadanya. “Bahwasannya
tidak ada tuhan selain Aku , maka sembahlah olehmu kalian akan Aku.”
Pembagian tauhid secara teoristis dan praktis .tauhid teoritis meliputi tauhid zat, tauhid
sifat dan tauhid perbuatan. Sedangkan tauhid praktis adalah tauhid ibadah dan merupakan
aktualisasi dari tauhid teoristis, sehingga keduanya merupakan satu- kesatuan yang tak dapat
terpisahkan. Tauhid teoristis:
Tauhid Zat
Mengetahui bahwa Allah adalah Esa dalam zatnya. Dia adalah wujud yang maha kaya
yang tidak bergantung pada apapun dan siapa pun. Malah setiap sesuatu yang bergantung
kepada-NYA.
Tauhid Sifat
Mengetahui bahwa zatnya adalah sifat-sifat-NYA sendiri. Berbagai sifatnya tidak
terpisah satu sama lain, dengan demikian tauhid sifat adalah menafikan adanya adanya pluralitas
dari zat itu sendiri.
Tauhid Perbuatan
Bahwa alam raya dan segala sistemnya merupakan perbuatan dan karya-NYA dan timbul
dari kehendak-NYA oleh karena itu segala yang ada pada alam raya ini hakekatnya tidak mandiri
dalam konteks sebab akibat apapun tetapi ada yang menciptakannya. Dari konsep ini dapat
ditegaskan bahwa keyakinan manusia dan makhluk lainnya untuk dapat berbuat dengan
kehendak-NYA secara murni dan mandiri merupakan keyakinan akan adanya sekutu bagi Allah
baik dari segi Zat-NYA maupun Perbuatan-NYA.
Pengetahuan tentang keesaan Allah baik dari segi Zatnya, sifat-sifatnya, dan
Perbuatannya, tauhid ibadah adalah ketaatan hanya ditunjukan kepada Allah semata. Hidup atau
mati, setiap gerak dan diam atau semua aktifitas hanya ditunjukan kepada Allah. Tauhid praktis
adalah sesungguhnya ibadah kepada Allah yaitu menjalankan segala perintah-NYA dan
menjauhi segala larangan-NYA demi mencapai pensucian dan pengagungan kepada Allah.
Tauhid uluhiyyah digambarkan dalam kalimat “ la ilah illah Allah” yang berarti tiada
tuhan selain Allah. Kata ilah mengandung makna pokok yang disembah. Dengan demikian
makna kata la ilah illah allah adalah tidak ada tuhan yang disembah selain Allah. Penggunaan
kata ilah pada Al-Quran lebih banyak menujuk makna penguasa, pengatur alam semesta dan
dalam genggaman-NYA lah segala sesuatu.
Para ulama menegaskan bahwa mengesakan Allah adalah meninggalkan perbuatan
syirik baik kecil maupun besar, diantara konsekuensi dari pengucapan kalimat tauhid itu adalah
mengetahui kandungan maknanya kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai definisi tentang sains, teknologi dan seni telah diberikan oleh para filosuf,
ilmuwan dan kebudayaan seolah-olah mereka mempunyai definisi masing-masing sesuai dengan
apa yang mereka senangi. Sains di Indonesia menjadi ilmu pengetahuan, sedangkan dalam sudut
pandang filsafat ilmu pengetahuan dan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengetahuan adalah
segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan panca indera, intuisi dan firasat,
sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi , di organisasi, di sistematisasi , dan
di interpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat
diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan. Karena itu segala yang
terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya
terulang 854 kali dalam Al Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian
pengetahuan dan obyek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan.
Dalam kajian filsafat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu
seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedang orang yang banyak
tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. Karena keterbatasan kemampuan manusia, maka
sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam .
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya,
teknologi merupakan salah satu unsure budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik, obyektif dan netral,
dalam situasi tertentu teknologi tidak netral karena memiliki potensi untuk merusak potensi
kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi.
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi
manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan
dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.
Netralitas teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan
manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.
Seni adalah hasil ungkapan akal dengan segala prosesnya. Seni merupakan ekspresi jiwa
seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan
keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang
sama yaitu keabadian.
Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga muncul sifat-
sifat keindahan dalam pandangan manusia secara umum, itulah sebagai karya seni. Seni yang
lepas dari nilai-nilai Ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan
akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang
kematangan jiwanya terus bertambah.
Dalam pemikiran sekuler, perennial knowledge yang bersumber dari wahyu Allah tidak
diakui sebagai ilmu, bahkan mereka mempertentangkan antara wahyu dengan akal, agama
dipertentangkan dengan ilmu. Sedangkan dalam ajaran Islam wahyu dan akal, agama dan ilmu
harus sejalan tidak boleh dipertentangkan. Memang demikian adanya karena hakikat agama
adalah membimbing dan mengarahkan akal.
2.3 Hubungan Antara Sains dan Teknologi dengan Tauhid Dalam Perspektif Islam.
Sains Islam merupakan keseluruhan dari matematika dan ilmu-ilmu alam, termasuk
psikologi dan sains-sains kognitif, yang tumbuh dalam kebudayaan dan peradaban Islam selama
lebih dari satu millenium, dimulai sejak abad ketiga Islam.
Sains Islam bersifat ilmiah sekaligus religius dalam pengertian bahwa ia secara sadar
didasarkan pada prinsip-prinsip metafisik, kosmologis, epitemologis, etis dan prinsip moral
Islam. Namun, hal fundamental yang kemudian menarik ditelaah sebagai konsekuensi logis dari
ajaran tauhid adalah perkembangan sains, sebagaimana pernah terjadi dalam sejarah Islam
selama kurun waktu abad ke-7 hingga abad ke-13. dengan berpijak pada perspektif tauhid,
dinamika perkembangan Islam selama kurun waktu tersebut benar-benar diwarnai oleh besarnya
perhatian terhadap sains. Bagaimana ajaran tauhid memiliki hubungan yang niscaya dengan
perkembangan dan kemajuan sains, semuanya kembali pada hakikat tauhid itu sendiri. Melalui
kalimat tauhid ini, semua bentuk dan jenis kekuasaan apa pun dimuka bumi haruslah
dinegasikan. Hanya allah, tuhan yang memiliki kekuasaan yang mutlak, selain-Nya bersifat
nisbi.
Tauhid sebagai landasan pijak pengembangan sains dapat dilacak geneologinya pada
terbentuknya konsepsi tentang Tuhan dalam pengertian yang spesifik. Bahwa Tuhan adalah
pengetahuan tentang alam semesta sebagai salah satu efek tindak kreatif Ilahi.
Berilmu pengetahuan menurut Islam lalu sama dan sebangun maknanya dengan:
1. Menyatakan ketertundukan pada tauhid.
2. Elaborasi pemahaman secara saitifik terhadap dimensi-dimensi kosmik alam semesta.
Itulah mengapa, Al Qur’an kemudian berperan sebagai sumber intelektualitas dan spiritualitas
Islam.
Gagasan keterpaduan ini bahkan merupakan konskuensi dari gagasan keterpaduan semua
jenis pengetahuan. Jadi, sains dalam Islam adalah sains yang berkonsepkan tauhid. Sains dalam
Islam yang tunduk kepada prinsip-prinsip yang ditetapkan Allah melalui rasulnya. Sains dalam
Islam tunduk kepada al-Quran. Tauhid sebagai sumber kelahiran sains memiliki makna yang
dalam untuk menyelamatkan manusia dari kehancuran akibat kemajuan sains itu sendiri.
Jadi dari sini dapat kita tarik bahwa hubungan antara sains dalam perspektif Islam yaitu
Islam memberi kebebasan kepada para sainistik untuk mengkaji. Sains Islam menjadikan wahyu
sebagai sumber rujukan yang tertinggi. Dalam etika yang lain, dalam Islam, wahyu mengatasi
akal karena wahyu datang dari pada kuasa tanpa batas sedangkan akal terbatas, dan sains tidak
boleh mengatasi wahyu. Oleh karena itu, sains dalam Islam adalah sains yang berkonsepkan
tauhid. Sains dalam Islam tunduk kepada prinsip-prinsip yang ditetapkan Allah melalui rasulnya.
Sains dalam Islam tunduk kepada al-Quran. Maka antara wahyu Allah dan ilmu dapat bertemu
dan ilmu dapat mendukung kebenaran wahyu, perpaduan kedua unsur ini adalah ajaran islam.
Melalui prinsip pertama (tauhid), ilmu pengetahuan tidaklah dimanfaatkan pada praktis,
tetapi juga dimanfaatkan untuk memahami eksistensi yang hakiki dari alam dan manusia. Ilmu
pengetahuan terus dikembangkan dengan tetap berpegang bahwa Allah swt adalah sumber dari
segala sumber ilmu pengetahuan. Dengan itu, ilmu pengetahuan selalu mengantarkan umat pada
peningkatan keimanan. Menjadikan alam dan Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, kedua sumber ilmu pengetahuan, baik ayat kauniyah maupun ayat qouliyah
memiliki posisi yang penting dalam mencapai kebenaran. Prinsip ini menopang prinsip kedua,
karena ayat-ayat Allah selalu benar sehingga tidak ada kontradiksi antara keduanya. Jika belum
terjadi ketidaksesuaian, maka kesalahan terletak pada manusia dalam memformulasikan ayat
kauniyah atau dalam melakukan interpretasi ayat qouliyah. Bukan pada ayat-ayat itu sendiri.
Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia kini telah dikuasai peradaban Barat,
kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern
tersebut membuat banyak orang mengagumi kemudian meniru-niru dalam gaya hidup tanpa
diseleksi terlebih dulu terhadap segala dampak negatif dimasa mendatang atau krisis
multidimensional yang diakibatkannya. Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik dimasa lampau,
sekarang maupun yang akan datang.
Dalam pandangan Islam, menurut hukum asalnya segala sesuatu itu mubah termasuk
segala apa yang disajikan berbagai peradaban, semua tidak ada yang haram kecuali jika terdapat
nash atau dalil yang tegas dan pasti, karena Islam bukan agama yang sempit. Adapun peradaban
modern yang begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televise,
video, alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis
hiburan bagi tiap orang tua, muda atau anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung
jawab atas apa yang diakibatkannya, tetapi menjadi tanggung jawab manusia yang menggunakan
dan mengopersionalkannya. Produk iptek ada yang bermanfaat manakala manusia menggunakan
dengan baik dan tepat dan dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala
digunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.
Islam tidak menghambat kemajuan Iptek, tidak anti produk teknologi, tidak akan
bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkan dengan
analisa-analisa yang teliti, obyekitf dan tidak bertentangan dengan dasar al-Qur`an.
Berikut ini beberapa integrasi ayat-ayat al-Quran dalam ilmu Sains dan Teknologi:
Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan
bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit
jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang kepada Manusia. (QS 22:65)
طنِِۦه َو ِم ْن ُهم َّمن يَ ْمشِى َعلَ َٰى ِر ْجلَي ِْن ْ َٱَّللُ َخلَقَ ُك َّل دَاب ٍَّۢة ِمن َّما ٍۢء ۖ فَ ِم ْن ُهم َّمن يَ ْمشِى َعلَ َٰى ب
َّ َو
َ ٱَّللَ َعلَ َٰى ُك ِل
ش ْى ٍۢء قَد ًِۭير َّ َو ِم ْن ُهم َّمن يَ ْمشِى َعلَ َٰى أ َ ْربَ ٍۢع ۚ يَ ْخلُ ُق
َّ ٱَّللُ َما يَشَا ُء ۚ ِإ َّن
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang
berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain)
berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS 24:45)
ُ ت َ ْش ُك
ََرون ض ِلِۦه َولَ َعلَّ ُك ْم ۟ ُى ْٱلفُ ْلكُ ِفي ِه بِأ َ ْم ِرِۦه َو ِلت َ ْبتَغ
ْ َوا ِمن ف َ س َّخ َر لَ ُك ُم ْٱلبَ ْح َر ِلت َ ْج ِر
َ ٱَّللُ ٱلَّذِى
َّ
“Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya
dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu
bersyukur.” (QS 45:12)
Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-
macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan. (QS 16:69)
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan
yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu
(menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah
Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan. (QS 5:96)
Kesimpulan
Tauhid dapat berarti keyakinan atas relitas tunggal, tanpa ada sekutu baginya dalam zat,
sifat dan pernuatanNYA serta tidak ada yang menyamainya. Tauhid merupakan konsep dasar
agama samawi yang artinya semua nabi dan rasul yang diutus Allah mereka semua membawa
ajaran Tauhid. Seorang Ilmuwan muslim harus memposisikan Alquran sebagai petunjuk dan
motivasi untuk menemukan dan mengembangkan sains dan teknologi dengan ilmiah, benar dan
baik.
Melalui prinsip pertama (tauhid), ilmu pengetahuan tidak hanya dimanfaatkan pada
praktis, tetapi juga dimanfaatkan untuk memahami eksistensi yang hakiki dari alam dan manusia.
Ilmu pengetahuan terus dikembangkan dengan tetap berpegang bahwa Allah swt adalah sumber
dari segala sumber ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka
[1] AL-Quran
[6] Iskandar, Lucky A. 2011.Dr. Mehmet Oz ilmuwan muslim abad 20. Diakses dari
<http://cafeungu.blogspot.com/2011/10/dr-mehmet-oz-ilmuwan-muslim-abad-20.html>.