Anda di halaman 1dari 50

Proposal Tutor Sebaya

Posted: July 30th, 2009 under Uncategorized.

A. JUDUL
Penerapan Metode Tutor Sebaya Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar TIK Di SMA

B. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk memanusiakan manusia ke arah yang lebih

baik agar dapat mengembangkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih baik/layak. Agar tujuan

pendidikan bisa tercapai dan maksimal tentunya guru sebagai pendidik akan terus menerus di

tuntut untuk selalu mengembangkan metode pembelajarannya agar segala kesulitan dalam

pembelajaran dapat dipecahkan dengan tetap mengacu pada semula yaitu meningkatkan prestasi

siswa.

Teknologi informasi komputer dan komunikasi saat ini sudah menjadi bagian dari hidup,

kemajuannya yang luar biasa terutama dalam bidang komputer baik hardwarenya maupun

softwarenya Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk memanusiakan manusia ke arah

yang lebih baik agar dapat mengembangkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih baik/layak.

Agar tujuan pendidikan bisa tercapai dan maksimal tentunya guru sebagai pendidik akan terus

menerus di tuntut untuk selalu mengembangkan metode pembelajarannya agar segala kesulitan

dalam pembelajaran dapat dipecahkan dengan tetap mengacu pada tujuan semula yaitu

meningkatkan prestasi siswa..

Bangsa Indonesia yang semakin besar tidak luput dari kemajuan teknologi informasi ini,

walaupun pada umumnya berada pada level konsumen/pemakai yang kalah jauh dari Negara
tetangga yang sudah masuk pada level disainer teknologi dan produsen komponen-komponen

informasi teknologi informasi terutama bidang komputer. Dalam kurikulum mata pelajaran TIK

disebutkan bahwa mata pelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:

Keterampilan menggunakan komputer meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Namun

demikian mata pelajaran TIK tidak sekedar terampil, tetapi lebih memerlukan kemampuan

intelektual.

Materi mata pelajaran TIK berupa tema-tema esensial, aktual serta global yang berkembang

dalam kemajuan teknologi pada masa kini, sehingga mata pelajaran TIK merupakan pelajaran

yang mewarnai perkembangan perilaku dan teknologi.

Pembelajaran komputer bersifat individual, artinya guru harus membembing siswa satu-persatu,

sangatlah sulit dan memerlukan waktu dan biaya yang besar.

Salah satu masalah dalam pembelajaran TIK di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa.

Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor

dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor

fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif),

sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya

guru, kurikulum, dan model pembelajaran).

Sebagai contoh, Pada setiap pembelajaran di ruang komputer, materi disampaikan dengan cara

membagi dua kelompok siswa, hal ini dilakukan karena sarana komputer yang tidak cukup untuk

seluruh siswa yang berjumlah 44-48 siswa sementara komputer yang ada berkisar 25-28 unit dan

itupun terkadang sering terjadi kemacetan saat sedang digunakan. Karena alasan tertentu juga

pembelajaran komputer diberikan secara klasikal dan satu unit komputer digunakan oleh dua
orang siswa. Kondisi pembelajaran seperti itu menimbulkan beberapa permasalahan,diantaranya

Siswa belajar hanya satu jam pelajaran untuk setiap kelompok sehingga penyampaian satu

materi dibutuhkan beberapa kali pertemuan.

Hasil belajar pada setiap materi tidak tercapai tepat waktu.

Guru atau tenaga pengajar kurang dapat memberikan bantuan individual, bahkan sering kali

tidak mengenal para siswa seorang demi seorang.

Karena ruang menjadi sempit oleh meja dan komputer maka apabila ada siswa yang bertanya

guru sulit untuk menghampiri terlebih jika satu kelas masuk secara bersamaan.

Karena siswa dibagi dalam dua kelompok maka guru menerangkan materi pelajaran menjadi dua

kali dan itu secara psikologis memberikan pengaruh kepada pengajar.

Atas dasar kenyataan inilah, perlu adanya upaya serius untuk meningkatkan mutu pendidikan

dengan melakukan kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi hasil belajar baik

atau buruknya yang dialami siswa, dan evaluasi pembelajaran sehingga siswa diharapkan tidak

cenderung pasif dan bosan dalam menghadapi atmosfer pembelajaran di kelas sesuai hasil yang

diharapkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dimyati & Mudjono (1994:225) menyatakan

Siswa yang belajar di sekolah, direncanakan dan diprogramkan oleh guru dengan sebaik-

baiknya, guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar karena sebagai pendidik

generasi muda bangsa, guru berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar

yang dihadapi oleh siswa.

Maka perlu dicari alternatif dengan melakukan inovasi dan pendekatan, baik itu dalam

penggunaan media ataupun metode penyampaian sehingga proses pembelajaran dapat

berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Oleh karena itu peneliti mencoba memberikan
alternatif untuk mengoptimalkan pembelajaran komputer dengan kondisi sarana, waktu dan

biaya yang terbatas melalui penerapan metode tutor sebaya. Metode ini digunakan karena dalam

pelaksanaannya mampu menciptakan ruang psikologis yang nyaman bagi setiap anggota yang

ada didalamnya. Bantuan yang diberikan oleh teman-teman sebaya pada umumnya terasa lebih

dekat dibandingkan dengan hubungan antara siswa dengan guru. Siswa yang ditunjuk sebagai

tutor ditugaskan membantu siswa lain yang mengalami kesulitan belajar berdasarkan petunjuk-

petunjuk yang diberikan oleh guru. Selain itu kelebihan tutor sebaya yaitu dalam penerapannya,

siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya, siswa

yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau

ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja.

Berdasarkan pemaparan di atas, kiranya peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam

tentang penerapan metode tutor sebaya dalam mengatasi kesulitan belajar TIK Siswa SMA.

C. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya adalah

Bagaimana Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam Mengatasi Kesulitan Belajar TIK Siswa

SMA ?

Adapun batasan masalahnya adalah :

Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi kesulitan belajar TIK ?

Bagaimana hasil penerapan tutor sebaya berkenaan dengan prestasi belajar siswa ?

D. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan agar dengan digunakannya metode tutor sebaya dalam
pembelajaran TIK dapat bermanfaat bagi siswa dan guru serta untuk mengungkap secara jelas
dan menyeluruh dan mendapat informasi yang akurat mengenai penerapan tutor sebaya dalam
mengatasi kesulitan belajar TIK.

Tujuan Khusus
Mengetahui faktor faktor apa saja yang melatar belakangi kesulitan belajar TIK.
Mengetahui hasil penerapan tutor sebaya berkenaan prestasi belajar siswa.
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru dan pembuat kebijakan
pada bidang pendidikan karena :
Bagi siswa
Bermanfaat bagi semua siswa karena terjadi pembelajaran yang mandiri, dewasa dan punya rasa
setia kawan yang tinggi.
Bagi guru
Guru dapat mengetahui metode pembelajaran yang bervariasi khususnya metode tutor sebaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran.
Guru akan terbantu baik dalam akademis terutama dalam pencapaian target waktu dan materi
pembelajaran, maupun dari sisi fisik yang harus terus berdiri dan membimbing ratusan siswa
dalam sehari secara individual.
Bagi sekolah
Membantu memperbaiki pembelajaran TIK di sekolah.

F. ASUMSI
Faktor faktor yang melatar belakangi kesulitan belajar TIK di sekolah yaitu fasilitas TIK yang
kurang memadai, kurangnya motivasi belajar, cara belajar yang salah serta sikap pada guru dan
mata pelajaran
Hasil pelaksanaan bimbingan tutor sebaya ditunjukkan dengan adanya perubahan positif siswa
seperti prilaku tutee saat pelajaran yang tadinya pasif menjadi aktif, meningkatnya rasa percaya
diri, meningkatnya rasa tanggung jawab, berani bertanya, meningkatnya prestasi tutee dalam
pelajaran TIK.
G. HIPOTESIS
Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah: “Penerapan Metode Tutor Sebaya Dapat
Mengatasi Kesulitan Belajar TIK Bagi Siswa SMA”
H. DEFINISI ISTILAH

1. Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan / kegagalan siswa dalam memecahkan atau


mengerjakan sesuatu untuk mencapai prestasi yang semestinya.
2. Tutor sebaya adalah suatu model pendekatan bimbingan dimana satu anak (tenaga ahli)
mengarahkan anak yang lain (orang baru ataupun kurang ahli) dalam suatu materi
tertentu. Tutor sebaya terjadi ketika tenaga ahli (tutor) dan orang baru (tutee) memiliki
kesamaan atau kesetaraan usia. Dikemukakan Damon dan Phelp (Kalkowsky, 2004:1)
3. Pembelajaran dengan bantuan tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang
melibatkan siswa menjadi pengajar setelah dipilih oleh guru berdasarkan criteria tertentu
yang didukung dengan prestasinya yang lebih tinggi dari kelompoknya untuk membantu
teman-temanya sendiri yang mengalami kesulitan belajar.
4. Prestasi belajar adalah penguasaan siswa terhadap ilmu yang diperoleh dari hasil belajar
siswa setelah pembelajaran, dan diperoleh dari hasil tes.
I. STUDI LITERATUR / KAJIAN PUSTAKA

1. 1. Kesulitan belajar TIK

Individu melakukan kesalahan dalam memecahkan persoalan persoalan belajar, disebabkan


menemui hambatan atau kesulitan dalam belajarnya, kesulitan belajar dapat di artikan sebagai
suatu keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya yang ditandai oleh adanya
kesulitan-kesulitan tertentu dalam proses mencapai hasil belajar yang diharapkan, sehingga
prestasi yang dicapai berada di bawah semestinya.
Seseorang diduga mengalami kesulitan belajar bila yang bersangkutan menunjukan kegagalan
(failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya menurut Burton (Samsudin 2000:307)
kegagalan belajar didefinisikan olehnya sebagai berikut :
Apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu, seperti
yang telah di tetapkan oleh guru.
Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya.
Tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan.
Tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan
pada tingkat pelajaran berikutnya.
Sedangkan menurut surya dkk (1984:20) mengemukakan bahwa kesulitan belajar merupakan
suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis pernyataan (manifestasi,karena guru bertanggung
jawab terhadap pembelajaran, maka guru perlu memahami manifestasi gejala-gejala kesulitan
belajar). Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar antara lain:
Menunjukan hasil belajar yang rendah (dibawah rata-rata nilai yang dicapai kelompok kelas)
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Seperti peserta didik giat
belajar tetapi hasil yang diperoleh rendah.
Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal dari teman-temannya
dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai waktu yang tersedia.
Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura,berdusta dan
sebagainya.
Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti membolos, dating terlambat, tidak
mnegerjakan PR, menggangu didalam dan di luar kelas, tidak mencatat mau pelajaran, tidak
teratur dalam kegiatan belajar,mengasingkan diri, tersisihkan dan tidak mau bekerja sama dan
sebagainya.
Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti murung, mudah tersinggung,
pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya menghadapi
nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Berdasarkan keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kesulitan belajar siswa adalah
suatu kondisi belajar siswa belum mencapai target. Untuk menyelelesaikan masalah tersebut,
perlu dilakukan diagnosis kesuliatan belajar untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa dalam pembelajaran.
2. Diagnosis Kesulitan Belajar
Dalam proses belajar mengajar TIK di sekolah, seorang guru senantiasa mengharapkan agar
siswanya dapat mencapai tingkat penguasaan belajar yang maksimal, tetapi faktanya hal ini
sangat sulit untuk dicapai. Sejalan dengan hal tersebut perlu adanya upaya dari seorang guru
untuk memahami jenis & karakteristik mengenai latar belakang kesulitan belajar yang dialami
siswa yaitu dengan menghimpun dengan menggunakan berbagai data dan informasi selengkap-
lengkapnya serta seobjektif mungkin untuk mencapai alternatif pemecahannya. Upaya ini dalam
dunia pendidikan dinamakan diagnosis. Dengan melakukan test, berupa pemeriksaan hasil
belajar siswa dalam test merupakan sumber informasi yang bisa memberikan gambaran sejauh
mana siswa memahami suatu pokok bahasan.
Test diagnosis ini dirancang untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
menurut kemampuannya , menentukan volume materi (kemampuan minimal) yang diberikan
kepada siswa, dan dasar untuk membuat program perbaikan. Selain itu bertujuan untuk
mengetahui materi-materi apa saja yang belum dikuasai, apa penyebabnya dan mencari informasi
lain yang dibutuhkan. Maka berdasarkan kelemahan atau kekurangan yang dialami siswa, guru
dapat mencari solusi alternative pemecahan masalahnya sehingga hasil yang di inginkan dapat
tercapai secara optimal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar adalah segala usaha
yang dilakukan guru untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar, faktor-
faktor yang menyebabkannya, serta menetapkan kemungkinan-kemungkinan mengatasinya
berdasarkan data dan informasi yang objektif dari hasil diagnosis.
3. Strategi Belajar dengan Tutor Sebaya
Melakukan strategi belajar secara dini dalam upaya mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa agar tidak berdampak lebih jauh terhadap pengaruh yang cukup signifikan
terhadap kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi yang seharusnya dicapai dan
berdampak terhadap prestasi belajar siswa, salah satu metode yang diduga mampu membuat
suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta dapat membantu kesulitan belajar
siswa adalah metode dengan tutor sebaya. Melalui metode ini, siswa secara terbuka dan interaktif
di bawah bimbingan guru, sehingga siswa terpacu untuk menguasai bahan ajar yang disajikan
sesuai standar.
Yang dimaksud bimbingan tutor sebaya adalah kegiatan bimbingan yang dilaksanakan oleh
siswa yang memiliki pemahaman dan keterampilan lebih luas dibandingkan dengan teman-
temannya yang lain dan telah diberi pengarahan tentang keterampilan komunikasi dan konseling
(tutor) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu membantu teman-temannya yang
mengalami kesulitan belajar (tutee) pada pelajaran TIK agar memperoleh hasil belajar yang lebih
baik. Greenwood dkk,(kalkowsky, 2004:6) mengemukakan bahwa
“Terdapatnya keuntungan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan tutor sebaya, yaitu belajar
keterampilan akademis, mengembangkan prilaku social dan disiplin kelas, serta meningkatkan
hubungan antar tutor. Dalam penelitiannyapun Greenwood menemukan adanya penigkatan
.kepercayaan diri dan kemampuan pengendalian diri. Semuanya bermanfaat bagi tutor dan
tutee”.
Dari penjelasan diatas, jelas bahwa pembelajaran bantuan tutor sebaya memberikan keuntungan,
baik bagi siswa tutor maupun siswa yang dibimbingnya (tutee). Bagi tutor dengan membimbing
atau mengajarkan suatu topik kepada temannya, maka pengertian terhadap materi itu akan
menjadi lebih mendalam dan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar. Sedangkan siswa yang
dibimbing akan lebih cepat mengerti karena bahasa siswa lebih mudah dimengerti oleh
temannya. Sejalan dengan itu Natawidjaya (dalam Zuchri, 1996:5) mengatakan bahwa “bantuan
belajar oleh tutor sebaya pada umumnya memberi hasil yang cukup baik, hubungan antara siswa
yang satu dengan siswa yang lain pada umumnya terasa lebih dekat dibanding dengan guru”.
Murid yang menjadi tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam penguasaan materi
dan kemampuan membantu orang lain. Itu berarti bahwa tutor adalah murid yang tergolong baik
dalam prestasi belajarnya dan mempunyai hubungan social yang baik dengan teman-temannya
(Sawali Tuhusya :2007).
Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti
halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan dari metode tutor sebaya
sementara kekurangan metode ini antara lain :
-Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.
- Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.
4. Prestasi belajar siswa
Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan atau penguasaan bahan yang disajikan
dalam satuan pengajaran TIK baik oleh guru maupun hasil belajar dari interaksi sesame siswa,
yang di ukur dengan seperangkat alat evaluasi berupa skor yang diperoleh siswa dari test prestasi
belajar.
J. METODE & DISAIN PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif melalui penelitian tindakan kelas. Metode penelititan tindakan kelas bertujuan
menghasilkan tindakan yang mengarah ke perubahan, perbaikan dan peningkatan mutu
seseorang ataupun kelompok. Dikatakan kualitatif karena pendekatan yang digunakan
menekankan pada penemuan fenomena-fenomena alamiah dengan menggunakan design
penelitian yang bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lapangan.
Dalam penelitian ini terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen memperoleh perlakuan berupa pembelajaran TIK dengan metode tutor sebaya,
sementara itu kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan khusus. Pada kedua kelompok
tersebut akan dibandingkan hasil prestasi belajar siswa . Pengelompokkan subjek pada penelitian
ini dilakukan secara acak (A) kemudian mendapatkan pretes (O) dan posttest (O). Desain
penelitiannya adalah sebagai berikut :
Pre Response Treatment Post Response

Keterangan:
Y = Pretest dan Posttest
X = Perlakuan berupa pembelajaran TIK dengan metode tutor sebaya
K. POPULASI / SAMPEL
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik yang duduk di sekolah menengah atas (SMA),
sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pencarian rumusan program bimbingan tutor sebaya
yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
L. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan
(observasi), wawancara, angket dan studi dokumentasi.
Aspek-aspen yang diungkapkan dalam instrument penelitian meliputi :
a. Mengetahui faktor faktor apa saja yang melatar belakangi kesulitan belajar TIK pada siswa
SMA
b. Mengetahui hasil penerapan tutor sebaya berkenaan prestasi belajar siswa

M. TEKNIK PENGOLAHAN DATA


Pengolahan data penelitian ini mengunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kulalitatif
yaitu memberikan interpretasi pada data yang dihasilkan. Metode kuanitatif yaitu berupa
kalkulasi statistic.
N. ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan secara logis, rasional, dan kontinyu dari awal sampai akhir berdasarkan
kepada konsep teoritis yang telah dikaji sebelumnya.
Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis statistik dengan menghitung terlebih
dahulu batas bawah terbesar dan batas bawah terkecil untuk menentukan kelompok siswa dengan
katagori mengalami kesulitan belajar yang tinggi atau rendah.
O. PROSEDUR PENELITIAN

1. a. Tahap Perencanaan
1. Membuat Program

Program diperlukan sebagai rencana baik guru maupun tutor dalm melaksanakan tugasnya.
Program ini intinya terdapat pada dua program yaitu program rencana pembelajaran dan
petunjuk pembelajaran oleh tutor.
2. Menyiapkan Tutor
Agar proses pembelajaran yang dilakukan tutor sebaya dapat terlaksanakan dengan lancar perlu
adanya tutor yang benar-benar mampu untuk mengajar temannya. Oleh karena itu, guru harus
menyeleksi siswa yang akan dijadikan tutor. Cara pertama adalah siswa yang memiliki nilai
terbaik dikumpulkan dan diseleksi oleh guru untuk dipilih beberapa orang sebagai tutor. Kedua,
guru melatih beberapa orang yang memiliki kemampuan lebih atau guru mengambil keputusan
dan langsung siswa yang telah memiliki kemampuan.
3. Menyiapkan sarana dan prasarana
Sarana dan perasana juga sangat pentng dalam proses pembelajaran komputer, sebab tanpa
komputer tidak mungkin berjalan. Untuk itu sebelum proses pembelajaran berlangsung
dipersiapkan dan dicek seluruh komputer.
b. Tahap Tindakan
Setelah tahap persiapan selesai, guru bisa melanjutkan ke tahap pelaksanaan degan memberikan
program, melakukan pengamatan, dan pengarahan kepada tutor, kegiatan tersebut diantaranya:
Memberikan program kepada tutor
Agar tutor dapat mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh gur, tutor diberikan program
pembelajaran berupa petunjuk pengajaran oleh tutor baik secara global maupun perbagian/unit.
Memberikan petunjuk petunjuk/pengarahan/pelatihan kepada tutor.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan tutor, terlebh dahulu tutor dieri
petunjuk,pengarahan bahkan pelatihan oleh guru tentang apa dan bagaimana yang harus
dilakukan tutor di depan siswa.
Melaksanakan tindakan berupa proses pembelajaran oleh guru sesuai dengan rencana tindakan
yang disusun.

Mengambil pelaksanaan pembelajaran oleh tutor.


Tutor yang telah mulai membantu memberikan materi pembelajaran harus diamati juga
pelaksanaannya. Apakah tutr bekerja sesuai dengan petunjuk yang ada?. Apakah tutor
memanfaatkan waktu dan sarana dengan baik? Hal ini perlu pengamatan seksama dari guru, guru
berhak memberikan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran.
Guru Menilai lembar kerja yang dikerjakan
c. Refleksi
Guru harus melakukan kegatan evaluasi dan menampung keluhan-keluhan, kesulitan-kesulitan
yang meliputi:
Evaluasi kegiatan tutor;
Evaluasi kemampuan siswa, disamping peniliaan yang telah diberikan oleh tutor;
Menampung dan menjawab setiap kesulitan siswa dan tutor;
Memberikan penghargaan kepada tutor.
P. KRITERIA KEBERHASILAN
Kemampuan siswa dalam mengoperasikan computer mendapat nilai optimal
Aktifitas siswa dan tutor berjalan dengan baik
Pelaksanaan kegiatan tutor sebaya dan penilaian oleh tutor berjalan sesuai dengan ketentuan
yang telah diterapkan

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta :
PT Bumi Aksara.
Nickerson, A.B. & Nagle, R.J. (2005) Parent and Peer Attachment in Late Childhood and Early
Adolescence. Journal of Early Adolescence. 25. (2). 223-249. Sage Publication.
Thomson, A.1998. The adult and The Curriculum.
Alamat Web : www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-yearbook/1998/thompson.html
Diakses pada tanggal 2 April 2009
uwanda, Dodo. 2007. Diktat Belajar Komputer jilid 3 dan 4.
Belajar Penelitian Tindakan. Alamat web :
ardhana12.wordpress.com/2008/ 01/25/belajar-penelitian-tindakan-kelas-yuuuk/. Diakses pada
tanggal 28 maret 2009
________. Metoda Pembelajaran. Alamat Web : www.salman-alfarisi.com
Diakses pada tanggal 28 maret 2009
________. Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam upaya mengoptimalkan
pemebelajaran mata pelajaran KKPI. Alamat Web :
http://smkswadayatmg.wordpress.com/xmlrpc.php. diakses 28 Maret 2009
_________.Penggunaan Metode Tutor Sebaya (contoh Proposal PTK) « Ekspresi Datang
berseri, Pulang membawa ilmu
Diakses pada tanggal 2 april 2009
_________.Tutor Sebaya « Blog Nurita Putranti.
Diakses pada tanggal 2 april 2009

A. JUDUL
Penerapan Metode Tutor Sebaya Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar TIK Di SMA
B. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk memanusiakan manusia ke arah yang lebih
baik agar dapat mengembangkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih baik/layak. Agar tujuan
pendidikan bisa tercapai dan maksimal tentunya guru sebagai pendidik akan terus menerus di
tuntut untuk selalu mengembangkan metode pembelajarannya agar segala kesulitan dalam
pembelajaran dapat dipecahkan dengan tetap mengacu pada tujuan semula yaitu meningkatkan
prestasi siswa.
Teknologi informasi komputer dan komunikasi saat ini sudah menjadi bagian dari hidup,
kemajuannya yang luar biasa terutama dalam bidang komputer baik hardwarenya maupun
softwarenya. Bangsa Indonesia yang semakin besar tidak luput dari kemajuan teknologi
informasi ini, walaupun pada umumnya berada pada level konsumen/pemakai yang kalah jauh
dari Negara tetangga yang sudah masuk pada level disainer teknologi dan produsen komponen-
komponen informasi teknologi informasi terutama bidang komputer. Dalam kurikulum mata
pelajaran TIK disebutkan bahwa mata pelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
Keterampilan menggunakan komputer meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Namun
demikian mata pelajaran TIK tidak sekedar terampil, tetapi lebih memerlukan kemampuan
intelektual.
Materi mata pelajaran TIK berupa tema-tema esensial, aktual serta global yang berkembang
dalam kemajuan teknologi pada masa kini, sehingga mata pelajaran TIK merupakan pelajaran
yang mewarnai perkembangan perilaku dan teknologi.
Pembelajaran komputer bersifat individual, artinya guru harus membembing siswa satu-persatu,
sangatlah sulit dan memerlukan waktu dan biaya yang besar.
Salah satu masalah dalam pembelajaran TIK di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa.
Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor
dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor
fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif),
sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya
guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Sebagai contoh, Pada setiap pembelajaran di ruang
komputer, materi disampaikan dengan cara membagi dua kelompok siswa, hal ini dilakukan
karena sarana komputer yang tidak cukup untuk seluruh siswa yang berjumlah 44-48 siswa
sementara komputer yang ada berkisar 25-28 unit dan itupun terkadang sering terjadi kemacetan
saat sedang digunakan. Karena alasan tertentu juga pembelajaran komputer diberikan secara
klasikal dan satu unit komputer digunakan oleh dua orang siswa. Kondisi pembelajaran seperti
itu menimbulkan beberapa permasalahan,diantaranya :
Siswa belajar hanya satu jam pelajaran untuk setiap kelompok sehingga penyampaian satu
materi dibutuhkan beberapa kali pertemuan.
Hasil belajar pada setiap materi tidak tercapai tepat waktu.
Guru atau tenaga pengajar kurang dapat memberikan bantuan individual, bahkan sering kali
tidak mengenal para siswa seorang demi seorang.
Karena ruang menjadi sempit oleh meja dan komputer maka apabila ada siswa yang bertanya
guru sulit untuk menghampiri terlebih jika satu kelas masuk secara bersamaan.
Karena siswa dibagi dalam dua kelompok maka guru menerangkan materi pelajaran menjadi dua
kali dan itu secara psikologis memberikan pengaruh kepada pengajar.
Atas dasar kenyataan inilah, perlu adanya upaya serius untuk meningkatkan mutu pendidikan
dengan melakukan kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi hasil belajar baik
atau buruknya yang dialami siswa, dan evaluasi pembelajaran sehingga siswa diharapkan tidak
cenderung pasif dan bosan dalam menghadapi atmosfer pembelajaran di kelas sesuai hasil yang
diharapkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dimyati & Mudjono (1994:225) menyatakan
Siswa yang belajar di sekolah, direncanakan dan diprogramkan oleh guru dengan sebaik-
baiknya, guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar karena sebagai pendidik
generasi muda bangsa, guru berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar
yang dihadapi oleh siswa.
Maka perlu dicari alternatif dengan melakukan inovasi dan pendekatan, baik itu dalam
penggunaan media ataupun metode penyampaian sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Oleh karena itu peneliti mencoba memberikan
alternatif untuk mengoptimalkan pembelajaran komputer dengan kondisi sarana, waktu dan
biaya yang terbatas melalui penerapan metode tutor sebaya. Metode ini digunakan karena dalam
pelaksanaannya mampu menciptakan ruang psikologis yang nyaman bagi setiap anggota yang
ada didalamnya. Bantuan yang diberikan oleh teman-teman sebaya pada umumnya terasa lebih
dekat dibandingkan dengan hubungan antara siswa dengan guru. Siswa yang ditunjuk sebagai
tutor ditugaskan membantu siswa lain yang mengalami kesulitan belajar berdasarkan petunjuk-
petunjuk yang diberikan oleh guru. Selain itu kelebihan tutor sebaya yaitu dalam penerapannya,
siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya, siswa
yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau
ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja.
Berdasarkan pemaparan di atas, kiranya peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam
tentang penerapan metode tutor sebaya dalam mengatasi kesulitan belajar TIK Siswa SMA.
C. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya adalah
Bagaimana Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam Mengatasi Kesulitan Belajar TIK Siswa
SMA ?
Adapun batasan masalahnya adalah :
Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi kesulitan belajar TIK ?
Bagaimana hasil penerapan tutor sebaya berkenaan dengan prestasi belajar siswa ?
D. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan agar dengan digunakannya metode tutor sebaya dalam
pembelajaran TIK dapat bermanfaat bagi siswa dan guru serta untuk mengungkap secara jelas
dan menyeluruh dan mendapat informasi yang akurat mengenai penerapan tutor sebaya dalam
mengatasi kesulitan belajar TIK.

Tujuan Khusus
Mengetahui faktor faktor apa saja yang melatar belakangi kesulitan belajar TIK.
Mengetahui hasil penerapan tutor sebaya berkenaan prestasi belajar siswa.
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru dan pembuat kebijakan
pada bidang pendidikan karena :
Bagi siswa
Bermanfaat bagi semua siswa karena terjadi pembelajaran yang mandiri, dewasa dan punya rasa
setia kawan yang tinggi.
Bagi guru
Guru dapat mengetahui metode pembelajaran yang bervariasi khususnya metode tutor sebaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran.
Guru akan terbantu baik dalam akademis terutama dalam pencapaian target waktu dan materi
pembelajaran, maupun dari sisi fisik yang harus terus berdiri dan membimbing ratusan siswa
dalam sehari secara individual.
Bagi sekolah
Membantu memperbaiki pembelajaran TIK di sekolah.
F. ASUMSI
Faktor faktor yang melatar belakangi kesulitan belajar TIK di sekolah yaitu fasilitas TIK yang
kurang memadai, kurangnya motivasi belajar, cara belajar yang salah serta sikap pada guru dan
mata pelajaran
Hasil pelaksanaan bimbingan tutor sebaya ditunjukkan dengan adanya perubahan positif siswa
seperti prilaku tutee saat pelajaran yang tadinya pasif menjadi aktif, meningkatnya rasa percaya
diri, meningkatnya rasa tanggung jawab, berani bertanya, meningkatnya prestasi tutee dalam
pelajaran TIK.
G. HIPOTESIS
Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah: “Penerapan Metode Tutor Sebaya Dapat
Mengatasi Kesulitan Belajar TIK Bagi Siswa SMA”
H. DEFINISI ISTILAH

1. Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan / kegagalan siswa dalam memecahkan atau


mengerjakan sesuatu untuk mencapai prestasi yang semestinya.
2. Tutor sebaya adalah suatu model pendekatan bimbingan dimana satu anak (tenaga ahli)
mengarahkan anak yang lain (orang baru ataupun kurang ahli) dalam suatu materi
tertentu. Tutor sebaya terjadi ketika tenaga ahli (tutor) dan orang baru (tutee) memiliki
kesamaan atau kesetaraan usia. Dikemukakan Damon dan Phelp (Kalkowsky, 2004:1)
3. Pembelajaran dengan bantuan tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang
melibatkan siswa menjadi pengajar setelah dipilih oleh guru berdasarkan criteria tertentu
yang didukung dengan prestasinya yang lebih tinggi dari kelompoknya untuk membantu
teman-temanya sendiri yang mengalami kesulitan belajar.
4. Prestasi belajar adalah penguasaan siswa terhadap ilmu yang diperoleh dari hasil belajar
siswa setelah pembelajaran, dan diperoleh dari hasil tes.

I. STUDI LITERATUR / KAJIAN PUSTAKA

1. 1. Kesulitan belajar TIK

Individu melakukan kesalahan dalam memecahkan persoalan persoalan belajar, disebabkan


menemui hambatan atau kesulitan dalam belajarnya, kesulitan belajar dapat di artikan sebagai
suatu keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya yang ditandai oleh adanya
kesulitan-kesulitan tertentu dalam proses mencapai hasil belajar yang diharapkan, sehingga
prestasi yang dicapai berada di bawah semestinya.
Seseorang diduga mengalami kesulitan belajar bila yang bersangkutan menunjukan kegagalan
(failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya menurut Burton (Samsudin 2000:307)
kegagalan belajar didefinisikan olehnya sebagai berikut :
Apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu, seperti
yang telah di tetapkan oleh guru.
Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya.
Tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan.
Tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan
pada tingkat pelajaran berikutnya.
Sedangkan menurut surya dkk (1984:20) mengemukakan bahwa kesulitan belajar merupakan
suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis pernyataan (manifestasi,karena guru bertanggung
jawab terhadap pembelajaran, maka guru perlu memahami manifestasi gejala-gejala kesulitan
belajar). Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar antara lain:
Menunjukan hasil belajar yang rendah (dibawah rata-rata nilai yang dicapai kelompok kelas)
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Seperti peserta didik giat
belajar tetapi hasil yang diperoleh rendah.
Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal dari teman-temannya
dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai waktu yang tersedia.
Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura,berdusta dan
sebagainya.
Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti membolos, dating terlambat, tidak
mnegerjakan PR, menggangu didalam dan di luar kelas, tidak mencatat mau pelajaran, tidak
teratur dalam kegiatan belajar,mengasingkan diri, tersisihkan dan tidak mau bekerja sama dan
sebagainya.
Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti murung, mudah tersinggung,
pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya menghadapi
nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Berdasarkan keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kesulitan belajar siswa adalah
suatu kondisi belajar siswa belum mencapai target. Untuk menyelelesaikan masalah tersebut,
perlu dilakukan diagnosis kesuliatan belajar untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa dalam pembelajaran.
2. Diagnosis Kesulitan Belajar
Dalam proses belajar mengajar TIK di sekolah, seorang guru senantiasa mengharapkan agar
siswanya dapat mencapai tingkat penguasaan belajar yang maksimal, tetapi faktanya hal ini
sangat sulit untuk dicapai. Sejalan dengan hal tersebut perlu adanya upaya dari seorang guru
untuk memahami jenis & karakteristik mengenai latar belakang kesulitan belajar yang dialami
siswa yaitu dengan menghimpun dengan menggunakan berbagai data dan informasi selengkap-
lengkapnya serta seobjektif mungkin untuk mencapai alternatif pemecahannya. Upaya ini dalam
dunia pendidikan dinamakan diagnosis. Dengan melakukan test, berupa pemeriksaan hasil
belajar siswa dalam test merupakan sumber informasi yang bisa memberikan gambaran sejauh
mana siswa memahami suatu pokok bahasan.
Test diagnosis ini dirancang untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
menurut kemampuannya , menentukan volume materi (kemampuan minimal) yang diberikan
kepada siswa, dan dasar untuk membuat program perbaikan. Selain itu bertujuan untuk
mengetahui materi-materi apa saja yang belum dikuasai, apa penyebabnya dan mencari informasi
lain yang dibutuhkan. Maka berdasarkan kelemahan atau kekurangan yang dialami siswa, guru
dapat mencari solusi alternative pemecahan masalahnya sehingga hasil yang di inginkan dapat
tercapai secara optimal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar adalah segala usaha
yang dilakukan guru untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar, faktor-
faktor yang menyebabkannya, serta menetapkan kemungkinan-kemungkinan mengatasinya
berdasarkan data dan informasi yang objektif dari hasil diagnosis.
3. Strategi Belajar dengan Tutor Sebaya
Melakukan strategi belajar secara dini dalam upaya mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa agar tidak berdampak lebih jauh terhadap pengaruh yang cukup signifikan
terhadap kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi yang seharusnya dicapai dan
berdampak terhadap prestasi belajar siswa, salah satu metode yang diduga mampu membuat
suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta dapat membantu kesulitan belajar
siswa adalah metode dengan tutor sebaya. Melalui metode ini, siswa secara terbuka dan interaktif
di bawah bimbingan guru, sehingga siswa terpacu untuk menguasai bahan ajar yang disajikan
sesuai standar.
Yang dimaksud bimbingan tutor sebaya adalah kegiatan bimbingan yang dilaksanakan oleh
siswa yang memiliki pemahaman dan keterampilan lebih luas dibandingkan dengan teman-
temannya yang lain dan telah diberi pengarahan tentang keterampilan komunikasi dan konseling
(tutor) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu membantu teman-temannya yang
mengalami kesulitan belajar (tutee) pada pelajaran TIK agar memperoleh hasil belajar yang lebih
baik. Greenwood dkk,(kalkowsky, 2004:6) mengemukakan bahwa
“Terdapatnya keuntungan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan tutor sebaya, yaitu belajar
keterampilan akademis, mengembangkan prilaku social dan disiplin kelas, serta meningkatkan
hubungan antar tutor. Dalam penelitiannyapun Greenwood menemukan adanya penigkatan
.kepercayaan diri dan kemampuan pengendalian diri. Semuanya bermanfaat bagi tutor dan
tutee”.
Dari penjelasan diatas, jelas bahwa pembelajaran bantuan tutor sebaya memberikan keuntungan,
baik bagi siswa tutor maupun siswa yang dibimbingnya (tutee). Bagi tutor dengan membimbing
atau mengajarkan suatu topik kepada temannya, maka pengertian terhadap materi itu akan
menjadi lebih mendalam dan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar. Sedangkan siswa yang
dibimbing akan lebih cepat mengerti karena bahasa siswa lebih mudah dimengerti oleh
temannya. Sejalan dengan itu Natawidjaya (dalam Zuchri, 1996:5) mengatakan bahwa “bantuan
belajar oleh tutor sebaya pada umumnya memberi hasil yang cukup baik, hubungan antara siswa
yang satu dengan siswa yang lain pada umumnya terasa lebih dekat dibanding dengan guru”.
Murid yang menjadi tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam penguasaan materi
dan kemampuan membantu orang lain. Itu berarti bahwa tutor adalah murid yang tergolong baik
dalam prestasi belajarnya dan mempunyai hubungan social yang baik dengan teman-temannya
(Sawali Tuhusya :2007).
Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti
halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan dari metode tutor sebaya
sementara kekurangan metode ini antara lain :
-Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.
- Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.
4. Prestasi belajar siswa
Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan atau penguasaan bahan yang disajikan
dalam satuan pengajaran TIK baik oleh guru maupun hasil belajar dari interaksi sesame siswa,
yang di ukur dengan seperangkat alat evaluasi berupa skor yang diperoleh siswa dari test prestasi
belajar.
J. METODE & DISAIN PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif melalui penelitian tindakan kelas. Metode penelititan tindakan kelas bertujuan
menghasilkan tindakan yang mengarah ke perubahan, perbaikan dan peningkatan mutu
seseorang ataupun kelompok. Dikatakan kualitatif karena pendekatan yang digunakan
menekankan pada penemuan fenomena-fenomena alamiah dengan menggunakan design
penelitian yang bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lapangan.
Dalam penelitian ini terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen memperoleh perlakuan berupa pembelajaran TIK dengan metode tutor sebaya,
sementara itu kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan khusus. Pada kedua kelompok
tersebut akan dibandingkan hasil prestasi belajar siswa . Pengelompokkan subjek pada penelitian
ini dilakukan secara acak (A) kemudian mendapatkan pretes (O) dan posttest (O). Desain
penelitiannya adalah sebagai berikut :
Pre Response Treatment Post Response

Keterangan:
Y = Pretest dan Posttest
X = Perlakuan berupa pembelajaran TIK dengan metode tutor sebaya
K. POPULASI / SAMPEL
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik yang duduk di sekolah menengah atas (SMA),
sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pencarian rumusan program bimbingan tutor sebaya
yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
L. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan
(observasi), wawancara, angket dan studi dokumentasi.
Aspek-aspen yang diungkapkan dalam instrument penelitian meliputi :
a. Mengetahui faktor faktor apa saja yang melatar belakangi kesulitan belajar TIK pada siswa
SMA
b. Mengetahui hasil penerapan tutor sebaya berkenaan prestasi belajar siswa

M. TEKNIK PENGOLAHAN DATA


Pengolahan data penelitian ini mengunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kulalitatif
yaitu memberikan interpretasi pada data yang dihasilkan. Metode kuanitatif yaitu berupa
kalkulasi statistic.
N. ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan secara logis, rasional, dan kontinyu dari awal sampai akhir berdasarkan
kepada konsep teoritis yang telah dikaji sebelumnya.
Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis statistik dengan menghitung terlebih
dahulu batas bawah terbesar dan batas bawah terkecil untuk menentukan kelompok siswa dengan
katagori mengalami kesulitan belajar yang tinggi atau rendah.
O. PROSEDUR PENELITIAN

1. a. Tahap Perencanaan
1. Membuat Program

Program diperlukan sebagai rencana baik guru maupun tutor dalm melaksanakan tugasnya.
Program ini intinya terdapat pada dua program yaitu program rencana pembelajaran dan
petunjuk pembelajaran oleh tutor.
2. Menyiapkan Tutor
Agar proses pembelajaran yang dilakukan tutor sebaya dapat terlaksanakan dengan lancar perlu
adanya tutor yang benar-benar mampu untuk mengajar temannya. Oleh karena itu, guru harus
menyeleksi siswa yang akan dijadikan tutor. Cara pertama adalah siswa yang memiliki nilai
terbaik dikumpulkan dan diseleksi oleh guru untuk dipilih beberapa orang sebagai tutor. Kedua,
guru melatih beberapa orang yang memiliki kemampuan lebih atau guru mengambil keputusan
dan langsung siswa yang telah memiliki kemampuan.
3. Menyiapkan sarana dan prasarana
Sarana dan perasana juga sangat pentng dalam proses pembelajaran komputer, sebab tanpa
komputer tidak mungkin berjalan. Untuk itu sebelum proses pembelajaran berlangsung
dipersiapkan dan dicek seluruh komputer.
b. Tahap Tindakan
Setelah tahap persiapan selesai, guru bisa melanjutkan ke tahap pelaksanaan degan memberikan
program, melakukan pengamatan, dan pengarahan kepada tutor, kegiatan tersebut diantaranya:
Memberikan program kepada tutor
Agar tutor dapat mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh gur, tutor diberikan program
pembelajaran berupa petunjuk pengajaran oleh tutor baik secara global maupun perbagian/unit.
Memberikan petunjuk petunjuk/pengarahan/pelatihan kepada tutor.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan tutor, terlebh dahulu tutor dieri
petunjuk,pengarahan bahkan pelatihan oleh guru tentang apa dan bagaimana yang harus
dilakukan tutor di depan siswa.
Melaksanakan tindakan berupa proses pembelajaran oleh guru sesuai dengan rencana tindakan
yang disusun.

Mengambil pelaksanaan pembelajaran oleh tutor.


Tutor yang telah mulai membantu memberikan materi pembelajaran harus diamati juga
pelaksanaannya. Apakah tutr bekerja sesuai dengan petunjuk yang ada?. Apakah tutor
memanfaatkan waktu dan sarana dengan baik? Hal ini perlu pengamatan seksama dari guru, guru
berhak memberikan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran.
Guru Menilai lembar kerja yang dikerjakan
c. Refleksi
Guru harus melakukan kegatan evaluasi dan menampung keluhan-keluhan, kesulitan-kesulitan
yang meliputi:
Evaluasi kegiatan tutor;
Evaluasi kemampuan siswa, disamping peniliaan yang telah diberikan oleh tutor;
Menampung dan menjawab setiap kesulitan siswa dan tutor;
Memberikan penghargaan kepada tutor.
P. KRITERIA KEBERHASILAN
Kemampuan siswa dalam mengoperasikan computer mendapat nilai optimal
Aktifitas siswa dan tutor berjalan dengan baik
Pelaksanaan kegiatan tutor sebaya dan penilaian oleh tutor berjalan sesuai dengan ketentuan
yang telah diterapkan

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta :
PT Bumi Aksara.
Nickerson, A.B. & Nagle, R.J. (2005) Parent and Peer Attachment in Late Childhood and Early
Adolescence. Journal of Early Adolescence. 25. (2). 223-249. Sage Publication.
Thomson, A.1998. The adult and The Curriculum.
Alamat Web : www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-yearbook/1998/thompson.html
Diakses pada tanggal 2 April 2009
uwanda, Dodo. 2007. Diktat Belajar Komputer jilid 3 dan 4.
Belajar Penelitian Tindakan. Alamat web :
ardhana12.wordpress.com/2008/ 01/25/belajar-penelitian-tindakan-kelas-yuuuk/. Diakses pada
tanggal 28 maret 2009
________. Metoda Pembelajaran. Alamat Web : www.salman-alfarisi.com
Diakses pada tanggal 28 maret 2009
________. Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam upaya mengoptimalkan
pemebelajaran mata pelajaran KKPI. Alamat Web :
http://smkswadayatmg.wordpress.com/xmlrpc.php. diakses 28 Maret 2009
_________.Penggunaan Metode Tutor Sebaya (contoh Proposal PTK) « Ekspresi Datang
berseri, Pulang membawa ilmu
Diakses pada tanggal 2 april 2009
_________.Tutor Sebaya « Blog Nurita Putranti.
Diakses pada tanggal 2 april 2009

PERANAN TUTOR SEBAYA UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BELAJAR
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI LABOR KOMPUTER SMA
NEGERI 1 BATANG ANAI

Oleh :
Hakimi Baigas

ABSTRACT

This article discusses about the role of peer-teaching to improve the quality of
learning especially in Information Teknologi (IT) and Communication subject. However,
since IT and Communication in a new subject in school, it has many problems in the
process of teaching and learning. The small number of teachers and facilities in the
computer laboratory are the common problems in schools. Thus, it is necessary to find
an appropriate method in order to achieve the goal of learning.
The peer-teaching is one of the method that is used in SMA 1 Batang Anai
Kabupaten Padang Pariaman in solving the lack of teachers and facilities in computer
laboratory. Through this method, teachers facilitate students who have better ability to in
the computer skill other students finish exercises or assignments from the teachers.
Application of peer-teaching method in IT and Communication subject can bring
positive impacts to the student and it can also improve the students abilities and
creativity in understanding the lesson and in using computer in computer.
Keywords : Peer-Teaching, Ability, Creativity

I. Latar Belakang Masalah.


Di era globalisasi sekarang ini pengunaan teknologi informasi merupakan sarat
mutlak untuk menjawab tantangan zaman. Jika sampai ketinggalan teknologi dan
informasi maka kita semakin jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain, sedangkan
perkembangan teknologi dan informasi bangsa kita masih tertinggal dari bangsa-
bangsa lain di dunia. Agar ketertinggalan teknologi dan informasi tidak semakin jauh,
pemerintah telah memasukkan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) sebagai mata pelajaran pokok di sekolah-sekolah.
Dengan masuknya mata pelajaran TIK di dalam kurikulum pendidikan sekarang,
maka sekolah-sekolah dituntut untuk dapat melaksanakan pendidikan komputer
sebagai salah materi dalam mata pelajaran tersebut. Agar siswa dapat belajar TIK,
sekolah juga harus dapat menyediakan labor komputer yang memadai sebagai sarana
dalam proses belajar dan pembelajaran TIK. Akan tetapi dalam kenyataan yang
ditemukan dilapangan masih banyaknya sekolah-sekolah yang belum dapat melengkapi
sarana prasarana pembelajaran komputer dengan baik.

Kekurangan sarana dan prasarana sekolah juga dialami di SMA Negeri 1 Batang
Anai Kabupaten Padang Pariaman, khususnya pada mata pelajaran TIK yang
membutuhkan labor komputer dan peralatannya. Labor komputer di SMA Negeri 1
Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman memiliki 20 unit komputer, digunakan oleh
siswa pada saat mata pelajaran TIK dengan jumlah siswa berkisar antara 36 sampai 40
orang dalam satu kelas.
Pada setiap pembelajaran di labor komputer SMA Negeri 1 Batang Anai
Kabupaten Padang Pariaman materi disampaikan dengan cara membagi dua kelompok
siswa, hal ini dilakukan karena sarana komputer yang tidak cukup untuk seluruh siswa
yang berjumlah 36-40 siswa sementara komputer yang ada berkisar 17-20 unit dan itu
pun terkadang sering terjadi kemacetan saat sedang digunakan. Karena keterbatasan
waktu dan tenaga pendidik pembelajaran komputer diberikan secara klasikal, artinya
seluruh siswa dalam sekelas belajar sekaligus sehingga siswa menggunakan satu unit
komputer berdua bahkan bertiga.
Kondisi pembelajaran dengan mengunakan satu komputer untuk berdua atau
bertiga menimbulkan beberapa permasalahan. Diantaranya adalah keterbatasan waktu
bagai siswa untuk mengunakan komputer dalam mengerjakan latihan-latihan dan
tugas-tugas yang diberikan guru, ruang menjadi sempit oleh meja dan komputer maka
jika ada siswa yang bertanya terasa sulit untuk dihampiri terlebih jika satu kelas masuk
secara bersamaan. Sehingga apa yang diharapkan menjadi tujuan pendidikan
khusunya TIK tidak dapat tercapai dengan baik, hal ini terlihat dengan hasil yang
dicapai dalam proses pembelajaran masih jauh dari sasaran yang diharapkan.
Untuk mengatasi permasalahan-masalahan yang ditimbulkan oleh kekurangan
tenaga pendidik dan saran prasarana labor komputer. Maka di SMA Negeri 1 Batang
Anai Kabupaten Padang Pariaman mengunakan metode tutor sebaya untuk mata
pelajaraan TIK di labor komputer. Melalui tutor sebaya, siswa bukan dijadikan sebagai
obyek pembelajaran tetapi menjadi subyek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk
menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan cara
demikian siswa yang menjadi tutor dapat mengulang dan menjelaskan kembali materi
sehingga menjadi lebih memahaminya.

II. KAJIAN TEORI


2.1 Karateristik Pembelajaran Mata Pelajaran TIK
Di dalam pembelajaran terdapat tujuan, kegiatan belajar, media pembelajaran,
metode mengajar dan evaluasi. Kegiatan belajar yang dapat dilakukan oleh seorang
siswa untuk mencapai tujuan khusus yang telah ditetapkan banyak sekali ragamnya.
Mulai dari kegiatan yang paling dasar, seperti membaca, mendengarkan, menulis,
sampai kegiatan-kegiatan lain yang lebih kompleks yang mengintegrasikan kegiatan-
kegiatan dasar tersebut (Degeng, 1988:150). Mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) menyangkut teknologi di bidang informasi dan komunikasi yang
meliputi hardware, sofware, internet. Seperti halnya mata pelajaran yang memiliki
karakteristik yang khas dalam pembelajarannya, maka TIK pun memiliki karakteristik
tertentu (BNSP:2006). Karateristik mata pelajaran TIK adalah sebang berikut:
1. Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan kajian terpadu tentang data, informasi,
pengolahan, dan metode penyampaiannya. Keterpaduan berarti masing-masing
komponen saling terkait bukan merupakan bagian yang terpisah-pisah atau parsial.
2. Materi Teknologi Informasi dan Komunikasi berupa tema-tema esensial, aktual dan
global yang berkembang dalam kemajuan teknologi pada masa ini, sehingga mata
pelajaran TIK merupakan mata pelajaran yang dapat mewarnai perkembangan perilaku
dalam kehidupan.
3. Tema-tema esensial dalam TIK merupakan perpaduan dari cabang-cabang ilmu
komputer, matematik, teknik elektronika, telekomunikasi, dan informasi itu sendiri.
Tema-tema esensial tersebut berkaitan dengan kebutuhan pokok akan informasi
sebagai ciri abad 21 seperti pengolahan kata, pengolahan angka, pembuatan
presentasi, internet dan e-mail. Tema-tema esensial tersebut berkatan dengan aspek
kehidupan sehari-hari.
2.2 Metode Tutor Sebaya
Salah satu metode yang dianggap mampu membuat suasana pembelajaran
yang menarik dan lebih menyenangkan adalah dengan metode kelompok model tutor
sebaya. Melalui metode ini siswa bisa berdialog dan berinteraksi dengan sesama siswa
secara terbuka dan interaktif di bawah bimbingan guru sehingga siswa terpacu untuk
menguasai bahan ajar yang disajikan sesuai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang
telah ditetapkan.
Kelompok terbimbing dengan model tutor sebaya merupakan kelompok yang
beranggotakan 3-5 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru dengan
menggunakan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu
kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor
sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan
masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk
mempelajari materi ajar dengan baik.
Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu
untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota
kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan. Ketua kelompok
dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa. Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 40
siswa, berarti ada 9 kelompok dengan catatan ada satu kelompok yang terdiri atas 4-5
siswa. Sebelum kelompok terbentuk, siswa perlu mengajukan calon tutor. Seorang tutor
hendaknya memiliki kriteria (Sawali Tuhusetya : 2007):
1. Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas.
2. Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa.
3. Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik.
4. Memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama.
5. Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik.
6. Bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab.
7. Suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari dan
mengkoordinir rekannya dalam megerjakan latihan dan tugas yang di berikan guru.
2. Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang
belum dikuasai.
3. Menyusun jadwal bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas
maupun di luar kelas, atau dilabor komputer secara rutin dan insidental untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
4. Melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada
setiap materi yang dipelajari.
2.3 Pembelajaran TIK di SMA Negeri 1 Batang Anai.
Sebagaimana yang terkandung dalam Standar Kompetesi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD) mata pelajaran TIK, siswa diberikan materi pelajaran komputer sesuai
dengan kompetensi. Materi pembelajaran yang harus diajarkan untuk tingkat SMA .
Adapun materi yang harus disampaikan antara lain pengenalan program, sistem
pengunaan komputer dan praktek praktek program aplikasi lainnya. Ini juga dilakukan di
SMA Negeri 1 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
Akan tetapi pada saat praktek dengan mengunakan komputer sering timbul
masalah karena siswa tidak dapat lagi bekerja dengan baik. Ini disebabkan mereka
tidak mendapatkan komputer sebagai sarana praktek mereka. Mereka mengunakan
komputer dengan perbandingan satu komputer untuk 2 atau 3 orang siswa. Sedangkan
guru juga memiliki permasalahan karena banyaknya siswa yang harus diajarkan secara
langsung dalam mengerjakan latihan praktek mengunakan komputer, sehingga
mengakibatkan hilangnya kosentrasi guru dalam membimbing siswa, karena banyaknya
yang harus diajarkan.
Dalam metode tutor sebaya di SMA N1 Batang Anai. Siswa dibagi kedalam
beberapa kelompok kerja. Masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang, sehingga
pada setiap kelas terdiri dari 7-8 orang tutor. Ketua kelompok sebagai tutor dipilih
langsung oleh guru setelah memperhatikan siswa-siswa mana saja yang memiliki
kemampuan cepat dalam menangkap pelajaran TIK, dan dapat membimbing rekan-
rekannya dalam mengerjakan latihan atau tugas yang diberikan oleh guru.
Ketua kelompok yang telah diberikan tugas untuk membimbing rekan-rekannya
haruslah mereka yang bisa dengan cepat megerjakan latihan dan tugas-tugas
mengunakan komputer, mereka yang akan menjadi tutor bagi siswa yang lainya. Jika
terjadi ketidak mengertian dari siswa maka mereka dapat bertanya dulu kepada ketua
kelompok atau tutor sebaya. Apabila ketua kelompok tidak mampu membantu
mengerjakanya barulah mereka bertanya kepada guru.
Ketika mereka belajar dengan “Tutor Sebaya”, peserta didik juga
mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi,
dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan Tutor
Sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta
didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan
mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab. Dalam penggunaan metode
pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya tutor sebaya.
2.4 Peranan Guru dalam Terhadap Metode Tutor Sebaya di SMA N 1 Batang Anai.
Dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses
perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, artinya
mengubah seluruh dimensi prilakunya. Prilaku ini meliputi tingkah laku yang bersifat
terbuka seperti keterampilan membaca (ranah karsa), juga bersifat tertutup seperti
berfikir (ranah cipta)dan perasaan (ranah rasa). Guru sebagai pendidik ataupun
pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan(Syah
Muhobbin : 2006)
Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode ini dengan
memberi pengarahan dan lain-lain. Tutor sebaya dikenal dengan pembelajaran teman
sebaya atau antar peserta didik, hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang lebih
mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu peserta didik
lain yang kurang mampu. Agar proses pembelajaran yang dilakukan tutor sebaya dapat
terlaksanakan dengan lancar perlu adanya tutor yang benar-benar mampu untuk
mengajar temannya. Oleh karena itu, guru harus menyeleksi siswa yang akan dijadikan
tutor. Cara pertama adalah siswa yang memiliki nilai terbaik dikumpulkan dan diseleksi
oleh guru untuk dipilih beberapa orang sebagai tutor. Kedua, guru melatih beberapa
orang yang memiliki kemampuan lebih atau guru dan guru menunjuk mereka untuk
dapat menjadi tutor bagi rekan-rekannya.
Pada saat mengerjakan latihan ini akan memakan waktu khusus tiap harinya
harus dialokasikan agar peserta didik saling membantu dalam belajar baik satu-satu
atau dalam kelompok kecil. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan dari metode tutor
sebaya sementara kekurangan metode ini antara lain :
- Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.
- Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.
Untuk itu peranan guru diharapkan tetap mengawasi dan mendampingi tutor
sebaya untuk membantu teman-temannya. Guru harus melakukan kegiatan evaluasi
dan menampung keluhan-keluhan, kesulitan-kesulitan yang meliputi:

o Evaluasi kegiatan tutor;


o Evaluasi kemampuan siswa, disamping peniliaan yang telah diberikan oleh tutor.
o Menampung dan menjawab setiap kesulitan siswa dan tutor.
o Memberikan penghargaan kepada tutor.

Untuk evaluasi kinerja siswa gunakan bentuk asesmen dan evaluasi autentik
yang tidak hanya mengukur aspek verbal dan kognitif siswa, namun juga mengukur
karakter, keterampilan, kewaspadaan dan cara berfikirnya dalam mengatasi masalah.
Dalam konteks edukatif serta sebagai media untuk menumbuhkan motivasi belajar.
(Suyanto dan Harmanto, 2005)
2.5 Manfaat Tutor Sebaya Pada Mata Pelajaran TIK di SMA N 1 Batang Anai.
Setelah metode tutor sebaya dilaksanakan di labor komputer SMA N 1 Batang
Anai, penulis lihat perubahan yang menuju kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
Jika pada mulanya siswa yang masih malas untuk belajar TIK di labor komputer, karena
sering tidak mendapat komputer untuk latihan dan mengerjakan tugas. Setelah
dilakukan pelajar dengan tutor sebaya, mereka mulai bersemangat lagi untuk belajar di
labor komputer.
Keberhasilan metode tutor sebaya juga dapat dilihat dari meningkatnya
kemampuan dan kreativitas siswa dalam mata pelajaran TIK. Siswa mulai berani tampil
dalam belajar di labor komputer. Ini terlihat dari aktifnya siswa dalam mengerjakan
latihan, tugas, dan menanyakan hal-hal baru yang mereka dapatkan dari buku atau
media-media lain diluar jam pelajaran. Metode tutor sebaya juga telah banyak
membawa perubahan dalam pelajaran TIK, banyak pengetahuan baru yang didapat
setelah mereka melakukan diskusi atau saling bertukar informasi. Para siswa juga
semakin percaya diri untuk mengerjakan latihan dan tugas serta bertanya apa-apa yang
mereka tidak ketahui.
Kemampuan siswa juga dapat dilihat dari keterampilan mereka mengunakan
komputer, dan mengerjakan latihan-latihah dan tugas yang diberikan dengan cepat dan
benar. Sedangkan kreativitas telah nampak adalah banyaknya mereka yang
mengetahui dan bisa mengunakan fasilitas-fasilitas yang ada pada komputer.
Sedangkan guru sendiri banyak terbantu dengan adanya tutor sebaya. Guru
tidak akan maksimal dalam mengajar siswa di labor komputer dikarenakan
keterbatasan waktu dan sarana yang ada. Tutor disini dapat mengisi keter batasan
waktu tadi dengan mengajar kepada teman-temannya. Sedangkan keterbatasan sarana
juga dapat teratasi dengan cara mereka saling berbagi komputer untuk mengerjakan
latihan dan tugas.

III PENUTUP.
1. Kesimpulan.
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan :
Keterbatasan sarana prasarana pembelajaran TIK di sekolah-sekolah membawa
dampak terhadap proses dan hasil pembelajaran. Kurangnya komputer dan
kelengkapan lainnya di labor komputer di SMAN 1 Batang Anai dapat membuat siswa
malas untuk belajar TIK. Untuk mencari jalan keluarnya maka dilakukanlah tindakan
dengan mengunakan metode Tutor sebaya dalam pembelajar TIK di labor komputer.
Tutor sebaya merupakan cara meningkatkan kreativitas siswa dalam proses
belajar TIK. Siswa menjadi termotivasi untuk belajar komputer dengan bibingan teman-
teman mereka sendiri. Mereka juga menjadi termotivasi untuk saling memberi tahu dan
saling bertukar informasi yang mereka miliki. Tutor sebaya juga menjadi sebuah solusi
bagi guru untuk dapat mengajarkan komputer, karena guru TIK tidak memiliki waktu
yang cukup untuk membantu siswa dalam latihan-latihan dengan mengunakan
komputer.
Turor sebaya juga dapat menjawab permasalahan sehubungan dengan
kurangnya komputer di labor komputer SMA N 1 Batang Anai. Komputer yang
jumlahnya terbatas harus dapat digunakan secara bersama oleh siswa, sehingga ada
kemungkinan siswa tidak pernah mendapatkan komputer. Dengan tutor sebaya dan
pembagian kelompok, membuat pembagian kerja menjadi teratur sehingga semua
anggota kelompok dapat menggunakan komputer untuk mengerjakan latihan dan tugas.

2. Saran.
Saran yang dapat penulis berikan adalah dalam proses belajar mengajar
sebaiknya mengembangkan kreativitas siswa, dan guru di harapkan dapat
memperhatikan, memberi bimbingan kepada siswa untuk dapat, bisa mengunakan
komputer dengan baik dan lancar komputer. Disamping itu diharapkan guru-guru dapat
mencari metode-metode pembelajaran yang baik untuk kelancaran prases
pembelajaran disekolah.
Sehubungan dengan mata pelajaran TIK penulis harapkan adanya kerja sama
semua pihak untuk dapat mengatasi permasalahan seperti kurangnya sarana dan
prasaran. Kurangnya tenaga pengajar. Dan sering dijumpainya permasalahan-
permasalahnya yang berhubungan dengan alat di labor komputer.
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Nuhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Rasda
karya.
Degeng, I N. S. 1988. Ilmu Pengajaran: Taksonomi variabel. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti
P2LPTK.
Harmanto dan Suyanto, Totok. 2005. Peningkatan Perolehan Belajar Mahasiswa Melalui
Rekonstruksi Matakuliah Dasar dan Konsep Pendidikan Moral dengan Pendekatan
Kontekstual. Surabaya: Tidak diterbitkan.
BNSP. 2006. Petenjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi. Debniknas
SMK Swadayat. 2007. Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam upaya mengoptimalkan
pemebelajaran mata pelajaran KKPI. Alamat Web :
http://smkswadayatmg.wordpress.com/xmlrpc.php.
Tuhuserta Sawali. 2007. Diskusi Kelompok Terbimbing Model Tutor Sebaya. Alamat Web
:http://sawali.info\tutor sebaya\Diskusi Kelompok Terbimbing Model Tutor Sebaya _
Catatan Sawali Tuhusetya.htm

Metode ini dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap
yang tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi/latihan kepada teman-temannya yang belum
faham. Metode ini banyak sekali manfaatnya baik dari sisi siswa yang berperan sebagai tutor
maupun bagi siswa yang diajarkan. Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan
metode ini dengan memberi pengarahan dan lain-lain

Tutor Sebaya dikenal dengan pembelajaran teman Sebaya atau antar peserta didik, hal ini bisa
terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian
membantu peserta didik lain yang kurang mampu. Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya
harus dialokasikan agar peserta didik saling membantu dalam belajar baik satu-satu atau dalam
kelompok kecil.

Tutor Sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan
peserta didik. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai
dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama.

Tutor Sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini
membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya. Ketika mereka belajar dengan “Tutor Sebaya”, peserta didik juga
mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan
memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan Tutor Sebaya kepada
temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah
dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang
lebih akrab.

Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti
halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan dari metode tutor sebaya
sementara kekurangan metode ini antara lain :
- tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.
- Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.

F. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research), bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas
atau tempat kerja (Isaac, 1994:27). Sedangkan menurut Prof. Suhardjono (2006:56) mengatakan
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan yang dapat
dipandang sebagai tindak lanjut dari penelitian deskriftif maupun eksperimen. Pada penelitian
tindakan kelas bukan lagi mengetes sebuah perlakuan tetapi sudah mempunyai keyakinan akan
ampuhnya sesuatu perlakuan.

1. Setting Penelitian :
- Lokasi Penelitian : SMP Negeri 1 Rangkasbitung, Banten
- Subjek Penelitian : siswa kelas VIII-H sebanyak 44 orang, 20 Siswa Perempuan dan 24 siswa
laki-laki.

2. Sasaran Penelitian :

Dalam penelitian ini diharapkan :


- Siswa mengerti materi pelajaran yang diajarkan.
- Siswa dapat mengerjakan latihan-latihan dengan benar.
- Dapat menumbuhkan motivasi dan kreativitas belajar
- terjadinya interaksi belajar

3. Rencana Tindakan :

SIKLUS PERTAMA

1) Perencanaan :
Pada tahap ini akan dilakukan :
- Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi dasar untuk mata pelajaran TIK Kelas X, dan mengembangkan skenario
pembelajaran.
- Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan pada setiap tindakan.
Memformat lembar kerja (Letak, huruf, lebar baris dan kolom, format angka serta penomoran
otomatis)
- Menggunakan rumus (penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (*), dan pangkat (^), dan
membuat bingkai)
Menggunakan fungsi (logika, dan statistik),
- Menyusun Lembar kerja siswa
- Menyiapkan alat/media yang diperlukan (LCD Proyektor)
- Menyusun format format penilaian (unjuk kerja) dan observasi.
- Mengadakan tes awal untuk menetukan kelompok yang menjadi tutor dan kelompok teman.
- Membagi kelompok dan menjelaskan maksud pembagian kelompok dan rencana pembelajaran
yang akan dilakukan.
2) Tindakan

Melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang telah direncanakan, yaitu ;


- Kelompok yang menjadi tutor masuk ruang komputer untuk mendapat materi secara langsung
dari guru pengajar selama 1 jam pelajaran, sementara kelompok teman berada di kelas dengan
diberi tugas untuk membaca materi yang akan diterangkan.
- Guru menjelaskan materi memformat lembar kerja dengan terlebih dahulu mengadakan
apersepsi.
- Pada akhir satu jam pelajaran Guru melakukan tanya jawab dan menjelaskan kesimpulan dari
kegiatan belajar.
- Setelah satu jam pelajaran Kelompok teman masuk ruangan komputer dan belajar materi
memformat lembar kerja dengan dibimbing oleh kelompok tutor.

3) Pengamatan

Pada tahap ini guru mengamati proses kegiatan yang sedang berlangsung, diantaranya :
- Mengamati interaksi belajar yang sedang berlangsung (aktifitas, kreatifitas) untuk siswa yang
menjadi tutor maupun sebagi teman.
- Menilai lembar kerja yang dikerjakan.

4) Reflesksi

Pada tahap ini dilakukan untuk mengevalusi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil
pengamatan :
- Apakah materi yang disampaikan oleh guru dapat disampaikan dengan jelas oleh kelompok
tutor ke kelompok teman?
Indikator yang dapat dilakukan adalah melihat hasil pada lembar latihan siswa. (jika hasilnya
belum mencapai 75% maka akan lakukan perbaikan pada siklus kedua dengan materi yang sama,
dan jika hasilnya sudah memuakan maka pada siklus kedua akan disampaikan materi kedua)
- Apakah terjadi interaksi belajar?
Hal ini terlihat dari sespon siswa sebagi tutor ataupun seabgai teman, baik itu dalam bentuk tanya
jawab, pengerjaan latihan.
- Menyusun rencana perbaikan sesuai dengan kelemahan-kelemahan pada yang terjadi
berdasarkan hasil pengamatan untuk digunakan pada siklus kedua.

SIKLUS KEDUA
1) Perencanaan

- Mengidentifikasi masalah pada siklus pertama dan menyusun alternatif pemecahannya.


- Menyiapkan media dan materi yang akan disampaikan.
- Menukar kelompok, yang tadinya tutor menjadi kelompok teman, dan yang kelompok tempat
menjadi kelompok tutor

2) Tindakan

- Kelompok yang menjadi tutor masuk ruang komputer untuk mendapat materi secara langsung
dari guru pengajar selama 1 jam pelajaran, sementara kelompok teman berada di kelas dengan
diberi tugas untuk membaca materi yang akan diterangkan dan merngkum hasil belajar pada
siklus pertama.
- Guru menjelaskan materi menggunakan rumus (penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian
(*), dan pangkat (^), dan membuat bingkai).
- Pada akhir satu jam pelajaran Guru melakukan tanya jawab dan menjelaskan kesimpulan dari
kegiatan belajar.
- Setelah satu jam pelajaran Kelompok teman masuk ruangan komputer dan belajar materi
menggunakan rumus dengan dibimbing oleh kelompok tutor.

3) Pengamatan

Guru mengamati proses kegiatan yang sedang berlangsung, diantaranya :


- Mengamati interaksi belajar yang sedang berlangsung (aktifitas, kreatifitas) untuk siswa yang
menjadi tutor maupun sebagi teman.
- Menilai lembar kerja yang dikerjakan.

4) Reflesksi

Pada tahap ini dilakukan untuk mengevalusi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil
pengamatan :
- Apakah materi menggunakan rumus yang disampaikan oleh guru dapat disampaikan dengan
jelas oleh kelompok tutor ke kelompok teman?
Indikator yang dapat dilakukan adalah melihat hasil pada lembar latihan siswa. (jika hasilnya
belum mencapai 75% maka akan lakukan perbaikan pada siklus ketiga dengan materi yang sama,
dan jika hasilnya sudah memuakan maka pada siklus ketiga akan disampaikan materi ketiga)
- Apakah terjadi interaksi belajar?
Hal ini terlihat dari sespon siswa sebagi tutor ataupun seabgai teman, baik itu dalam bentuk tanya
jawab, pengerjaan latihan.
Menyusun rencana perbaikan sesuai dengan kelemahan-kelemahan pada yang terjadi
berdasarkan hasil pengamatan untuk digunakan pada siklus ketiga.

SIKLUS KETIGA

1) Perencanaan
- Mengidentifikasi masalah pada siklus kedua dan menyusun alternatif pemecahannya.
- Menyiapkan media dan materi menggunakan fungsi (logika, dan statistik).
- Merubah kelompok dan membagi kelompok secara acak. (tidak lagi berdasarkan kepada hasil
tes yang dilakukan pada perencanaan di siklus pertama), tetapi tetap menggunakan nama
kelompok tutor dan kelompok teman.

2) Tindakan

- Kelompok yang menjadi tutor masuk ruang komputer untuk mendapat materi secara langsung
dari guru pengajar selama 1 jam pelajaran, sementara kelompok teman berada di kelas dengan
diberi tugas untuk membaca materi yang akan diterangkan dan merngkum hasil belajar pada
siklus pertama.
- Guru menjelaskan materi Menggunakan fungsi (logika, dan statistik).
- Pada akhir satu jam pelajaran Guru melakukan tanya jawab dan menjelaskan kesimpulan dari
kegiatan belajar.
- Setelah satu jam pelajaran Kelompok teman masuk ruangan komputer dan belajar materi
menggunakan rumus dengan dibimbing oleh kelompok tutor.

3) Pengamatan

Guru mengamati proses kegiatan yang sedang berlangsung, diantaranya :


- Mengamati interaksi belajar yang sedang berlangsung (aktifitas, kreatifitas) untuk siswa yang
menjadi tutor maupun sebagi teman.
- Menilai lembar kerja yang dikerjakan.

4) Reflesksi

Pada tahap ini dilakukan untuk mengevalusi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil
pengamatan dan membuat suatu kesimpulan dari hasil pengamatan tersebut.

4. Cara Pengumpulan Data

Dari hasil pelaksanaan penelitian tindakan, ditentukan teknik pengumpulan data yang
berorientasi pada observasi partisipasif (Wolcott,1992), yaitu peneliti melakukan observasi
sambil ikut serta dalam kegiatan yang sedang berjalan.
Pengambilan data dilakukan dengan Tes dan Observasi. Untuk memudahkan dan terkumpulnya
data maka peneliti menggunakan format penilaian (unjuk kerja) dan format observasi dengan
skala penilaian.
Format Observasi :

Aspek yang dinilai Skala Nilai

Materi yang disampaikan guru dapat dimengerti oleh tutor K S B BS


Materi yang disampaikan tutor dapat dimengerti oleh teman K S B BS
Terjadi interaksi belajar (keseriusan, perhatian, dan tanya jawab tutor dengan teman ) K S B BS
Kreatifitas dalam pengerjaan latihan K S B BS

K=Kurang, S=Sedang, B=Baik, BS=Baik Sekali

Format Penilaian (Unjuk Kerja)

PENGARUH PENERAPAN METODE PEER TEACHING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA


TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK KELAS X DI SMA
MUHAMMADIYAH BONDOWOSO 2007/2008.

Oleh: Suntusia, S.Pd

ABSTRACT

Keyword: Peer Teaching, KTSP, Gelombang Elektromagnetik.

Perkembangan dan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung pada mutu pendidikan
bangsa itu sendiri. Sebab pendidikan merupakan pokok penting dalam pembangunan
semakin tinggi mutu pendidikan suatu bangsa maka makin tinggi pula potensi bangsa itu
untuk berkembang dangan maju dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.Seta
perbedaan tingkat kemampuan masing-masing anak dalam satu kelas ( kelas heterogen).
Berdasarkan permasalahan diatas diambil judul pembelajaran dengan menggunakan model
Peer Teaching. Rumusan yang diambil adalah: (1) Bagaimanakah Pengaruh Penerapan
Metode Peer Teaching Dalam pembelajaran Fisika Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X
Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008?(2) Faktor-faktor apa sajakah yang dapat
mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok
Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso
2007/2008?. Tujuannya adalah untuk meningkatkan minat dan aktivitas siswa. Manfaat dari
penelitian ini adalah: Bagi siswa, agar lebih termotivasi untuk belajar dengan hal yang
menyenangkan;Bagi Guru, diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan untuk
memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran matematika dapat
optimal;Bagi lembaga pendidikan dan sekolah terkait, diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran demi peningkatan mutu pendidikan;hasil dari penelitian ini
Pembelajaran fisika dengan menggunakan model Peer Teaching dapat mengaktifkan siswa
dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas siswa pada siklus pertama
72,08% dan pada siklus kedua 82% dan siklus ketiga 85%. Pembelajaran dengan
menggunakan model Peer Teaching diperoleh ketuntasan secara klasikal. Hal ini
ditunjukkan dari 20 siswa yang tuntas belajar secra individu sebesar 85%

A. Latar Belakang
Perkembangan dan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung pada mutu
pendidikan bangsa itu sendiri. Sebab pendidikan merupakan pokok penting dalam
pembangunan semakin tinggi mutu pendidikan suatu bangsa maka makin tinggi pula
potensi bangsa itu untuk berkembang dangan maju dengan kualitas sumber daya manusia
yang dimiliki.

Di Indonesia sendiri masalah pendidikan belum menemukan solusi tentang


bagaimana memperbaiki mutu pendidikan. Kualitas pendidikan di Indonesia masih
tertinggal dengn bagsa-bangsa tetangga.Faktanya menurut laporan dari HDI ( Human
Development Index) atau kualitas sumber daya manusia berada diurutan 112 tahun 2003.
Indonesia berada jauh dari Filipina (85), Thiland ( 74),Malaysia ( 58), Brunai Darussalam
(31), Korea Selatan ( 30), Singapura (28). Hal ini juga didukung oleh pernyataan direktur
peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan DEPDIKNAS, Dr.Sumartana Suara
Pranata pada tahun 2006 dalam dialog diUnias Bandung. Beliau menyatakan mutu
pendidikan di Indonesia bermasalah sebabjika kita bandingkan mutu pendidikan Indonesia
dengan Malaysia, padahal apa yang diajarkan Malaysia tidak lebih hebat daripada yang
diajarkan Indonesia ( Pikiran rakyat,11 Januari 2006)

Banyak hal yang sudah dilakukan oleh pemerintah supaya Untuk meningkatkan
kualitas pendidikan diantaranya dengan memperbaiki kurikulum yang ada dengan
kurikulum yang baru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dideferensialkan
dengan kurikulum (KTSP). Upaya lain yang dilakukan adalah menggalakkan program wajib
belajar 9 tahun serta peningkatan kualitas dan profesionalisme seorang guru sebagai
tenaga pendidik. Dengan adanya program sertifikasi yang bertujuan menilai sejauh mana
profesionalisme seorang guru, maka guru harus banyak belajar dan mencari pengalaman
yang berkaitan dengan pembelajaran yang sukses. Untuk menciptakan proses pembelajaran
yang sukses, seorang guru harus bisa meimilih dan memilah metode yang akan digunakan
dalam PBM sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Kondisi ini bisa meliputi aspek
intelektualitas, psikologis, dan biologis sehingga dapat tercipta pembelajaran yang efektif.

Sebagai upaya untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dengan melihat aspek
psikologi dan perkembangan anak yang menyatakan bahwa sekolah menengah Pertama
(SMP) adalah usia transisi dari anak-anak menuju remaja. Sehingga pada usia ini anak
masih dekat dan senang dengan sesuatu yang menyenangkan atau segala yang bisa
dilakukan dengan bermain. Dan berdasarkan fakta lapangan menyatakan mayoritas anak
berpendapat bahwa Fisika adalah pelajaran yang sulit. Dan dengan melihat kebiasaan guru
yang umumnya menggunakan metode yang sama dengan tujuan yang variasi dalam
kegiatan pembelajarannya, maka pantaslah jika hal tersebut diatas itu ada.

Maka berdasarkan uraian diatas, diajukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh
Penerapan Metode Peer Teaching Dalam pembelajaran Fisika Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang
Elektromagnetik Kelas X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008”.

B. Rumusan Masalah
Bersadarkan latar belakang diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Pengaruh Penerapan Metode Peer Teaching Dalam pembelajaran Fisika


Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok
Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso
2007/2008?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas
X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :

1. Untuk mengetahui Untuk mengetahui Bagaimana Pengaruh Penerapan Metode Peer


Teaching Dalam pembelajaran Fisika Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di SMA
Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008.

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas
X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1. Bagi siswa, agar lebih termotivasi untuk belajar dengan hal yang menyenangkan;

2. Bagi Guru, diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan untuk memilih metode
pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran matematika dapat optimal;

3. Bagi lembaga pendidikan dan sekolah terkait, diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran demi peningkatan mutu pendidikan;

4. Bagi peneliti lain, untuk menambah pengetahuan tentang penelitian terutama yang
berkaitan dengan kasus – kasus yang sejenis;

5. Bagi peneliti, sebagai bekal, wawasan, pengalaman dan latihan sebelum terjun didunia
pendidikan.

E. Batasan Operasional
Adapun batasan Operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Peer Teaching atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya
dengan tipe yang pertama pengajar dengan usia yang sebaya.

2. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing –
masing satuan pendidikan.

3. Hasil belajar siswa

Hasil belajar matematika menggunakan model peer teaching merupakan kemampuan siswa
dalam meningkatkan kemampuan dalam mempelajari matematika yang diwujudkan dalam
bentuk nilai. Nilai akan dicapai siswa setelah siswa diberi kesempatan untuk melakukan
sistem tutor sebaya tersebut.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Fisika

Fisika dalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains. Hakekat IPA (
termasuk fisika) merupakan proses dan produk dari penelitian atau penyelidikan untuk
mempelajari gejala alam termasuk komponen-komponen pada benda(zat), seta hubungan
timbal balik antara zat dan gejala yang ditimbulkannya (Baez,1976;Alonso&Finn,1983
dalam sutarto,2005:330).

Fisika termasuk kumpulan hasil ( produk) dari proses pengkajian gejala alam
(Sund&Trowbridge,1973;Carin&Sund,1975 dalam sutarto,2005:330). Produk fisika dapat
berupa hokum, teori, prinsip, aturan, adan atau rumus-rumus ( Siregar, 1994). Hukum,
teori, prinsip, aturan dan rumus-rumus dalam fisika terbangun oleh konsep-konsep yang
saling berkaitan ( Sund&Trowbridge, 1973; Amien,1987 dalam Sutarto,2005:330).

Pengajaran fisika yang baik, bila siswa dapat menguasai fisika tentang: (1) prinsip
yang konstan atau selalu tunduk dengan aturan kesepakatan, yang harus dikuasai secara
kognitif ( wilayah kognitif); (2) sesuatu yang dapat diamati atau terukur yang
penguasannya harus terlihat adanya keterlibatan fisik atau otot yang dikenal dengan
kemampuan psikomotor ( wilayah psikomotor); dan (3) kebermanfaatan ilmu pengetahuan
tersebut secara langsung atau tidak langsung dalam menunjang kebutuhan hidup atau
dalam sistem sosial, penguasaan fisika yang berkaitan dengan kebermanfaatan ini dikenal
dengan kemampuan afektif ( wilayah afektif) ( Abruscato, 1982 dalam Sutarto, 2005:331)
Dengan demikianpembelajaran fisika dapat meningkatkan penguasaan siswa tentang fisika
pada ranah afektif. Hasil survey ditempat kerja menunjukkan bahawa pendidikan siswa
tentang: pengetahuan proses ilmniah, keterampilan individu, dan pengetahuan fisika
konseptual adalah relatif penting ( Heuvelen, 2001 dalam Sutarto, 2005:331). Oleh karena
itu ukuran keberhasilanisws adalam belajar fisika, tidak hanya ditentukan oleh penguasaan
fisika secara kognitif, afektif dan psikomotor tetapi juga perlu adanya penguasaan
pengetahuan tentang proses ilmiah, keterampilan individu, pengetahun fisika secara
konseptual ( Sutarto,2005:331)

Untuk memilih metode mengajar yang tepat, seorang guru hendaknya mengenal
faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran. Dengan memperhatikan faktor-faktor
penentu tersebut diharapkan pembelajaran akan lebih efektif. Faktor-faktor penetu tersebut
adalah memiliki:

1. Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin
dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan;

2. Karakteristik mata pelajaran/ bidang studi, yang meliputi tujuan, isi pelajaran , urutan,
dan cara mempelajarinya;

3. Karakteristik siswa, mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan afektif, usia,
jenis kelamin dan yang lainnya;

4. Karakteristik lingkungan/setting pembelajaran, mencakup kuantitas dan kualitas


prasarana, alokasi jam perpertemuan dan yang lainnya;

5. Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran,


kompetensinya dalam teknik pembelajaran , kebiasaanya, pengalaman
kependidikannya, dan yang lainya. (Dimyati,dkk 1999:132)

2. Aktivitas Siswa

Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik akan terlibat dalam aktivitas yang
berkaitan dengan aktivitas proses belajarnya. Aktivitas ini bukan hanya sekedar
mendengarkan dan mencatat saja seperti kebanyakan pembelajaran yang ada. Padahal
pembelajaran seperti ini akan menimbulkan kebosanan siswa dalam proses belajar
mengajar, sehingga pembelajaranpun tidak efektif.

Menurut Paul B. Dierich ( Dalam Nasution, 2000:91), mengtakan ada 177 kegiatan siswa yang
dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Visual activities seperti: membaca, menulis, memperhatikan: gambar, demonstrasi,


percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya;

b. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, betanya, memberi saran,


mengeluarkan pendapat, mengadakan intervieu, diskusi, interupsi, dan sebagainya;

c. Listening activities seperti :mendengarkan uraian ,percakapan,diskusi, musik,pidato,dan


sebagainya;

d. writing activities seperti: menulis cerita, karangan,laporan, tes, angket,menalin dan


sebagainya;
e. Drawing activities seperti: menggambar,membuat grafik, peta, diagram, pola, dan
sebagainya;

f. More activities seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi,


berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya;

g. Mental activities seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis,


melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya;

h. Emotional activities seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang,
gugup, dan sebagainya.

Merujuk dari uraian di atas maka, dalam pembelajaran dengan tutor sebaya ini akan
muncul aktivitas – aktivitas yang mencerminkan aktivitas dengan metode tutor sebaya.
Antara lain :

a. visual activities meliputi : memperhatikan penjelasan guru mengenai gambaran awal


materi sebagai bekal dalam melakukan interupsi,peer teaching dan melakukan
penjelasan mengenai hasil kerja kelompok dari peer teaching yang telah dilakukan,
membaca perintah kerja dalam LKS dan interupsi guru;

b. Oral activities seperti: bertanya pada guru mengenai materi petunjuk ataupun kesulitan
di dalam menyelesaikan soal;

c. Listening activities seperti: mendengarkan penjelasan guru mengenai gambaran awal


materi sebai bekal dalam melaksanakan peer teaching;

d. Writing activities seperti: menulis hasil kerja, menulis penyelesaian dari tiap tes yang
diberikan;

e. Motor activities , untuk aktivitas ini sudah dilaksanakan dengan adanya tutor sebaya jadi
tidak ada siswa yang berdiam diri;

f. Mental activities seperti: menanggapi pernyataan yang muncul dalam diskusi kelompok
atau kelompok lain menyelesaikan masalah yang di kemas dalam peer teaching;

g. Emotional activities, ini muncul karena adanya peer teaching sehingga memunculkan
adanya persaingan yang mampu membuat siswa merasa gembira tegang gugup dan
sebagainya;

3. Hasil Belajar

Dalam proses pembelajaran, langkah akhir yang harus dilakukan adalah evaluasi
kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk melihat berhasil atau tidaknya
pembelajaran tersebut. Objek dari evaluasi ini adalah hasil belajar siswa. Dengan mengacu
pada definisi belajar yang berbunyi “ belajar adalah proses yang ditandai adanya perubahan
pada diri seseorang”, maka setelah pelaksanaan kegiatan pelajaran dituntut adanya pada
diri peserta didik baik berupa perubahan sifat ataupun perubahan pengetahuan.

Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain:

a) Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman


belajarnya;

b) Kulitas dan kuantitas penugasan tujuan pembelajaran oleh siswa;

c) Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan pembelajaran minimal 75% dari siswa
seluruhnya;

d) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari
bahan berikutnya ( Sudjana,1989: 62)

Hasil belajar menurut Sudjana ( 1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki oleh
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, atau pada hakekatnya hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku siswa setelah melakukan belajar yang biasanya ditunjukkan
berupa nilai atau angka.

Hasil belajar ini dapat diketahui atau diukur oleh guru dengan menggunakan hasil
atau skor dari tes yang dilakukan pada tiap akhir pertemuan atau pembelajaran. Bahan dari
tes yang akan diberikan adalah bahan atau materi yang telah dipelajari pada

4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP)

KTSP merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
sekolah/ daerah, karakteristik sekolah/ daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
karakteristik peserta didik.( Mulyasa, 2007: 8)

Didalam Mulyasa menyebutkan bahwa landasan pengembangan KTSP:

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan


pemerintah sebagai berikut:

 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

 Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standart Nasional Pendidikan

 Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tantang Standart Isi

 Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tantang standart Kompetensi Lulusan

 Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan permendiknas no.22 dan 23.
5. Ciri-ciri KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal
yang disesuaikn dengan kebutuhan dari setiap sekolah;

2. Berorientasi pada hasil belajar keberagamaan

3. Penyampaian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode yang


bervariasi;

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsure edukatif

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi

6. Belajar sepanjang hayat:

a. Belajar pengetahuan ( Learning how to know);

b. Belajar melakukan (Learning how to do);

c. Belajar menjadi diri sendiri (Learning how to be);

d. Belajar hidup dalam keragaman (Learning how to live together)

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

6. Prinsip Pengembangan KTSP

Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah


dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standart kompetensi
lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP,
dengan memperhatikan prinsip – prinsip sebagai berikut(Permendiknas, No. 22 Tahun
2006).

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan


lingkunganya;
b. beragam dan terpadu;
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
d. Relevan dengan kebutuhan
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
f. Belajar sepanjang hayat
g. Seimbang antara kepentingan global, nasional dan local
7. Metode Peer Teaching

Peer Teaching atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor
sebaya, ada beberapa ahli ada yang meneliti masalah ini diantaranya, adalah Edward L.
Dejnozken dan David E. Kopel dalam American Education Encyclopedia menyebutkan
pengertan tutor sebaya adalah sebagai berikut: Tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa
mengajar siswa lainnya. Tipe pertama adalah pengajar dan pembelajar dari usia yang sama.
Tipe kedua adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang lain kadang
dimunculkan pertukaran usia pengajar. Muntasir dalam bukunya pengajaran terprogram
mengemukakan bahwa Tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar, cara
mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci.

Fungsi lainnya adalah dengan adanya tutor sebaya siswa yang kurang aktif menjadi
aktf karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas,
sebagaimana diungkapkan oleh M. Saleh Muntasir bahwa dengan pergaulan antara para
tutor dengan murid-muridnya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam
hatinya, dan khayalannya.

Jadi, sistem pengajaran dengan tutor sebaya akan membantu siswa yang kurang
mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi
siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan
kebutuhan siswa itu sendiri. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi
tutor akan mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima
pelajaran. Beberapa pendapat di atas, dan pengalaman penulis dilapangan, menyakinkan
penulis untuk menerapkan tutor sebaya dalam pembelajaran KKPI. Tampaknya
memudahkan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran dan kesulitan kepada
temannya sendiri ketimbang kepada guru, siswa lebih sungkan dan malu. Hal tersebut
dimungkinkan karena diantara siswa telah terbentuk bahasa mereka sendiri, tingkah laku,
dan juga pertanyaan perasaaan yang dapat diterima oleh semua siswa. Sedangkan peer
assessment adalah penilaian kegiatan siswa oleh tutornya, tentu saja dengan kriteria-
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

8. Model Tindakan

Model tindakan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah melaksanakan


pembelajaran dengan memafaatkan tutor sebaya. Siswa yang bertindak sebagai tutor yaitu
siswa kelas XII (tujuh) yang telah memilki kemampuan mengerjakan soal dengan baik.
Tutor tersebut terlibat dalam proses pembelajaran dikelas, yaitu membimbing siswa yang
ditutorinya sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh guru.
a. Faktor yang diteliti
1.Keterampilan siswa dalam menyelesaikan Fisika;
2. Aktivitas siswa dan tutor;
3. Pelaksanaan kegiatan tutor sebaya dan penilaian oleh tutor.
b. Rencana Tindakan
Untuk melaksanakan pembelajaran dengan tutor sebaya, guru hendaknya
mempersiapkan bahan ajar dan langkah-langkah mengajar sedemikian ruapa sehingga
mudah dipahami oleh tutor.
A. Tahap Perencanaan Tindakan
1. Membuat Program
Program letak diperlukan sebagai rencana baik guru maupun tutor dalam
melaksanakan tugasnya. Program ini intinya terdapat pada dua program yaitu program
rencana pembelajaran dan petunjuk pembelajaran oleh tutor.
2. Menyiapkan Tutor
Agar proses pembelajaran yang dilakukan tutor sebaya dapat terlaksanakan dengan
lancar perlu adanya tutor yang benar-benar mampu untuk mengajar temannya. Oleh
karena itu, guru harus menyeleksi siswa yang akan dijadikan tutor. Cara pertama adalah
siswa yang memiliki nilai terbaik dikumpulkan dan diseleksi oleh guru untuk dipilih beberapa
orang sebagai tutor. Kedua, guru melatih beberapa orang yang memiliki kemampuan lebih
atau guru mengambil keputusan dan langsung siswa yang telah memiliki kemampuan.
3. Menyiapkan sarana dan prasarana
Sarana dan prasana juga sangat penting dalam proses pembelajaran Fisika sebab
tanpa media tidak mungkin berjalan. Untuk itu sebelum proses pembelajaran berlangsung
dipersiapkan dan dicek seluruh media.
9. Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi interpretasi
Setelah tahap persiapan selesai, guru bisa melanjutkan ke tahap pelaksanaan degan
memberikan program, melakukan pengamatan, dan pengarahan kepada tutor, kegiatan
tersebut diantaranya:

a. Memberikan program kepada tutor

b. Agar tutor dapat mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru, tutor diberikan
program pembelajaran berupa petunjuk pengajaran oleh tutor baik secara global
maupun perbagian/unit.

c. Memberikan petunjuk petunjuk/pengarahan/pelatihan kepada tutor.

d. Sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan tutor, terlebih dahulu tutor diberi


petunjuk,pengarahan bahkan pelatihan oleh guru tentang apa dan bagaimana yang
harus dilakukan tutor di depan siswa.

e. Melaksanakan tindakan berupa proses pembelajaran oleh guru sesuai dengan rencana
tindakan yang disusun.

f. Mengambil pelaksanaan pembelajaran oleh tutor.

Tutor yang telah mulai membantu memberikan materi pembelajaran harus diamati
juga pelaksanaannya. Apakah tutor bekerja sesuai dengan petunjuk yang ada?. Apakah
tutor memanfaatkan waktu dan sarana dengan baik? Hal ini perlu pengamatan seksama
dari guru, guru berhak memberikan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran.

10. Tahap Analisa dan Refleksi

Guru harus melakukan kegatan evaluasi dan menampung keluhan-keluhan, kesulitan-


kesulitan yang meliputi:

 Evaluasi kekegiatan tutor;


 Evaluasi kemampuan siswa, disamping peniliaan yang telah diberikan oleh tutor;
 Menampung dan menjawab setiap kesulitan siswa da tutor;
 Memberikan penghargaan kepada tutor.

Data dan Cara pengumpulan data


a. Lembar angket siswa tentang interaksi tutor
b. Lembar observasi aktifitas sswa
c. Post tes
11. Kriteria keberhasilan
 Kemampuan siswa dalam memanfaatkan media untuk mendapat nilai optimal
 Aktifitas siswa dan tutor berjalan dengan baik
 Pelaksanaan kegiatan tutor sebaya dan penilaian oleh tutor berjalan sesuai dengan
ketentuan yang telah diterapkan

G. METODE PENELITIAN

1. Daerah Penelitian

Tempat atau daerah penelitian adalah suatu tempat atau lokasi objek penelitian
dilakukan. Penelitian ini sudah tentu tidak dilaksanakan di sembarang tempat, melainkan di
tempat-tempar yang sudah dilakukan (Arikunto, 1991 : 67).

Daerah penelitian ditetapkan di SMA MUHAMMADIYAH BONDOWOSO dengan pertimbangan


:

1. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis penelitian ini.


2. Cara guru mengajar lebih banyak menggunakan ceramah.

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X semester Genap SMA
MUHAMMADIYAH BONDOWOSO Tahun Ajaran 2007/2008. penetapan kelas ini merupakan
kelas yang memiliki tingkat kemampuan siswa yang bervariasi yaitu tinggi, sedang dan
rendah serta kondisi yang memungkinkan untuk diterapkan pembelajaran dengan Peer
Teaching

3. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Ciri-ciri pendekatan kualitatif


menurut Sudjana (1989 : 197-200) adalah sebagai berikut :

1) Bersifat diskriptif analitik karena data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk
bilangan statistik, namun dalam bentuk kata-kata atau gambar;

2) Lebih menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung;

3) Menekankan proses daripada hasil;

4) Analisis data bersifat induktif, karena penelitian tidak dimulai dari deduksi teori tetapi
dimulai dari lapangan;

5) Mengutamakan makna.
Penelitian ini menggunakan model Hopkins, yaitu model skema yang menggunakan
prosedur yang dipandang sebagai suatu siklus spiral. Siklus ini terdiri dari empat fase yaitu
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang kemudian diikuti siklus spiral berikutnya
(tim pelatih proyek PGSM, 1999:5). Penelitian ini menggunakan satu siklus yang mencakup
empat tahapan tersebut.

Empat tahapan pada masing-masing siklus dapat dilihat


pada gambar 1 berikut :

Tidak

Ya

Gambar 1 : Skema Penelitian Model Hopkins

Langkah-langkah dalam penelitian ini diawali dengan perencanaan yaitu


merencanakan segala sesuatu yang akan dilakukan , kemudian dilakukan tindakan. Selama
tindakan berlangsung juga dilakukan obsevasi untuk mengumpulkan informasi yang
diperlukan. Setelah semua data terkumpul dilakukan refleksi untuk menentukan apakah
siklus ini berlanjut atau tidak. Jika siswa sudah tuntas belajarnya secara klasikal maka
siklus dihentikan. Ketuntasan klasikal yang dimaksud adalah apabila terdapat minimal 75%
subyek penelitian yang telah mencapai skor tes minimal 75 dari skor tes maksimal 100. Jika
siswa belum tuntas maka penelitian dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

4. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari 2 prosedur, yaitu tindakan pendahuluan dan
pelaksanaan penelitian. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Tindakan Pendahuluan

Tindakan pendahuluan dalam penelitian ini adalah mengadakan observasi yang bertujuan
untuk :

1. Mengetahui tingkat kemampuan siswa yang akan dilakukan sebagai subyek


penelitian;
2. Menentukan waktu penelitian.

b. Pelaksanaan Penelitian

1) Perencanaan

Perencanaan pada tahap ini meliputi :

a. Menentukan tujuan pembelajaran;


b. Menyusun rencana pembelajaran untuk pokok pembahasan matriks dengan metode
peer teaching
c. Menyusun daftar kelompok siswa;
d. Menyusun lembar kerja;
e. Menyusun soal tes hasil belajar;
f. Membuat pedoman observasi dan wawancara.

2) Tindakan

Secara operasional kegiatan dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan metode peer teaching pada pembelajaran kooperatif dengan langkah-


langkah sebagai berikut :
b. Menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkahnya
c. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil dimana setiap kelompok
terdiri dari 6 orang siswa yang heterogen.
d. pembelajaran Membagikan lembar kerja siswa dan diberi kesempatan untuk
menyelesaikan masalah
e. Pada akhir pembelajaran guru membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran.
f. Setelah pelaksanaan pembelajaran maka dilakukan tes tertulis. Setelah dilakukan tes
tertulis terhadap siswa maka dilakukan wawancara secara perorangan.
3. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan bersama-sama dengan pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian


ini guru bersama guru bidang studi yang serumpun sebagai observer selama proses belajar
mengajar berlangsung. Kegiatan siswa diamati untuk meraih tentang data aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar dan juga untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi serta temuan-
temuan yanmg didapatkan serta kekurangannya.

4. Refleksi

Refleksi adalah upaya mengkaji memikirkan dampak dari suatu tindakan. Menurut
Waseso (dalam Lestari, 2004:24) tahap refleksi merupakan beberapa komponen yaitu
menganalisis, mensintesis, memahami, menerangkan dan menyimpulkan hasil yang
digunakan sebagai dasar untuk tindakan selanjutnya.

5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat dipergunakan peneliti untuk
mengumpulkan data ( Arinkunto,1998:134). Pengumpulan dt dimaksudkan untuk
memperoleh bahan-bahan yang relevan dan akurat yang dapat digunakan dengan tepat
sesuai dengan tujuan penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini adalah: (1) Metode Observasi; (2) Metode wawancara; (3) Metode
tes (4) Metode Dokumentasi.

6. Metode Observasi

Observasi adalah sduatu teknik penelitian yang dilakukan dengancar mengdkan


pengamatan terhadap sutu onjek baik secara langsung maupun tidak langsung ( Ali,
1993:72). Kegiatan ini lakukan dengan tujuan untuk meraih data tentang aktivitas siswa
selama proses pembelajaran, diantaranya memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan
LKS, diskusi, menulis dan mengerjkan tugas.

7. Metode wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara untuk


memperoleh informasi dari terwawancara ( Arikunto,1998:144). Menurut pendapat Hadi
(1991:193) wawancara dpat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan tanya
jawab sepihak, dikerjakn seacar sisrtematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.

a. Metode Tes

Tes adalah pertanyaan yang diberikan untuk mengetahui dan mengukur


kemampuan,keterampilan, bakat, intelegensi dan kemampuan siswa dalam memahami
materi pembelajaran.

8. Analisa Data
Analisis data kulitatif adalah analisis data yang terwujud angka-angka terhadap data
yang diperoleh dari hasil tes dan observasi.

Rafi’I ( 1998:23) menyatakan bahwa rumus yang digunakan dalam menganalisis


ketuntasan belajar adalah:

P=

Keterangan:

P = Persentase ketuntasan belajar siswa

N= Jumlah siswa keseluruhan

n = Jumlah siswa yang mencapai skor tes 75 dari skor maksimal 100.

Kriteria ketuntasan belajar siswa dapat dinyatakan sebagai berikut:

a) Daya serap perorangan yaitu seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah
mencapai skor tes 75 dari skor maksimal 100;

b) Daya serap klasikal yaitu kelas yang dinyatakan tuntas belajar apabila terdapat
minimal 75% siswa yang mencapai nilai 75 ( Depdiknas,2004).

Sedangkan rumus yang digunakan dalam menganalisis keaktifan siswa selama PBM
berlangsung adalah:

P=

Keterangan:

P = Persentase keaktifan siswa

N = Jumlah skor yang diperoleh

M = Jumlah skor maksimal

Dengan kriteria sebagai berikut:

Kategori aktivitas siswa:

Persentase Kategori
P 90% Sangat Baik

Baik
80% P< 90%

Cukup baik
65% P < 80%
Kurang Baik
50% P < 65%
Kurang
P< 50%

H. HASIL PENELITIAN

1) Pelaksanaan Siklus I

a) Perencanaan

a. Pada tahap perencanaan yang dilakukan meliputi:

b. Menentukan tujuan pembelajaran

c. Menyusun desain pembelajaran untuk pokok bahasan gelombang elektromagnetik


dengan menggunakan Peer Teaching pada pembelajaran kooperatif.

d. Menyusun daftar kelompok siswa.

e. Menyusun lembar kerja

f. Menyusun soal tes hasil belajar

g. Membuat pedoman observasi.

b) Tindakan

Didalam treatment yang pertama langkah yang pertama adalah pembelajaran yang I
dimulai dengan penyampaian indicator hasil beljar sesuai dengan yang tertera dalam
rencana pembelajaran. Setelah itu guru mempersiapkan siswa yang pantas untuk
dijdikn tutor. Setelah melatih tutor tersebut, guru memberikan LKS pada masing-masing
kelompok yang sudah dipersiapkan jadi tutor. Kemudian tutor tersebut menjelaskan
langkah-langkah yang ada dalam LKS dan membimbing temannya sampai bisa dalam
menyelesaikan soal. Adapun penilaiannya tutor yang mana yang berhasil dalam waktu
singkat dapat menjawab pertanyaan secara singkat, cepat, tepat dan benar dan seluruh
temannya paham itu yang mendapat poin lebih dari teman-temannya yang lain sesuai
dengan lembar observasi yang sudah dipersiapkan. Setelah pembelajaran berakhir
untuk menutup suatu kegaiatan pembelajaran guru membimbing siswa menyimpulkan
materi yang telah dipelajari dengan memberikan pertnyaan yang berkaitan dengan
materi dan penambahan terhadap hal-hal yang belum dijelas maka guru
menyempurnakannya. Selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah.

c) Observing

Pada saat proses pembelajaran berlangsung guru ( peneliti), dibantu oleh beberapa orang
observer memperhatikan dan menilainya jalannya diskusi dan pelaksanaan peer
teaching sesuai dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Dari
hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh data bahwa aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran meningkat dari 72,8%. Dari hasil analisis kuis pada siklus ini
diperoleh ketercapaian sebesar 76%.

d) Reflecting

Dari data diatas belum memperoleh ketuntasan secara klasikal yang tuntas hanya secra
individu. Berdasarkan rancangan penelitian yang diperoleh belum mencapai ketuntasan
secra klasikal maka dibutuhkan siklus kedua.

e) Analisis refleksi

Berdasarkan perubahan hasil belajar, hasil observasi tingkat keberhasilan dalam belajar
siswa, dan hasil wawancara dapat digunakan pertimbangan untuk sklus selanjutnya:

1. Sebelum pelaksanaan peer teaching sebaiknya guru mempersiapkan tutor sebaik


mungkin dan memberikan gambaran umum tentang materi yang akan dipelajari.

2. Handaknya LKS yang dipraktikumkan dikembangkan lagi dengan tujuan untuk


meningkatkn kativitas siswa berinteraksi dengan tutor sebaya.

3. Siswa kurang memahami tahap pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga guru
harus menjelaskan lebih kongkret.

2) Pelaksanaan Siklus II

a) Perencanaan

Berdasarkan perubahan hasil belajar, hasil observasi, tingkat keberhasilan siswa, dan hasil
wawancara dapat digunakan pertimbangan untuk siklus selanjutnya.

b) Acting ( tindakan )

Pelaksanaan Peer Teaching berlangsung cukup baik karena sudah dianalisa refleksi untuk siklus
I. Sehingga membuat siswa dapat lebih aktif dari sebelumnya.Siswa berusaha untuk
mempersiapkan diri dalam mengikuti setiap tahap pembelajaran yang dilaksanakan sehingga
akan menumbuhkan kemandirian pada diri siswa dalam kegiatan belajar. Setelah itu gurur
menyimpulkan materi pembelajaran pada pertemuan terakhir.
c) Observing

Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh data bahwa aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran meningkat dari 77,08%. Dari hasil analisis kuis pada siklus ini
diperoleh ketercapaian sebesar 82%.

d) Reflecting

Dari data tersebut telah memenuhi ketuntasan secara klasikal dan ketuntasan secra
individu. Berdasarkan rncangan penelitian yang diperoleh sudah mencapai ketuntasan
secra klasikal karena sudah tuntas diatas 75%

e) Analisis Refleksi

Hasil penelitian perlu adanya penambahan siklus untuk memperoleh hasil secara maksimal.

3) Pelaksanaan Siklus III

a)Perencanaan

Berdasarkan perubahan hasil belajar, hasil observasi, tingkat keberhasilan siswa, dan hasil
wawancara dapat digunakan pertimbangan untuk siklus selanjutnya

b)Acting ( tindakan )

Sesuai dengan paham John Dewy yang menyebutkn bahwa siswa akan belajar dengan baik
apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta
proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam pembelajaran ( Nurhadi dan
Senduk,2004:8). Dan siswa berhasil mengajari temannya dengan baik dan membuat
temannya mnegrti terhadap materi yang diajarkan.

c)Observing

Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh data bahwa aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran meningkat dari 82%. Dari hasil analisis kuis pada siklus ini
diperoleh ketercapaian sebesar 85%.

d)Reflecting

Dari data tersebut telah memenuhi ketuntasan secara klasikal dan ketuntasan secra
individu. Berdasarkan rancangan penelitian yang diperoleh sudah mencapai ketuntasan
secara klasikal karena sudah tuntas diatas 75% bahkan melebihi ketuntasan secara
klasikal.

e Ana isis Refleksi


Model pembelajaran ini membawa dampak positif bagi keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran yang dapat dipresentasi keaktifan siswa secara klasikal yaitu sebesar 85%
berdasarkan kategori aktivitas sioswa ( Sukardi,1983: 100), maka aktivitas siswa kelas
X SMA Muhammadiyah Bondowoso tahun ajaran 2007/2008 termasuk dalam kategori
baik. Dan ketuntasan klasikal mencapai 77,08% siswa yang tuntas secara individu.

I. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahan, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:

a) Temuan yang didapat setelah diterapkan model Peer Teaching pada pendekatan
kooperatif;

b) Pembelajaran fisika dengan menggunakan model Peer Teaching dapat mengaktifkan


siswa dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas siswa pada siklus
pertama 72,08% dan pada siklus kedua 82% dan siklus ketiga 85%.

c) Pembelajaran dengan menggunakan model Peer Teaching diperoleh ketuntasan secara


klasikal. Hal ini ditunjukkan dari 20 siswa yang tuntas belajar secra individu sebesar
85%

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakart.
Dejnozken, Edward L. 1976. American Edcator Encyclopedi. London: Greenwood Press.
Jaelani, Dudi. 2002. Bina dan Kembalikan Anak Kita ke “Habitat” Semula (Program Life Skill SMKN 1
Cidahu)
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Mulyasa,E 2007.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Bandung:PT Remaja Rosdakarya .
Dimyati dan Mudjiono,1994. Belajar dan Pembelajaran Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono,1999.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Depdikbud.
Sudjana,1990.Penilaian Hasil Proses Belajar.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Nasution,2000. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam.
Arikunto,S.1998.Prosedur Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta.
Depdiknas, 2004.Pedoman Pelaksanaan UAS SD, SDLB, SLTP, SLTA.Surabaya.
Depdiknas,2005.Standart Nasional Pendidikan,Jakarta:Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005.
Depdiknas,2006.Standar Isi,Jakarta: Permendiknas 22 Tahun 2006.
Depdiknas, 2006.Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta: Permendiknas 23 Tahun 2006

Anda mungkin juga menyukai