A. JUDUL
Penerapan Metode Tutor Sebaya Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar TIK Di SMA
B. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk memanusiakan manusia ke arah yang lebih
baik agar dapat mengembangkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih baik/layak. Agar tujuan
pendidikan bisa tercapai dan maksimal tentunya guru sebagai pendidik akan terus menerus di
tuntut untuk selalu mengembangkan metode pembelajarannya agar segala kesulitan dalam
pembelajaran dapat dipecahkan dengan tetap mengacu pada semula yaitu meningkatkan prestasi
siswa.
Teknologi informasi komputer dan komunikasi saat ini sudah menjadi bagian dari hidup,
kemajuannya yang luar biasa terutama dalam bidang komputer baik hardwarenya maupun
softwarenya Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk memanusiakan manusia ke arah
yang lebih baik agar dapat mengembangkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih baik/layak.
Agar tujuan pendidikan bisa tercapai dan maksimal tentunya guru sebagai pendidik akan terus
menerus di tuntut untuk selalu mengembangkan metode pembelajarannya agar segala kesulitan
dalam pembelajaran dapat dipecahkan dengan tetap mengacu pada tujuan semula yaitu
Bangsa Indonesia yang semakin besar tidak luput dari kemajuan teknologi informasi ini,
walaupun pada umumnya berada pada level konsumen/pemakai yang kalah jauh dari Negara
tetangga yang sudah masuk pada level disainer teknologi dan produsen komponen-komponen
informasi teknologi informasi terutama bidang komputer. Dalam kurikulum mata pelajaran TIK
Keterampilan menggunakan komputer meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Namun
demikian mata pelajaran TIK tidak sekedar terampil, tetapi lebih memerlukan kemampuan
intelektual.
Materi mata pelajaran TIK berupa tema-tema esensial, aktual serta global yang berkembang
dalam kemajuan teknologi pada masa kini, sehingga mata pelajaran TIK merupakan pelajaran
Pembelajaran komputer bersifat individual, artinya guru harus membembing siswa satu-persatu,
Salah satu masalah dalam pembelajaran TIK di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa.
Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor
dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor
fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif),
sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya
Sebagai contoh, Pada setiap pembelajaran di ruang komputer, materi disampaikan dengan cara
membagi dua kelompok siswa, hal ini dilakukan karena sarana komputer yang tidak cukup untuk
seluruh siswa yang berjumlah 44-48 siswa sementara komputer yang ada berkisar 25-28 unit dan
itupun terkadang sering terjadi kemacetan saat sedang digunakan. Karena alasan tertentu juga
pembelajaran komputer diberikan secara klasikal dan satu unit komputer digunakan oleh dua
orang siswa. Kondisi pembelajaran seperti itu menimbulkan beberapa permasalahan,diantaranya
Siswa belajar hanya satu jam pelajaran untuk setiap kelompok sehingga penyampaian satu
Guru atau tenaga pengajar kurang dapat memberikan bantuan individual, bahkan sering kali
Karena ruang menjadi sempit oleh meja dan komputer maka apabila ada siswa yang bertanya
guru sulit untuk menghampiri terlebih jika satu kelas masuk secara bersamaan.
Karena siswa dibagi dalam dua kelompok maka guru menerangkan materi pelajaran menjadi dua
Atas dasar kenyataan inilah, perlu adanya upaya serius untuk meningkatkan mutu pendidikan
dengan melakukan kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi hasil belajar baik
atau buruknya yang dialami siswa, dan evaluasi pembelajaran sehingga siswa diharapkan tidak
cenderung pasif dan bosan dalam menghadapi atmosfer pembelajaran di kelas sesuai hasil yang
diharapkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dimyati & Mudjono (1994:225) menyatakan
Siswa yang belajar di sekolah, direncanakan dan diprogramkan oleh guru dengan sebaik-
baiknya, guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar karena sebagai pendidik
generasi muda bangsa, guru berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar
Maka perlu dicari alternatif dengan melakukan inovasi dan pendekatan, baik itu dalam
berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Oleh karena itu peneliti mencoba memberikan
alternatif untuk mengoptimalkan pembelajaran komputer dengan kondisi sarana, waktu dan
biaya yang terbatas melalui penerapan metode tutor sebaya. Metode ini digunakan karena dalam
pelaksanaannya mampu menciptakan ruang psikologis yang nyaman bagi setiap anggota yang
ada didalamnya. Bantuan yang diberikan oleh teman-teman sebaya pada umumnya terasa lebih
dekat dibandingkan dengan hubungan antara siswa dengan guru. Siswa yang ditunjuk sebagai
tutor ditugaskan membantu siswa lain yang mengalami kesulitan belajar berdasarkan petunjuk-
petunjuk yang diberikan oleh guru. Selain itu kelebihan tutor sebaya yaitu dalam penerapannya,
siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya, siswa
yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau
ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja.
Berdasarkan pemaparan di atas, kiranya peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam
tentang penerapan metode tutor sebaya dalam mengatasi kesulitan belajar TIK Siswa SMA.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya adalah
Bagaimana Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam Mengatasi Kesulitan Belajar TIK Siswa
SMA ?
Bagaimana hasil penerapan tutor sebaya berkenaan dengan prestasi belajar siswa ?
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan agar dengan digunakannya metode tutor sebaya dalam
pembelajaran TIK dapat bermanfaat bagi siswa dan guru serta untuk mengungkap secara jelas
dan menyeluruh dan mendapat informasi yang akurat mengenai penerapan tutor sebaya dalam
mengatasi kesulitan belajar TIK.
Tujuan Khusus
Mengetahui faktor faktor apa saja yang melatar belakangi kesulitan belajar TIK.
Mengetahui hasil penerapan tutor sebaya berkenaan prestasi belajar siswa.
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru dan pembuat kebijakan
pada bidang pendidikan karena :
Bagi siswa
Bermanfaat bagi semua siswa karena terjadi pembelajaran yang mandiri, dewasa dan punya rasa
setia kawan yang tinggi.
Bagi guru
Guru dapat mengetahui metode pembelajaran yang bervariasi khususnya metode tutor sebaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran.
Guru akan terbantu baik dalam akademis terutama dalam pencapaian target waktu dan materi
pembelajaran, maupun dari sisi fisik yang harus terus berdiri dan membimbing ratusan siswa
dalam sehari secara individual.
Bagi sekolah
Membantu memperbaiki pembelajaran TIK di sekolah.
F. ASUMSI
Faktor faktor yang melatar belakangi kesulitan belajar TIK di sekolah yaitu fasilitas TIK yang
kurang memadai, kurangnya motivasi belajar, cara belajar yang salah serta sikap pada guru dan
mata pelajaran
Hasil pelaksanaan bimbingan tutor sebaya ditunjukkan dengan adanya perubahan positif siswa
seperti prilaku tutee saat pelajaran yang tadinya pasif menjadi aktif, meningkatnya rasa percaya
diri, meningkatnya rasa tanggung jawab, berani bertanya, meningkatnya prestasi tutee dalam
pelajaran TIK.
G. HIPOTESIS
Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah: “Penerapan Metode Tutor Sebaya Dapat
Mengatasi Kesulitan Belajar TIK Bagi Siswa SMA”
H. DEFINISI ISTILAH
Keterangan:
Y = Pretest dan Posttest
X = Perlakuan berupa pembelajaran TIK dengan metode tutor sebaya
K. POPULASI / SAMPEL
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik yang duduk di sekolah menengah atas (SMA),
sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pencarian rumusan program bimbingan tutor sebaya
yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
L. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan
(observasi), wawancara, angket dan studi dokumentasi.
Aspek-aspen yang diungkapkan dalam instrument penelitian meliputi :
a. Mengetahui faktor faktor apa saja yang melatar belakangi kesulitan belajar TIK pada siswa
SMA
b. Mengetahui hasil penerapan tutor sebaya berkenaan prestasi belajar siswa
1. a. Tahap Perencanaan
1. Membuat Program
Program diperlukan sebagai rencana baik guru maupun tutor dalm melaksanakan tugasnya.
Program ini intinya terdapat pada dua program yaitu program rencana pembelajaran dan
petunjuk pembelajaran oleh tutor.
2. Menyiapkan Tutor
Agar proses pembelajaran yang dilakukan tutor sebaya dapat terlaksanakan dengan lancar perlu
adanya tutor yang benar-benar mampu untuk mengajar temannya. Oleh karena itu, guru harus
menyeleksi siswa yang akan dijadikan tutor. Cara pertama adalah siswa yang memiliki nilai
terbaik dikumpulkan dan diseleksi oleh guru untuk dipilih beberapa orang sebagai tutor. Kedua,
guru melatih beberapa orang yang memiliki kemampuan lebih atau guru mengambil keputusan
dan langsung siswa yang telah memiliki kemampuan.
3. Menyiapkan sarana dan prasarana
Sarana dan perasana juga sangat pentng dalam proses pembelajaran komputer, sebab tanpa
komputer tidak mungkin berjalan. Untuk itu sebelum proses pembelajaran berlangsung
dipersiapkan dan dicek seluruh komputer.
b. Tahap Tindakan
Setelah tahap persiapan selesai, guru bisa melanjutkan ke tahap pelaksanaan degan memberikan
program, melakukan pengamatan, dan pengarahan kepada tutor, kegiatan tersebut diantaranya:
Memberikan program kepada tutor
Agar tutor dapat mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh gur, tutor diberikan program
pembelajaran berupa petunjuk pengajaran oleh tutor baik secara global maupun perbagian/unit.
Memberikan petunjuk petunjuk/pengarahan/pelatihan kepada tutor.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan tutor, terlebh dahulu tutor dieri
petunjuk,pengarahan bahkan pelatihan oleh guru tentang apa dan bagaimana yang harus
dilakukan tutor di depan siswa.
Melaksanakan tindakan berupa proses pembelajaran oleh guru sesuai dengan rencana tindakan
yang disusun.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta :
PT Bumi Aksara.
Nickerson, A.B. & Nagle, R.J. (2005) Parent and Peer Attachment in Late Childhood and Early
Adolescence. Journal of Early Adolescence. 25. (2). 223-249. Sage Publication.
Thomson, A.1998. The adult and The Curriculum.
Alamat Web : www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-yearbook/1998/thompson.html
Diakses pada tanggal 2 April 2009
uwanda, Dodo. 2007. Diktat Belajar Komputer jilid 3 dan 4.
Belajar Penelitian Tindakan. Alamat web :
ardhana12.wordpress.com/2008/ 01/25/belajar-penelitian-tindakan-kelas-yuuuk/. Diakses pada
tanggal 28 maret 2009
________. Metoda Pembelajaran. Alamat Web : www.salman-alfarisi.com
Diakses pada tanggal 28 maret 2009
________. Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam upaya mengoptimalkan
pemebelajaran mata pelajaran KKPI. Alamat Web :
http://smkswadayatmg.wordpress.com/xmlrpc.php. diakses 28 Maret 2009
_________.Penggunaan Metode Tutor Sebaya (contoh Proposal PTK) « Ekspresi Datang
berseri, Pulang membawa ilmu
Diakses pada tanggal 2 april 2009
_________.Tutor Sebaya « Blog Nurita Putranti.
Diakses pada tanggal 2 april 2009
A. JUDUL
Penerapan Metode Tutor Sebaya Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar TIK Di SMA
B. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk memanusiakan manusia ke arah yang lebih
baik agar dapat mengembangkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih baik/layak. Agar tujuan
pendidikan bisa tercapai dan maksimal tentunya guru sebagai pendidik akan terus menerus di
tuntut untuk selalu mengembangkan metode pembelajarannya agar segala kesulitan dalam
pembelajaran dapat dipecahkan dengan tetap mengacu pada tujuan semula yaitu meningkatkan
prestasi siswa.
Teknologi informasi komputer dan komunikasi saat ini sudah menjadi bagian dari hidup,
kemajuannya yang luar biasa terutama dalam bidang komputer baik hardwarenya maupun
softwarenya. Bangsa Indonesia yang semakin besar tidak luput dari kemajuan teknologi
informasi ini, walaupun pada umumnya berada pada level konsumen/pemakai yang kalah jauh
dari Negara tetangga yang sudah masuk pada level disainer teknologi dan produsen komponen-
komponen informasi teknologi informasi terutama bidang komputer. Dalam kurikulum mata
pelajaran TIK disebutkan bahwa mata pelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
Keterampilan menggunakan komputer meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Namun
demikian mata pelajaran TIK tidak sekedar terampil, tetapi lebih memerlukan kemampuan
intelektual.
Materi mata pelajaran TIK berupa tema-tema esensial, aktual serta global yang berkembang
dalam kemajuan teknologi pada masa kini, sehingga mata pelajaran TIK merupakan pelajaran
yang mewarnai perkembangan perilaku dan teknologi.
Pembelajaran komputer bersifat individual, artinya guru harus membembing siswa satu-persatu,
sangatlah sulit dan memerlukan waktu dan biaya yang besar.
Salah satu masalah dalam pembelajaran TIK di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa.
Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor
dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor
fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif),
sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya
guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Sebagai contoh, Pada setiap pembelajaran di ruang
komputer, materi disampaikan dengan cara membagi dua kelompok siswa, hal ini dilakukan
karena sarana komputer yang tidak cukup untuk seluruh siswa yang berjumlah 44-48 siswa
sementara komputer yang ada berkisar 25-28 unit dan itupun terkadang sering terjadi kemacetan
saat sedang digunakan. Karena alasan tertentu juga pembelajaran komputer diberikan secara
klasikal dan satu unit komputer digunakan oleh dua orang siswa. Kondisi pembelajaran seperti
itu menimbulkan beberapa permasalahan,diantaranya :
Siswa belajar hanya satu jam pelajaran untuk setiap kelompok sehingga penyampaian satu
materi dibutuhkan beberapa kali pertemuan.
Hasil belajar pada setiap materi tidak tercapai tepat waktu.
Guru atau tenaga pengajar kurang dapat memberikan bantuan individual, bahkan sering kali
tidak mengenal para siswa seorang demi seorang.
Karena ruang menjadi sempit oleh meja dan komputer maka apabila ada siswa yang bertanya
guru sulit untuk menghampiri terlebih jika satu kelas masuk secara bersamaan.
Karena siswa dibagi dalam dua kelompok maka guru menerangkan materi pelajaran menjadi dua
kali dan itu secara psikologis memberikan pengaruh kepada pengajar.
Atas dasar kenyataan inilah, perlu adanya upaya serius untuk meningkatkan mutu pendidikan
dengan melakukan kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi hasil belajar baik
atau buruknya yang dialami siswa, dan evaluasi pembelajaran sehingga siswa diharapkan tidak
cenderung pasif dan bosan dalam menghadapi atmosfer pembelajaran di kelas sesuai hasil yang
diharapkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dimyati & Mudjono (1994:225) menyatakan
Siswa yang belajar di sekolah, direncanakan dan diprogramkan oleh guru dengan sebaik-
baiknya, guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar karena sebagai pendidik
generasi muda bangsa, guru berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar
yang dihadapi oleh siswa.
Maka perlu dicari alternatif dengan melakukan inovasi dan pendekatan, baik itu dalam
penggunaan media ataupun metode penyampaian sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Oleh karena itu peneliti mencoba memberikan
alternatif untuk mengoptimalkan pembelajaran komputer dengan kondisi sarana, waktu dan
biaya yang terbatas melalui penerapan metode tutor sebaya. Metode ini digunakan karena dalam
pelaksanaannya mampu menciptakan ruang psikologis yang nyaman bagi setiap anggota yang
ada didalamnya. Bantuan yang diberikan oleh teman-teman sebaya pada umumnya terasa lebih
dekat dibandingkan dengan hubungan antara siswa dengan guru. Siswa yang ditunjuk sebagai
tutor ditugaskan membantu siswa lain yang mengalami kesulitan belajar berdasarkan petunjuk-
petunjuk yang diberikan oleh guru. Selain itu kelebihan tutor sebaya yaitu dalam penerapannya,
siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya, siswa
yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau
ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja.
Berdasarkan pemaparan di atas, kiranya peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam
tentang penerapan metode tutor sebaya dalam mengatasi kesulitan belajar TIK Siswa SMA.
C. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya adalah
Bagaimana Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam Mengatasi Kesulitan Belajar TIK Siswa
SMA ?
Adapun batasan masalahnya adalah :
Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi kesulitan belajar TIK ?
Bagaimana hasil penerapan tutor sebaya berkenaan dengan prestasi belajar siswa ?
D. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan agar dengan digunakannya metode tutor sebaya dalam
pembelajaran TIK dapat bermanfaat bagi siswa dan guru serta untuk mengungkap secara jelas
dan menyeluruh dan mendapat informasi yang akurat mengenai penerapan tutor sebaya dalam
mengatasi kesulitan belajar TIK.
Tujuan Khusus
Mengetahui faktor faktor apa saja yang melatar belakangi kesulitan belajar TIK.
Mengetahui hasil penerapan tutor sebaya berkenaan prestasi belajar siswa.
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru dan pembuat kebijakan
pada bidang pendidikan karena :
Bagi siswa
Bermanfaat bagi semua siswa karena terjadi pembelajaran yang mandiri, dewasa dan punya rasa
setia kawan yang tinggi.
Bagi guru
Guru dapat mengetahui metode pembelajaran yang bervariasi khususnya metode tutor sebaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran.
Guru akan terbantu baik dalam akademis terutama dalam pencapaian target waktu dan materi
pembelajaran, maupun dari sisi fisik yang harus terus berdiri dan membimbing ratusan siswa
dalam sehari secara individual.
Bagi sekolah
Membantu memperbaiki pembelajaran TIK di sekolah.
F. ASUMSI
Faktor faktor yang melatar belakangi kesulitan belajar TIK di sekolah yaitu fasilitas TIK yang
kurang memadai, kurangnya motivasi belajar, cara belajar yang salah serta sikap pada guru dan
mata pelajaran
Hasil pelaksanaan bimbingan tutor sebaya ditunjukkan dengan adanya perubahan positif siswa
seperti prilaku tutee saat pelajaran yang tadinya pasif menjadi aktif, meningkatnya rasa percaya
diri, meningkatnya rasa tanggung jawab, berani bertanya, meningkatnya prestasi tutee dalam
pelajaran TIK.
G. HIPOTESIS
Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah: “Penerapan Metode Tutor Sebaya Dapat
Mengatasi Kesulitan Belajar TIK Bagi Siswa SMA”
H. DEFINISI ISTILAH
Keterangan:
Y = Pretest dan Posttest
X = Perlakuan berupa pembelajaran TIK dengan metode tutor sebaya
K. POPULASI / SAMPEL
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik yang duduk di sekolah menengah atas (SMA),
sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pencarian rumusan program bimbingan tutor sebaya
yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
L. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan
(observasi), wawancara, angket dan studi dokumentasi.
Aspek-aspen yang diungkapkan dalam instrument penelitian meliputi :
a. Mengetahui faktor faktor apa saja yang melatar belakangi kesulitan belajar TIK pada siswa
SMA
b. Mengetahui hasil penerapan tutor sebaya berkenaan prestasi belajar siswa
1. a. Tahap Perencanaan
1. Membuat Program
Program diperlukan sebagai rencana baik guru maupun tutor dalm melaksanakan tugasnya.
Program ini intinya terdapat pada dua program yaitu program rencana pembelajaran dan
petunjuk pembelajaran oleh tutor.
2. Menyiapkan Tutor
Agar proses pembelajaran yang dilakukan tutor sebaya dapat terlaksanakan dengan lancar perlu
adanya tutor yang benar-benar mampu untuk mengajar temannya. Oleh karena itu, guru harus
menyeleksi siswa yang akan dijadikan tutor. Cara pertama adalah siswa yang memiliki nilai
terbaik dikumpulkan dan diseleksi oleh guru untuk dipilih beberapa orang sebagai tutor. Kedua,
guru melatih beberapa orang yang memiliki kemampuan lebih atau guru mengambil keputusan
dan langsung siswa yang telah memiliki kemampuan.
3. Menyiapkan sarana dan prasarana
Sarana dan perasana juga sangat pentng dalam proses pembelajaran komputer, sebab tanpa
komputer tidak mungkin berjalan. Untuk itu sebelum proses pembelajaran berlangsung
dipersiapkan dan dicek seluruh komputer.
b. Tahap Tindakan
Setelah tahap persiapan selesai, guru bisa melanjutkan ke tahap pelaksanaan degan memberikan
program, melakukan pengamatan, dan pengarahan kepada tutor, kegiatan tersebut diantaranya:
Memberikan program kepada tutor
Agar tutor dapat mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh gur, tutor diberikan program
pembelajaran berupa petunjuk pengajaran oleh tutor baik secara global maupun perbagian/unit.
Memberikan petunjuk petunjuk/pengarahan/pelatihan kepada tutor.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan tutor, terlebh dahulu tutor dieri
petunjuk,pengarahan bahkan pelatihan oleh guru tentang apa dan bagaimana yang harus
dilakukan tutor di depan siswa.
Melaksanakan tindakan berupa proses pembelajaran oleh guru sesuai dengan rencana tindakan
yang disusun.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta :
PT Bumi Aksara.
Nickerson, A.B. & Nagle, R.J. (2005) Parent and Peer Attachment in Late Childhood and Early
Adolescence. Journal of Early Adolescence. 25. (2). 223-249. Sage Publication.
Thomson, A.1998. The adult and The Curriculum.
Alamat Web : www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-yearbook/1998/thompson.html
Diakses pada tanggal 2 April 2009
uwanda, Dodo. 2007. Diktat Belajar Komputer jilid 3 dan 4.
Belajar Penelitian Tindakan. Alamat web :
ardhana12.wordpress.com/2008/ 01/25/belajar-penelitian-tindakan-kelas-yuuuk/. Diakses pada
tanggal 28 maret 2009
________. Metoda Pembelajaran. Alamat Web : www.salman-alfarisi.com
Diakses pada tanggal 28 maret 2009
________. Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam upaya mengoptimalkan
pemebelajaran mata pelajaran KKPI. Alamat Web :
http://smkswadayatmg.wordpress.com/xmlrpc.php. diakses 28 Maret 2009
_________.Penggunaan Metode Tutor Sebaya (contoh Proposal PTK) « Ekspresi Datang
berseri, Pulang membawa ilmu
Diakses pada tanggal 2 april 2009
_________.Tutor Sebaya « Blog Nurita Putranti.
Diakses pada tanggal 2 april 2009
Oleh :
Hakimi Baigas
ABSTRACT
This article discusses about the role of peer-teaching to improve the quality of
learning especially in Information Teknologi (IT) and Communication subject. However,
since IT and Communication in a new subject in school, it has many problems in the
process of teaching and learning. The small number of teachers and facilities in the
computer laboratory are the common problems in schools. Thus, it is necessary to find
an appropriate method in order to achieve the goal of learning.
The peer-teaching is one of the method that is used in SMA 1 Batang Anai
Kabupaten Padang Pariaman in solving the lack of teachers and facilities in computer
laboratory. Through this method, teachers facilitate students who have better ability to in
the computer skill other students finish exercises or assignments from the teachers.
Application of peer-teaching method in IT and Communication subject can bring
positive impacts to the student and it can also improve the students abilities and
creativity in understanding the lesson and in using computer in computer.
Keywords : Peer-Teaching, Ability, Creativity
Kekurangan sarana dan prasarana sekolah juga dialami di SMA Negeri 1 Batang
Anai Kabupaten Padang Pariaman, khususnya pada mata pelajaran TIK yang
membutuhkan labor komputer dan peralatannya. Labor komputer di SMA Negeri 1
Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman memiliki 20 unit komputer, digunakan oleh
siswa pada saat mata pelajaran TIK dengan jumlah siswa berkisar antara 36 sampai 40
orang dalam satu kelas.
Pada setiap pembelajaran di labor komputer SMA Negeri 1 Batang Anai
Kabupaten Padang Pariaman materi disampaikan dengan cara membagi dua kelompok
siswa, hal ini dilakukan karena sarana komputer yang tidak cukup untuk seluruh siswa
yang berjumlah 36-40 siswa sementara komputer yang ada berkisar 17-20 unit dan itu
pun terkadang sering terjadi kemacetan saat sedang digunakan. Karena keterbatasan
waktu dan tenaga pendidik pembelajaran komputer diberikan secara klasikal, artinya
seluruh siswa dalam sekelas belajar sekaligus sehingga siswa menggunakan satu unit
komputer berdua bahkan bertiga.
Kondisi pembelajaran dengan mengunakan satu komputer untuk berdua atau
bertiga menimbulkan beberapa permasalahan. Diantaranya adalah keterbatasan waktu
bagai siswa untuk mengunakan komputer dalam mengerjakan latihan-latihan dan
tugas-tugas yang diberikan guru, ruang menjadi sempit oleh meja dan komputer maka
jika ada siswa yang bertanya terasa sulit untuk dihampiri terlebih jika satu kelas masuk
secara bersamaan. Sehingga apa yang diharapkan menjadi tujuan pendidikan
khusunya TIK tidak dapat tercapai dengan baik, hal ini terlihat dengan hasil yang
dicapai dalam proses pembelajaran masih jauh dari sasaran yang diharapkan.
Untuk mengatasi permasalahan-masalahan yang ditimbulkan oleh kekurangan
tenaga pendidik dan saran prasarana labor komputer. Maka di SMA Negeri 1 Batang
Anai Kabupaten Padang Pariaman mengunakan metode tutor sebaya untuk mata
pelajaraan TIK di labor komputer. Melalui tutor sebaya, siswa bukan dijadikan sebagai
obyek pembelajaran tetapi menjadi subyek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk
menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan cara
demikian siswa yang menjadi tutor dapat mengulang dan menjelaskan kembali materi
sehingga menjadi lebih memahaminya.
Untuk evaluasi kinerja siswa gunakan bentuk asesmen dan evaluasi autentik
yang tidak hanya mengukur aspek verbal dan kognitif siswa, namun juga mengukur
karakter, keterampilan, kewaspadaan dan cara berfikirnya dalam mengatasi masalah.
Dalam konteks edukatif serta sebagai media untuk menumbuhkan motivasi belajar.
(Suyanto dan Harmanto, 2005)
2.5 Manfaat Tutor Sebaya Pada Mata Pelajaran TIK di SMA N 1 Batang Anai.
Setelah metode tutor sebaya dilaksanakan di labor komputer SMA N 1 Batang
Anai, penulis lihat perubahan yang menuju kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
Jika pada mulanya siswa yang masih malas untuk belajar TIK di labor komputer, karena
sering tidak mendapat komputer untuk latihan dan mengerjakan tugas. Setelah
dilakukan pelajar dengan tutor sebaya, mereka mulai bersemangat lagi untuk belajar di
labor komputer.
Keberhasilan metode tutor sebaya juga dapat dilihat dari meningkatnya
kemampuan dan kreativitas siswa dalam mata pelajaran TIK. Siswa mulai berani tampil
dalam belajar di labor komputer. Ini terlihat dari aktifnya siswa dalam mengerjakan
latihan, tugas, dan menanyakan hal-hal baru yang mereka dapatkan dari buku atau
media-media lain diluar jam pelajaran. Metode tutor sebaya juga telah banyak
membawa perubahan dalam pelajaran TIK, banyak pengetahuan baru yang didapat
setelah mereka melakukan diskusi atau saling bertukar informasi. Para siswa juga
semakin percaya diri untuk mengerjakan latihan dan tugas serta bertanya apa-apa yang
mereka tidak ketahui.
Kemampuan siswa juga dapat dilihat dari keterampilan mereka mengunakan
komputer, dan mengerjakan latihan-latihah dan tugas yang diberikan dengan cepat dan
benar. Sedangkan kreativitas telah nampak adalah banyaknya mereka yang
mengetahui dan bisa mengunakan fasilitas-fasilitas yang ada pada komputer.
Sedangkan guru sendiri banyak terbantu dengan adanya tutor sebaya. Guru
tidak akan maksimal dalam mengajar siswa di labor komputer dikarenakan
keterbatasan waktu dan sarana yang ada. Tutor disini dapat mengisi keter batasan
waktu tadi dengan mengajar kepada teman-temannya. Sedangkan keterbatasan sarana
juga dapat teratasi dengan cara mereka saling berbagi komputer untuk mengerjakan
latihan dan tugas.
III PENUTUP.
1. Kesimpulan.
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan :
Keterbatasan sarana prasarana pembelajaran TIK di sekolah-sekolah membawa
dampak terhadap proses dan hasil pembelajaran. Kurangnya komputer dan
kelengkapan lainnya di labor komputer di SMAN 1 Batang Anai dapat membuat siswa
malas untuk belajar TIK. Untuk mencari jalan keluarnya maka dilakukanlah tindakan
dengan mengunakan metode Tutor sebaya dalam pembelajar TIK di labor komputer.
Tutor sebaya merupakan cara meningkatkan kreativitas siswa dalam proses
belajar TIK. Siswa menjadi termotivasi untuk belajar komputer dengan bibingan teman-
teman mereka sendiri. Mereka juga menjadi termotivasi untuk saling memberi tahu dan
saling bertukar informasi yang mereka miliki. Tutor sebaya juga menjadi sebuah solusi
bagi guru untuk dapat mengajarkan komputer, karena guru TIK tidak memiliki waktu
yang cukup untuk membantu siswa dalam latihan-latihan dengan mengunakan
komputer.
Turor sebaya juga dapat menjawab permasalahan sehubungan dengan
kurangnya komputer di labor komputer SMA N 1 Batang Anai. Komputer yang
jumlahnya terbatas harus dapat digunakan secara bersama oleh siswa, sehingga ada
kemungkinan siswa tidak pernah mendapatkan komputer. Dengan tutor sebaya dan
pembagian kelompok, membuat pembagian kerja menjadi teratur sehingga semua
anggota kelompok dapat menggunakan komputer untuk mengerjakan latihan dan tugas.
2. Saran.
Saran yang dapat penulis berikan adalah dalam proses belajar mengajar
sebaiknya mengembangkan kreativitas siswa, dan guru di harapkan dapat
memperhatikan, memberi bimbingan kepada siswa untuk dapat, bisa mengunakan
komputer dengan baik dan lancar komputer. Disamping itu diharapkan guru-guru dapat
mencari metode-metode pembelajaran yang baik untuk kelancaran prases
pembelajaran disekolah.
Sehubungan dengan mata pelajaran TIK penulis harapkan adanya kerja sama
semua pihak untuk dapat mengatasi permasalahan seperti kurangnya sarana dan
prasaran. Kurangnya tenaga pengajar. Dan sering dijumpainya permasalahan-
permasalahnya yang berhubungan dengan alat di labor komputer.
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Nuhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Rasda
karya.
Degeng, I N. S. 1988. Ilmu Pengajaran: Taksonomi variabel. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti
P2LPTK.
Harmanto dan Suyanto, Totok. 2005. Peningkatan Perolehan Belajar Mahasiswa Melalui
Rekonstruksi Matakuliah Dasar dan Konsep Pendidikan Moral dengan Pendekatan
Kontekstual. Surabaya: Tidak diterbitkan.
BNSP. 2006. Petenjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi. Debniknas
SMK Swadayat. 2007. Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam upaya mengoptimalkan
pemebelajaran mata pelajaran KKPI. Alamat Web :
http://smkswadayatmg.wordpress.com/xmlrpc.php.
Tuhuserta Sawali. 2007. Diskusi Kelompok Terbimbing Model Tutor Sebaya. Alamat Web
:http://sawali.info\tutor sebaya\Diskusi Kelompok Terbimbing Model Tutor Sebaya _
Catatan Sawali Tuhusetya.htm
Metode ini dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap
yang tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi/latihan kepada teman-temannya yang belum
faham. Metode ini banyak sekali manfaatnya baik dari sisi siswa yang berperan sebagai tutor
maupun bagi siswa yang diajarkan. Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan
metode ini dengan memberi pengarahan dan lain-lain
Tutor Sebaya dikenal dengan pembelajaran teman Sebaya atau antar peserta didik, hal ini bisa
terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian
membantu peserta didik lain yang kurang mampu. Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya
harus dialokasikan agar peserta didik saling membantu dalam belajar baik satu-satu atau dalam
kelompok kecil.
Tutor Sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan
peserta didik. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai
dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama.
Tutor Sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini
membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya. Ketika mereka belajar dengan “Tutor Sebaya”, peserta didik juga
mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan
memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan Tutor Sebaya kepada
temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah
dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang
lebih akrab.
Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti
halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan dari metode tutor sebaya
sementara kekurangan metode ini antara lain :
- tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.
- Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.
F. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research), bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas
atau tempat kerja (Isaac, 1994:27). Sedangkan menurut Prof. Suhardjono (2006:56) mengatakan
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan yang dapat
dipandang sebagai tindak lanjut dari penelitian deskriftif maupun eksperimen. Pada penelitian
tindakan kelas bukan lagi mengetes sebuah perlakuan tetapi sudah mempunyai keyakinan akan
ampuhnya sesuatu perlakuan.
1. Setting Penelitian :
- Lokasi Penelitian : SMP Negeri 1 Rangkasbitung, Banten
- Subjek Penelitian : siswa kelas VIII-H sebanyak 44 orang, 20 Siswa Perempuan dan 24 siswa
laki-laki.
2. Sasaran Penelitian :
3. Rencana Tindakan :
SIKLUS PERTAMA
1) Perencanaan :
Pada tahap ini akan dilakukan :
- Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi dasar untuk mata pelajaran TIK Kelas X, dan mengembangkan skenario
pembelajaran.
- Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan pada setiap tindakan.
Memformat lembar kerja (Letak, huruf, lebar baris dan kolom, format angka serta penomoran
otomatis)
- Menggunakan rumus (penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (*), dan pangkat (^), dan
membuat bingkai)
Menggunakan fungsi (logika, dan statistik),
- Menyusun Lembar kerja siswa
- Menyiapkan alat/media yang diperlukan (LCD Proyektor)
- Menyusun format format penilaian (unjuk kerja) dan observasi.
- Mengadakan tes awal untuk menetukan kelompok yang menjadi tutor dan kelompok teman.
- Membagi kelompok dan menjelaskan maksud pembagian kelompok dan rencana pembelajaran
yang akan dilakukan.
2) Tindakan
3) Pengamatan
Pada tahap ini guru mengamati proses kegiatan yang sedang berlangsung, diantaranya :
- Mengamati interaksi belajar yang sedang berlangsung (aktifitas, kreatifitas) untuk siswa yang
menjadi tutor maupun sebagi teman.
- Menilai lembar kerja yang dikerjakan.
4) Reflesksi
Pada tahap ini dilakukan untuk mengevalusi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil
pengamatan :
- Apakah materi yang disampaikan oleh guru dapat disampaikan dengan jelas oleh kelompok
tutor ke kelompok teman?
Indikator yang dapat dilakukan adalah melihat hasil pada lembar latihan siswa. (jika hasilnya
belum mencapai 75% maka akan lakukan perbaikan pada siklus kedua dengan materi yang sama,
dan jika hasilnya sudah memuakan maka pada siklus kedua akan disampaikan materi kedua)
- Apakah terjadi interaksi belajar?
Hal ini terlihat dari sespon siswa sebagi tutor ataupun seabgai teman, baik itu dalam bentuk tanya
jawab, pengerjaan latihan.
- Menyusun rencana perbaikan sesuai dengan kelemahan-kelemahan pada yang terjadi
berdasarkan hasil pengamatan untuk digunakan pada siklus kedua.
SIKLUS KEDUA
1) Perencanaan
2) Tindakan
- Kelompok yang menjadi tutor masuk ruang komputer untuk mendapat materi secara langsung
dari guru pengajar selama 1 jam pelajaran, sementara kelompok teman berada di kelas dengan
diberi tugas untuk membaca materi yang akan diterangkan dan merngkum hasil belajar pada
siklus pertama.
- Guru menjelaskan materi menggunakan rumus (penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian
(*), dan pangkat (^), dan membuat bingkai).
- Pada akhir satu jam pelajaran Guru melakukan tanya jawab dan menjelaskan kesimpulan dari
kegiatan belajar.
- Setelah satu jam pelajaran Kelompok teman masuk ruangan komputer dan belajar materi
menggunakan rumus dengan dibimbing oleh kelompok tutor.
3) Pengamatan
4) Reflesksi
Pada tahap ini dilakukan untuk mengevalusi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil
pengamatan :
- Apakah materi menggunakan rumus yang disampaikan oleh guru dapat disampaikan dengan
jelas oleh kelompok tutor ke kelompok teman?
Indikator yang dapat dilakukan adalah melihat hasil pada lembar latihan siswa. (jika hasilnya
belum mencapai 75% maka akan lakukan perbaikan pada siklus ketiga dengan materi yang sama,
dan jika hasilnya sudah memuakan maka pada siklus ketiga akan disampaikan materi ketiga)
- Apakah terjadi interaksi belajar?
Hal ini terlihat dari sespon siswa sebagi tutor ataupun seabgai teman, baik itu dalam bentuk tanya
jawab, pengerjaan latihan.
Menyusun rencana perbaikan sesuai dengan kelemahan-kelemahan pada yang terjadi
berdasarkan hasil pengamatan untuk digunakan pada siklus ketiga.
SIKLUS KETIGA
1) Perencanaan
- Mengidentifikasi masalah pada siklus kedua dan menyusun alternatif pemecahannya.
- Menyiapkan media dan materi menggunakan fungsi (logika, dan statistik).
- Merubah kelompok dan membagi kelompok secara acak. (tidak lagi berdasarkan kepada hasil
tes yang dilakukan pada perencanaan di siklus pertama), tetapi tetap menggunakan nama
kelompok tutor dan kelompok teman.
2) Tindakan
- Kelompok yang menjadi tutor masuk ruang komputer untuk mendapat materi secara langsung
dari guru pengajar selama 1 jam pelajaran, sementara kelompok teman berada di kelas dengan
diberi tugas untuk membaca materi yang akan diterangkan dan merngkum hasil belajar pada
siklus pertama.
- Guru menjelaskan materi Menggunakan fungsi (logika, dan statistik).
- Pada akhir satu jam pelajaran Guru melakukan tanya jawab dan menjelaskan kesimpulan dari
kegiatan belajar.
- Setelah satu jam pelajaran Kelompok teman masuk ruangan komputer dan belajar materi
menggunakan rumus dengan dibimbing oleh kelompok tutor.
3) Pengamatan
4) Reflesksi
Pada tahap ini dilakukan untuk mengevalusi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil
pengamatan dan membuat suatu kesimpulan dari hasil pengamatan tersebut.
Dari hasil pelaksanaan penelitian tindakan, ditentukan teknik pengumpulan data yang
berorientasi pada observasi partisipasif (Wolcott,1992), yaitu peneliti melakukan observasi
sambil ikut serta dalam kegiatan yang sedang berjalan.
Pengambilan data dilakukan dengan Tes dan Observasi. Untuk memudahkan dan terkumpulnya
data maka peneliti menggunakan format penilaian (unjuk kerja) dan format observasi dengan
skala penilaian.
Format Observasi :
ABSTRACT
Perkembangan dan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung pada mutu pendidikan
bangsa itu sendiri. Sebab pendidikan merupakan pokok penting dalam pembangunan
semakin tinggi mutu pendidikan suatu bangsa maka makin tinggi pula potensi bangsa itu
untuk berkembang dangan maju dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.Seta
perbedaan tingkat kemampuan masing-masing anak dalam satu kelas ( kelas heterogen).
Berdasarkan permasalahan diatas diambil judul pembelajaran dengan menggunakan model
Peer Teaching. Rumusan yang diambil adalah: (1) Bagaimanakah Pengaruh Penerapan
Metode Peer Teaching Dalam pembelajaran Fisika Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X
Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008?(2) Faktor-faktor apa sajakah yang dapat
mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok
Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso
2007/2008?. Tujuannya adalah untuk meningkatkan minat dan aktivitas siswa. Manfaat dari
penelitian ini adalah: Bagi siswa, agar lebih termotivasi untuk belajar dengan hal yang
menyenangkan;Bagi Guru, diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan untuk
memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran matematika dapat
optimal;Bagi lembaga pendidikan dan sekolah terkait, diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran demi peningkatan mutu pendidikan;hasil dari penelitian ini
Pembelajaran fisika dengan menggunakan model Peer Teaching dapat mengaktifkan siswa
dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas siswa pada siklus pertama
72,08% dan pada siklus kedua 82% dan siklus ketiga 85%. Pembelajaran dengan
menggunakan model Peer Teaching diperoleh ketuntasan secara klasikal. Hal ini
ditunjukkan dari 20 siswa yang tuntas belajar secra individu sebesar 85%
A. Latar Belakang
Perkembangan dan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung pada mutu
pendidikan bangsa itu sendiri. Sebab pendidikan merupakan pokok penting dalam
pembangunan semakin tinggi mutu pendidikan suatu bangsa maka makin tinggi pula
potensi bangsa itu untuk berkembang dangan maju dengan kualitas sumber daya manusia
yang dimiliki.
Banyak hal yang sudah dilakukan oleh pemerintah supaya Untuk meningkatkan
kualitas pendidikan diantaranya dengan memperbaiki kurikulum yang ada dengan
kurikulum yang baru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dideferensialkan
dengan kurikulum (KTSP). Upaya lain yang dilakukan adalah menggalakkan program wajib
belajar 9 tahun serta peningkatan kualitas dan profesionalisme seorang guru sebagai
tenaga pendidik. Dengan adanya program sertifikasi yang bertujuan menilai sejauh mana
profesionalisme seorang guru, maka guru harus banyak belajar dan mencari pengalaman
yang berkaitan dengan pembelajaran yang sukses. Untuk menciptakan proses pembelajaran
yang sukses, seorang guru harus bisa meimilih dan memilah metode yang akan digunakan
dalam PBM sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Kondisi ini bisa meliputi aspek
intelektualitas, psikologis, dan biologis sehingga dapat tercipta pembelajaran yang efektif.
Sebagai upaya untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dengan melihat aspek
psikologi dan perkembangan anak yang menyatakan bahwa sekolah menengah Pertama
(SMP) adalah usia transisi dari anak-anak menuju remaja. Sehingga pada usia ini anak
masih dekat dan senang dengan sesuatu yang menyenangkan atau segala yang bisa
dilakukan dengan bermain. Dan berdasarkan fakta lapangan menyatakan mayoritas anak
berpendapat bahwa Fisika adalah pelajaran yang sulit. Dan dengan melihat kebiasaan guru
yang umumnya menggunakan metode yang sama dengan tujuan yang variasi dalam
kegiatan pembelajarannya, maka pantaslah jika hal tersebut diatas itu ada.
Maka berdasarkan uraian diatas, diajukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh
Penerapan Metode Peer Teaching Dalam pembelajaran Fisika Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang
Elektromagnetik Kelas X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008”.
B. Rumusan Masalah
Bersadarkan latar belakang diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
2. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas
X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas
X Di SMA Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, agar lebih termotivasi untuk belajar dengan hal yang menyenangkan;
2. Bagi Guru, diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan untuk memilih metode
pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran matematika dapat optimal;
3. Bagi lembaga pendidikan dan sekolah terkait, diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran demi peningkatan mutu pendidikan;
4. Bagi peneliti lain, untuk menambah pengetahuan tentang penelitian terutama yang
berkaitan dengan kasus – kasus yang sejenis;
5. Bagi peneliti, sebagai bekal, wawasan, pengalaman dan latihan sebelum terjun didunia
pendidikan.
E. Batasan Operasional
Adapun batasan Operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Peer Teaching atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya
dengan tipe yang pertama pengajar dengan usia yang sebaya.
2. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing –
masing satuan pendidikan.
Hasil belajar matematika menggunakan model peer teaching merupakan kemampuan siswa
dalam meningkatkan kemampuan dalam mempelajari matematika yang diwujudkan dalam
bentuk nilai. Nilai akan dicapai siswa setelah siswa diberi kesempatan untuk melakukan
sistem tutor sebaya tersebut.
F. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Fisika
Fisika dalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains. Hakekat IPA (
termasuk fisika) merupakan proses dan produk dari penelitian atau penyelidikan untuk
mempelajari gejala alam termasuk komponen-komponen pada benda(zat), seta hubungan
timbal balik antara zat dan gejala yang ditimbulkannya (Baez,1976;Alonso&Finn,1983
dalam sutarto,2005:330).
Fisika termasuk kumpulan hasil ( produk) dari proses pengkajian gejala alam
(Sund&Trowbridge,1973;Carin&Sund,1975 dalam sutarto,2005:330). Produk fisika dapat
berupa hokum, teori, prinsip, aturan, adan atau rumus-rumus ( Siregar, 1994). Hukum,
teori, prinsip, aturan dan rumus-rumus dalam fisika terbangun oleh konsep-konsep yang
saling berkaitan ( Sund&Trowbridge, 1973; Amien,1987 dalam Sutarto,2005:330).
Pengajaran fisika yang baik, bila siswa dapat menguasai fisika tentang: (1) prinsip
yang konstan atau selalu tunduk dengan aturan kesepakatan, yang harus dikuasai secara
kognitif ( wilayah kognitif); (2) sesuatu yang dapat diamati atau terukur yang
penguasannya harus terlihat adanya keterlibatan fisik atau otot yang dikenal dengan
kemampuan psikomotor ( wilayah psikomotor); dan (3) kebermanfaatan ilmu pengetahuan
tersebut secara langsung atau tidak langsung dalam menunjang kebutuhan hidup atau
dalam sistem sosial, penguasaan fisika yang berkaitan dengan kebermanfaatan ini dikenal
dengan kemampuan afektif ( wilayah afektif) ( Abruscato, 1982 dalam Sutarto, 2005:331)
Dengan demikianpembelajaran fisika dapat meningkatkan penguasaan siswa tentang fisika
pada ranah afektif. Hasil survey ditempat kerja menunjukkan bahawa pendidikan siswa
tentang: pengetahuan proses ilmniah, keterampilan individu, dan pengetahuan fisika
konseptual adalah relatif penting ( Heuvelen, 2001 dalam Sutarto, 2005:331). Oleh karena
itu ukuran keberhasilanisws adalam belajar fisika, tidak hanya ditentukan oleh penguasaan
fisika secara kognitif, afektif dan psikomotor tetapi juga perlu adanya penguasaan
pengetahuan tentang proses ilmiah, keterampilan individu, pengetahun fisika secara
konseptual ( Sutarto,2005:331)
Untuk memilih metode mengajar yang tepat, seorang guru hendaknya mengenal
faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran. Dengan memperhatikan faktor-faktor
penentu tersebut diharapkan pembelajaran akan lebih efektif. Faktor-faktor penetu tersebut
adalah memiliki:
1. Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ingin
dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan;
2. Karakteristik mata pelajaran/ bidang studi, yang meliputi tujuan, isi pelajaran , urutan,
dan cara mempelajarinya;
3. Karakteristik siswa, mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan afektif, usia,
jenis kelamin dan yang lainnya;
2. Aktivitas Siswa
Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik akan terlibat dalam aktivitas yang
berkaitan dengan aktivitas proses belajarnya. Aktivitas ini bukan hanya sekedar
mendengarkan dan mencatat saja seperti kebanyakan pembelajaran yang ada. Padahal
pembelajaran seperti ini akan menimbulkan kebosanan siswa dalam proses belajar
mengajar, sehingga pembelajaranpun tidak efektif.
Menurut Paul B. Dierich ( Dalam Nasution, 2000:91), mengtakan ada 177 kegiatan siswa yang
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
h. Emotional activities seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang,
gugup, dan sebagainya.
Merujuk dari uraian di atas maka, dalam pembelajaran dengan tutor sebaya ini akan
muncul aktivitas – aktivitas yang mencerminkan aktivitas dengan metode tutor sebaya.
Antara lain :
b. Oral activities seperti: bertanya pada guru mengenai materi petunjuk ataupun kesulitan
di dalam menyelesaikan soal;
d. Writing activities seperti: menulis hasil kerja, menulis penyelesaian dari tiap tes yang
diberikan;
e. Motor activities , untuk aktivitas ini sudah dilaksanakan dengan adanya tutor sebaya jadi
tidak ada siswa yang berdiam diri;
f. Mental activities seperti: menanggapi pernyataan yang muncul dalam diskusi kelompok
atau kelompok lain menyelesaikan masalah yang di kemas dalam peer teaching;
g. Emotional activities, ini muncul karena adanya peer teaching sehingga memunculkan
adanya persaingan yang mampu membuat siswa merasa gembira tegang gugup dan
sebagainya;
3. Hasil Belajar
Dalam proses pembelajaran, langkah akhir yang harus dilakukan adalah evaluasi
kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk melihat berhasil atau tidaknya
pembelajaran tersebut. Objek dari evaluasi ini adalah hasil belajar siswa. Dengan mengacu
pada definisi belajar yang berbunyi “ belajar adalah proses yang ditandai adanya perubahan
pada diri seseorang”, maka setelah pelaksanaan kegiatan pelajaran dituntut adanya pada
diri peserta didik baik berupa perubahan sifat ataupun perubahan pengetahuan.
Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain:
c) Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan pembelajaran minimal 75% dari siswa
seluruhnya;
d) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari
bahan berikutnya ( Sudjana,1989: 62)
Hasil belajar menurut Sudjana ( 1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki oleh
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, atau pada hakekatnya hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku siswa setelah melakukan belajar yang biasanya ditunjukkan
berupa nilai atau angka.
Hasil belajar ini dapat diketahui atau diukur oleh guru dengan menggunakan hasil
atau skor dari tes yang dilakukan pada tiap akhir pertemuan atau pembelajaran. Bahan dari
tes yang akan diberikan adalah bahan atau materi yang telah dipelajari pada
KTSP merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
sekolah/ daerah, karakteristik sekolah/ daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
karakteristik peserta didik.( Mulyasa, 2007: 8)
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan permendiknas no.22 dan 23.
5. Ciri-ciri KTSP
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal
yang disesuaikn dengan kebutuhan dari setiap sekolah;
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsure edukatif
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi
Peer Teaching atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor
sebaya, ada beberapa ahli ada yang meneliti masalah ini diantaranya, adalah Edward L.
Dejnozken dan David E. Kopel dalam American Education Encyclopedia menyebutkan
pengertan tutor sebaya adalah sebagai berikut: Tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa
mengajar siswa lainnya. Tipe pertama adalah pengajar dan pembelajar dari usia yang sama.
Tipe kedua adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang lain kadang
dimunculkan pertukaran usia pengajar. Muntasir dalam bukunya pengajaran terprogram
mengemukakan bahwa Tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar, cara
mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci.
Fungsi lainnya adalah dengan adanya tutor sebaya siswa yang kurang aktif menjadi
aktf karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas,
sebagaimana diungkapkan oleh M. Saleh Muntasir bahwa dengan pergaulan antara para
tutor dengan murid-muridnya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam
hatinya, dan khayalannya.
Jadi, sistem pengajaran dengan tutor sebaya akan membantu siswa yang kurang
mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi
siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan
kebutuhan siswa itu sendiri. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi
tutor akan mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima
pelajaran. Beberapa pendapat di atas, dan pengalaman penulis dilapangan, menyakinkan
penulis untuk menerapkan tutor sebaya dalam pembelajaran KKPI. Tampaknya
memudahkan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran dan kesulitan kepada
temannya sendiri ketimbang kepada guru, siswa lebih sungkan dan malu. Hal tersebut
dimungkinkan karena diantara siswa telah terbentuk bahasa mereka sendiri, tingkah laku,
dan juga pertanyaan perasaaan yang dapat diterima oleh semua siswa. Sedangkan peer
assessment adalah penilaian kegiatan siswa oleh tutornya, tentu saja dengan kriteria-
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
8. Model Tindakan
b. Agar tutor dapat mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru, tutor diberikan
program pembelajaran berupa petunjuk pengajaran oleh tutor baik secara global
maupun perbagian/unit.
e. Melaksanakan tindakan berupa proses pembelajaran oleh guru sesuai dengan rencana
tindakan yang disusun.
Tutor yang telah mulai membantu memberikan materi pembelajaran harus diamati
juga pelaksanaannya. Apakah tutor bekerja sesuai dengan petunjuk yang ada?. Apakah
tutor memanfaatkan waktu dan sarana dengan baik? Hal ini perlu pengamatan seksama
dari guru, guru berhak memberikan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran.
G. METODE PENELITIAN
1. Daerah Penelitian
Tempat atau daerah penelitian adalah suatu tempat atau lokasi objek penelitian
dilakukan. Penelitian ini sudah tentu tidak dilaksanakan di sembarang tempat, melainkan di
tempat-tempar yang sudah dilakukan (Arikunto, 1991 : 67).
2. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X semester Genap SMA
MUHAMMADIYAH BONDOWOSO Tahun Ajaran 2007/2008. penetapan kelas ini merupakan
kelas yang memiliki tingkat kemampuan siswa yang bervariasi yaitu tinggi, sedang dan
rendah serta kondisi yang memungkinkan untuk diterapkan pembelajaran dengan Peer
Teaching
3. Jenis Penelitian
1) Bersifat diskriptif analitik karena data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk
bilangan statistik, namun dalam bentuk kata-kata atau gambar;
4) Analisis data bersifat induktif, karena penelitian tidak dimulai dari deduksi teori tetapi
dimulai dari lapangan;
5) Mengutamakan makna.
Penelitian ini menggunakan model Hopkins, yaitu model skema yang menggunakan
prosedur yang dipandang sebagai suatu siklus spiral. Siklus ini terdiri dari empat fase yaitu
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang kemudian diikuti siklus spiral berikutnya
(tim pelatih proyek PGSM, 1999:5). Penelitian ini menggunakan satu siklus yang mencakup
empat tahapan tersebut.
Tidak
Ya
4. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari 2 prosedur, yaitu tindakan pendahuluan dan
pelaksanaan penelitian. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Tindakan Pendahuluan
Tindakan pendahuluan dalam penelitian ini adalah mengadakan observasi yang bertujuan
untuk :
b. Pelaksanaan Penelitian
1) Perencanaan
2) Tindakan
4. Refleksi
Refleksi adalah upaya mengkaji memikirkan dampak dari suatu tindakan. Menurut
Waseso (dalam Lestari, 2004:24) tahap refleksi merupakan beberapa komponen yaitu
menganalisis, mensintesis, memahami, menerangkan dan menyimpulkan hasil yang
digunakan sebagai dasar untuk tindakan selanjutnya.
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat dipergunakan peneliti untuk
mengumpulkan data ( Arinkunto,1998:134). Pengumpulan dt dimaksudkan untuk
memperoleh bahan-bahan yang relevan dan akurat yang dapat digunakan dengan tepat
sesuai dengan tujuan penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini adalah: (1) Metode Observasi; (2) Metode wawancara; (3) Metode
tes (4) Metode Dokumentasi.
6. Metode Observasi
7. Metode wawancara
a. Metode Tes
8. Analisa Data
Analisis data kulitatif adalah analisis data yang terwujud angka-angka terhadap data
yang diperoleh dari hasil tes dan observasi.
P=
Keterangan:
n = Jumlah siswa yang mencapai skor tes 75 dari skor maksimal 100.
a) Daya serap perorangan yaitu seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah
mencapai skor tes 75 dari skor maksimal 100;
b) Daya serap klasikal yaitu kelas yang dinyatakan tuntas belajar apabila terdapat
minimal 75% siswa yang mencapai nilai 75 ( Depdiknas,2004).
Sedangkan rumus yang digunakan dalam menganalisis keaktifan siswa selama PBM
berlangsung adalah:
P=
Keterangan:
Persentase Kategori
P 90% Sangat Baik
Baik
80% P< 90%
Cukup baik
65% P < 80%
Kurang Baik
50% P < 65%
Kurang
P< 50%
H. HASIL PENELITIAN
1) Pelaksanaan Siklus I
a) Perencanaan
b) Tindakan
Didalam treatment yang pertama langkah yang pertama adalah pembelajaran yang I
dimulai dengan penyampaian indicator hasil beljar sesuai dengan yang tertera dalam
rencana pembelajaran. Setelah itu guru mempersiapkan siswa yang pantas untuk
dijdikn tutor. Setelah melatih tutor tersebut, guru memberikan LKS pada masing-masing
kelompok yang sudah dipersiapkan jadi tutor. Kemudian tutor tersebut menjelaskan
langkah-langkah yang ada dalam LKS dan membimbing temannya sampai bisa dalam
menyelesaikan soal. Adapun penilaiannya tutor yang mana yang berhasil dalam waktu
singkat dapat menjawab pertanyaan secara singkat, cepat, tepat dan benar dan seluruh
temannya paham itu yang mendapat poin lebih dari teman-temannya yang lain sesuai
dengan lembar observasi yang sudah dipersiapkan. Setelah pembelajaran berakhir
untuk menutup suatu kegaiatan pembelajaran guru membimbing siswa menyimpulkan
materi yang telah dipelajari dengan memberikan pertnyaan yang berkaitan dengan
materi dan penambahan terhadap hal-hal yang belum dijelas maka guru
menyempurnakannya. Selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah.
c) Observing
Pada saat proses pembelajaran berlangsung guru ( peneliti), dibantu oleh beberapa orang
observer memperhatikan dan menilainya jalannya diskusi dan pelaksanaan peer
teaching sesuai dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Dari
hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh data bahwa aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran meningkat dari 72,8%. Dari hasil analisis kuis pada siklus ini
diperoleh ketercapaian sebesar 76%.
d) Reflecting
Dari data diatas belum memperoleh ketuntasan secara klasikal yang tuntas hanya secra
individu. Berdasarkan rancangan penelitian yang diperoleh belum mencapai ketuntasan
secra klasikal maka dibutuhkan siklus kedua.
e) Analisis refleksi
Berdasarkan perubahan hasil belajar, hasil observasi tingkat keberhasilan dalam belajar
siswa, dan hasil wawancara dapat digunakan pertimbangan untuk sklus selanjutnya:
3. Siswa kurang memahami tahap pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga guru
harus menjelaskan lebih kongkret.
2) Pelaksanaan Siklus II
a) Perencanaan
Berdasarkan perubahan hasil belajar, hasil observasi, tingkat keberhasilan siswa, dan hasil
wawancara dapat digunakan pertimbangan untuk siklus selanjutnya.
b) Acting ( tindakan )
Pelaksanaan Peer Teaching berlangsung cukup baik karena sudah dianalisa refleksi untuk siklus
I. Sehingga membuat siswa dapat lebih aktif dari sebelumnya.Siswa berusaha untuk
mempersiapkan diri dalam mengikuti setiap tahap pembelajaran yang dilaksanakan sehingga
akan menumbuhkan kemandirian pada diri siswa dalam kegiatan belajar. Setelah itu gurur
menyimpulkan materi pembelajaran pada pertemuan terakhir.
c) Observing
Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh data bahwa aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran meningkat dari 77,08%. Dari hasil analisis kuis pada siklus ini
diperoleh ketercapaian sebesar 82%.
d) Reflecting
Dari data tersebut telah memenuhi ketuntasan secara klasikal dan ketuntasan secra
individu. Berdasarkan rncangan penelitian yang diperoleh sudah mencapai ketuntasan
secra klasikal karena sudah tuntas diatas 75%
e) Analisis Refleksi
Hasil penelitian perlu adanya penambahan siklus untuk memperoleh hasil secara maksimal.
a)Perencanaan
Berdasarkan perubahan hasil belajar, hasil observasi, tingkat keberhasilan siswa, dan hasil
wawancara dapat digunakan pertimbangan untuk siklus selanjutnya
b)Acting ( tindakan )
Sesuai dengan paham John Dewy yang menyebutkn bahwa siswa akan belajar dengan baik
apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta
proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam pembelajaran ( Nurhadi dan
Senduk,2004:8). Dan siswa berhasil mengajari temannya dengan baik dan membuat
temannya mnegrti terhadap materi yang diajarkan.
c)Observing
Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh data bahwa aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran meningkat dari 82%. Dari hasil analisis kuis pada siklus ini
diperoleh ketercapaian sebesar 85%.
d)Reflecting
Dari data tersebut telah memenuhi ketuntasan secara klasikal dan ketuntasan secra
individu. Berdasarkan rancangan penelitian yang diperoleh sudah mencapai ketuntasan
secara klasikal karena sudah tuntas diatas 75% bahkan melebihi ketuntasan secara
klasikal.
I. KESIMPULAN
a) Temuan yang didapat setelah diterapkan model Peer Teaching pada pendekatan
kooperatif;
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakart.
Dejnozken, Edward L. 1976. American Edcator Encyclopedi. London: Greenwood Press.
Jaelani, Dudi. 2002. Bina dan Kembalikan Anak Kita ke “Habitat” Semula (Program Life Skill SMKN 1
Cidahu)
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Mulyasa,E 2007.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Bandung:PT Remaja Rosdakarya .
Dimyati dan Mudjiono,1994. Belajar dan Pembelajaran Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono,1999.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Depdikbud.
Sudjana,1990.Penilaian Hasil Proses Belajar.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Nasution,2000. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam.
Arikunto,S.1998.Prosedur Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta.
Depdiknas, 2004.Pedoman Pelaksanaan UAS SD, SDLB, SLTP, SLTA.Surabaya.
Depdiknas,2005.Standart Nasional Pendidikan,Jakarta:Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005.
Depdiknas,2006.Standar Isi,Jakarta: Permendiknas 22 Tahun 2006.
Depdiknas, 2006.Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta: Permendiknas 23 Tahun 2006