TEORI KOMUNIKASI Chapter 4 5 6 7 em Grif
TEORI KOMUNIKASI Chapter 4 5 6 7 em Grif
(Pesan Interpersonal)
Chapter 4,5,6,7
Kelompok 4
Meviana Ratnaning
Astria Karismawati
Kevin Arighi
Dita Aprilia
KM13A
Review
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjalin antara dua individu atau
lebih. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi interpersonal dapat disampaikan melalui
berbagai cara, salah satunya adalah face-to-face. Para ahli mengatakan bahwa komunikasi
interpersonal dapat di ibaratkan seperti game dimana si pemain/partisipans harus memahami
language game, rule of the game, behaviour on game, bahkan game theory. Salah satu
contohnya adalah komunikasi interpersonal ibaratkan permainan Ping-Pong dimana satu
pemain memulai permainan dengan melemparkan bola (mengirim pesan) dan pemain satunya
mempersiapkan diri untuk menangkap bola (menerima pesan). Permainan ini memerlukan
konsentrasi dan keterampilan lebih bagi si penerima bola, sebab si pengirim bola/ pengirim
pesan lebih tau kemana bola/pesan akan dilemparkan. Seperti bahasa verbal/nonverbal, si
penerima pesan tidak tahu bola yang dikirim dapat memiliki putaran yang menipu.
Untuk dapat berkomunikasi dengan individu lainnya secara efektif, para ahli
komunikasi menghadirkan teori-teori yang dapat memudahkan proses komunikasi yang
berlangsung setiap harinya. George Herbert Mead mengemukakan teori Symbolic
Interactionisme, dengan inti bahwa dalam berkomunikasi orang tidak hanya menggunakan
bahasa verbal atau yang terlihat tetapi juga menggunakan bahasa simbolik atau yang tidak
terlihat. Selain itu Pearce dan Cronen menghadirkan Coodinated Management of Meaning
untuk memudahkan proses komunikasi dan membuat suasana kehidupan menjadi lebih baik
dan tentram dengan menciptakan dunia sosial sendiri. Di chapter berikutnya terdapat
Burgoon dengan Expectancy Violations Theory-nya yang membantu menghadapi situasi
apabila orang yang sedang berkomunikasi dengan kita berperilaku yang melanggar harapan
kita terhadapnya. Finally, teori terakhir yang berhubungan dengan komunikasi interpersonal
di kemukakan oleh Buller dan Burgoon yaitu Interpersonal Deception Theory yang
memberitahu ketika orang yang sedang berinteraksi dengan kita sedang berbohong.
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai ke empat teori yang dikemukakan oleh
para ahli:
INTERAKSIONISME SIMBOLIK
Gorge Herbert Mead
Herbert Blumer adalah murid dari Mead seorang profesor filsafat di Universitas
Chicago, Blumer menjadi murid Mead di Universitas California, Berkeley menciptakan
istilah interaksionisme. Blumer menyatakan 3 asumsi utama interaksionisme simbolik yang
berhubungan dengan makna, bahasa, dan berpikir. Itu mengarah pada kesimpulan tentang
penciptaan diri seseorang dan sosialisasi ke komunitas yang lebih luas. Di bab ini
membahas ilmu politik yang berkaitan dengan seseorang satu sama lain.
Dan menurut pandangan pragmatis Mead, tidak begitu berbeda dengan asumsi
Blumer bahwa setelah seseorang mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata setelah ia
lihat, dalam cerita Nell semua orang awalnya mengagap ia sebagai seseorang yang benar-
benar berbeda dari mereka, keanehannya ini mejadi ekplorasi atau diekploitasi.
Mead percaya bahwa penanaman simbol adalah dasar bagi manusi. Interaksi
simbolik bukan bararti hanya ekspresi cerdas, melainkan juga cara kita belajar untuk
menafsirkan dunia. Maka dari itu dibutuhkan kemampuan berbahasa untuk memaknasi suatu
objek. Simbol adalah stimulus yang memiliki arti dan untuk menilai orang.
Kita lihat hal itu secara umum setiap kali kita mencoba untuk mencari tahu bagaimana
berperilaku atau bagaimana untuk mengevaluasi perilaku kita dalam situasi sosial. kita pun
mengambil posisi pula secara umum dan mengambil makna untuk diri kita dan untuk
tindakan kita di situasi sosial.
Menciptakan realitas
Pemelitian Bermakna
Umum lainnya
Penamaan
Profesi memenuhi diri
Manipulasi simbolik
***
TEORI MANAJEMEN KOORDINASI MAKNA
W. Barnett Pearce dan Vernon Cronen
Para pengguna CMM berasumsi bahwa lingkungan atau dunia sosial bukanlah sesuatu
yang ditemukan begitu saja melainkan sesuatu yang diciptakan atau dikonstruksi, oleh karena
itu mereka menganggap diri mereka sebagai social constructionsits. Selain itu mereka juga
berpegangan pada beberapa prinsip yaitu :
Para teorsist CMM membedakan antara setories lived dan sotries told. Stories lived
adalah perilaku yang terkonstruksi yang kita jalani bersama orang lain. Sedangkan stories
told adalah kata-kata naratif yang kita gunakan untuk memahami stories lived. Dalam hal
ini koordinasi berperan pada saat menyesuaikan stories lived kita dengan sotries lived
orang lain untuk membuat hidup menjadi lebih baik. Sebagai ahli teori praktis, mereka
ingin membantu orang-orang untuk menginterpretasikna apa yang dikatakan dan
mengkoordinasikan apa yang mereka lakukan sehingga lingkungan sosial yang mereka
ciptakan bisa mereka jalani dan bisa bertahan di dalamnya.
Pearce dan Cronen menghadirkan beberapa konsep dan model untuk membantu
seseorang menggambarkan apa yang terjadi dalam sebuah percakapan yaitu, hierarchy
model of meaning dan the seprentine model. Jika menggunakan herarchy model of
meaning apapun yang dikatakan oleh komunikator akan masuk akal apabila 4 konteks
sudah dipahami, yaitu episode, relationship, identity, dan culture. kunci untuk melakukan
interpretasi adalah dengan melihat konteks mana yang mendominasi percakapan tersebut.
Teorist CMM mengatakan bahwa teori komunikasi ini dapat menhadirkan dunia
sosial dengan penuh perdamaian, kegembiraan, kehormatan dan cinta. Salah satu cara
yang digunakan untuk berbicara dengan orang lain adalah dengan menggunakan
komunikasi dialogi. Komunikasi dialogis diapangan sebagai sebuah cara untuk
menjelaskan bagaimana orang-orang dalam pembicaraan dapat mencapai the meshing of
stories lived. Hal ini terlihat ketika individual yang sedang berkomunikasi dengan
nyaman padahal mereka memiliki latar belakang budaya yang sangat berbeda, memiliki
perbedaan nilai, serta memilliki kepercayaan yang berbeda.
***
TORI PELANGGARAN HARAPAN
Judee Burgoon
Teori ini dikemukakan oleh Burgoon ketika ia menyadari bahwa harapan jarak saat
berinteraksinya di langgar oleh ke empat muridnya. Lebih jelasnya lagi expectacy violations
theory ini ini adalah teori yang menggambarkan harapan seseorang yang dilanggar oleh
perilaku non-verbal dalam kegiatan komunikasi. Perilaku nonverbal yang tak terduga saat
berkomunikasi dapat menimbulkan suatu perasaan tidak nyaman dan sering kali ambigu.
Dalam rangka untuk memahami teori EVT ini, Burgoon dan murid-muridnya
menyarankan untuk memahami tiga konsep inti dari EVT yaitu: expectancy, violation valence,
communicaor reward valence.
Expctancy (Harapan)
Melalui norma-norma sosial kita membentuk “harapan” tentang bagaimana orang lain
harus bertindak ketika sedang berinteraksi dengan kita. Teori ini menyatakan bahwa
harapan penilaian tentang perilaku yang mungkin layak untuk suasana tertentu.
Violation Valance (Valensi Pelanggaran)
Penafsiran dan evaluasi kita tentang perilaku pelanggaran harapan nonverbal biasanya
disebut dengan valensi pelanggaran. Jika perilaku yang diberikan lebih positif
dibanding dengan apa yang diharapkan maka hasilnya adalah pelanggaran harapan
yang positif. Begitu pula sebaliknya, jika perilaku yang diberikan lebih negatif
dibanding dengan apa yang diharapkan makan hasilnya suatu pelanggaran harapan
akan negatif.
Communicator Reward Valence (Valensi Ganjaran Komunikator)
Valensi ganjaran komunikator adalah keseluruhan sifat-sifat positif dan negatf yang
dimiliki oleh komunikator termasuk kemamuan komunikator dalam memberikan
keuntungan atau kerugian pada kita di masa yang akan datang.
***
Teori Penipuan Interpersonal
David Buller & Judee Burgoon
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh David Buller dan Judee Burgoon. Mereka
mengatakan bahwa terkadang orang berbohong untuk tujuan tertentu, yaitu untuk
menghindarai menyakiti perasaan orang lain, untuk menunjukkan kualitas diri, atau
menghindari konflik. Ketika orang berbohong, berarti seseorang itu sedang memanipulasikan
sebuha informasi dengan menggunakan berbagai strategi seperti: falsification, concealment,
dan equivacation.
Buller dan Burgoon mengemukakan terdapat tiga respon yang mungkin dilakukan
apabila kita memutuskan untuk tidak memberitahu yang sebenarnya, yaitu berbohong,
mengatakan sebagian kebenarannya, atau mengelak.
Meskipun orang yang memiliki “truth bias” dimana orang itu cenderung
memperhatikan kebenaran dalam interaksi interpersonal kadang dapat memiliki
keraguan atas kejujuran dari omongan orang lain. Ketika orang itu mulai ragu dengan
kejujuran si penipu ia cenderung mengindari konrontasi untuk menyembunyikan
kecurigaan mereka.