Anda di halaman 1dari 7

1.

Pompa Sentrifugal

Pompa sentrifugal adalah perangkat kinetik, yang berfungsi untuk menambah energi untuk
cairan yang dipompa dengan meningkatkan kecepatannya (Karassik & McGuire, 1998, hal. 3).
Penambahan energi tergantung pada kecepatan cairan sehingga jumlah energi yang perlu
ditambahakan bervariasi sesuai dengan laju aliran. Pompa sentrifugal terdiri dari 2 (dua)
komponen utama yaitu sebagai berikut.

A. Rotating Element, terdiri dari impeller dan shaft.


a. Impeller, berfungsi untuk menggerakan fluida dari sisi suction (isap) ke sisi
discharge (buang).
b. Shaft (Poros Pompa), berfungsi untuk meneruskan putaran dari motor penggerak ke
impeller.
B. Stationary Element, terdiri dari casing dan bearings.
a. Casing, berfungsi untuk melindungi seluruh bagian pompa, menurunkan kecepatan
aliran dari pompa dan mengubahnya menjadu energi tekan, mencegah bagian dalam
pompa dari korosi dan tempat melekatnya impeller.
b. Bearing, berfungsi sebagai penahan dari shaft agar berputar tanpa ada beban
penghambat.

Klasifikasi dasar pompa sentrifugal adalah sebagai berikut.

1) Jenis Casing

Menurut jenis casing, pompa sentrifugal memiliki 2 (dua) tipe dasar, yaitu:

a. Volute Casing, meningkatkan tekanan head dan menurunkan kecepatan fluida.


b. Vortex Casing, berfungsi untuk mengubah energi kinetik menjadi energi tekanan.
2) Work Head

Setiap pompa dapat memompa cairan untuk ketinggian tertentu. Berikut ini adalah jenis
pompa sentrifugal berdasarkan work head, yaitu:

a. Low lift centrifugal pump, daya angkat < 15 m


b. Medium lift centrifugal pump, daya angkat 15 – 40 m
c. High lift centrifugal pump, daya angkat > 40 m
3) Jumlah Impeler per Poros

Berikut ini klasifikasi pompa sentrifugal berdasarkan jumlah impellernya, yaitu:


a. Single stage centrifugal pump
b. Multi stage centrifugal pump
2. Sistem Operasi Aet

Menurut Schroeder (2011), operasi telah didefinisikan sebagai sistem transformasi yang
mengubah input menjadi output. Input untuk sistem ini adalah energi, bahan baku, tenaga kerja,
modal dan informasi. Kemudian, teknologi proses digunakan untuk mengubah input menjadi
output. Teknologi proses adalah metode, prosedur dan peralatan yang digunakan untuk
mengubah bahan atau input menjadi produk atau jasa. Bidang operasi aset adalah sebuah
bidang yang memiliki tugas dan tanggung jawab utama untuk memfungsikan aset secara efektif
dan efisien oleh organisasi (Sugiama, 2013, 225).

Tugas utama bidang operasi adalah menciptakan nilai atau to create value for customer.
Nilai bagi pelanggan itu mencakup dua sisi yakni nilai bagi pelanggan secara internal dalam
organisasi bersangkutan (user), dan nilai bagi pelanggan secara eksternal di pasar.

Menurut Sugiama (2013), sistem adalah kumpulan dari beberapa komponen atau subsistem
yang bersatu padu berfungsi untuk mencapai sebuah tujuan. Gambar 2.3 menjelaskan mengenai
proses tranformasi dari masukan (input) menjadi keluaran (output)

Heizer dan Render (2011) menyebutkan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian
aktivitas untuk menciptakan nilai pada barang dan jasa dengan mentransformasikan input
menjadi output.

Sumber: Schroeder dkk, 2011, 11

Gambar Operasi sebagai suatu Sistem Produktif


Sistem yang produktif adalah proses pengubahan masukan-masukan sumber daya menjadi
barang-barang dan jasa-jasa yang lebih berguna, seperti pada gambar 2.3. Masukan-masukan
ke dalam sistem ini adalah bahan mentah, tenaga kerja, modal, energi, dan informasi. Masukan-
masukan ini diubah menjadi barang-barang dan/atau jasa-jasa oleh teknologi proses yang
merupakan metoda atau cara tertentu yang digunakan untuk proses transformasi. Perubahan
teknologi akan merubah cara satu masukkan digunakan dalam hubungannya dengan masukan
yang lain, dan mungkin juga merubah keluaran-keluaran yang diproduksi.

Gambar 2.3 juga menunjukkan informasi umpan balik yang digunakan untuk mengawasi
teknologi proses atau masukan-masukan. Ini adalah hal yang esensial dalam operasi-operasi
yang menggunakan umpan balik untuk maksud-maksud pengawasan produksi keluaran-
keluaran yang diinginkan. Informasi umpan balik perlu digunakan untuk menyesuaikan secara
terus-menerus (mix) masukan-masukan dan teknologi yang diperlukan untuk menghasilkan
keluaran-keluaran tertentu. Keputusan-keputusan campuran ini adalah kompleks dan
memerlukan perhatian terus-menerus dari para manajer operasi.

Kegiatan umpan balik dilakukan dengan melakukan pengecekan pada beberapa titik kunci
dan membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila keluaran (output) tidak
sesuai dengan standar, maka dilakukan tindakan koreksi yang dapat berupa perbaikan dalam
komponen masukan atau penyempurnaan dalam proses produksi sehingga keluaran (output)
dapat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

3. Sistem Pemeliharaan Aset

Menurut Duffuaa (2015, hal. 4), sistem pemeliharaan terdiri dari input, proses, dan output.
Input dari sistem pemeliharaan adalah sumber daya yang digunakan tersebut berupa fasilitas,
tenaga kerja, peralatan, persediaan material dan manajemen. Dalam gambar 2.5 dapat dilihat
bahwa proses sebuah sistem pemeliharaan meliputi manajemen pemeliharaan. Proses dalam
manajemen pemeliharaan terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
dan pengendalian (controlling). Output merupakan sumber daya yang telah dirubah melalui
sebuah proses. Output yang dihasilkan dari sistem pemeliharaan berupa peralatan andal yang
dapat digunakan sebagaimana fungsinya.
Sumber: Duffuaa, Raouf, Campbell (2015, 4)

Gambar Typical Maintenance System

4. Jenis-jenis Pemeliharaan

Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dikategorikan dalam
dua jenis (Corder, Antony, K. Hadi, 1992), yaitu:

A. Pemeliharaan terencana (planned maintenance)

Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terorginisir untuk


mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang akan datang, pengendalian dan
pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Corder, Antony, K. Hadi, (1992) pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua
aktivitas utama yaitu sebagai berikut.

1) Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)

Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) adalah inspeksi periodik untuk


mendeteksi kondisi yang mungkin menyebabkan produksi terhenti atau berkurangnya
fungsi mesin dikombinasikan dengan pemeliharaan untuk menghilangkan,
mengendalikan, kondisi tersebut danmengembalikan mesin ke kondisi semula atau
dengan kata lain deteksi dan penanganan diri kondisi abnormal mesin sebelum kondisi
tersebut menyebabkan cacat atau kerugian.

2) Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)

Pemeliharaan secara korektif (corrective maintenance) adalah pemeliharaan yang


dilakukan secara berulang atau pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu
bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi suatu
kondisi yang bisa diterima. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Pemeliharaan ini meliputi
reparasi minor, terutama untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul diantara
pemeriksaan, juga overhaul terencana.

Menurut Dhillon (2006), pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance) adalah


pemeliharaan yang tidak direncanakan tindakan yang memerlukan perhatian lebih yang
harus ditambahkan, terintegrasi, atau menggantikan pekerjaan telah dijadwalkan
sebelumnya.

Dengan demikian, dalam pemeliharaan terencana yang harus diperhatikan adalah


jadwal operasi pabrik, perencanaan pemeliharaan, sasaran perencanaan pemeliharaan,
faktor-faktor yang diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan pemeliharaan, sistem
organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi pekerjaan. ( Daryus A, 2007).
Jadi, pemeliharaan terencana merupakan pemakaian yang paling tepat mengurangi
keadaan darurat dan waktu nganggur mesin. Adapun keuntungan lainya yaitu:

 Pengurangan pemeliharaan darurat,


 Pengurangan waktu nganggur,
 Menaikkan ketersediaan (availability) untuk produksi,
 Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan produksi,
 Memperpanjang waktu antara overhaul
 Pengurangan penggantian suku cadang, membantu pengendalian persediaan,
 Meningkatkan efisiensi mesin,
 Memberikan pengendalian anggaran dan biaya yang bisa diandalkan,
 Memberikan informasi untuk pertimbangan penggantian mesin.
B. Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)

Pemeliharaan tak terencana adalah pemeliharaan darurat, yang didefenisikan sebagai


pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat yang
serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau untuk
keselamatan kerja. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992).

Menurut Austin (1986) dalam Gusniar (2014), jenis pemeliharaan untuk pompa dibagi
menjadi 3 (tiga) jenis yaitu pemeliharaan rutin, pemeliharaan prediktif, dan pemeliharaan
preventif. Setiap jenis pemeliharaan terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan.
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada setiap jenis pemeliharaan adalah sebagai berikut.

A. Pemeliharaan Rutin (Routine Maintenance)

Menurut Daryus (2007), pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilakukan secara
rutin atau terus menerus. Pemeliharaan rutin dilakukan agar kerusakan dapat segera
diketahui sehingga dapat menghindari kerusakan yang lebih fatal. Menurut Gusniar (2014),
kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan rutin adalah sebagai berikut.

a. Pemeriksaan kondisi oli


b. Pemeriksaan temperature fluida
c. Memeriksa apakah terjadi vibrasi yang terlalu besar
d. Pemeriksaan baut-baut pada sambungan.
e. Pemeliharaan Prediktif (Predictive Maintenance)

Menurut Daryus (2007), pemeliharaan prediktif dilakukan untuk mengetahui terjadinya


perubahan ata kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan. Menururt
Gusniar (2014) kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Pengecekan terhadap temperature mesin


b. Mengukur tingkat kebisingan mesin
c. Pengecekan vibrasi pada alat putar
d. Memprediksi terhadap kerusakan dari mesin tersebut.
B. Pemeliharaan Preventif (Preventive Maintenance)

Menurut Heizer dan Render (2001), pemeliharaan preventif adalah “A plan that
involves routine inspection, servicing, and keeping facilities in good to prevent failure”.
Menurut Gusniar (2014), kegiatan pemeliharaan preventif untuk pompa sentrifugal adalah
sebagai berikut.

a. Menambah/mengganti grease coupling


b. Periksa line pompa & check valve (ganti bila perlu)
c. Bersihkan oli filter & cooler (bila perlu)
d. Periksa kondisi oli gear box
e. Ukur vibrasi sebelum dan sesudah pemeliharaan preventif
f. Periksa Alignment / kerusakan poros sebelum dan sesudah pemeliharaan preventif
g. Periksa baut-baut pondasi
h. Bersihkan mesin dan area sekitarnya

Adapula pemeliharaan untuk pompa cadangan (standby). Menurut Sularso (2000),


penanganan untuk pompa cadangan (standby pump) yaitu sebagai berikut.

1) Pompa cadangan (standby pump) harus dipersiapkan untuk dapat distart setiap saat.
Minyak pelumas atau air pelumas, air pendingin bantalan, dan air perapat untuk
kotak paking, harus siap dialirkan bila diperlukan.
2) Pompa cadangan harus dioperasikan secara periodik. Jika tidak pernah dijalankan,
bagian dalam pompa dapat berkarat sehingga tidak dapat berputar. Dalam hal ini
pompa perlu dijalankan sedikitnya sekali sebulan atau sekali seminggu selama
kurang lebih 10 menit dan periksa apakah semuanya dalam keadaan normal.
Pemeriksaan semacam ini tidak hanya berlaku untuk pompa cadangan saja, tetapi
juga untuk pompa darurat.

Pompa yang tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama akan memerlukan penangaan
yang khusus. Jika pompa tidak akan dioperasikan dalam jangka waktu yang lama, zat cair
didalam pompa harus dibuang dan pompa dikeringkan. Selain itu, permukaan-permukaan yang
difinis pada bantalan, poros, penekan paking, dan kopling harus dilumuri minyak atau zat
pencegah karat untuk menahan korosi.

Anda mungkin juga menyukai