Anda di halaman 1dari 8

TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN

MAKALAH II
PEMBAHASAN KASUS PEPTIC ULCER

OLEH
KELAS B
KELOMPOK

I Made Wiracana 1708611029


Ryche Dewata Sari 1708611031
Putu Putri Kertanjali Vedawati 1708611032
Komang Dede Saputra 1708611033
Made Primantara 1708611034
Ni Wayan Puspasari 1708611035

PROGRAM STUDI APOTEKER


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
A. PEMAPARAN KASUS
Tn. Wayan usia 50 tahun, pergi ke dokter mengeluh nyeri pada lambung bagian kiri
atas sejak 1 hari yang lalu. Selain nyeri, pasien mengalami mual (+). Pasien sempat muntah
1x kemarin dan lidah terasa asam. Pasien diberikan obat antasida dan diminum 3x1 tablet
oleh istrinya.
Gaya Hidup : pasien memiliki pekerjaan sebagai sopir, sering berkendara pada
malam hari dengan rute Jawa – Bali. Pasien sering minum obat
antinyeri untuk mengatasi keluhan pegal yang dibeli di apotek
setempat (ibuprofen 2x400 mg sehari), sering mengonsumsi kopi
hitam 2 gelas per hari, merokok 1 pak/hari (+), minum alcohol (-).
Riwayat penyakit : Diabetes mellitus sejak 6 bulan yang lalu. Pasien mengonsumsi
metformin 3 x 500 mg, pasien rutin kontrol ke dokter. Hasil
pemeriksaan GDA (1 bulan yang lalu) = 210 mg/dl, GDP = (-),
GDPP = (-), hipertensi (-)
Riwayat obat : Metformin 3 x 500 mg
Tata laksana terapi :
- Ranitidine 50 mg 2 x 1 tab
- Sukralfat 500 mg 3 dd 1 C
- Antasida stop

B. ANALISIS KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. Wayan
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Diagnosa : Peptic ulcer

2. SUBYEKTIF
Keluhan utama : nyeri pada lambung bagian kiri atas sejak 1 hari yang lalu,
mual (+)
Keluhan tambahan : sempat muntah 1x kemarin dan lidah terasa asam
3. OBJEKTIF
Riwayat penyakit : Diabetes mellitus sejak 6 bulan yang lalu.
Riwayat pengobatan : Metformin 3 x 500 mg

4. ASSESMENT
4.1 Terapi Pasien
No. Terapi Farmakologi Indikasi
1 Ranitidine 50 mg 2 x 1 tab Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks
esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak
akibat AINS, tukak duodenum
karena H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison,
kondisi lain dimana pengurangan asam
lambung akan bermanfaat.
2 Sukralfat 500 mg 3 dd 1 C Pengobatan jangka pendek(sampai 8
minggu) pada duodenal ulcer. Tukak
lambung dan duodenum serta gastritis kronis
(Sweetman, 2009)
4.2 Problem Medik dan DRP Pasien
PROBLEM SUBYEKTIF dan TERAPI DRP
MEDIK OBYEKTIF
Nyeri Subjektif: - Ibuprofen 2 x Adverse Drug Reactions
keluhan pegal 400 mg sehari Efek samping
ketidaknyamanan
gastrointestinal, mual, diare,
terkadang pendarahan, dan
terjadi ulserasi (Sweetman,
2009).
Peptic Ulcer Subjektif: - Ranitidine 50 Drug Interactions
- Nyeri lambung
Desease mg 2 x 1 tab - Pemberian sukralfat dapat
kiri - Sukralfat 500
- mual mengurangi absorpsi
mg 3 dd 1 C
- muntah ranitidine (Sweetman,
- lidah terasa asam
2009).
- Obat kationik seperti
Objektif :
Riwayat penyakit: Ranitidine, yang dieliminasi
Diabetes mellitus lewat sekresi tubular ginjal,
Riwayat secara teoritis mempunyai
pengobatan: potensi berinteraksi dengan
Metformin 3 x 500 Metformin dengan cara
mg kompetisi pada sistem
Hasil laboratorium: transpor tubular ginjal
- GDA (1 bulan (Rojas and Gomes, 2013)
yang lalu) = 210
Sub-Therapeutic Dosage
mg/dl, - Dosis ranitidin yang
- GDP = (-),
diresepkan yaitu 50 mg 2 x
- GDPP = (-),
- hipertensi (-) 1 tab terlalu rendah.
- Dosis sukralfat yang
diberikan terlalu rendah
atau berada dibawah dosis
yang dianjurkan

4.3 Pertimbangan Pengatasan DRP


1. Ibuprofen termasuk kedalam obat golongan NSAID (non-steroid anti inflammatory
drug) yang bekerja menghambat siklooksigenase-1 dan siklooksigenase-2
(Anderson, Knoben & Troutman, 2002). Penggunaan NSAID jangka panjang
memiliki 2% sampai 4% resiko berkembangnya ulcer symptomatic, pendarahan GI
atau bahkan perforasi, sehingga dalam hal ini penggunaan NSAID dapat dihentikan
sama sekali dan atau diganti dengan inhibitor Cyclooxygenase-2 selektif misalnya
celecoxib sehingga tidak memperparah kondisi PUD yang dialami pasien.
2. Obat kationik seperti Ranitidine, yang dieliminasi lewat sekresi tubular ginjal,
secara teoritis mempunyai potensi berinteraksi dengan Metformin dengan cara
kompetisi pada sistem transpor tubular ginjal. Dimana penggunaan obat ini harus
dilakukan monitoring untuk mencegah terjadinya toksisitas. Ranitidine yang
merupakan golongan H2-reseptor antagonis dapat digunakan PPI yaitu omeprazole
yang aman untuk pasien yang mengonsumsi metformin. Pemberian omeprazole
dilakukan selama 8 minggu dimana dosis yang diberikan yaitu sebesar 20 mg 1 kali
sehari 1 jam sebelum makan di pagi hari. Sedangkan untuk kasus PUD yang lebih
parah pemberian omeprazol yaitu 40 mg 1 kali sehari sebelum makan (Atikah
Muyassaroh, 2008; Sweetman, 2009).
3. Jika NSAID diberikan maka pengobatan diberikan standar regimen H2 reseptor
antagonis, PPI atau sukralfat.jika penggunaan NSAID dilanjutkan maka NSAID
dapat diganti dengan inhibitor COX-2 selektif atau dapat diterapi dengan
menggunakan PPI atau misoprostol PPI merupakan pilihan yang tepat untuk
penggunaan NSAID daripada H2 reseptor antagonis atau sukralfat, karena dapat
menekan produksi asam, PPI juga mempunyai efek dapat mencegah kekambuhan
ulcer (Berardy dan Lynda, 2005).
4. Dosis sukralfat yang diberikan terlalu rendah atau berada dibawah dosis yang
dianjurkan tukak lambung dan duodenum serta gastritis kronis, 2 g 2 kali sehari
(pagi dan sebelum tidur malam) atau 1 g 4 kali sehari 1 jam sebelum makan dan
sebelum tidur malam, diberikan selama 4-6 minggu atau pada kasus yang resisten,
bisa hingga 12 minggu; maksimal 8 g sehari; Profilaksis tukak akibat stres
(suspensi), 1 g 6 kali sehari (maksimal 8 g sehari) (Sweetman, 2009).

2.5 PLAN
2.5.1 Care Plan
1. Pengatasan DRP 1 diatasi dengan:
Sebaiknya dilakukan konsultasi dengan dokter bahwa pemberian ibuprofen
dapat memperparah PUD, sehingga obat bisa diganti dengan celecoxib.
Care giver : Setelah dikonsultasikan dengan dokter kemudian pasien diberikan
informasi bahwa akan dilakukan penggantian obat ibuprofen dengan celecoxib,
2. Pengatasan DRP 2 diatasi dengan :
Sebaiknya dilakukan konsultasi dengan dokter bahwa pemberian ranitidine
sebaiknya dihentikan karena terjadi interaksi dengan metformin, sehingga
ranitidine dapat diganti dengan PPI yaitu omeprazole.
Care giver : Setelah dikonsultasikan dengan dokter kemudian pasien diberikan
informasi bahwa akan dilakukan penggantian obat ranitidine dengan
omeprazole. Omeprazole diminum 1 kali sehari di pagi hari 1 jam sebelum
makan pagi.
3. Pengatasan DRP 3 ditasi dengan :
Care giver : Pasien diberikan informasi bahwa omeprazole dapat diminum 30
menit sebelum minum obat sukralfat agar tidak terjadi interaksi obat yang tidak
diharapkan.
4. Pengatasan DRP 4 diatasi dengan :
Sebaiknya dilakukan konsultasi dengan dokter bahwa dosis sukralfat yang
diberikan terlalu rendah, sehingga perlu dilakukan peningkatan dosis menjadi 2
g 2 kali sehari (pagi dan sebelum tidur malam).
Care giver : Setelah dikonsultasikan dengan dokter, kmudian pasien
diinformasikan ahwa oat sukralfat diminum 2 kali sehari yaitu pada pagi hari 1
jam sebelum makan dan pada malam hari sebelum tidur.

2.5.2 Implementasi Care Plan


1. Apoteker menyarankan untuk menghentikan konsumsi obat antasida.
2. Apoteker menyarankan untuk mengganti obat ranitidine dengan omeprazole
3. Apoteker menyarankan untuk mengganti obat ibuprofen dengan celecoxib
4. Apoteker mengingatkan pasien untuk tetap melakukan terapi non farmakologi
yaitu pengaturan gaya hidupnya seperti kurangi merokok dan minum kopi yang
dapat meningkatkan produktivitas asam lambung.
5. Apoteker memberikan KIE (Konsultasi, Informasi dan Edukasi) nama obat,
khasiat, dosis, aturan pakai dan efek samping terkait dengan terapi farmakologi
yang diberikan yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan anjuran
pemakaian obat.

2.5.3 Monitoring
1. Efektivitas
Monitoring efektivitas terapi yang dilihat dari kondisi klinik pasien meliputi:
a. Pemberian terapi farmakologi mampu atau tidak menurunkan kondisi klinik
pasien terkait keluhan penyakit seperti hilangnya rasa mual dan nyeri
lambung pada bagian kiri.
b. Pemberian terapi farmakologi disertai modifikasi gaya hidup (kurangi
merokok dan minum kopi) mampu atau tidak mengurangi rasa nyeri pada
lambung.

2. Efek Samping
Monitoring terhadap efek samping yang mungkin timbul pada pemberian terapi
farmakologi diantaranya :
a. Celecoxib
Efek samping yang ditimulkan akibat pemakaian celecoxib yaitu perlu
diperhatikannya pemberian pada pasin yang memiliki riwayat penyakit
diabetes mellitus (Sweetman, 2009).

b. Omeprazole
Efek samping yang ditimbulkan akibat pemakaian omeprazole yaitu sakit
kepala, diare, konstipasi, mual dan muntah, perut kembung, sakit perut
(Sweetman, 2009).
c. Sukralfat
Efek samping yang ditimbulkan yaitu diare, mual, muntah, perut kembung,
atau ketidaknyamanan lambung, kesulitan pernapasan (Sweetman, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, P.O., Knoben, J.E., & Troutman, W.G. 2002. Handbook of Clinical Drug Data
(10th edition). USA: McGRAW-HILL Medical Publishing Division.

Atikah Muyassaroh. 2008. Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik Pada Pasien Tukak
Peptik (Peptic Ulcer Disease) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Islam
Kustati Surakarta. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta Surakarta.

Berardy, R., & Lynda, S. 2005. Peptic Ulcer Disease dalam Pharmacotherapy a
Pathophysiologic Approach, Sixth Edition. McGraw-Hill, Medical Publishing
Division by The McGraw-Hill Companies. pp: 629–648.

Hoogerwerf, W.A., & Pasricha, P.J. 2008. Pharmacotherapy of gastric acidity, peptic
ulcers, and gastroesophageal reflux disease. In: Brunton, L.L., Lazo, J.S., Parker,
K.L. (Eds.)

Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference, Thirty Sixth Edition.
New York: Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai