DISUSUN OLEH :
Oleh : Inten Wahyu Utami (02401707)
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh
kehidupannya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi,
maupun masyarakat yang dalam kehidupan sehari – hari tidak lepas dari kegiatan
interaksi, membangun relasi, dan transaksi sosial dengan orang lain. Manusia
tidak dapat menghindari komunikasi antar personal, komunikasi dalam
kelompok, komunikasi dalam organisasi dan publik, komunikasi massa.
Oleh karena itu, komunikasi sangat diperlukan dalam asuhan kebidanan
guna memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu. Sehingga dapat
menimbulkan interaksi antarpribadi yaitu antara bidan dengan klien juga keluarga
klien untuk penyampaian informasi yang diperlukan dengan jelas. Dan pada
akhirnya, kegiatan komunikasi selalu mendasari suatu kegiatan termasuk
pelayanan kebidanan. Selain dengan komunikasi, bidan dituntut untuk
mengetahui pengaruh berbagai fase kehidupan ini pada cara seseorang
memandang masalah dan kesulitannya. Sehingga bidan harus memahami macam
– macam klien dalam asuhannya salah satunya adaalah komunikasi pada remaja
dan komunikasi pada wanita gangguan reproduksi
B. Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diperoleh dari isi makalah ini adalah untuk
mengetahui klien dalam asuhan kebidanan yang terdiri dari anak, remaja, calon
ibu dan masa antenatal care.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3) Perkembangan bahasa bayi dimulai usia 2 sampai 6 bulan. Rasa puas
dinyatakan dalam nada suara rendah, usia 4 sampai 5 bulan biasanya
sering diucapkan bangun tidur. Usia 5 sampai 6 bulan bayi mulai
mengeluarkan macam-macam suara, baik dengna nada keras, perlahan,
tinggi, rendah sesuai perasaannya.
4) Usia 9 sampai 10 bulan, bayi mulai menggunakan suku kata yang
diulang seperti mama, papa, wa-wa, uk-uk.
b. Kata pertama
1) Usia 10-12 bulan tumbuh pengertian pasif dari bahasa.
2) Bayi memberi respon terhadap kata yang familier, bila disebut ibu
maka ia akan berusaha mencari ibunya.
3) Kata pertama mungkin tidak disadari oleh orang tuanya karena ank
banyak akal untuk mengerti perlu mendengar apa yang dikatakan anak
sehubungan dengna apa yang dikerjakan, misalnya mam bisa berarti
mama, bisa berarti makan.
3
4) Anak memberikan reaksi yang berbeda pada satu kata yang diucapkan
dengan intonasi pada usia 4-5 bulan. Ketiaka ada orang bilang diam
sambil membentak akan berbeda ketika orang berkata diam untuk
menenangkan tangisan.
5) Bicara sesungguhnya mulai usia 12-18 bulan karena sudah bisa
dimengerti maksudnya.
6) Satu kata mengandung satu kalimat, misalnya mengatakan makan
berarti saya mau makan.
7) Menggunakan empat kata usia lima belas bulan, sepuluh kata usia
delapan belas bulan, lima puluh kata usia dua tahun dan anak sudah
bisa bereaksi terhadap perintah orang tuanya.
c. Kalimat pertama
1) Usia dua tahu anak mulai menyusun kata.
2) Periode ini dikenal sebagai permulaan pembicaraan komplit
3) Kadang-kadang disusun kombinasi kata yang aneh dan berubah-ubah
huruf/kata karena sulit mengucapkan satunama. Contoh : perahu
diucapkan pelahu.
4
Menurut Lev Vygotsky bicara egosentris merupakan bentuk
petunjuk dan bantuan bagia anak dalam menyelesaikan masalahnya
sendiri. Ini berorientasi kepada tujuan yang akan dicapai dan komunikatif.
Kemampuan bicara memasyarakat, menunjukkan adanya tukar pikiran
dengan orang lain, termasuk pertanyaan, jawaban, perintah, kritik terhadap
orang lain.
e. Perkembangan semantik
Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti kata pada
bahasa yang diajarkan. Anak pertama kali memahami arti kongkrit dan
jenis kata kongkrit kemudian mulai mengetahui arti dan jenis kata abstrak.
Misalnya anak akan lebih memahami kucing yang bisa dilihat dari pada
kata pahit ata manis. Kata yang sulit untuk anak pra sekolah adalah kata
yang selain punya arti fisik juga punya arti psikologis. Contohnya manis
bisa berarti sikap, tapi bisa juga berarti rasa.
3. Proses komunikasi :
a. Mengikuti perkembangan psikologis anak
5
b. Kontak kasih sayang dengna orang tua dapat memperkuat kepribadian
anak
c. Belaian, dukungan dan sentuhan mesra, ini akan menimbulkan senang dan
bahagia
d. Bidan membantu ibu serta pihak lain dalam memberikan dukungan
rangsang aktif dalam bahasa dan emosi.
6
mengekspresikan segala emosi, perasaan, pikiran dan keinginan mereka
secara bebas. Dengan pola komunikasi ini, anak-anak akan memperoleh
pengalaman melakukan peran sebagai orang lain dengan berbicara.
c. Tepat guna. Bila anak melakukan kesalahan, tegurlah pada saat itu juga.
Bukan tindakan bijaksana apabila kita menunda kemarahan/teguran
sampai ayah pulang dari kantor atau mengungkit-ungkit kesalahan anak
yang sudah lalu.
d. Memberi dorongan. Membiarkan anak berbicara banyak (bukan banyak
bicara) dengan membeirnya stimulus yang mengerahkan pemahaman
anak-anak terhadap situasi disekitarnya. Dengan cara ini, orang tua akan
membentuk kestabilan emosi anak, dan membuatnya kelak mampu
melakukan percakapan yang terstruktur dan berarti. Secara sederhana,
komunikasi bisa dilakukan dengan mengajak bercakap-cakap sesering
mungkin. Mengajak anak untuk bermain-main juga membantu kemahiran
berkomunikasi.
7
B. Komunikasi Remaja
Tujuan komunikasi pada remaja adalah memberikan pemahaman dan upaya
penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi yang terjadi.
Bidan perlu menjalin hubungan komunikasi terbuka, mengungkapkan hal-hal
yang belum diketahui oleh remaja. Permasalahan yang dapat diselesaikan dalam
bentuk komunikasi terapeutik pada remaja misalnya; perubahan fisik/ biologis
sesuai usia, perubahan emosi dan perilaku remaja, kehamilan pada remaja,
narkotika, kenakalan remaja dan hambatan dalam belajar.
Berkomunikasi dengan remaja lebih memperhatikan :
1. Kenyamanan remaja dalam menerima informasi.
2. Memperhatikan cara pandang remaja dalam menyikapi pesan yang
disampaikan.
3. Memfokuskan pada persoalan yang akan disampaikan.
4. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan nyaman untuk didengar.
5. Menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan kepercayaan pada remaja.
6. Bisa menguasai dan mengendalikan emosi pada remaja saat penyampaian
pesan.
7. Menjalin keakraban dengan remaja.
8
5. Memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik
dan emosi dan peran yang terjadi.
6. Menikah dan membentuk keluarga baru membutuhkan konseling.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa macam klien dalam asuhan kebidanan`diantaranya remaja,
klien KB, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menopause. Bidan dituntut
untuk mengetahui komunikasi dan penanganan apa yang diberikan sesuai fase dan
kondisi klien, karena klien pada masing – masing fase memiliki kebutuhan dan
cara pikir yang berbeda. Hal itu diperlukan agar bidan dapat memberikan asuhan
kebidanan pada klien yang tepat sesuai kebutuhannya masing – masing.
B. Saran
Semoga dari makalah yang telah dibuat, dapat bermanfaat dan bisa di
aplikasikan pada masyarakat nanti. Juga dapat menjadi bahan referensi untuk
tugas berikutnya yang berhubungan dengan komunikasi juga untuk mahasiswa
lain yang membutuhkan informasi mengenai materi klien dalam asuhan
kebidanan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Tyastuti, S.; Kusmiyati, Y.; & Handayani, S. (2010). Komunikasi dan Konseling
dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Yulifah & Yuswanto (2009). Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
11
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
ridho-NYA, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyusun makalah ini
untuk memenuhi tugas yang berjudul “KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN”.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna untuk rekan yang lain dalam mengenal,
mempelajari, dan memahami materi sesuai judul makalah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada Ibu Rickah Liva
Yulianti, SST, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Kebidanan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai kalangan. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, sehingga saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan agar makalah ini dapat lebih baik.
.
Penulis
12
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
13