Anda di halaman 1dari 44

RSUPN DR.

CIPTO MANGUNKUSUMO
Goes to Joint Commission
International Accreditation

ASSESSMENT OF PATIENT
(AOP)

IMPLEMENTASI ASSESSMENT OF PATIENT

Dr. dr. C.H. Soejono, SpPD, K-Ger & Tim Pokja AOP
STANDAR AOP

1. Pengkajian awal (Initial Assessments)

. 2. Pengkajian ulang (reassessed) secara periodik


berdasarkan kondisi pasien & pengobatan

3. Petugas yang melakukan pengkajian harus


kompeten

4. Tim kes bekerja kolaborasi & terintegrasi

5. Pelayanan Laboratorium

6. Pelayanan Radiologi diagnostik


AOP 1

Ruang Lingkup Pengkajian Medis:


 Keluhan utama.
 Riwayat penyakit sekarang dan dahulu.
 Riwayat penyakit dalam keluarga.
 Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi, kejiwaan dan kebiasaan.
 Pemeriksaan umum.
 Pemeriksaan fisik.
 Hasil laboratorium & pemeriksaan penunjang.
 Interpretasi awal.
 Daftar masalah  Plan of Care
 Kesimpulan umum
 Prognosis
AOP 1
 Kerangka waktu pengkajian:
 Rawat inap dalam waktu 24 jam
 Rawat jalan dalam waktu 2 jam harus dilengkapi
 Emergency dalam waktu 30 menit

 Pendokumentasian Pengkajian Medis:


 Hasil pemeriksanaan penunjang pasien rawat jalan yang berasal
dari luar RS bila waktunya kurang dari 30 hari masih bisa dipergunakan
kecuali bila status kesehatan dan kondisi pasien berubah.
 Hasil dokumentasi pengkajian pasien disimpan dalam rekam medik
pasien.
 Pengkajian medik awal didokumentasikan sebelum anestesi
& pembedahan
AOP 1
Skrining Nyeri:
 Dilakukan oleh SDM Keperawatan dalam pengkajian awal
keperawatan di emergency, rawat jalan dan rawat inap.
 Metode Penilaian:
 VAS dan Flacc Scale untuk pasien dewasa & anak usia > 1
tahun (skala 1 – 10)
 Behaviour Pain Scale untuk pasien ICU / tidak sadar (skala 1- 12)
 Newton Scale untuk pasien neonatus (skala 1 - 20)
 Kategori Penilaian:
 Rendah : VAS <4/10, FLACC<4/10, BPS <6/12, Newton <8/20
 Sedang : VAS 4-6, FLACC 4-6, BPS 6-8, Newton 8-14
 Berat: VAS >7/10, FLACC > 7/10, BPS > 9/12, Newton > 15/20
Skrining Jatuh: AOP 1
 Dilakukan oleh SDM Keperawatan dalam pengkajian awal keperawatan di
emergency, rawat jalan dan rawat inap  Dokter mengecek kesesuaian
pengkajian tersebut dengan kondisi pasien dan memastikan tindak lanjutnya
dilakukan.

 Metode Penilaian:
 Diruang emergency dan rawat jalan menggunakan Up & Go Test
 Di ruang rawat inap:
Anak berusia < 12 tahun: semua dianggap berisiko tinggi jatuh.
Anak yang berusia ≥ 12 – 18 tahun dengan Humpty Dumpty Scale.
Dewasa (> 18 tahun- < 60 tahun) dengan Morse Fall Scale,
Pasien usia lanjut ( ≥ 60 tahun) dengan Pengkajian Jatuh Usia Lanjut.

Kategori Penilaian:
 Tidak berisiko
 Risiko Rendah
 Risiko Tinggi
AOP 1
Skrining Gizi:
 Dilakukan oleh SDM Keperawatan dalam pengkajian awal
keperawatan di rawat jalan dan rawat inap.
 Metode Penillaian:
 Untuk pasien dewasa dan geriatri menggunakan Malnutrition
Screening Tools (MST)
 Untuk pasien Obstetri dan Ginekologi dengan modifikasi MST.
 Untuk pasien bayi/ anak menggunakan Paediatric York hill
Malnutrition Score (PYMS)
 Dokter membuat resep diit pasien, bekerjasama dengan dietisien.
 Bila penilaian skrining gizi berisiko malnutrisi maka ditindaklanjuti
oleh dietisien/ dokter gizi klinik.
AOP 1

Pengkajian Status Fungsional:

 Dilakukan oleh SDM Keperawatan dalam pengkajian


awal keperawatan di rawat inap.
 Metode Penilaian :
 menggunakan Barthel Index Scale
 dilakukan hanya pada pasien dewasa & geriatri
KEBIJAKAN PENGKAJIAN LANJUT AOP
1.6

• Pengkajian lanjut dilakukan berdasarkan hasil pengkajian


awal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan pada seluruh
pasien di ruang rawat jalan, ruang rawat inap, dan ruang
gawat darurat selama dalam perawatan di RSUPN Dr Cipto
Mangunkusumo yang teridentifikasi mengalami gangguan
status nutrisi, status fungsional, nyeri dan risiko cedera/
jatuh.

• Tujuan dari pengkajian lanjut pasien adalah: Untuk


menentukan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan tindakan
yang diberikan; Untuk menentukan kebutuhan pelayanan
rehabilitasi; Untuk pengkajian dan penatalaksanaan nyeri
secara komprehensif.
KEBIJAKAN PENGKAJIAN LANJUT AOP
1.6
Yang melakukan pengkajian lanjut adalah:
a. Pengkajian lanjut nutrisi dilakukan oleh dietisien, kecuali pada
pasien anak dilakukan oleh dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP) atau tim dokter yang kompeten dalam merawat pasien.
b. Pengkajian lanjut status fungsional dan risiko tinggi jatuh/ cedera
dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidang rehabilitasi medik
kecuali pada pasien anak kurang dari 12 tahun.
c. Pengkajian lanjut nyeri dilakukan oleh dokter yang kompeten.
d. Jika memerlukan tindak lanjut dapat dikonsultasikan ke
departemen / divisi / instalasi yang kompeten.

• SK DIRUT tentang Kebijakan Pengkajian Lanjut


KEBIJAKAN PENGKAJIAN LANJUT AOP
1.6

Pengkajian lanjut pasien dilaksanakan pada:


a. Saat teridentifikasi gangguan nutrisi pada pengkajian awal
status gizi yang dilakukan oleh tenaga keperawatan, kecuali
pada ruang rawat anak dilakukan oleh dokter yang kompeten.
b. Saat teridentifikasi gangguan fungsional pada pengkajian awal
status fungsional dan risiko tinggi jatuh / cedera yang dilakukan
oleh tenaga keperawatan.
c. Saat teridentifikasi gangguan nyeri pada pengkajian awal
skrining nyeri yang dilakukan oleh tenaga keperawatan.

Hasil pengkajian lanjut pasien didokumentasikan pada formulir


catatan perkembangan pasien terintegrasi untuk medis dan
formulir asuhan gizi awal untuk dietisien/ ahli gizi.
AOP 2
PENGKAJIAN ULANG (RE-ASSESSMENT)

Seluruh pasien dilakukan


pengkajian ulang secara periodik
berdasarkan kondisi pasien dan
pengobatan yang diperoleh pasien,
untuk memonitor respon pasien
terhadap pengobatan dan
menyusun rencana untuk
pengobatan/ perawatan
selanjutnya
AOP 2: PENGKAJIAN ULANG PASIEN

Kapan terakhir kali


diperiksa????...heggrrrrr Risiko
malnutrisi:
setiap minggu
Skor nyeri >4:
setiap 8 jam
Pasca operasi/
tindakan:
Setiap 15
menit 1 jam
pertama ,
30 menit 2 jam
berikutnya,
setiap 1 jam
pada 4 jam
berikutnya
KEBIJAKAN PENGKAJIAN ULANG MEDIS AOP
2

• Pengkajian ulang dilakukan pada : seluruh pasien di


unit rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
selama dalam perawatan di rumah sakit sesuai
dengan perubahan kondisi perkembangan kesehatan
dan kebutuhan pasien.

• Tujuan dari pengkajian ulang pasien adalah: Untuk


menentukan respon pengobatan yang diberikan;
Untuk merencanakan pengobatan dan tindakan
kesehatan selanjutnya; Untuk menentukan waktu
rencana pemulangan pasien.
KEBIJAKAN PENGKAJIAN ULANG MEDIS AOP
2
• Pengkajian ulang pasien dilaksanakan pada (Untuk pasien
rawat inap dan gawat darurat) : Dilakukan setiap hari oleh
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) atau dokter yang
telah ditunjuk untuk merawat pasien termasuk akhir pekan
dan hari libur; Pasien sedang dalam penatalaksanaan
pengobatan atau tindakan kesehatan tertentu yang
membutuhkan pemantauan ketat; Setiap ada perubahan
kondisi pasien yang signifikan; Untuk pasien rawat jalan,
dilakukan setiap kali kunjungan pasien.

• Hasil pengkajian ulang pasien didokumentasikan pada


formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi.
Pengkajian ulang (reassesment) dilakukan dalam bentuk
Subyektif, Obyektif, Analisa dan Perencanaan (SOAP).
KUALIFIKASI PETUGAS KESEHATAN AOP 3

KEBIJAKAN: Farmasi dokter


klinik
Petugas yang kompeten
melakukan pengkajian
awal medis adalah Dokter
SDM
Penanggung Jawab Tim Keperawa
Pelayanan pasien (DPJP)/ terapis tan
Dokter Pendidikan Spesialis
(PPDS)
dietisien

Dokter Pemeriksa
Pasien
KOLABORASI ANTAR PROFESI AOP 4

Kebijakan:

Kolaborasi antar
profesi dalam SPO:
pelayanan pasien 1. Penatalaksanaan
kasus sulit
2. Panitia Pengendali
Resisten Antibiotik
3. Meeting Pasien
IK: Rawat Bersama
Petunjuk pengisian
catatan perkembangan
terintegrasi
KOLABORASI ANTAR PROFESI AOP 4

Dokter, perawat dan tim kesehatan


lain yang bertanggung jawab
merawat pasien 
BERKOLABORASI untuk
melakukan analisa dan
mengintegrasikan hasil pengkajian.

Kebijakan penggunaan form catatan


perkembangan terintegrasi
KEBIJAKAN KOLABORASI ANTAR TIM KESEHATAN AOP
4

• Kolaborasi antar tim kesehatan merupakan suatu bentuk


kerjasama yang harmonis dengan profesi lain (dokter, tenaga
keperawatan, terapis, farmasi, ahli gizi / dietisien, radiographer,
analis dan lain-lain) sebagai mitra kerja untuk tujuan yang sama
yaitu memberikan pelayanan kesehatan pada pasien dan
masyarakat secara optimal.

• Tujuan dari kolaborasi antar tim kesehatan adalah:


Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya
kesehatan; Meningkatkan saling pengertian antar profesi;
Meningkatkan hubungan saling percaya; Membuka peluang
untuk saling membantu; Meningkatkan daya, kemampuan, dan
kekuatan; Meningkatkan rasa saling menghargai; Meningkatkan
hubungan saling memerlukan dalam memberikan pelayanan
pasien.
KEBIJAKAN KOLABORASI ANTAR TIM KESEHATAN AOP
4

LANJUTAN.................
Bila tim kesehatan mengkomunikasikan perkembangan
kesehatan dan kondisi pasien dengan profesi lain harus
melakukannya dengan prinsip SBAR (Situation: kondisi terkini
pasien; Background: riwayat kesehatan pasien, diagnosis
pasien masuk/ saat ini; Assessment: adanya penyimpangan
dari hasil pengkajian fisik terkini; Request: usulan tindakan/
pemeriksaan yang akan dilakukan selanjutnya).
• Tujuan bersama.
Adanya tujuan yang sama diantara masing-masing profesi
kesehatan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan,
yaitu pasien sebagai fokus utama.
IMPLEMENTASI KOLABORASI
 Dokter sebagai captain of the ship dari seluruh tim kesehatan
dalam pelayanan pasien.

Dokter harus membaca pengkajian dan rencana asuhan pasien


yang dibuat oleh SDM Keperawatan, dietisien, terapis, farmasi dan
tenaga kesehatan lainnya.
 SDM Keperawatan:
Pengkajian alergi, skrining gizi, nyeri, risiko jatuh, status
fungsional, rencana asuhan keperawatan/ kebidanan dan lain2.
 Dietisien:
Pengkajian lanjut status malnutrisi dan rencana asuhan gizi
PELAYANAN LABORATORIUM AOP 5

• Program laboratorium yg aman tersedia, diikuti dan


terdokumentasi.
• Tes di laboratorium dilakukan oleh individu yg
kompeten & hasilnya diinterpretasi oleh tenaga
yg qualified.
• Hasil lab selesai sesuai waktu yg ditetapkan
oleh organisasi : TAT
• Untuk pemeriksaan cito < 2 jam.
• Setiap operator termasuk dokter harus melakukan
pengecekan fungsi terhadap peralatan laboratorium
yang akan digunakan sesuai panduan manual alat
tersebut.
PELAYANAN LABORATORIUM AOP 5

• Penulisan pada Form Permintaan


Laboratorium harus lengkap terisi
termasuk identitas (nama lengkap &
tanggal lahir) dan data klinis pasien.
• DIAGNOSIS TIDAK BOLEH DISINGKAT.
• Outlet Laboratorium: Lantai 6 Gedung A,
Loket Lab 24 jam, IRJT, IGD
PELAYANAN LABORATORIUM AOP 5

SISTEM PELAPORAN NILAI


KRITIS Dilaporkan

Nilai kritis adalah hasil sesuai dengan


pemeriksaan laboratorium yang SPO Pelaporan
secara signifikan diluar batas
normal dan dapat Hasil Kritis
mengindikasikan kondisi yang
berisiko tinggi terhadap nyawa (IPSG 2)
pasien.
DPJP, bila tidak bisa,
Petugas Laboratorium hubungi dokter/
Petugas Radiologi HASIL KRITIS perawat ruangan
Yang merekam EKG Dokter/ perawat penerima pesan:
Catat tanggal, jam, nama
Catat tanggal, jam, penelepon dengan TBaK
nama yang dihubungi,
nama penelepon
PPDS/ Perawat ruangan
Penyampaian yg menerima pesan: 15
hasil sesuai menit I melapor ke DPJP
SPO

TINDAKAN
15 menit II :
DPJP
Ka IGD 15 menit IV :
15 menit III :
Ka ICU Divisi /
Divisi /
DMK Konsulen jaga
Konsulen jaga
Pelaporan Hasil Kritis Dan Pemeriksaan Cito
• DEFINISI Pelaporan Hasil Kritis:
• Pelaporan Hasil Kritis adalah proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang
memerlukan penanganan segera dan harus dilaporkan ke DPJP dalam waktu
kurang dari 1 (satu) jam.

• PROSEDUR
1. Dokter menyampaikan hasil kritis ke DPJP. Bila DPJP tidak bisa dihubungi, langsung
menghubungi dokter/ perawat unit rawat inap, rawat jalan dan unit gawat
darurat.
2. Dokter/ petugas yang melaporkan hasil kritis mencatat TANGGAL dan WAKTU
menelpon, NAMA LENGKAP PETUGAS KESEHATAN YANG DIHUBUNGI dan NAMA
LENGKAP YANG MENELEPON.
3. Petugas ruangan yang menerima hasil kritis menggunakan TBaK dan
mencatat dalam catatan terintegrasi.\
4. Petugas tsb di atas menghubungi DPJP/ PPDS yg merawat pasien
dengan mekanisme pelaporan sbb:

• 26
Pelaporan Hasil Kritis Dan Pemeriksaan Cito

a. 15 menit pertama: harus segera melaporkan pada DPJP/ PPDS yang merawat, bila
belum berhasil menghubungi, ke langkah berikut
b. 15 menit ke dua: harus melaporkan pada DPJP, bila belum berhasil menghubungi, ke
langkah berikut
c. 15 menit ke tiga: Bila hari kerja dapat menghubungi: Divisi departemen terkait.
• Bila di luar jam kerja/ hari libur menghubungi konsulen jaga yang bertugas, bila belum berhasil
menghubungi ke langkah berikut:
d. 15 menit ke empat: menghubungi konsulen jaga yang bertugas, bila belum berhasil
juga maka dapat menghubungi urutan pimpinan sebagai berikut:
• Kepala IGD, jika tidak dapat dihubungi,
• Kepala ICU, jika tidak dapat dihubungi
• Direktur Medik & Keperawatan
e. Dokter yang dilaporkan ttg hasil kritis tsb, bertanggung jawab thd
interpretasi hasil & pengambilan tindakan thd pasien.

 Semua upaya di atas dicatat dalam rekam medik berikut jamnya.

27
AOP 5: LABORATORY SERVICES
NILAI KRITIS PEMERIKSAAN KIMIA
KIMIA NEWBORN
Parameter Satuan Batas Bawah Batas Atas
Bilirubin mg/dL - 15
Glukosa mg/dL 30 325
Kalium mmol/dL 2,8 7,8
KIMIA ANAK
Parameter Satuan Batas Bawah Batas Atas
Glukosa mg/dL 46 455
Laktat mmol/dL - 4,1
Bilirubin Total mg/dL - 20

DEWASA

Parameter Satuan Batas Bawah Batas Atas


Laktat mmol/dL - 3,4
Kalium mmol/dL 2,8 6,2
AOP 5: LABORATORY SERVICES

NILAI KRITIS PEMERIKSAAN HEMATOLOGI


Pemeriksaan Satuan Batas Bawah Batas Atas

Hemoglobin g/dL 5 20
dewasa

Hemoglobin bayi g/dL 5 25


baru lahir

Hematokrit % 20 60

WBC /µ 1000 50000

Platelet /µ 20000 800000

INR 5
PELAYANAN LABORATORIUM AOP 5

5.5. Reagen atau zat lain yang dibutuhkan


untuk pemeriksaan laboratorium
tersedia dan dievaluasi untuk
memastikan hasil akurat.

5.6. Prosedur pengumpulan, identifikasi,


penanganan, serta transportasi
aman bagi spesimen harus diikuti.

Kebijakan, IK, Check list, Laporan


Reagen & spesimen
AOP 6: RADIOLOGY & DIAGNOSTIC IMAGING SERVICES

Permenkes RI tentang
AOP.6. Penyelenggaraan
Radiologi Pelayanan Radiologi
diagnostikdan
pencitraan Kepmenkes tentang
MEMENUHI Standar Pelayanan
STANDAR lokal dan Kedokteran Nuklir di
nasional sarana pelayanan
serta hukum dan Kesehatan
peraturan yang
berlaku Kebijakan Direktur RSCM
ttg Pelayanan Radiologi
AOP 6: RADIOLOGY & DIAGNOSTIC IMAGING SERVICES

AOP.6  Profil Radiologi dalam


proses akreditasi 9001:2008
Pelayanan yang
MEMADAI,  Pelayanan radiologi tersedia
TERATUR dan 24 jam.
NYAMAN  Kebijakan Pelayanan
tersedia untuk Radiologi.
 SPO Pelayanan
memenuhi
Emergensi
kebutuhan  Tersedianya alur pasien
pasien. Radiologi
PELAYANAN RADIOLOGI AOP 6

• Penulisan pada Form Permintaan


RADIOLOGI harus lengkap terisi
termasuk identitas (nama lengkap &
tanggal lahir) dan data klinis pasien.
• DIAGNOSIS TIDAK BOLEH DISINGKAT.
AOP 6: RADIOLOGY & DIAGNOSTIC IMAGING SERVICES

• Proteksi radiasi berlaku tidak hanya utk


pekerja, tetapi juga utk pasien dan keluarga
pasien/ pengantar
• Meminimalkan efek radiasi thd pasien
otomatis mengurangi efek radiasi thd pekerja
radiasi
• Justifikasi, optimasi, dan limitasi merupakan
tiga utama proteksi radiasi
JUSTIFIKASI

• Justifikasi yang paling sederhana adalah


penentuan indikasi pemeriksaan
• Indikasi tidak tepat ataupun malah tidak ada
indikasi utk pemeriksaan dng radiasi pengion,
melanggar prinsip proteksi radiasi
OPTIMASI

• Optimasi contoh sederhana adalah melakukan


pemeriksaan dengan sedikit mungkin radiasi
tetapi tidak mengurangi nilai diagnostik
• Contoh: abdomen 2 posisi sudah cukup
dibanding abdomen 3 posisi
LIMITASI

• Limitasi adalah membatasi radiasi yang


diberikan.
• Contoh: apron, perisai timbal, pengurangan
waktu radiasi
• INGAT! Efek stokastic radiasi yang tidak
pernah bisa diprediksi dapat muncul
walaupun hanya dengan karena radiasi yang
minimal.
• Setiap dokter yang meminta, melakukan
pemeriksaan dengan radiasi pengion
bertanggung jawab thd risiko efek stokastic
pada pasien, keluarga pasien, pengantar, dan
pekerja radiasi
• Jika ada yang melanggar, akan berhadapan
dengan Tim Proteksi Radiasi RSCM serta
hukum pidana yang berlaku
Perlengkapan Proteksi Radiasi
• Apron timbal
• Pelindung Gonad
• Pelindung Tiroid Timbal
• Sarung tangan
• Kacamata timbal
• Tabir timbal
• Pemantauan Dosis perorangan: Film Badge,
TLD
Pasien dengan Dugaan Implant
Radioaktif?
• Pasien dengan riwayat penyakit keganasan/ kanker harus
menjalani screening dengan cara menjawab pertanyaan
kuesioner dari dokter yang merawatnya → curiga terpasang
implan → lapor ke Tim Proteksi Radiasi RSCM (Contact Person
dr. Benny *Dept. Radiologi+ 08161327705) → Tim akan
melakukan pengukuran paparan radiasi bersama dengan Dept.
Radioterapi.
• Bila dosis masih dalam batas ambang, pasien dapat berobat
sesuai dengan rekomendasi yang diberikan pada waktu
pengukuran (untuk menghindari paparan yang berlebihan untuk
petugas medis dan lingkungan)
• Apabila ditemukan dosis di luar ambang batas yang ditentukan,
pasien harus diisolasi di ruang perawatan yang telah ditentukan
(ruangan khusus).
• Pertanyaan skrining untuk pasien yang dicurigai terpasang implant
radioaktif:
– 1. Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit keganasan? (Jika ”YA”
diteruskan ke pertanyaan nomor 2)
– 2. Apakah pasien pernah mendapatkan perawatan di luar negeri untuk
penyakit keganasannya? (Jika ”YA” diteruskan ke pertanyaan nomor 3)
– 3. Dimana dirawat dan di negara apa?
– 4. Apakah pasien pernah mendapatkan pengobatan implant radioaktif
untuk penyakit keganasannya? (Jawaban bisa ”YA” atau ”TIDAK”)
• Pasien yang harus dilaporkan ke bagian investigasi Tim Proteksi Radiasi
adalah pasien yang pada pertanyaan ketiga menjawab negara China dan
jawaban apapun dari pertanyaan keempat.
• Hasil pertanyaan tersebut selain dilaporkan ke tim proteksi juga harus ditulis
di catatan perkembangan pasien terintegrasi.

Catatan tambahan :
• Rumah sakit di cina yang harus diwaspadai RS Tumor Gianyang dan Fuda
Cancer
Kesimpulan
Pengkajian medis pasien terdiri dari:
1. Pasien baru  Pengkajian awal medis
2. Pasien lama  Pengkajian ulang (reassessment
dengan format SOAP):
a. pasien ranap dilakukan setiap hari, termasuk hari
libur, sabtu, dan minggu.
b. Pasien rajal dilakukan setiap kunjungan.
3. Pasien yang akan dilakukan tindakan dan
mendapat sedasi: dilakukan pengkajian pra sedasi
(Pasien baru: Pengkajian awal medis, Pasien lama:
SOAP dicatatan terintegrasi)
Kesimpulan
4. Dalam pengkajian awal medis dibuat rencana tatalaksana pasien.
5. Pengkajian awal keperawatan yang dibuat perawat dicek hasilnya
oleh dokter: risiko jatuh, skrining nyeri, risiko nutrisi, status
fungsional,kebutuhan edukasi, discharge planning, apakah
membutuhkan pengkajian lanjut atau tidak agar perawatan pasien
benar-benar terintegrasi.
6. Cek penilaian ulang risiko jatuh, nyeri, status fungsional, atau nutrisi
sesuai kondisi pasien.
7. Form permintaan laboratorium, PA, dan radiologi: identitas pasien
(nama lengkap & tgl lahir) serta kondisi klinis pasien harus
dituliskan.
8. Pengkajian medis yang dibuat PPDS harus mendapat persetujuan
DPJP dalam bentuk ttd dan nama DPJP di bawah tulisan PPDS.
RSUPN DR.CIPTO MANGUNKUSUMO
Goes to Joint Commission
International Accreditation

ASSESSMENT OF PATIENT
(AOP)

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai