Disusun oleh :
Makfud Boham (09061009)
Shintia Mangodeng (09061012)
Ivone Pande (09061013)
Desy Bawiling (09061016)
Endang Wangkanusa (09061019)
Dianasranni Tampanguma (09061023)
Fernando Hengkelare (09061030)
Nadia Runtunuwu (09061032)
Alfiester Reppi (09061037)
Ofrida Goyugut (09061052)
Feby R. Bawinti (09061055)
Dety Nusali (09061060)
i
PRA KATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatnya tim penulis telah berhasil menyusun dan menyelesaikan
ASKEP ini dengan baik. ASKEP ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen mata kuliah PKKDM II untuk praktek RS.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
juga buat Orang Tua tim penulis yang sudah memberi dukungan dalam menyusun
ASKEP ini, dan tidak lupa juga buat teman-teman kelas A Fakultas Keperawatan
pembuatan ASKEP ini, serta semua pihak yang telah membantu tim penulis dalam
dengan Stroke Non Hemoragik ini bermanfaat bagi pembaca. Tim penulis telah
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Menurut WHO ( 1986 ), Stroke adalah gangguan peredaran darah ke otak
atau disebut cerebro vascular accident (VCA) atau, stroke adalah tanda-tanda
klinis yang berkembang cepat akibat fungsi vocal (global), dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain yang ada selain vaskuler.
Menurut Feigin, 2006 Stroke atau sering disebut juga dengan
”cerebrovasculer accident” adalah gejala kelainan neurologi akibat dari
penyakit pembuluh darah otak. Stroke adalah penyakit otak yang paling
destruktif dengan konsekuensi berat, termasuk beban psikologis, fisik, dan
keuangan yang besar pada pasien, keluarga, dan masyarakat.
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA
(Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala
atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C.
Suzanne, 2002, hal 2131).
1.2 Etiologi
1. Penyebab-penyebabnya antara lain:
a. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
Trombus yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah yang lebih
distal disebut embolus.
b. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian
epidemiologi didapatkan bahwa sekitar 50 % dari semua serangan
1
iskemik otak, apakah yang permanen atau yang transien, diakibatkan oleh
komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan
kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang, dan sekitar 25 %
disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di intyrakranial dan 20 %
oleh emboli jantung. Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah,
kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara ,tumor, metastase, bakteri,
benda asing. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang
yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di
dalam sebuah arteri.
c. Hemorargik cerebral (Pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perlahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak).
Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan
kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau
permanen.
d. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya
aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan.
Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan
menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah
yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau
irama jantung yang abnormal.
2
2. Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik adalah :
a. Aterosklerosis, Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan
ateroma (endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh
darah. Selain dari endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin
karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima)
karena timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan bertambahnya
diameter pembuluh darah dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh
darah.
b. Infeksi, Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah,
terutama yang menuju ke otak.
c. Obat-obatan, Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat
menyebabkan stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan
mempersempit lumen pembuluh darah ke otak.
d. Hipotensi, Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan
seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan
menahun.
3. Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
a. Hipertensi
b. Aneurisma pembuluh darah cerebral
c. Kelainan jantung / penyakit jantung,
d. Diabetes mellitus (DM),
e. Usia lanjut,
f. Polocitemia,
g. Peningkatan kolesterol (lipid total),
h. Obesitas,
i. Perokok,
j. kurang aktivitas fisik,
3
1.3 Anatomi dan Fisiologi
1. Otak
Otak merupakan pusat kendali fungsi tubuh yang rumit dengan sekitar
100 millar sel saraf , walaupun berat total otak hanya sekitar 2,5 % dari
berat tubuh, 70 % oksigen dan nutrisi yang diperlukan tubuh ternyata
digunakan oleh otak. Berbeda dengan otak dan jaringan lainya. Otak tidak
mampu menyimpan nutrisi agar bisa berfungsi, otak tergantung dari
pasokan aliran darah, yang secara kontinyu membawa oksigen dan nutrisi.
Pada dasarnya otak terdiri dari tiga bagian besar dengan fungsi tertentu
yaitu:
a. Otak besar, Otak besar yaitu bagian utama otak yang berkaitan dengan
fungsi intelektual yang lebih tinggi, yaitu fungsi bicara, integritas
informasi sensori ( rasa ) dan kontrol gerakan yang halus. Pada otak besar
ditemukan beberapa lobus yaitu, lobus frontalis, lobus parientalis, lobus
temporalis, dan lobus oksipitalis.
b. Otak kecil, Terletak
dibawah otak besar berfungsi
untuk koordinasi gerakan dan
keseimbangan.
c. Batang otak,
Berhubungan dengan tulang
belakang, mengendalikan
berbagai fungsi tubuh
termasuk koordinasi gerakan
mata, menjaga keseimbangan,
serta mengatur pernafasan dan
tekanan darah. Batang otak
terdiri dari, otak tengah, pons dan medula oblongata.
2. Saraf kepala dibagi dua belas yaitu:
a. Nervus olvaktorius, Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi,
membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
4
b. Nervus optikus, Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan
ke otak.
c. Nervus okulomotoris, Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot
pengerak bola mata), menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati
untuk melayani otot siliaris dan otot iris.
d. Nervus troklearis, Bersifat motoris, mensarafi otot- otot orbital. Saraf
pemutar mata yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak
mata.
e. Nervus trigeminus, Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini
mempunyai tiga buah cabang, fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf
ini merupakan saraf otak besar. Sarafnya yaitu:
1). Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian
depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.
2). Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas,
palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.
3). Nervus mandibula: sifatnya majemuk ( sensori dan motoris )
mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.
f. Nervus abdusen, Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya
sebagai saraf penggoyang sisi mata.
g. Nervus fasialis, Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut
motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di
dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis)
untuk wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai mimik wajah untuk
menghantarkan rasa pengecap.
h. Nervus auditoris, Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa
rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai
saraf pendengar.
i. Nervus glosofaringeus, Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi
faring, tonsil dan lidah, saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke
otak.
5
j. Nervus vagus, Sifatnya majemuk ( sensoris dan motoris) mengandung
saraf-saraf motorik, sensorik dan para simpatis faring, laring, paru-paru,
esofagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam
abdomen. fungsinya sebagai saraf perasa.
k. Nervus asesorius, Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan
muskulus trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.
l. Nervus hipoglosus, Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai
saraf lidah. Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung.
1.4 Patofisiologi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan
arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam
manifestasi klinis dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi
aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan
perdarahan aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau
menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:
a. Keadaan pembuluh darah.
b. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran
darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak
menjadi menurun.
c. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi
otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur
agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan
perfusi otak.
d. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena
lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak. Suplai darah ke
otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan
6
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(Hypoksiakarena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis
sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotikatau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolusmenyebabkan oedema dan
nekrosis diikuti thrombosis dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan
dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat
reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
7
1.6 Patoflow Faktor-faktor penyebab / pencetus
Stroke Non Hemoragik
Arteroklerosis
Trombosis Emboli
TIA
Iskemia
NDx: Perubahan Perfusi
Jaringan
Kerusakan Otak
Reversibel Ireversibel
8
NDx:
Defisit Jar. Otak Kurang Perawatan diri
NDx: Kerusakan
Menelan
Inkontinensia Uri
9
1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala bervariasi, tergantung pada arteri yang diserang (dan, akibatnya,
bagian otak yang disuplainya), keparahan kerusakan, dan perluasan sirkulasi
kolateral yang berkembang untuk membantu otak mengimbangi suplai darah yang
berkurang.
1. Stroke hemisfer kiri: gejala di sisi tubuh sebelah kanan
2. Stroke hemisfer kanan : gejala di sisi tubuh sebelah kiri
3. Stroke yang menyebabkan kerusakan saraf kranial : tanda disfungsi saraf kranial
disisi yang sama dengan terjadinya hemoragi
4. Gejala biasanya diklasifikasikan menurut arteri yang diserang :
a. Arteri serebral tengah : afasia, disfasia, potongan bidang visual dan
hemiparesis disisi yang diserang (lebih parah diwajah dan lengan daripada di
kaki)
b. Arteri karotid : lemah, paralisis, mati rasa, perubahan sensorik, dan
gangguan visual disisi yang diserang ; perubahan tingkat kesadaran ; bunyi
abnormal ; sakit kepala; afasia dan ptosis.
c. Arteri vertebrobasilar : lemah disisi yang diserang, mati rasa disekitar bibir
dan mulut, potongan bidang visual, diplopia, koordinasi buruk, disfagia,
bicara mencerca, pusing, amnesia dan ataksia.
d. Arteri serebral anterior : konfusi, lemah dan mati rasa (terutama dikaki)
disisi yang diserang, inkontinensi, hilang koordinasi, gangguan fungsi
motorik dan sensorik, dan perubahan kepribadian.
e. Arteri serebral posterior : potongan bidang visual, gangguan sensorik,
disleksia, koma, dan kebutaan kortikal.
5. Gejala juga diklasifikasikan sebagai premonitorik, tergeneralisasi, atau fokal
6. Premonitorik (jarang) :mengantuk, pusing, sakit kepala, dan konfusi mental.
7. Tergeneralisasi : sakit kepala,muntah,gangguan mental, sawan,koma,rigiditas
nukal,demam, dan disorientasi.
8. Fokal (misalnya perubahan sensorik dan refleks): merefleksikan tempat
hemoragi atau inarksi dan bisa memburuk.
10
Tanda dan gejala lain dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
1. Kehilangan motorik.
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah
satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia.
2. Kehilangan komunikasi Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria
(kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif, parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih, meliputi : inkontinensia urinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut
(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:
a. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.
b. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan.
c. Pengaruh terhadap komunikasi: bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
d. Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa
11
dengan segera tetapi bisa jadi tidak mnenunjukkan adanya infarksi trombotik
selama 48-72 jam.
c. MRI( magnetic resonance imaging ), untuk mengetahui adanya edema,
infark, hematom dan bergesernya struktur otak, bisa membantu
mengidentifikasi area yang mengalami iskemia atau infarksi dan
pembengkakan serebral. MRI menunjukan daerah yang mengalami infark,
hemoragik.
d. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai
pembuluh darah yang terganggu
2. Pemeriksaan penunjang :
a. Oftalmoskopi bisa menunjukkan tanda hipertensi dan perubahan
aterosklerotik dalam arteri retina.
b. Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
c. Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri
d. Fungsi Lumbal
1) menunjukan adanya tekanan normal
2) tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan
e. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)
1.8 Terapi
Pemilihan intervensi fisioterapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien.
Dimana dalam metode pendekatan fisioterapi itu harus banyak variasinya agar
pasien tidak bosan dalam melakukan rehabilitasi. Ada yang berpendapat bahwa
pendekatan fisioterapi pada pasien stroke itu tidak menggunakan satu metode saja
melainkan dengan penggabungan yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan
12
kondisi dan kemampuan pasien agar memperoleh hasil yang maksimal.
Pendekatan yang dilakukan fisioterapi antara lain adalah terapi latihan, yang terdiri
dari latihan perbaikan postur, latihan weight bearing, latihan keseimbangan dan
koordinasi, dan latihan aktifitas fungsional.
1. Latihan dengan mekanisme reflek postur
Gangguan tonus otot (spastisitas) secara postural pada pasien stroke, dapat
mengakibatkan gangguan gerak. Melalui latihan dengan mekanisme reflek
postur mendekati status normal, maka seseorang akan lebih mudah untuk
melakukan gerakan volunter dan mengontrol spastisitas otot secara postural.
Konsep dalam melakukan latihan ini adalah mengembangkan kemampuan
untuk mencegah spastisitas dengan menghambat gerakan yang abnormal dan
mengembangkan kontrol gerakan. Dalam upaya melakukan penghambatan
maka perlu adanya penguasaan teknik pemegangan (Key Point of Control)
2. Latihan weight bearing
Bertujuan untuk mengontrol tonus pada ekstrimitas dalam keadaan spastis.
Melalui latihan ini diharapkan mampu merangsang kembali fungsi pada
persendian untuk menyangga (Rahayu, 1992 ).
3. Latihan keseimbangan dan koordinasi
Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke stadium recovery
sebaiknya dilakukan dengan gerakan aktif dari pasien. Latihan aktif dapat
melatih keseimbangan dan koordinasi untuk membantu pengembalian fungsi
normal serta melalui latihan perbaikan koordinasi dapat meningkatkan stabilitas
postur atau kemampuan mempertahankan tonus ke arah normal (Pudjiastuti,
2003).
Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke non haemoragik
stadium recovery dapat dilakukan secara bertahap dengan peningkatan tingkat
kesulitan dan penambahan banyaknya repetisi.
4. Latihan aktifitas fungsional
Pada pasien stroke non haemoragik stadium recovery pasien terjadi gerak
anggota tubuh yang lesi dengan total gerak sinergis sehingga dapat membatasi
13
dalam gerak untuk aktifitas fungsional dan membentuk pola abnormal. Latihan
aktifitas fungsional dimaksudkan untuk melatih pasien agar dapat kembali
melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri tanpa menggantungkan penuh
kepada orang lain.
Terapi suportif awal :
1. Seringkali kajilah status neurologis pasien untuk menentukan deficit.
2. Pantaulah tekanan darah, berih labelatol ( trandate ) untuk hipertensi.
3. Jaga kepatenan jalan napas dan status oksigenasi.
4. Pantau kadar glukosa darah
5. Jika pasien mengalami sakit kepala beri analgesic.
1.9 Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah:
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi.
2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi, deformitas,
terjatuh.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
4. Hidrosefalus
1.10 Prognosis
Prognosis stroke sulit dipastikan karena ada yang sembuh dan dapat beraktifitas
semula namun ada yang cacat bahkan ada juga yang meninggal. Prognosis stroke
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : lokasi dan luas area lesi, umur, tipe
stroke, cepat lambatnya penanganan serta kerjasama tim medis dengan pasien dan
keluarga.
Cacat mempengaruhi 75% dari penderita stroke yang cukup untuk menurunkan
kelayakan kerja mereka. Stroke dapat mempengaruhi pasien secara fisik, mental,
emosional, atau kombinasi dari ketiganya. Hasil stroke sangat bervariasi
tergantung pada ukuran dan lokasi lesi. Disfungsi sesuai dengan daerah di otak
14
yang telah rusak. Beberapa cacat fisik yang dapat hasil dari stroke termasuk
kelemahan otot, kesemutan, luka tekanan, pneumonia, inkontinensia, apraxia
(ketidakmampuan untuk melakukan gerakan-gerakan belajar), kesulitan
melakukan kegiatan sehari-hari, kehilangan nafsu makan, kehilangan bicara,
kehilangan penglihatan, dan rasa sakit. Jika stroke cukup parah, atau di lokasi
tertentu seperti bagian dari koma, batang otak atau kematian itu dapat terjadi.
1.11 Pencegahan
1. Cara mencegah stroke tidak sulit jika Anda mengambil tindakan pencegahan
tertentu. Menurut asosiasi stroke nasional, pasien disarankan untuk mengetahui
berikut:
a. Berhenti merokok
b. Minum alcohol
c. Makan diet rendah lemak adalah sama pentingnya.
d. Biarkan dokter Anda mengecek untuk itu termasuk risiko stroke.
e. Mengambil langkah-langkah yang memadai untuk mengontrol diabetes.
f. Membuat latihan merupakan bagian integral dari rutinitas harian Anda.
g. Pergilah untuk memeriksa kolesterol.
h. Fokus pada diet rendah garam.
i. Cari gejala stroke dan terburu-buru untuk perhatian medis segera. Gejala
termasuk penglihatan kabur, sakit kepala hebat, pusing, kelemahan dari
wajah atau bahkan batas. Anda harus ingat bahwa tekanan darah tinggi
adalah penyebab utama stroke.
2. Berikut adalah langkah-langkah tertentu untuk mencegah stroke:
a. Anda harus mengontrol tekanan darah Anda.
b. Merokok secara langsung terkait dengan risiko stroke.
c. berolahraga secara teratur senam ringan perlu membuat jantung lebih kuat
dan meningkatkan sirkulasi.
d. Fokus pada diet yang sehat.
e. Anda harus mengontrol diabetes Anda.
15
BAB II ASKEP TEORI
16
d. Riwayat keluarga dalam bentuk Genogram
e. Riwayat lingkungan
f. Aspek psikososial
1) Pola piker dan persepsi
2) Persepsi diri
3) Suasana hati
4) Hubungan/ komunikasi
5) Kehidupan berkeluarga
6) Pertahanan koping
7) System nilai – kepercayaan
8) Tingkat perkembangan
g. Pengkajian fisik
1) Tanda-tanda vital saat pasien masuk rumah sakit
2) pemeriksaan persistem
a) sistem persepsi & sensori (pemeriksaan 5 indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa),
b) Sistem persarafan (bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara,
pupil, orientasi waktu & tempat),
c) Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan
nafas),
d) Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi dari irama, kualitas dan
frekuensi),
e) Sistem gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu
makan/minum, peritaltik, eliminasi),
f) Sistem integument (nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien),
g) Sistem reproduksi,
h) Sistem perkemihan (nilai frekunsi BAK, volume BAK) .
2. Pengkajian Primer
a. Airway
17
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
3. Pengkaian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subjektif:
- Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
- Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data objektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ),
kelemahan umum.
- Gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subjektif:
- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data objektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
18
Data Subjektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data objektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
- Kesulitan berekspresi diri
d. Eliminasi
Data Subjektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara
usus( ileus paralitik )
e. Makan/ minum
Data Subjektif:
- Nafsu makan hilang, nausea / vomitus menandakan adanya PTIK,
kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia, riwayat DM,
Peningkatan lemak dalam darah
Data objektif:
- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring ).
Obesitas ( faktor resiko )
f. Sensori neural
Data Subjektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA/ sementara selama TIA )
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data objektif:
19
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan
tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam ( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral.
g. Nyeri / kenyamanan
Data Subjektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data objektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
h. Respirasi
Data Subjektif:
- Perokok ( faktor resiko )
i. keamanan
Data objektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
20
- Gangguan merespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu
tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri
j. Interaksi social
Data objektif:
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
k. Pengajaran / pembelajaran
Data Subjektif :
- Riwayat hipertensi keluarga, stroke
- Penggunaan kontrasepsi oral
l. Pertimbangan rencana pulang
- Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
- Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,
perawatan diri dan pekerjaan rumah.
21
2.2 Diagnosa, Tujuan, Perencanaan/ Intervensi serta Rasional
1. Diagnosa : Perubahan perfusi jaringan, serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah : gangguan oklusif, hemoragi,
vasospasme serebral, edema serebral.
Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif dan motorik/sensori.
Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil dan tak ada tanda-tanda peningkatan TIK.
Menunjukan tidak adanya kelanjutan deteriorasi/kekambuhan defisit.
Perencanaan/intervensi Rasional
Mandiri
1. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan - Mempengaruhi penetapan intervensi. Kerusakan/kemunduran
keadaan/penyebab khusus selama koma/penurunan perfusi tanda/gejala neorologis atau kegagalan memperbaikinya setelah
serebral dan potensial terjadi peningkatan TIK. fase awal memerlukan tindakan pembedahan daan/atau pasien
harus dipindahkan ke ruang perawatan kritis untuk melakukan
pematangan terhadap peningkatan TIK.
2. Pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan - Mengetahui kecenderungan tingakat kesadaran dan potensial
bandingkan dengan keadaan normalnya/standar. peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan kemajuan
kerusakan SSP. Dapat menunjukan TIA yang merupakan tanda
terjadi thrombosis CVS baru.
3. Pantau tanda-tanda vital, seperti catat : - Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan serebral pada
Adanya hipertensi/hipotensi, bandingkan tekanan darah yang daerah vasomotor otak. Hipertensi/hipotensi postural dapat
terbaca pada kedua lengan. menjadi faktor pencetus. Hipotensi dapat terjadi karena syok.
Penningkatan TIK dapat terjadi karena edema adanya faktor
pembekuan darah. Tersumbatnya arteri subklavia dapat
dinyatakan dengan adanya perbedaan tekanan pada ke dua
lengan.
Frekuensi dan irama jantung : auskultasi adnaya mur-mur. - Perubahan terutama adanya bradikardia dapat terjadi sebagai
22
akibat adanya kerusakan otak. Distrimia dan mur-mur mungkin
mencerminkan adanya penyakit jantung yang mungkin telah
menjadi pencetus CSV.
Catat pola dan irama dari pernapasan, seperti adanya periode - Ketidakteraturan pernapasan dapt memberikan gambaran lokasi
apnea setelah pernapasan hiperpentilas, pernapasan cheyne- kerusakan serebral/peningkatan TIK dan kebutuhan untuk
strokes. intervensi selanjutnya termasuk kemungkinan perlunya
dukungan terhadap pernapasan.
4. Evaluasi pupil catat ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi - Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial okulomotor dan berguna
terhadap cahaya. dalam menentukan apakah batang otak tersebut masih baik.
Ukuran dan kesamaan pupil ditentukan oleh keseimbangan
antara persarafan simpatis dan parasimpatis yang
mempersarafinya. Respon terhadap refleks cahaya
mengkombinasikan fungsi dari saraf kranial optikus dan saraf
kranial okulomotor.
5. Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, - Gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan daerah otak
gangguan lapang pandang/kedalaman persepsi. yang terkena, mengindikasikan keamanan yang harus mendapat
perhatian dan mempengaruhi intervensi yang akan dilakukan.
6. Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara jika - Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indikator
pasien sadar. dari lokasi/derajat gangguan serebral dan mungkin
mengindikasikan penurunana/peningkatan TIK.
7. Letakan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam - Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan
posisi anatomis/netral. meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral.
8. Pertahankan keadaan tirah baring ; ciptakan lingkungan yang - Aktivitas/stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan TIK
tenang; batasi pengunjung/aktivvitas pasien sesuai indikasi. istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk
Berikan istirahat secara periodic antara aktivitas perawatan, pencegahan terhadap pendarahan dalam kasus stroke
batasi lamanya setiap prosedur. hemoragik/pendarahan lainnya.
9. Cegah terjadinya mengejan saat defekasi, dan pernapasan - Maneuver valsalva dapat meningkatkan TIK dan memperbesar
yang memaksa (batuk terus-menerus). resiko terjadinya pendarahan
23
10. Kaji ragiditas nukal, kedutan, kegelisahan yang meningkat, - Merupakan indikasi adanya iritasi maningeal. Kejang dapt
peka rangssang dan serangan kejang. mencerminkan adanya peningkatan TIK/trauma serebral yang
memerlukan perhatian dan intervensi selanjutnya.
Kolaborasi :
11. Berikan oksigen sesuai indikasi. - Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi
12. Berikan obat sesuai indikasi : serebral dan tekanan meningkat / terbentuknya edema.
antikoagulasi, seperti natrium warfarin (coumadin), heparin.
- Dapat digunakan untuk meningkatkan/ memperbaiki aliran
darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah pembekuan saat
embolus/trombus merupakan faktor masalahnya. Merupakan
kontraindikasi pada pasien dengan hipertensi sebagai akibat dari
peningkatan resiko perdarahan.
Antifibrolatik, seperti asam aminokaproid (amicar). - Pengunaan dengan hati-hati dalam perdarahan untuk mencegah
lisis bekuan yang terbentuk dan perdarahan berulang yang
serupa.
Antihipertensi - Hipertensi lama/ kronis memerlukan penanganan yang hati-hati,
sebab penenganan yang berlebihan meningkatkan resiko
terjadinya perluasan kerusakan jaringan. Hipertensi sementara
seringkali terjadi selama fase stroke akut dan penangulangannya
seringkali tanpa intervensi terapeutik.
Vasodilatasi perifer, seperti siklandelat, papaverin, - Digunakan untuk memperbaiki sirkulasi kolateral atau
isoksupresin. menurunkan vasospasme.
Steroid, deksametason. - Pengunaannya kontrolversial dalam mengendalikan edema
serebral.
Fenitoin, fenobarbital. - Dapat digunakan untuk mengontrol kejang dan / atau untuk
aktivitas sedatif. Catatan : Fenobarbital memperkuat kerja dari
anti epilepsi.
Pelunak feses. - Mencegah proses mengejan selama defekasi dan yang
24
berhubungan dengan peningkatan TIK.
13. Persiapan untuk pembedahan, endarterektomi, bypass - Mungkin bermanfaat untuk mengatasi situasi.
mikrovaskuler.
14. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti - Memberikan informasi tentang keefektifan pengobatan/ kadar
masa protrombin, kadar dilantin. terapeutik.
2. Diagnosa : Kerusakan mobilitas fisik, berhubungan dengan Keterlibatan neuromuskuler : Kelemahan, parestesia, Paralisis
hipotonik (awal), Paralisis spastis.
Tujuan : Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh takadanya kontraktur, footdrop.
Mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi.
Mendemonstrasikan teknik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Mempertahankan integritas kulit.
25
Perencanaan/intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal - Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan
dan dengan cara yang teratur. informasi mengenai pemulihan. Bantu dalam pemilihan
terhadap intervensi, sebab teknik yang berbeda digunakan untuk
paralisis spastik dengan flaksid.
2. Ubah posisi minimal setiap 3 jam (Terlentang,miring) dan - Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia jaringan. Daerh
sebagainya dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika yang terkena mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih jelek
diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu. dan menurunkan sensasi dan lebih besar menimbulkan
kerusakan pada kulit/dekubitus.
3. Letakkan pada posisi terlengkuk satu kali atau dua kali sehari - Membantu mempertahankan ekstensi pinggul funngsional;
jika pasien dapat mentoleransinya. tetapi kemungkinan akan meningkatkan ansietas terutama
mengenai kemampuan pasien untuk bernapas.
4. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada - Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu
semua ekstermitas saat masuk. Anjurka melakukan latihan mencegah kontraktur. Menurunkan resiko terjadinya
seperti latihan quadrisep/gluteal, meremas bola karet, hiperkalsiuria dan osteoporosis jika masalah utamanya adalah
melebarkan jari-jari dan kaki/telapak. perdarahan. Catatan; stimulasi yang berlebihan dapat menjadi
pencetus adanya perdarahan berulang.
5. Sokong ekstermitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan - Mencegah kontrakur/footdrop dan memfasilitasi kegunaannya
papan kaki (footboard) selama periode paralisis flaksid, jika berfungsi kembali. Paralisis flaksid dapat mengganggu
pertahankan posisi kepala netral. kemampuannya untuk menyangga kepala, dilain pihak paralisis
spastik dapat mengarah pada deviasi kepala kesalah satu sisi.
6. Gunakan penyangga lengan ketika pasien berada dalam posisi - Selama paralisis flaksid, penggunaan penyangga dapat
tegak, sesuai indikasi. menurunkan resiko terjadinya subluksasio lengan dan “sindrom
bahu-lengan”.
7. Evaluasi penggunaan dari kebutuhan alat bantu untuk - Kontraktur fleksi dapat terjadi akibat dari otot fleksor lebih kuat
pengaturan posisi atau alat pembalut selama periode paralisis dibandingkan dengan otot ekstensor.
spastik.
26
8. Tempatkan bantal dibawah aksila untuk melakukan abduksi - Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku
pada tangan.
9. Tinggikan tangan dan kepala - Meningkatkan aliran balik vena dan membantu mencegah
terbentuknya edema.
10. Tempatkan “hand roll” keras pada telapak tangan dengan jari- - Alas/dasar yang keras menurunkan stimulasi fleksi jari-jari,
jari dan ibu jari saling berhadapan. mempertahankan jari-jari dan ibu jari pada posisi normal (posisi
anatomis).
11. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi. - Mempertahankan posisi fungsional.
12. Pertahankan kaki dalam posisi netral dengan - Mencegah rotasi eksternal pada pinggul.
gulungan/bantalan trokanter.
13. Gunakan papan kaki secara berganti, jika memungkinkan. - Penggunaan yang kontinu (setelah perubahan dari paralisis
flaksid ke spastik) dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan
pada sendi peluru kaki, meningkatkan spastisitas, dan secara
nyata meningkatkan fleksi plantar.
14. Bantu untuk mengembangkan keseimbangan duduk (seperti - Membantu dalam melatih kembali jaras saraf, meningkatkan
meninggikan bagian kepala tempat tidur) respons propioseptik dan motorik.
15. Observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema, atau - Jaringan yang mengalami edema lebih mudah mengalami
tanda lain dari gangguan sirkulasi. trauma dan penyembuhannya lambat.
16. Inspeksi kulit terutama pada daerah-daerah yang menonjol - Titik-titik tekanan pada daerah yang menonjol paling beresiko
secara teratur. untuk terjadinya penurunan perfusi/iskemia. Stimulasi sirkulasi
dan memberikan bantalan membantu mencegah kerusakan kulit
dan berkembangnya dekubitus.
17. Bangunkan dari kursi sesegera mungkin setelah tanda-tanda - Membantu menstabilkan tekanan darah (tonus vasomotor
vital stabil kecuali pada hemoragik serebral. terjaga), meningkatkan keseimbangan ekstrenitas dalam posisi
normal dan pengosongan kantung kemih /ginjal menurunkan
resiko terjadinya batu kandung kemih dan infeksi karena urine
yang statis.
18. Alasi kursi duduk dengan busa atau balon air dan bantu pasien - Mencegah/menurunkan tekanan koksigeal/kerusakan kulit.
27
untuk memindahkan berat badan dengan interval yang teratur.
19. Susun tujuan dengan pasien/orang terdekat untuk berpartisipasi - Meningkatkan harapan terhadap perkembangan/peningkatan
dalam aktivitas/latihan dan mengubah posisi. dan memberikan perasaan kontrol/kemandirian.
20. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan - Dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak
dengan menggunakan eksternitas yang tidak sakit untuk menjadi lebih terganggu dan memerlukan dorongan serta
menyokong/menggerakkan daerah tubuh yang mengalami latihan aktif untuk “menyatukan kembali” sebagai bagian dari
kelelahan. tubuhnya sendiri.
Kolaborasi
21. Berikan tempat tidur dengan matras bulat (seperti egg crate - Meningkatkan distribusi merata berat badan yang menurunkan
mattress), tempat tidur air,alat flotasi, atau tempat tidur khusus tekanan pada tulang-tulang tertentu dan membantu untuk
(seperti tempat tidur kinetik) sesuai indikasi. mencegah kerusakan kulit/terbentuknya dekubitus. Tempat
tidur khusus membantu dengan letak pasien obesitas
(kegemukan), meningkatkan sirkulasi dan menurunkan
terjadinya vena stastis untuk menurunkan resiko terhadap
cedera pada jaringan dan komplikasi seperti pneomonia
ortostatis.
22. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan - Program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan
resistif, dan ambulasi pasien. kebutuhan yang berarti/ menjaga kekurangan tersebut dalam
keseimbangan, kordinasi, dan kekuatan.
23. Bantulah dengan stimulasi elektrik, seperti TENS sesuai - Dapat membantu memulihkan kekuatan otot dan meningkatkan
indikasi. kontrol otot volunter.
24. Berikan obat relaksan otot, antispasmodik sesaui indikasi, - Mungkin diperlukan untuk menghilangkan spastisitas pada
seperti baklofen, dantrolen. ekstremitas yang terganggu.
28
Perencanaan/intervensi Rasional
Mandiri :
1. Tinjau ulang patologi/ kemampuan menelan pasien secara - Intervensi nutrisi/pilihan rute makanan di tentukan oleh faktor-
individual, catat luasnya paralisis fasial, gangguan lidah, faktor ini
kemampuan untuk melindungi jalan napas. Timbang BB - Menetralkan hiperekstensi, membantu mencegah aspirasi dan
sesuai kebutuhan. meningkatkan kemampuan untuk menelan.
2. Tingkatkan upaya untuk dapat melakukan proses menelan - Menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan
yang efektif, seperti : dan menurunkan risiko terjadinya aspirasi.
3. Bantu pasien dengan mengontrol kepala. - Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan
4. Letakan pasien pada posisi duduk/tegak selama dan setelah kontrol muskuler.
makan. - Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang
5. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan
manual dengan menekan ringan di atas bibir/dibawah dagu masukan.
jika di butuhkan. - Dapat meningkatkan gerakan dan kontrol lidah (pentingnya
6. Letakan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu. untuk menelan) dan menghambat jatuhnya lidah.
7. Sentuh bagian pipih bagian dalam dengan spatel - Pasien dapat berkosentrasi pada mekanisme makan tanpa
lidah/tempatkan es untuk mengetahui kelemahan lidah. adanaya distraksi/gangguan dari luar.
8. Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang. - Makanan lunak/cairan kental lebih mudah untuk
9. Mulai untuk memberikan makanan per oral setengah cair, mengendalikannya di dalam mulut, menurunkan resiko
makanan lunak ketika pasien dapat menelan air. Pilih/bantu terjadinya aspirasi.
pasien untuk memilih makanan yang kecil/tidak perlu - Menguatkan otot fasial dan otot menelan dan menurunkan
mengunyah dan mudah di telan, contoh : telur, agar-agar, resiko terjadinya tersedak.
makanan kecil yang lunak lainnya. - Menstimulasi upaya makan dan meningkatkan
10. Anjurkan pasien menggunakan sedotan untuk meminum menelan/masukkan.
cairan. - Jika usaha menelan tidak memadai untuk memenuhi
11. Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan kesukaan kebutuhan cairan dan makanan, harus dicarikan metode
pasien. alternatif untuk makan.
12. Pertahanakan masukan dan keluaran dengan akurat, catat - Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang
29
jumlah kalori yang masuk. meningkatkan perasaan senang dan meningkatkan nafsu
13. Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan atau makan.
kegiatan - Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan
Kolaborasi: juga makanan jika pasien tidak mampu untuk memasukkan
14. Berikan cairan melalui IV dan/atau makanan melalui selang. segala sesuatu melalui mulut.
30
BAB III ASKEP PADA KLIEN
31
Sendiri: -
Oleh orang lain langsung dibawa RS
7. Diagnosa Medik :
1. SNH Tanggal : 2 Mei 2011
32
Nafsu makan : () baik
( ) Sedang – alasan : mual/muntah/sariawan
( ) Kurang – alasan : mual/muntah/sariawan
Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :
( ) bertambah ……………………kg
( ) tetap
() berkurang 3 kg
7. Pola Eliminasi :
1. Buang air besar
Frekwensi : 2 kali Penggunaan pencahar : tidak
W a k t u : pagi/siang/sore/malam
W a r n a : kekuningan
Konsistensi : padat
2. Buang air kecil
Frekwensi : normal
W a r n a : kuning encer
B a u : normal
33
3. Kegiatan di waktu luang : santai dengan anak dan cucu
4. Kesulitan/keluhan dalam hal : () pergerakan tubuh
( ) mandi
( ) mengenakan pakaian
( ) bersolek
( ) berhajat
( )sesak napas setelah mengadakan
aktifitas
()mudah merasa kelelahan
10. Pola bekerja :
1. Jenis pekerjaan : IRT Lama : sejak menikah
2. Jumlah jam kerja :- Lama : -
3. Jadwal Kerja :-
4. Lain-lain (sebutkan) :-
Ket: Laki-laki
Perempuan
Pasien SNH
Meninggal
V. Riwayat Lingkungan
34
Kebersihan : baik
Bahaya : tidak
Polusi : baik
3. Suasana Hati : -
Rentang perhatian : anak dan cucu menjadi lebih perhatian
4. Hubungan/komunikasi
1. Bicara Bahasa Utama : Bahasa Indonesia
( ) jelas
( ) relevan Bahasa Daerah: dialek Manado
( ) mampu mengekspresikan
( ) mampu mengerti orang lain
2. Tempat Tinggal
35
( ) sendiri
() bersama orang lain, yaitu Anak dan cucu
3. Kehidupan Berkeluarga
- Adat istiadat yang dianut : ……………………………
- Pembuat keputusan dalam keluarga : Pasien
- Pola komunikasi : baik
- Keuangan : () memadai
( ) Kurang
4. Kesulitan dalam Keluarga : ( ) Hubungan orang tua
( ) Hubungan dengan sanak saudara
( ) Hubungan perkawinan
5. Kebiasaan Seksual
1. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :
( ) fertilitas ( ) menstruasi
() Libido ( ) kehamilan
( ) Ereksi ( ) alat kontrasepsi
2. Pemahaman terhadap fungsi seksual :
-
6. Pertahanan Koping
1. Pengambilan Keputusan : ( ) sendiri
() dibantu orang lain :
sebutkan Anak
2. Yang disukai tentang diri sendiri : -
3. Yang ingin dirubah dari kehidupan : -
4. Yang dilakukan jika stress :
( ) pemecahan masalah
( ) makan
( ) tidur
( ) makan obat
( ) cari pertolongan
36
( ) lain-lain (misal : marah, diam, dll) sebutkan : -
5. Apa yang dapat dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :-
7. Sistem Nilai - Kepercayaan
1. Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan
2. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda ?
() Ya ( ) Tidak
3. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekwensi)
sebutkan:
Masuk gereja setiap minggu
4. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di Rumah
Sakit, Sebutkan :
Berdoa
8. Tingkat Perkembangan :
Usia : Last Age
Karakteristik : normal sesuai usia dan kulit keriput
37
Bentuk : simetris
Konjunctiva : merah pucat
Fungsi penglihatan : -
- Baik/kabur/tidak jelas : -
- Dua bentuk: -
- Rasa sakit : -
Tanda-tanda radang tidak ada
Pemeriksaan mata terakhir : tidak pernah
Operasi tidak
Kaca mata : pasien mengguanakan kacamata untuk membaca
Lensa Kontak pasien tidak menggunakan lensa kontak
38
Sirkulasi : Nadi Perifer 92 kali pemenit
Capilary Refilling : 3 detik
Distensi Vena Jugularis Tampak
Suara Jantung normal
Suara Jantung tambahan Tidak dilakukan
Irama jantung (monitor) Tidak dilakukan
Nyeri : - Edema : tidak
Palpitasi Tidak ada Baal: tidak
Perubahan warna (kulit, Kuku, Bibir, dll) : kemerahan
Clubbing tidak ada
Keadaan Ekstremitas :(mobilitas berkurang)
Syncobe Tidak
Rasa pusing : -
Monitoring Hemodinamik : CVP Tidak dilakukan mm H2O
39
Pemeriksaan Pap Smear terakhir
Hasil ________________________________________
Keputihan _____________________________________
Pemeriksaan Sendiri ___________________________
Prostat tidak ada
Penggunaan Kateter digunakan
Data Laboratorium:
Tanggal: 29 April 2011
Ureum 38 mg/dl 10-50
Creatinine 1,0 mg/dl 0,5-1,6
Cholestrol 267 mg/dl < 226
HDL: 49 mg/dl L: >45/P: >35
LDL: 158 mg/dl <150
Tanggal: 30 April 2011
40
Hb 13,9 L: 13,5-17,5/P:11,5-16,5
Leukosit 15.900/mm3 L: 4.000-10.000
LED 50/84 L: 20/1 jam / P:15/1 jam
Ureum 40 mg/dl 10-50
Creatinine 1,0 mg/dl 0,5-1,6
Uric acid 5,2 mg/dl L:2,0-7,0/P:2,0-5,7
Cholesterol 236 mg/dl <226
HDL: 49 mg/dl L: >45/P: >35
LDL: 164 mg/dl <150
Pengobatan di RS:
• Inj Benocetam 3 gr/ 6 jam/IV
• Levoxal 1 btl/hr/IV
• Cernevit 1 vial/hr/dripe
• NGT
• Kateter
• IVFD RL 20 gtt/mnt
41
3.2 Analisis Data Dan Diagnosa
42
- Kes: Coma
- GCS: 3 (E:1, V:1, Hipoxia Jar. Otak
M:1)
TTV: Kerusakan otak
Hemaparisis, Paralisis
43
Afasia
44
5 DS: Faktor pencetus Kurang Kurangnya
- Anak pasien Perawatan perawatan diri
diri berhubungan
mengatakan pasien Terganggunya Kerja
dengan
Jantung
lemah dan tidak kerusakan
bergerak. neuromuskuler
Arteroklerosis : penurunan
DO:
kekuatan dan
- Pasien tidak mampu ketahanan
beraktivitas secara Penurunan Suplai darah ke
serebral
normal.
- Aktivitas normal
Hipoxia Jar. Otak
dibantu orang lain
(mis: bab, bak, dll)
Kerusakan otak
- KU: Berat
- Kes: Coma
Edema Jar. Otak
- GCS: 3 (E:1, V:1,
M:1)
Defisit Jar. Otak
Hemaparisis, Paralisis
Kerusakan otak
45
Edema Jar. Otak
Hemaparisis, Paralisis
46
3.3 Perencanaan/ Intervensi
Nama: Ny. AN Umur: 83 Tahun Ruangan: ICU
Diagnosa Rencana Keperawatan
No Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Perubahan perfusi Diharapkan Tingkat Mandiri
jaringan Setelah dilakukan kesadaran 1. Tentukan faktor-faktor yang - Mempengaruhi penetapan
berhubungan tindakan membaik, TTV berhubungan dengan intervensi.
dengan interupsi keperawatan stabil tidak ada keadaan/penyebab khusus
aliran darah. diharapkan selama tanda-tanda selama koma/penurunan
DS: ± 3 hari pasien peningkatan perfusi serebral dan potensial
- Anak Pasien dapat tekanan terjadi peningkatan TIK.
mengatakan meningkatkan intrakranial. 2. Pantau/catat status neurologis - Mengetahui kecenderungan
pasien tidak tingkat kesadaran sesering mungkin dan tingkat kesadaran dan
sadarkan diri + 6 biasanya atau DO: bandingkan dengan keadaan potensial peningkatan TIK dan
jam SMRS membaik, fungsi - KU: Normal normalnya/standar. mengetahui lokasi, luas dan
DO: kognitif dan - Kes: Compos kemajuan kerusakan SSP.
- KU: Berat motorik sensori. Mentis 3. Pantau tanda-tanda vital,
- Kes: Coma Menunjukkan TTV - GCS: Normal seperti catat :
- GCS: 3 (E:1, stabil dan tak ada TTV: - Adanya - Hipertensi/hipotensi postural
V:1, M:1) tanda-tanda -Td: 120/80 hipertensi/hipotensi, dapat menjadi faktor pencetus.
TTV: peningkatan TIK. mmHg bandingkan tekanan darah
- Td: 130/60 -N: 60-80 x/m yang terbaca pada kedua
mmHg -R: 16-20 x/m lengan. - Perubahan terutama adanya
- N: 92 x/m Pemerikksaan - Frekuensi dan irama bradikardia dapat terjadi
- R: 26 x/m Lab: jantung : auskultasi adnaya sebagai akibat adanya
Pemeriksaan lab. - Cholesterol: mur-mur. kerusakan otak.
Tgl 30 April 2011 < 226 mg/dl. - Catat pola dan irama dari - Ketidakteraturan pernapasan
Cholesterol: 236 - HDL: L: >45/P: pernapasan, seperti adanya dapt memberikan gambaran
mg/dl >35 mg/dl. periode apnea setelah lokasi kerusakan
HDL: 49 mg/dl LDL: <150 mg/dl pernapasan hiperpentilas, serebral/peningkatan TIK.
LDL: 164 mg/dl pernapasan cheyne-strokes.
4. Evaluasi pupil catat ukuran, - Ukuran dan kesamaan pupil
47
bentuk, kesamaan dan reaksi ditentukan oleh keseimbangan
terhadap cahaya. antara persarafan simpatis dan
parasimpatis yang
mempersarafinya.
5. Catat perubahan dalam - Gangguan penglihatan yang
penglihatan, seperti adanya spesifik mencerminkan daerah
kebutaan, gangguan lapang otak yang terkena.
pandang/kedalaman persepsi.
6. Kaji fungsi-fungsi yang lebih - Perubahan dalam isi kognitif
tinggi, seperti fungsi bicara dan bicara merupakan
jika pasien sadar. indikator dari lokasi/derajat
gangguan serebral dan
mungkin mengindikasikan
penurunanan/peningkatan
TIK.
7. Letakan kepala dengan posisi - Menurunkan tekanan arteri
agak ditinggikan dan dalam dengan meningkatkan drainase
posisi anatomis/netral. dan meningkatkan
sirkulasi/perfusi serebral.
8. Pertahankan keadaan tirah - Aktivitas/stimulasi yang
baring ; ciptakan lingkungan kontinu dapat meningkatkan
yang tenang; batasi TIK istirahat total dan
pengunjung/aktivvitas pasien ketenangan.
sesuai indikasi.
9. Cegah terjadinya mengejan - Manuver valsalva dapat
saat defekasi, dan pernapasan meningkatkan TIK dan
yang memaksa (batuk terus- memperbesar resiko terjadinya
menerus). pendarahan
10. Kaji ragiditas nukal, - Kejang dapat mencerminkan
kedutan, kegelisahan yang adanya peningkatan
meningkat, peka rangssang TIK/trauma serebral yang
dan serangan kejang. memerlukan perhatian dan
48
Kolaborasi : intervensi selanjutnya.
11. Berikan oksigen sesuai - Menurunkan hipoksia yang
indikasi. dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral dan
tekanan meningkat /
terbentuknya edema.
12. Berikan obat sesuai indikasi - Dapat digunakan untuk
dari dokter. meningkatkan/ memperbaiki
aliran darah serebral dan
selanjutnya dapat mencegah
pembekuan saat
embolus/trombus merupakan
faktor masalahnya.
13. Pantau pemeriksaan - Memberikan informasi tentang
laboratorium sesuai indikasi, keefektifan pengobatan/ kadar
seperti masa protrombin, terapeutik.
kadar dilantin.
49
2 Kerusakan Diharapkan Pasien dapat Mandiri
mobilitas fisik Setelah dilakukan mempertahankan 1. Kaji kemampuan secara - Mengidentifikasi
behubungan tindakan posisi yang fungsional/ luasnya kerusakan kekuatan/kelemahan dan
dengan keperawatan optimal, terjadi awal dan dengan cara yang dapat memberikan informasi
keterlibatan diharapkan selama peningkatkan teratur. mengenai pemulihan.
neuromuskular: ± 3 hari kondisi kekuatan dan 2. Ubah posisi minimal setiap 3 - Menurunkan resiko
paralisis. pasien dapat fungsi bagian jam (Terlentang,miring) dan terjadinya trauma/iskemia
menunjukan tubuh yang sebagainya dan jika jaringan. Kerusakan pada
DS: peningkatan terkena, pasien memungkinkan bisa lebih kulit/dekubitus.
- Anak Pasien kekuatan dan dapat sering jika diletakkan dalam
mengatakan fungsi bagian mendemonstrasik posisi bagian yang terganggu.
pasien lemah dan tubuh yang terkena an perilaku yang 3. Letakkan pada posisi - Membantu mempertahankan
tidak bergerak. atau kompensasi. memungkinkan terlengkuk satu kali atau dua ekstensi pinggul funngsional.
Mempertahankan aktivitas. kali sehari jika pasien dapat
DO: integritas kulit. mentoleransinya.
- Rentang gerak DO: 4. Mulailah melakukan latihan - Meminimalkan atrofi otot,
pasien terganggu - Rentang gerak rentang gerak aktif dan pasif meningkatkan sirkulasi,
- KU: Berat pasien normal pada semua ekstermitas saat membantu mencegah
- Kes: Coma - KU: Membaik masuk. Anjurkan melakukan kontraktur.
- GCS: 3 (E:1, (normal) latihan seperti latihan
V:1, M:1) - Kes: Compos quadrisep/gluteal, meremas
TTV: Mentis bola karet, melebarkan jari-jari
- Td: 130/60 - GCS: Normal dan kaki/telapak. - Paralisis flaksid dapat
mmHg - TTV 5. Sokong ekstermitas dalam mengganggu kemampuannya
- N: 92 x/m - Td: 120/80 posisi fungsionalnya, gunakan untuk menyangga kepala,
- R: 26 x/m mmHg papan kaki (footboard) selama dilain pihak paralisis spastik
- N: 60-80 x/m periode paralisis flaksid, dapat mengarah pada deviasi
- R:16-20 x/m pertahankan posisi kepala kepala kesalah satu sisi.
netral.
6. Gunakan penyangga lengan - Selama paralisis flaksid,
ketika pasien berada dalam penggunaan penyangga
posisi tegak, sesuai indikasi. dapat menurunkan resiko
50
terjadinya subluksasio
lengan dan “sindrom bahu-
lengan”.
7. Evaluasi penggunaan dari - Kontraktur fleksi dapat
kebutuhan alat bantu untuk terjadi akibat dari otot
pengaturan posisi atau alat fleksor lebih kuat
pembalut selama periode dibandingkan dengan otot
paralisis spastik. ekstensor.
8. Tempatkan bantal dibawah - Mencegah adduksi bahu dan
aksila untuk melakukan fleksi siku
abduksi pada tangan.
9. Tinggikan tangan dan kepala. - Meningkatkan aliran balik
vena dan membantu
mencegah terbentuknya
edema.
10. Tempatkan “hand roll” keras - Alas/dasar yang keras
pada telapak tangan dengan menurunkan stimulasi fleksi
jari-jari dan ibu jari saling jari-jari.
berhadapan.
11. Posisikan lutut dan panggul - Mempertahankan posisi
dalam posisi ekstensi. fungsional.
12. Pertahankan kaki dalam - Mencegah rotasi eksternal
posisi netral dengan pada pinggul.
gulungan/bantalan trokanter.
13. Gunakan papan kaki secara - Penggunaan yang kontinu
berganti, jika (setelah perubahan dari
memungkinkan. paralisis flaksid ke spastik)
dapat menyebabkan tekanan
yang berlebihan pada sendi
peluru kaki, meningkatkan
spastisitas, dan secara nyata
meningkatkan fleksi plantar.
51
14. Bantu untuk - Membantu dalam melatih
mengembangkan kembali jaras saraf,
keseimbangan duduk (seperti meningkatkan respons
meninggikan bagian kepala propioseptik dan motorik.
tempat tidur)
15. Observasi daerah yang - Jaringan yang mengalami
terkena termasuk warna, edema lebih mudah
edema, atau tanda lain dari mengalami trauma dan
gangguan sirkulasi. penyembuhannya lambat.
16. Inspeksi kulit terutama pada - Titik-titik tekanan pada
daerah-daerah yang menonjol daerah yang menonjol paling
secara teratur. beresiko untuk terjadinya
penurunan perfusi/iskemia.
17. Bangunkan dari kursi - Membantu menstabilkan
sesegera mungkin setelah tekanan darah (tonus
tanda-tanda vital stabil vasomotor terjaga),
kecuali pada hemoragik meningkatkan keseimbangan
serebral. ekstremitas.
18. Alasi kursi duduk dengan - Mencegah/menurunkan
busa atau balon air dan bantu tekanan koksigeal/kerusakan
pasien untuk memindahkan kulit.
berat badan dengan interval
yang teratur.
19. Susun tujuan dengan - Meningkatkan harapan
pasien/orang terdekat untuk terhadap
berpartisipasi dalam perkembangan/peningkatan
aktivitas/latihan dan dan memberikan perasaan
mengubah posisi. kontrol/kemandirian.
20. Anjurkan pasien untuk - Dapat berespons dengan baik
membantu pergerakan dan jika daerah yang sakit tidak
latihan dengan menggunakan menjadi lebih terganggu dan
eksternitas yang tidak sakit memerlukan dorongan serta
52
untuk latihan aktif untuk
menyokong/menggerakkan “menyatukan kembali”
daerah tubuh yang sebagai bagian dari tubuhnya
mengalami kelelahan. sendiri.
Kolaborasi
21. Berikan tempat tidur dengan - Meningkatkan distribusi
matras bulat (seperti egg merata berat badan yang
crate mattress), tempat tidur menurunkan tekanan pada
air,alat flotasi, atau tempat tulang-tulang tertentu dan
tidur khusus (seperti tempat membantu untuk mencegah
tidur kinetik) sesuai indikasi. kerusakan kulit/terbentuknya
dekubitus.
22. Konsultasikan dengan ahli - Program yang khusus dapat
fisioterapi secara aktif, dikembangkan untuk
latihan resistif, dan ambulasi menemukan kebutuhan.
pasien.
23. Bantulah dengan stimulasi - Dapat membantu
elektrik, seperti TENS sesuai memulihkan kekuatan otot
indikasi. dan meningkatkan kontrol
otot volunter.
24. Berikan obat relaksan otot, - Mungkin diperlukan untuk
antispasmodik sesaui menghilangkan spastisitas
indikasi, seperti baklofen, pada ekstremitas yang
dantrolen. terganggu.
53
3 Kerusakan Diharapkan Mendemonstrasik Mandiri :
menelan Setelah dilakukan an metode makan 1. Tinjau ulang patologi/ - Intervensi nutrisi/pilihan
berhubungan tindakan tepat untuk kemampuan menelan pasien rute makanan di tentukan
dengan penurunan keperawatan situasi individual secara individual, catat luasnya oleh faktor-faktor ini.
kesadaran. diharapkan selama dengan aspirasi paralisis fasial, gangguan
± 3 hari keluarga tercegah. lidah, kemampuan untuk
DS: pasien dapat Mempertahankan melindungi jalan napas.
- Anak Pasien membantu perawat berat badan yang Timbang BB sesuai
mengatakan dalam memberikan diinginkan. kebutuhan.
pasien lemah dan metode makan 2. Tingkatkan upaya untuk dapat - Menetralkan hiperekstensi,
tidak bergerak tepat untuk situasi DO: melakukan proses menelan membantu mencegah
- Pasien tidak dan kondisi pasien - Keluarga yang efektif. Bantu pasien aspirasi dan meningkatkan
sadar dengan aspirasi memahami dengan mengontrol kepala. kemampuan untuk menelan.
DO: tercegah. metode makan 3. Letakan pasien pada posisi - Menggunakan gravitasi
- Pasien tidak bisa Mempertahankan yang tepat. duduk/tegak selama dan untuk memudahkan proses
menelan berat badan yang - Pasien dapat setelah makan. menelan dan menurunkan
makanan karna diinginkan. makan tanpa risiko terjadinya aspirasi.
penurunan bantuan alat 4. Stimulasi bibir untuk menutup - Membantu dalam melatih
kesadaran medis dan membuka mulut secara kembali sensori dan
- KU: Berat (mis:NGT) manual dengan menekan meningkatkan kontrol
- Kes: Coma - KU: Normal ringan di atas bibir/dibawah muskuler.
- GCS: 3 (E:1, - Kes: Compos dagu jika di butuhkan.
V:1, M:1) Mentis 5. Letakan makanan pada daerah - Memberikan stimulasi
- GSC: Normal mulut yang tidak terganggu. sensori yang dapat
mencetuskan usaha untuk
menelan dan meningkatkan
masukan.
6. Sentuh bagian pipih bagian - Dapat meningkatkan
dalam dengan spatel gerakan dan kontrol lidah
lidah/tempatkan es untuk (pentingnya untuk menelan)
mengetahui kelemahan lidah. dan menghambat jatuhnya
lidah.
54
7. Berikan makan dengan - Pasien dapat berkosentrasi
perlahan pada lingkungan yang pada mekanisme makan
tenang. tanpa adanya
distraksi/gangguan dari luar.
8. Mulai untuk memberikan - Makanan lunak/cairan
makanan per oral setengah kental lebih mudah untuk
cair, makanan lunak ketika mengendalikannya di dalam
pasien dapat menelan air. mulut, menurunkan resiko
terjadinya aspirasi.
9. Anjurkan pasien - Menguatkan otot fasial dan
menggunakan sedotan untuk otot menelan dan
meminum cairan. menurunkan resiko
terjadinya tersedak.
10. Anjurkan orang terdekat - Menstimulasi upaya makan
untuk membawa makanan dan meningkatkan
kesukaan pasien. menelan/masukkan.
11. Pertahanakan masukan dan - Jika usaha menelan tidak
keluaran dengan akurat, catat memadai untuk memenuhi
jumlah kalori yang masuk. kebutuhan cairan dan
makanan, harus dicarikan
metode alternatif untuk
makan.
12. Anjurkan untuk berpartisipasi - Dapat meningkatkan
dalam program latihan atau pelepasan endorfin dalam
kegiatan otak yang meningkatkan
perasaan senang dan
Kolaborasi: meningkatkan nafsu makan.
13. Berikan cairan melalui IV - Mungkin diperlukan untuk
dan/atau makanan melalui memberikan cairan
selang. pengganti.
55
3.4 Implementasi Dan Evaluasi
Nama: Ny. AN Umur: 83 Tahun Ruangan: ICU
Hari/
No Waktu NDx Implementasi Waktu Evaluasi TTD
Tanggal
1 Jumat, 09.00 0 1. Mengobservasi Ku pasien dan Kes. 12.30 NDx 1
06 Mei Pasien. Hasil: S: -
2011 Ku: berat. Kes: somnolent O:
09.00 1/3 2. Mengkaji TTV. Hasil : - Ku: berat
Td : 97/54 mmHg - Kes: somnolent
N : 58 x/m - GCS: 6
R : 20 x/m - TTV:
St : 36,6 0 C Td : 97/54 mmHg
09.15 1/7 3. Mengobservasi pupil klien, catat N : 58 x/m
ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi R : 20 x/m
terhadap cahaya. St : 36,6 0 C
Hasil: ukuran pupil 5 mm, pupil A: Masalah utama belum teratasi.
tidak bereaksi terhadap cahaya dan P: Intervensi lanjut:
akomodasi kurang baik. 1. Mengobservasi Ku pasien dan
09.20 1/11 4. Mempertahankan keadaan tirah Kes. Pasien.
baring, lingkungan yang tenang; 2. Mengkaji TTV.
memberikan istirahat secara 3. Mengobservasi pupil klien.
periodik. Hasil: kerjasama dengan 4. Mempertahankan keadaan
keluarga tirah baring.
09.30 1/10 5. Meletakkan kepala dengan posisi 5. Meletakkan kepala dengan
+ agak ditinggikan. Hasil: Posisi semi posisi agak ditinggikan.
3/4 fowler
NDx 2
12.00 3/9 6. Memberikan/melayani makanan per S:-
+ oral setengah cair/makanan lunak via O:
3/14 NGT. Hasil: - Ku: berat
- Kes: somnolent
56
11.00 2/1 7. Mengubah posisi minimal setiap 2 - GCS: 6
jam. Hasil: posisi miring kiri dan A: Masalah dalam Ndx 2 belum
miring kanan (sims) teratasi.
11.15 2/4 8. Menggerakkan ekstremitas atas dan P: Intervensi Lanjut:
bawah pasien. Hasil: menghindari 1. Mengubah posisi minimal
adanya kekakuan setiap 2 jam.
11.30 2/9 9. Meninggikan tangan dan kepala 2. Menggerakkan ekstremitas
pasien. Hasil: memberikan bantal atas dan bawah pasien.
sebagai penyangga kepala dan 3. Meninggikan tangan dan
tangan kepala pasien.
NDx 3
S:-
O:Pasien masih tidak bisa
menelan penurunan kesadaran
A:Masalah pada NDx 3 belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1.Meletakkan kepala dengan
posisi agak ditinggikan.
2.Memberikan/melayani Jumat, 06
makanan per oral setengah Mei 2011
cair/makanan lunak via NGT.
2 Sabtu, 07 08.00 0 4. Mengobservasi Ku pasien dan Kes. 12.30 NDx 1
Mei Pasien. Hasil: S: -
2011 Ku: berat. Kes: somnolent O:
08.00 1/3 5. Mengkaji TTV. Hasil : - Ku: berat
Td : 130/81 mmHg - Kes: somnolent
N : 67 x/m - GCS: 6
R : 16 x/m - TTV:
St : 36 0 C Td : 130/81 mmHg
08.15 1/7 6. Mengobservasi pupil klien, catat N : 67 x/m
57
ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi R : 16 x/m
terhadap cahaya. St : 36 0 C
Hasil: ukuran pupil 5 mm, pupil A: Masalah utama belum teratasi.
tidak bereaksi terhadap cahaya dan P: Intervensi lanjut:
akomodasi kurang baik. 1. Mengobservasi Ku pasien dan
08.30 1/11 7. Mempertahankan keadaan tirah Kes. Pasien.
baring, lingkungan yang tenang; 2. Mengkaji TTV.
memberikan istirahat secara 3. Mengobservasi pupil klien.
periodik. Hasil: kerjasama dengan 4. Mempertahankan keadaan
keluarga tirah baring.
09.00 1/10 8. Meletakkan kepala dengan posisi 5. Meletakkan kepala dengan
+ agak ditinggikan. Hasil: Posisi semi posisi agak ditinggikan.
3/4 fowler
NDx 2
12.00 3/9 9. Memberikan/melayani makanan per S:-
+ oral setengah cair/makanan lunak via O:
3/14 NGT. Hasil: - Ku: berat
- Kes: somnolent
11.00 2/1 10. Mengubah posisi minimal setiap 2 - GCS: 6
jam. Hasil: posisi miring kiri dan A: Masalah dalam Ndx 2 belum
miring kanan (sims) teratasi.
11.15 2/4 11. Menggerakkan ekstremitas atas dan P: Intervensi Lanjut:
bawah pasien. Hasil: menghindari 1. Mengubah posisi minimal
adanya kekakuan setiap 2 jam.
11.30 2/9 12. Meninggikan tangan dan kepala 2. Menggerakkan ekstremitas
pasien. Hasil: memberikan bantal atas dan bawah pasien.
sebagai penyangga kepala dan 3. Meninggikan tangan dan
tangan kepala pasien.
NDx 3
S:-
O:Pasien masih tidak bisa
58
menelan penurunan kesadaran
A:Masalah pada NDx 3 belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1.Meletakkan kepala dengan
posisi agak ditinggikan.
2.Memberikan/melayani
makanan per oral setengah Sabtu, 07
cair/makanan lunak via NGT. Mei 2011
59
DAFTAR ISTILAH
60
Hematoma : Pengumpulan darah setempat umumnya menggumpal, dalam
organ, rongga, atau jaringan, akibat pecahnya dinding pembuluh
darah.
Embolus/emboli : bekuan darah atau sumbatan lain (besarnya fragmen udara atau
fragmen kalsium)yang terbawa oleh darah dari satu pembuluh
darah dan terdesak ke dalam pembuluh yang lebih kecil,
sehingga menyumbat sirkulasi darah.
61
Stenosis : penyempitan atau striktura, duktus atau kanal.
62
DAFTAR PUSTAKA
63