Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur secara bertahap telah


melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan prasaana sumber daya air, salah satunya
berupa Pembangungan Jaringan Irigasi. Dampak dari Pembangunan Jaringan Irigasi ini
mulai dari perencanaan hingga akhir pelaksanaan adalah untuk meningkatkan fungsi
penyediaan dan pelayanan air untuk berbagai kebutuhan akan air maupun penggunaannya
sebagai penunjang aktifitas dalam segala aspek kehidupan manusia terasa sangat diperlukan.
Baik itu kehidupan masyarakat perkotaan maupun masyarakat di pedesaan. Bertolak dari
uraian di atas maka dipandang perlu untuk memelihara / memperbaharui / merehabilitasi
kembali segala sarana dan prasarana penunjang yang dapat mendukung kelancaran
penyediaan air untk kelancaran kegiatan pertanian.
Potensi ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan serta tara hidup
masyarakat terlebih pada area pedesaan yang pada umumnya bermata pencaharian pokok
bertani di sisi lain untuk menjaga ketahanan pangan melalui swasembada pangan oleh
masyarakat secara swadaya sehingga masalah rawan pangan dan kekurangan gizi akibat
kegagalan panen tidak perlu terjadi lagi.
Dengan mengacu pada penjelasan di atas, kiranya perlu melakukan Pemeliharaan
dan Rehabilitasi kembali sarana dan prasarana penunjang untuk pertanian dan sistim
pengairan dalam hal ini perlu dilakukan Identifikasi Aknop daerah irigasi yang tersebar di
daratan Sumba, dengan harapan akan mampu menjawab permasalahan yang ada.
Dilakukannya pekerjaan ini adalah untuk mengetahui angka kebutuhan nyata operasi dan
pemeliharaan serta memberikan upaya penanganan secara baik yang diharapkan dapat
dikembangkan lagi sehingga dapat memberikan solusi dalam upaya memenuhi peningkatan
kebutuhan pangan masyarakat di daratan Timor khususnya dan masyarakat Nusa Tenggara
Timur umumnya. Untuk itu dalam Tahun Anggaran 2017, pemerintah melalui Bidang OP
SDA dan Irigasi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT akan melaksanakan ”Studi
Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku” sebagai bagian
dari upaya untuk mengembalikan fungsi pelayanan jaringan irigasi kembali seperti semula.

Page 1 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dilaksanakan pekerjaan ini adalah;


Melakukan inventarisasi AKNOP daerah irigasi, mendapatkan angka kebutuhan nyata
Operasi dan Pemeliharaan dan informasi data kerusakan jaringan irigasi agar dapat
dilakukan tindakan pencegahan dan perbaikan kerusakan tersebut.

Tujuan yang hendak dicapai yaitu;


1. Menginventarisasi AKNOP daerah Irigasi dan mengidentifikasi kerusakan-kerusakan
yang terjadi pada bangunan-bangunan utama dan jaringan irigasi guna pembuatan desai
OP yang baik.
2. Mendapatkan solusi penanganan kerusakan-kerusakan berdasarkan AKNOP.
3. Memberikan desain operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi terhadap kerusakan-
kerusakan yang terjadi pada jaringan irigasi daerah irigasi tersebut.

1.3. SASARAN

Sasaran kegiatan ini adalah pengumpulan data melalui identifikasi kerusakan


jaringan irigasi, pengambilan data sosial dan data ekonomi, kemudian dianalisis berdasarkan
pedoman dan kriteria desain jaringan irigasi, sehingga dapat dijadikan sasaran/landasan
dalam memberikan solusi dan desain perbaikan akurat.

1.4. DESKRIPSI PROYEK

Sebagaimana tercantum dalam kerangka acuan kerja, maka uraian mengenai proyek
adalah sebagai berikut:

Nama pekerjaan : Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah


Irigasi Mataliku

Lokasi Pekerjaan : Daerah Irigasi Mataliku di Kab. Sumba Barat Daya

Satuan Kerja : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi NTT

Sumber Dana : DPA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi NTT

Tahun Anggaran : 2017

Jangka Waktu : 90 (sembilan puluh) hari kalender

Page 2 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

1.5. REFERENSI HUKUM

1. Undang-Undang No.7 tahun 2004, Tentang Sumber Daya Air, ataupun pengganti
dan turunannya.
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 42 Tahun 2008 tentang
Pengolahan Sumber Daya Air.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 12 Tahun 2008 tentang Dewan
Sumber Daya Air.
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 4 Tahun 2015, Tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia, Nomor : 54
Tahun 2010, Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Instansi
Pemerintah.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor : 14/PRT/M/2011, Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan Umum Yang Merupakan
Kewenangan Pemerintah dan di Laksanakan Sendiri.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor : 2/PRT/M/2010, Tentang Rencana
Strategi Nasional Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 - 2014.
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 4/PRT/M/2009 tentang Sistem
Manajemen Mutu Departemen Pekerjaan Umum.
10. Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Nomor : 153/KPTS/D/2008,
Tentang Pembentukan Tim Pengelola Sistem Informasi Sumber Daya Air.
11. Peraturan Menteri Keuangan, Nomor : 94/PMK.02/2013, Tanggal 6 Pebruari
2013, Tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara / Lembaga.
12. SE Dirjen SDA, Nomor : 06/SE/D/2013, Tentang Pedoman Penyusunan dan
Penelitian Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian / Lembaga ( RKA-KL ) di
Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Page 3 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

1.6. LINGKUP PEKERJAAN

1) Jenis Kegiatan
Kegiatan A : Persiapan, Pengumpulan Data (sekunder dan primer)
Kegiatan B : Identifikasi Kerusakan Jaringan Irigasi
Kegiatan C : Perencanaan Detail Desain Kerusakan Jaringan Irigasi
Kegiatan D : Pembuatan Rencana Anggaran Biaya
Kegiatan E : Penyusunan Laporan

2) Rincian Jenis Kegiatan

Rincian/uraian lingkup pekerjaan yang tercakup dalam kerangka acuan kerja ini
meliputi kegiatan:

(1) Kegiatan A : Persiapan dan Pengumpulan data

Persiapan personil, alat, administrasi dan pengumpulan data meliputi data hasil-
hasil studi sebelumnya yang pernah dilakukan, dan data pendukung yang
diperlukan.

(2) Kegiatan B : Identifikasi Kerusakan Jaringan Irigasi


 Identifikasi kerusakan masing-masing ruas irigasi.
 Membuat kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menentukan kriteria
kerusakan.
 Menentukan prioritas penanganannya untuk dilakukan detail desain
kerusakan.

(3) Kegiatan C : Perencanaan Detail Desain Kerusakan Jaringan Irigasi

 Analisa dan perhitungan desain kerusakan jaringan irigasi dan bangunan


pelengkapnya.

 Penggambaran hasil desain kerusakan pada jaringan irigasi dan bangunan


pelengkapnya.

(4) Kegiatan D : Pembuatan Rencana Anggaran Biaya

 Perhitungan volumen pekerjaan.

 Membuat analisa harga satuan setiap ítem pekerjaan.

Page 4 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

 Membuat Rencana Anggaran Biaya.

(5) Kegiatan E : Penyusunan Laporan

 Penyusunan laporan dari awal pekerjaan sampai akhir pekerjaan.

 Melakukan diskusi dengan direksi dalam penentuan penanganan kerusakan.

3) Produk Perencanaan

(1) Laporan RMK = (rangkap 5)

(2) Laporan Pendahuluan = (rangkap 5)

(3) Laporan Bulanan = (rangkap 5)

(4) Draft Laporan Akhir = (rangkap 5)

(5) Laporan Akhir = (rangkap 5)

(6) Laporan Inventarisasi Jaringan Irigasi dan Bangunan

Pelengkapnya = (rangkap 5)

(7) Gambar Desain Kerusakan = (rangkap 5)

(8) File Gambar dan Laporan = (rangkap 5)

Page 5 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1. UMUM

Secara geografis Kabupaten Sumba Barat Daya terletak diantara 9 18' LS - 10 20'
LS dan 118° 55' BT - 120° 23' BT, di mana sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit dengan
hampir 50 persen luas wilayahnya memiliki kemiringan 14° – 40° dan ketinggian dari
permukaan laut berkisar ± 0 hingga 850 MSL (Mean Sea Level).
Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006, batas-batas wilayah
administratif Kabupaten Sumba Barat Daya adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Selat Sumba
- Sebelah Timur : Kabupaten Sumba Barat
- Sebelah Selatan : Kabupaten Sumba Barat dan Samudera Hindia
- Sebelah Barat : Samudera Hindia

Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki luas wilayah daratan sebesar 1.445,32
kilometer persegi, meliputi 11 (sebelas) wilayah kecamatan dan masing-masing kecamatan
terbagi lagi dalam desa dan kelurahan, yaitu sebanyak 129 desa dan 2 kelurahan. Luas
wilayah kesebelas kecamatan tersebut adalah:
1. Kecamatan Kodi Bangedo dengan total luas wilayah sebesar 73.22 km2 (5.07%)
2. Kecamatan Kodi Balaghar dengan total luas wilayah sebesar 146.47 km2 (10.01%)
3. Kecamatan Kodi dengan total luas wilayah sebesar 111.86 km2 (7.74%)
4. Kecamatan Kodi Utara dengan total luas wilayah sebesar 243.82 km2 (16.87%)
5. Kecamatan Wewewa Selatan dengan total luas wilayah sebesar 174.34 km2 (12.05%)
6. Kecamatan Wewewa Barat dengan total luas wilayah sebesar 147.34 km2 (10.19%)
7. Kecamatan Wewewa Timur dengan total luas wilayah sebesar 139.88 km2 (9.68%)
8. Kecamatan Wewewa Tengah dengan total luas wilayah sebesar 109.67 km2 (7.59%)
9. Kecamatan Wewewa Utara dengan total luas wilayah sebesar 63.26 km2 (4.38%)
10. Kecamatan Loura dengan total luas wilayah sebesar 138.51 km2 (9.58%)
11. Kecamatan Kota Tambolaka dengan total luas wilayah sebesar 73.22 km2 (6.85%)

Page 6 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

Daerah Irigasi Mataliku yang merupakan daerah yang dilakukan Studi Identifikasi
Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) berada pada wilayah Desa Karuni yang terletak di
Kecamatan Loura memiliki luas area persawahan sebesar 464 Ha.
Peta Administrasi Kabupaten Sumba Barat Daya dapat dilihat pada gambar 2.1. dibawah ini

Gambar 2.1. Peta wilayah administrasi Kabupaten Sumba Barat Daya

2.2. KONDISI TOPOGRAFI

Wilayah topografi Kabupaten Sumba Barat Daya yang merupakan pemekaran dari
Kabupaten Sumba Barat (Induk). Menurut Meizer dan Pfeiffer (1964) membagi dalam 7
jenis topografi, karena pembagiannya sangat sulit untuk diamati maka untuk lebih
mempermudah pengamatan pembagian wilayah topografi dibuat dalam 5 kelompok yaitu:
1. Wilayah gunung ditandai dengan kemiringan yang tinggi, wilayah ini meliputi
Pegunungan Yawila.
2. Wilayah perbukitan ditandai dengan kemiringan yang lebih rendah dari wilayah
gunung.
Page 7 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

3. Wilayah undukan dekat laut ditandai dengan undukan dan jurang yang curam
sepanjang pantai selatan.
4. Wilayah datar yang cukup luas dan dikelilingi bukit seperti dataran Kodi dan
Loura.
5. Wilayah dataran alluvial ditandai dengan dataran yang agak sempit sekitar sungai.

Dataran Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan dataran yang berbukit – bukit
dengan ketinggian dari permukaan laut ditunjukkan dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) Menurut


Kecamatan di Kab. Sumba Barat Daya
Ibukota Tinggi
No. Kecamatan
Kecamatan (meter)
1 Kodi Bangedo Walla Ndimu 0 – 300
2 Kodi Balaghar Panenggo Ede 0 – 300
3 Kodi Bondo Kodi 0 – 300
4 Kodi Utara Kori 0 – 300
5 Wewewa Selatan Tena Teke 300 – 500
6 Wewewa Barat Waimangura 300 – 750
7 Wewewa Timur Elopada 300 – 850
8 Wewewa Tengah Ndapa Taka 300 – 850
9 Wewewa Utara Palla 100 – 600
10 Loura Karuni 0 – 300
11 Kota Tambolaka Tambolaka 0 – 300
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya, 2016

Daerah Irigasi Mataliku yang menjadi lokasi pekerjaan Studi Identifikasi Angka
Kebutuhan Nyata (Aknop) merupakan bagian dari wilayah Desa Karuni pada Kecamatan
Loura. Kondisi alam wilayah Kecamatan Loura ditandai dengan tingkat kemiringan,
ketinggian, kedalaman dan teksur tanah yang ditunjukkan dalam Tabel 2.2.

Page 8 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

Tabel 2.2. Topografi Kecamantan Loura


Luas Persentase
Uraian Penjelasan
(Ha) (%)
< 2 9 312 44.45
2 – 15 270 1.29
Kemiringan
15 – 40 5 021 23.97
> 40 6 345 30.29
20.948 100.00
0 – 25 m 970 44.63
25 – 200 m 2 031 9.69
Ketinggian
200 – 500 m 15 832 75.58
> 500 m 2 115 10.10
20.948 100.00
Kedalaman < 30 cm 19 470 92.94
30 – 60 cm 942 4.50
60 – 90 cm - -
> 90 cm 536 2.56
20.948 100.00
Tekstur Tanah Halus 1 127 5.38
Sedang 102 0.49
Kasar 19 719 94.13
20.948 100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya, 2016

Page 9 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

2.3. HIDROKLIMATOLOGI

Kabupaten Sumba Barat Daya secara umum termasuk daerah yang cukup kering
seperti halnya wilayah lain di daratan Sumba. kondisi cuaca dipengaruhi oleh iklim
geotropis dimana pada antara bulan juli – november terjadi musim kemarau akibat
berhembus angin dari wilayah Australia yang tidak mengandung uap air, sedangkan antara
bulan desember – maret dipengaruhi angin dari samudra Pasifik yang mengandung uap air
menyebakan terjadinya hujan. Kondisi seperti ini berganti setiap tahun setelah melewati
masa peralihan pada bulan april – juni dan bulan oktober – november, sehingga hanya 4
bulan (desember – maret) menjadi bulan basah dan 8 bulan merupakan bulan kering.
Keadaan iklim secara umum dapat diketahui berdasarkan data curah hujan yang di dapat dari
stasiun meteorologi di bandara Tambolaka.

Tabel 2.3. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2015
Bulan Curah hujan (mm) Hari hujan
Januari 322.8 19
Februari 345.1 16
Maret 165.8 13
April 127.1 10
Mei 39.5 7
Juni 28 5
Juli 0 0
Agustus 0.2 1
September 0.5 1
Oktober 0 0
November 0 0
Desember 350.0 22
Sumber: Pos Meteorologi Bandara Tambolaka

Secara keseluruhan kondisi iklim di Kabupaten Sumba Barat Daya adalah sebagai berikut:
1. Bulan Mei – November (bulan kering) rata-rata curah hujan < 100 mm
2. Bulan Maret dan April (bulan lembab) rata-rara curah hujan 100-200 mm
3. Bulan Desember – Februari (bulan basah) rata-rata curah hujan >200 mm

Page 10 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

Dari segi hidrologi, Mataliku merupakan daerah mata air yang terdapat pada Desa
Karuni. Dari sumber mata air ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
Desa Karuni yaitu kebutuhan irigasi dan air minum.

2.4. GAMBARAN LOKASI PEKERJAAN STUDI IDENTIFIKASI AKNOP

Secara geografis lokasi pekerjaan Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata


(Aknop) Daerah Irigasi Mataliku terletak di Kecamatan Loura yang berbatasan langsung
dengan:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumba
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Wewewa Timur
- Sebelah Timur berbatasan dengan Tana Righu
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Tambolaka
Secara administrasi Luas Wilayah Kecamatan Loura adalah 138.51 km2 yang terbagi
menjadi 10 Desa. Untuk lebih mendekatkan pelayanan, maka di setiap desa dibentuklah
beberapa Dusun dan di setiap Dusun dibentuk beberapa Rukun Warga (RW) dan di setiap
Rukun Warga dibentuk beberapa Rukun Tetangga (RT). Dengan demikian di kecamatan ini
terbentuk 40 Dusun dengan 80 Rukun Warga (RW) dan 160 Rukun Tetangga (RT). Untuk
tahun 2015 jumlah Desa dan Dusun serta Rukun Warga (RW) dan Rukun tetangga (RT)
tidak mengalami perubahan dari tahun 2014.

2.4.1. GAMBARAN SOSIAL EKONOMI LOKASI KECAMATAN LOURA

Jumlah penduduk Kecamatan Loura tercatat tahun 2015 adalah 16.838 jiwa dengan
perincian laki-laki sebanyak 8.583 orang dan perempuan berjmulah 8.255 orang. Dilihat
dari luas wilayah Kecamatan Loura maka rata-rata kepadatan penduduk mencapai 121 jiwa
per km2.

Page 11 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

Tabel 2.4. Luas Wilayah Kecamatan Loura menurut Desa


No Desa Luas Wilayah Prosentase
(Km2) (%)
1 Ramma Dana 12.86 8.88
2 Karuni 16.32 11.27
3 Totok 14.20 9.81
4 Wee Manada 13.40 9.25
5 Lete Konda 25.40 17.54
6 Bondo Boghila 21.80 15.06
7 Wee Kambala 11.88 8.20
8 Payola Umbu 3.42 2.36
9 Pogo Tena 13.41 9.26
10 Loka Kalada 12.11 8.36
Total 138.51 100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya, 2016

2.4.2. PENDUDUK KECAMATAN LOURA

Berdasarkan data Statistik Kecamatan Loura Tahun 2014, data penduduk Kecamatan
Loura seluruhnya berjumlah 16838 jiwa yang diperinci menurut jenis kelamin, jumlah
keluarga, rata-rata anggota keluarga, serta luas wilayah dan tingkat kepadatannya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.5. Data Penduduk Kecamatan Loura diperinci menurut Desa


Penduduk Luas Kepadatan
No Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah Wilayah Penduduk
2
(Jiwa) (Jiwa) (Km ) (Jiwa/Km2)
1 Ramma Dana 1 102 1 092 2 194 12.86 171
2 Karuni 916 867 1 783 16.32 109
3 Totok 1 088 1 046 2 134 14.20 150
4 Wee Manada 642 599 1 241 13.40 93
5 Lete Konda 1 473 1 440 2 913 25.40 115
6 Bondo Boghila 628 588 1 216 21.80 56
7 Wee Kambala 420 370 790 11.88 66
8 Payola Umbu 894 870 1 764 3.42 516
9 Pogo Tena 918 916 1 834 13.41 137
10 Loka Kalada 502 467 969 12.11 80
Total 8 583 8 255 16 838 138.51 121
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya, 2016

Page 12 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

Gambar 2.2. Wilayah Kecamatan Loura

2.4.3. POTENSI PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Kecamatan Loura merupakan daerah yang subur dan memiliki potensi yang besar
di bidang pertanian maupun perkebunan. Beberapa komoditi tanaman pangan yang cukup
produktif adalah jagung, ubi kayu, padi sawah, padi ladang, kacang hijau, kacang tanah dan
ubi jalar. Sedangkan di bidang perkebunan komoditi yang menjadi penghasil utama jambu
mete, pinang, kelapa, kopi, kakao, sirih dan jarak pagar.

Tabel 2.6. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan di Kecamatan
Loura Tahun 2015
Rata-rata
No Luas Panen Produksi
Jenis Tanaman Produksi
(Ha) (ton)
(ton/Ha)
1 Padi sawah 660 3.1 2 046.0
2 Padi ladang 193 2.4 163.2
3 Jagung 1 750 3.6 6 300.0
4 Ubi kayu 220 10 2 200.0
5 Ubi Jalar 6 7 42.0
6 Kacang Tanah 10 0.95 9.5
7 Kacang Hijau 171 1.0 171.0
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya, 2016

Page 13 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

Tabel 2.7. Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kecamatan Loura


Tahun 2015
Luas Produksi
No Jenis Tanaman
(Ha) (ton)
1 Jambu Mete 1 064 458
2 Kelapa 294 103
3 Kopi 92 22
4 Kakao 93 7
5 Pinang 387 95
6 Sirih 78 17
7 Jarak Pagar 20 30
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya, 2016

2.5. LETAK LOKASI PEKERJAAN STUDI IDENTIFIKASI AKNOP

Letak lokasi pekerjaan Studi Indentifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop)


Daerah Irigasi Mataliku berada di Desa Karuni yang berjarak sekitar 9.7 km dari Bandara
Udara Tambolaka sehingga akses menuju lokasi sangat mudah dan dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan roda 4. Daerah Irigasi Mataliku sendiri memiliki luas area
persawahan seluas 464 Ha dan tiga buah sub daerah irigasi yaitu D.I. Karuni I seluas 268
Ha, D.I. Karuni II seluas 61 Ha dan D.I. Karuni III seluas 30 Ha, sehingg total luas areal
mencapai 823 Ha. Dengan demikian studi ini sangat penting dilakukan sebagai dasar untuk
Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Mataliku kedepannya.

Lokasi Studi Identifikasi Aknop


D.I. Mataliku

Gambar 2.3. Lokasi Studi Identifikasi Aknop Daerah Irigasi Mataliku

Page 14 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

BAB III
PENDEKATAN TEKNIS DAN METODE
PELAKSANAAN

3.1. PENDEKATAN TEKNIS

Penjabaran secara skematis mengenai metoda pelaksanaan seluruh kegiatan disajikan


pada Bagan Alir Metoda Pelaksanaan Kegiatan dalam Gambar 3.1.
Adapun penjabaran tahap kegiatan tersebut diatas adalah sebagai berikut:

1) Umum
Dalam Studi Indentifikasi Angka Kebutuhan Nyata (AKNOP) Daerah Irigasi
Mataliku di Kabupaten Sumba Barat Daya ini, secara ringkas cakupan tahapan
kegiatan meliputi sebagai berikut;

 Kegiatan A : Persiapan dan Pengumpulan Data (sekunder dan


primer)

 Kegiatan B : Indentifikasi Kerusakan Jaringan Irigasi

 Kegiatan C : Perencanaan Detail Desain Kerusakan Jaringan Irigasi

 Kegiatan D : Pembuatan Rencana Anggaran Biaya

 Kegiatan E : Penyusunan Laporan

2) Persiapan dan Pengumpulan Data


(1) Data yang digunakan harus dari sumber yang resmi dan terbaru.
(2) Hasil-hasil studi terdahulu dapat digunakan setelah dilakukan pengkajian secara
matang.
3) Identifikasi Kerusakan Jaringan Irigasi
(1) Melakukan identifikasi melalui penelusuran jaringan pada daerah irigasi.
(2) Membuat kriteria kerusakan untuk memisahkan batasan rusak ringan, sedang dan
berat.
4) Pengukuran
(1) Pengukuran pada titik-titik kerusakan jaringan irigasi dan harus memenuhi
kebutuhan desain rehab.

Page 15 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

5) Perencanaan Desain Rehabilitasi Jaringan Irigasi


(1) Desain rehabilitasi ini dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku.
(2) Material konstruksi diusahakan diambil dari lokasi terdekat Daerah Irigasi
tersebut.
6) Pembuatan Rencana Anggaran Biaya
(1) Rencana Anggaran Biaya (RAB) dibuat secara rinci
(2) Harga dasar dari material yang digunakan adalah yang berlaku di lokasi
keberadaan jaringan irigasi.
(3) Analisa harga satuan dibuat terinci dan menggunakan analisa yang berlaku
umum.
(4) Volume pekerjaan harus disertai dengan back-up volume (hitungan volume)
7) Pembuatan Spektek dan Dokumen Lelang
(1) Pembuatan spesifikasi teknik harus mengikuti SNI atau spesifikasi teknik lain
yang berlaku di Indonesia.
(2) Menyiapkan metode pelaksanaan pekerjaan berdasarkan kebutuhan pekerjaan
termasuk dengan mempertimbangkan kondisi yang ada di lokasi pekerjaan.
(3) Pembuatan syarat-syarat kontrak dan dokumen lelang yang berlaku sesuai
Kepmen dan Keppres yang berlaku saat ini.
8) Penyusunan Laporan dan Diskusi/Presentasi
(1) Laporan RMK (rangkap 5)

 Paling lambat 2 (dua) minggu setelah dikeluarkannya Surat Perintah Mulai


Kerja (SPMK), konsultan harus sudah menyerahkan Rencana Mutu Kontrak
(RMK)

 Rencana Mutu Kontrak harus mendapat persetujuan pengguna jasa.

 Rencana Mutu Kontrak minimal memuat hal-hal sebagai berikut; Informasi


Proyek, Organisasi Kerja, kegiatan pekerjaan, jenis dan frekuensi uji yang
diperlukan, metode/prosedur pelaksanaan kegiatan pekerjaan dari persiapan
sampai dengan pekerjaan selesai.

(2) Laporan Pendahuluan (rangkap 5)

Laporan ini memuat rencana kerja, metode kerja dan hambatan yang mungkin
akan timbul. Laporan ini menguraikan secara rinci jadwal kerja konsultan, mulai

Page 16 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

dari pengumpulan data, analisa dan evaluasi, diskusi / presentasi serta selesainya
laporan akhir. Laporan pendahuluan ini harus sudah diserahkan paling lambat 1
(satu) bulan setelah SPMK, laporan ini harus di diskusikan dengan pihak direksi
dan instansi terkait lainnya jika diperlukan.

(3) Laporan Bulanan (rangkap 5)

Laporan ini berisi informasi kegiatan yang sudah dilaksanakan selama 1 (satu)
bulan, kemajuan pekerjaan, masalah yang ada dan rencana kerja untuk bulan
berikutnya.

(4) Draft Laporan Akhir (rangkap 5)

Laporan ini dibuat sebagai kelengkapan setelah pekerjaan selesai dilakukan.


Laporan tersebut berisi nota perhitungan sesuai lingkup teknis pekerjaan,
kesimpulan penting yang didapat dari pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini harus
diserahkan paling lambat dua minggu sebelum masa kontrak dan
didiskusikan/dipresentasikan dengan pihak terkait.

(5) Laporan Akhir (rangkap 5)

Laporan ini memuat seluruh perbaikan dan penyempurnaan dari draft laporan
akhir. Laporan akhir ini harus dilengkapi dengan Laporan Ringkasan (Executive
Summary) yang berisikan ringkasan dan kesimpulan penting pekerjaan (rangkap
5).

(6) Laporan Iventarisasi Jaringan Irigasi dan Bangunan Pelengkapnya (rangkap 5)

Laporan ini berisikan hasil inventarisasi jaringan irigasi dan bangunan


pelengkapnya baik hasil inventarisasi data primer maupun data sekunder.

(7) Gambar Desain Kerusakan (rangkap 5)

Penggambaran desain dilakukan dengan komputerisasi dengan ukuran A3.

(8) File Gambar dan Laporan

Seluruh laporan, gambar dan perhitungan disimpan dalam bentuk file dan dicopy
dalam external harddisk dan diserahkan kepada Pengguna Jasa.

Page 17 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

3.2. METODE PELAKSANAAN

3.2.1. PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PENGUMPULAN DATA

A. Persiapan Personil dan Administrasi


Pekerjaan ini meliputi beberapa kegiatan baik berupa kegiatan di kantor maupun
kegiatan di lapangan. Konsultan akan mengerahkan tenaga ahli dengan koordinasi
oleh Direktur Teknik Perusahaan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan.
Pada tahap ini team tenaga ahli akan membahas hasil usulan teknis dan kerangka
acuan kerja dan merumuskannya dalam laporan persiapan.

B. Pengumpulan Data Sekunder


Pengumpulan data-data sekunder yang dibutuhkan untuk penyiapan desain yaitu:
1. Peta Situasi skala 1 : 25.000
2. Data Hidrologi
3. Data penggunaan lahan
4. Data sosial ekonomi penduduk setempat

C. Peninjauan Lapangan Pendahuluan


Manfaat dari kegiatan ini lebih difokuskan pada potensi dan permasalahan
berdasarkan data sekunder yang telah direview termasuk hasil konsultasi awal
dengan instansi terkait. Beberapa hal yang berkaitan dengan perencanaan optimasi
jaringan irigasi dan pengunaan lahan yang terkait dalam lingkup pekerjaan ini.
Tahapan kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Inventarisasi Bangunan dan Saluran Existing
2. Melakukan pengelompokan daerah untuk dilakukan survey pendahuluan
3. Melakukan kegiatan survey kerusakan terhadap sarana dan prasarana daerah
irigasi
4. Mendata informasi yang diperoleh hasil wawancara dengan aparat instansi
terkait dan meninjau lokasi

D. Penyusunan Laporan Pendahuluan


Dalam Laporan Pendahuluan dibahas hal-hal sebagai berikut:

 Lingkup pekerjaan

Page 18 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

 Rencana Kerja
 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan
 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
 Jadwal Penugasan Personil
 Jadwal Penggunaan Peralatan

Page 19 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

Gambar 3.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan “Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop)
Daerah Irigasi Mataliku”

Page 20 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

E. Perencanaan Kerusakan/Rehabilitasi digambarkan sebagai berikut:


1. Pengenalan Kerusakan
Hal yang penting dalam rehabilitasi adalah bagaimana mengenali kerusakan
dengan pandangan mata, pengkajian atau dengan investigasi. Gejala perubahan
struktur bisa disebabkan proses perubahan secara wajar atau suatu proses
kerusakan yang akan terus berlanjut yang dapat meruntuhkan konstruksi.
Penurunan tanggul suatu pergerakan wajar karena proses settlement yang telah
diperhitungkan sejak semula atau gejala keruntuhan karena daya dukung tanah
yang kurang memadai.
Kerusakan beton bisa disebabkan karena retak rambut yang wajar pada
perencanaan beton dengan prinsip Perencanaan Tegangan Batas (Ultimate
Strength Design) atau keretakan karena perencanaan yang salah, misalnya karena
kekurangan tulangan (Under Reinforced), sehingga bisa berakhir luluhnya
struktur.
Untuk dapat mengenali kerusakan dalam suatu bangunan pengairan diperlukan
kejelian seorang ahli, yang pandai membedakan apakah ini gejala perubahan
wajar atau proses perubahan yang dapat berakhir pada kerusakan suatu struktur.
2. Mencari Penyebab Kerusakan
Tahap awal suatu perencanaan rehabilitasi adalah mencari penyebab kerusakan
saluran dan bangunan. Misal: pecahnya sayap hilir bangunan utama dapat
disebabkan oleh kualitas pasangan, pondasi jelek dan atau gerusan lokal. Kalau
kualitas pasangan baik dan fondasi cukup kuat maka gerusan lokal terjadi akibat
oleh kolam pemecah energi kurang berfungsi; yang disebabkan karena banjir
rencana salah hitung atau dimensi kolam olak kurang memadai.

3. Tinjauan Ulang Perencanaan Terdahulu


Tahap selanjutnya adalah melakukan peninjauan ulang (review) terhadap
perencanaan terdahulu yang meliputi:

 Proses pengecekan data penunjang (topografi, geologi, mekanika tanah ,


hidrologi, sedimen dll) dimaksudkan untuk mencari :
a. Kesalahan Data
b. Kekurangan data

Page 21 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

c. Proses pengambilan data keliru

 Proses pengecekan analisa dan perhitungan akan memastikan apakah :


a. Analisa data sudah tepat dan betul konsep pendekatan benar, rumus
yang dipakai tepat, proses analisa dari data dasar menjadi data siap
pakai sudah memadai.
b. Perhitungan teknis sudah tepat dan betul; asumsi yang diambil wajar,
pendekatnnya tepat, rumus yang dipakai sesuai, dan perhitungan
aritmatika-nya benar.

 Proses pengecekan gambar perencanaan akan meyakinkan kita apakah :


a. Terdapat kecocokan angka antara perhitungan dan gambar.
Penempatan posisi dan elevasi sudah benar.
b. Proses interpolasi memadai.
c. Besaran standar wajar.

4. Elaborasi Teknik
Proses ini adalah upaya mencari penyebab dan jalan keluar menurunnya fungsi
suatu bangunan pengairan, yang berupa upaya:

 Perbaikan data dan analisa data, bisa berupa :


a. Topografi: pengukuran ulang, pengukuran tambahan dll.
b. Hidrologi: tambahan seri data hidrologi, perhitungan ulang dengan
rumus yang benar, dan perbaikan pendekatan.
c. Geologi/Mekanika Tanah: tambahan data geologi/Mekanika tanah,
perubahan pendekatan perhitungan ulang dengan rumus yang benar,
interpretasi yang wajar, dll.
d. Sedimen: tambahan data, perbaikan teknik sampling, perubahan
asumsi yang benar dll.

 Penyempurnaan perhitungan teknis, bisa berupa :


a. Konsep pendekatan yang lebih sesuai.
b. Anggapan (asumsi) yang benar
c. Rumus pengganti yang lebih tepat
d. Perhitungan aritmatika yang betul

Page 22 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

e. Besaran standar yang wajar


f. Angka keamanan yang memadai
5. Teknik Penggambaran
Setelah elaborasi teknik perbaikan dilakukan, dilanjutkan dengan penuangan
rekayasa teknik, ini dalam bentuk gambar teknik. Gambar teknik harus disiapkan
sesuai standar penggambaran KP-07: Jelas, rapi, bersih dan mudah dibaca.

F. Tata Laksana Perencanaan Kerusakan/Rehabilitasi


Seperti dijelaskan diatas bahwa perencanaan rehabilitasi adalah penyempurnaan
terhadap perencanaan sebelumnya, maka untuk keperluan efisiensi (ditinjau dari segi
waktu, biaya dan teknis) tidak perlu melakukan pengulangan secara utuh proses
perencanaan lama. Perencanaan rehabilitasi cukup dilakukan dengan
menyempurnakan gambar lama, yang memang dengan maksud untuk
penyempurnaan fungsi jaringan perlu tambahan perencanaan. Tentunya tetap bisa
memenuhi kebutuhan untuk manajemen pengelola, yaitu:
a. Sebagai dasar untuk perhitungan volume pekerjaan dengan pihak pelaksana
konstruksi.
b. Sebagai dasar untuk keperluan Operasi dan Pemeliharaan (OP).
Tata laksana berikut akan menjelaskan tentang pengukuran dan penggambaran
dalam perencanaan rehabilitasi.
Dalam hal ini tata laksana perencanaan rehabilitasi akan dibedakan menjadi 3 (tiga)
yaitu perencanaan rehabilitasi yang:
a. Gambar lama tersedia lengkap.
b. Gambar lama tidak tersedia (hilang)
c. Gambar lama tersedia tetapi tidak lengkap (sebagian hilang).

1) Gambar Lama Tersedia


Sebagai tahap awal perlu di cek kelengkapan gambar seluruh sistim; diurutkan
gambar potongan memanjang dan melintang baik saluran induk maupun saluran
sekunder yang ada, demikian juga gambar bangunan mulai bangunan utama
sampai dengan bangunan terakhir.
Kemudian dilakukan pencetakan ulang dalam kalkir (re-kalkir*) dan kalkir lama

Page 23 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

disimpan kembali. .
Catatan: *) Jika hasil re-kalkir gambar lama - kualitasnya kurang baik (tidak
jelas terbaca) maka perlu di gambar ulang. Atau jika gambar lama
yang tersedia berupa cetakan (blue-print) maka perlu digambar
ulang.
Diatas kalkir yang baru inilah perencanaan rehabilitasi dilakukan sehingga
perencanaan rehabilitasi bisa dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengukuran situasi 1 : 5000 / 1 : 2000 sejauh gambar pengukuran situasi
lama tersedia tidak ada perubahan situasi di lapangan dan setelah
dilakukan inspeksi lapangan ternyata gambar situasi lama masih cocok;
maka sebaiknya tidak dilakukan pekerjaan pengukuran situasi. Sehingga
pekerjaan pengukuran situasi hanya dilakukan dalam hal:

 Tambahan areal pelayanan

 Ada perubahan situasi

 Terdapat kesalahan pengukuran


Jadi pengukuran dilakukan hanya pada bagian yang diperlukan saja dan
gambar pengukuran yang baru sebagai tambahan (komplemen) gambar
lama pada lembar yang sama atau lembar baru.
2) Pengukuran trase saluran trase saluran pada garis besarnya dengan
menggunakan gambar pengukuran trase yang lama, dilakukan pengukuran
kembali pada daerah yang akan direhabilitasi (misal: galian endapan,
timbunan tanggul, proteksi longsoran atau pasangan lining) dengan
penyederhanaan sebagai berikut:

 Situasi tidak perlu dilakukan pengukuran lagi.

 Potongan memanjang dilakukan pada alignment yang sama dengan


pengukuran yang lama, dengan titik tembak pada setiap 2 potongan
melintang yang terdahulu;

 Potongan melintang dilakukan pada setiap 2 potongan melintang


yang terdahulu dengan jarak kiri dan kanan terbatas hanya pada
daerah yang akan diperbaiki. Pengukuran trase saluran komplit
hanya akan dilakukan untuk trase tambahan atau perubahan arah

Page 24 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

trase.
3) Pengukuran situasi daerah irigasi; pengukuran ini tidak perlu dilakukan,
kecuali kalau dilakukan perubahan total daerah irigasi; pemindahan lokasi
daerah irigasi baru pada lokasi diluar pengukuran lama atau pada lokasi di
dalam pengukuran lama tetapi ada perubahan regime sungai. Pengukuran
kedl tambahan mungkin perlu dilakukan kalau ada perbaikan parsial pada
daerah irigasi dan lain sebagainya.
4) Pengukuran situasi bangunan; pengukuran ini hanya dilakukan untuk
bangunan yang akan diperbaiki. Bangunan yang masih baik dan tidak
diperbaiki tidak perlu diukur.
5) Penggambaran; hasil pengukuran digambar pada kertas re-kalkir gambar
pengukuran lama. Demikian juga gambar perencanaan dilakukan pada
kertas yang sama, sehingga perlu dilakukan penggambaran ulang.
2) Gambar lama tidak tersedia (hilang)
Mengingat gambar lama tidak ditemukan, maka kita kehilangan bahan dasar
untuk perbaikan perencanaan rehabilitasi. Tidak ada jalan lain kecuali melakukan
pengukuran dan penggambaran ulang secara komplit dan menyeluruh, dengan
berpedoman pada sistim jaringan yang telah ada.

3) Gambar lama sebagian hilang


Dalam keadaan ini tentunya dilakukan kombinasi seperti tersebut hal-hal di atas
yang sebagian diukur dan digambar ulang secara penuh, sebagian diukur dan
digambar dengan penyempurnaan.

3.2.2. PEKERJAAN LAPANGAN DAN PERENCANAAN

Pekerjaan lapangan dan perencanaan meliputi:

1. Inventarisasi Kerusakan Bangunan dan Jaringan Irigasi


2. Pengisian Data AKNOP
Penjelasan untuk masing-masing pekerjaan lapangan di atas, adalah sebagai berikut:
A. Inventarisasi Kerusakan Bangunan dan Jaringan Irigasi
Kegiatan survey inventarisasi pada saluran yang ada dilakukan dengan
melakukan penelusuran terhadap rute saluran. Dari survai tersebut kemudian

Page 25 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

dibuat catatan tentang kondisi dan dimensi saluran. Apabila terdapat kerusakan
pada saluran, dibuat usulan perbaikan termasuk volume perbaikannya dan
rekomendasi pemanfaatannya dalam sistem yang baru.
Kegiatan inventarisasi bangunan dilakukan dengan meninjau setiap bangunan
yang ada, membuat catatan tentang nama, kondisi dan dimensi bangunan.
Kemudian dibuat usulan perbaikan bila perlu, dan membuat rekomendasi tentang
pemanfaatannya pada sistem yang baru.
Semua hasil inventarisasi ini dibuatkan sketsa gambar lengkap dengan dimensi
dan elevasinya, dan dituangkan dalam suatu format yang telah mendapat
persetujuan dari pihak direksi pekerjaan. Penyajian ini harus dicantumkan posisi
bangunan dalam sistem, dilengkapi dengan foto dan catatan-catan lain yang
diperlukan.
Semua kegiatan inventarisasi kerusakan akan dibuat dalam laporan survey
kerusakan, sebagai data utama untuk program operasi dan pemeliharaan daerah
irigasi.

B. Pengisian Data AKNOP


Melalui pemutahiran data AKNOP ini diharapkan akan dapat diperoleh data
kondisi daerah irigasi saat ini dan berapa besar angka kebutuhan nyata untuk
biaya operasi dan pemeliharaan di masing-masing daerah irigasi yang meliputi:
 Isian Blangko AKNOP untuk masing-masing daerah irigasi
 Perhitungan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan pada
masing-masing daerah irigasi
 Gambar Skema Bangunan dan Jaringan Irigasi.
 Rekapitulasi Kebutuhan Tenaga OP untuk Daerah Irigasi Mataliku
 Rekapitulasi Kebutuhan Sarana Penunjang Tenaga OP untuk Daerah
Irigasi Mataliku
 Rekapitulasi Total AKNOP Daerah Irigasi Mataliku
 Rekapitulasi AKNOP Daerah Irigasi Mataliku

Page 26 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

3.2.3. PELAPORAN
1. Laporan Rencana Mutu Kontrak
Laporan berupa hasil informasi proyek, organisasi kerja, kegiatan pekerjaan, jenis
dan frekuensi uji yang diperlukan, metode/prosedur pelaksanaan kegiatan pekerjaan
dari persiapan sampai dengan pekerjaan selesai. Laporan Rencana Mutu Kontrak ini
dibuat dalam 3 (tiga) rangkap.

2. Laporan Pendahuluan (Inception Report)


Laporan berupa hasil pengumpulan data, hasil peninjauan pendahuluan ke lapangan,
program kerja yang akan dikembangkan. Laporan ini harus diserahkan paling lambat
satu bulan sesudah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) disampaikan kepada
Konsultan, dan hasil laporan perlu didiskusikan atau dipresentasikan kepada proyek.
Laporan pendahuluan ini dibuat dalarn 5 (lima) rangkap.

3. Laporan Bulanan
Laporan ini berisi informasi mobilisasi tenaga dan peralatan, kemajuan pekerjaan,
masalah yang ada dan rencana kerja untuk bulan berikutnya. Laporan bulanan ini
dibuat dalarn 3 (tiga) rangkap untuk setiap bulannya.

4. Laporan Akhir (Final Report)


Laporan ini harus memuat seluruh perbaikan dan penyempumaan dan draft laporan
akhir, sesudah didiskusikan dengan direksi pekerjaan. Laporan ini dibuat 5 (lima)
rangkap.

5. Laporan Ringkasan (Executive Summary).


Laporan ini dibuat setelah seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan. Laporan ini
berisikan ringkasan dan hasil penting studi ini. Laporan ini dibuat dalam bahasa
Indonesia, dibuat 5 (lima) rangkap.

6. Laporan Pendukung AKNOP


Selain laporan tersebut diatas, konsultan harus menyerahkan produk laporan survey
lapangan yang berisi data survey lapangan, sket data lokasi dan kerusakan pada
masing-masing daerah irigasi. Laporan ini dibuat 3 (tiga) rangkap.

Page 27 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

7. Gambar Perencanaan
Selain laporan seperti tersebut diatas pihak konsultan juga harus menyerahkan kalkir
satu set dan cetakan gambar dari bangunan lainnya lengkap dalam ukuran A3
masing-masing sebanyak 3 (tiga) set yang dijilid rapi dan mudah dimengerti.

8. Dokumentasi
Dokumentasi file seluruh laporan dan gambar ke HD external 1 set.

9. Daftar Peralatan dan Jadwal


Daftar peralatan yang akan digunakan dalam menunjang pekerjaan konsultan dan
jadwal penggunaannya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.1. Daftar dan Jadwal Peralatan

3.3. ORGANISASI PERSONIL

Sesuai dengan lingkup pekerjaan dan kualifi-kasi tenaga ahli yang ditetapkan dalam
Kerangka Acuan Kerja, maka dalam pelaksanaan pekerjaan Studi Identifikasi Angka
Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku di Kabupaten Sumba Barat Daya
akan melibatkan sejumlah tenaga ahli dari beberapa disiplin ilmu yang seluruhnya akan
merupakan suatu kesatuan kerja dalam organisasi pelaksanaan.
Organisasi pelaksanaan diperlukan untuk memperlancar jalannya pekerjaan karena
adanya koordinasi diantara Tenaga Ahli (Tenaga Profesional) dan Tenaga Pendukung pada
masing-masing kegiatan serta menunjukkan hubungan kerja antara Tim Pelaksana
Konsultan dengan Direksi Pekerjaan sebagai wakil dari Kepala Satuan Kerja.

Page 28 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

Penanggung jawab pekerjaan sesuai dengan kontrak adalah Pemimpin (Direktur)


Perusahaan, sedangkan penanggung jawab pelaksanaan adalah Ketua Tim sebagai pemimpin
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Hubungan kerja antara Tim Pelaksana Konsultan dengan Direktur Perusahaan serta
Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan dan Program, Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Provinsi NTT, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Direksi Pekerjaan sebagaimana digambarkan pada Stuktur Organisasi
Pelaksanaan disajikan pada Gambar berikut.
Kepala Satuan Kerja mempunyai hubungan langsung dengan Direktur Utama
Perusahaan, sedang di lapangan Kepala Satuan Kerja menugaskan Direksi Pekerjaan untuk
mengawasi jalannya pekerjaan yang dilaksanakan oleh Tim Konsultan. Secara operasional
Direktur Perusahaan menugaskan Ketua Tim untuk melaksanakan pekerjaan khususnya
dalam hal teknis. Dalam pelaksanaan tugasnya Ketua Tim dibantu oleh Tenaga Ahli
Bangunan Air/Irigasi, Ahli Cost Estimate, Asisten Tenaga Ahli yaitu Juru Ukur (Surveyor)
dan Juru Gambar (Draftman) serta Tenaga Pendukung. Demi kelancaran dan memperoleh
hasil pekerjaan yang dapat memenuhi keinginan pihak Pengguna Jasa, maka setiap Tenaga
Ahli dapat dan harus saling berhubungan (berkoordinasi) langsung.
Selama melaksanakan tugasnya Ketua Tim selalu berhubungan (berkoordinasi) de-
ngan Direksi Pekerjaan. Dalam masalah penting yang terkait dengan pekerjaan, Ketua Tim
dapat berhubungan langsung dengan Kepala Satuan Kerja dengan persetujuan Direktur
Perusahaan dan Direksi Pekerjaan.
Ketua Tim dengan persetujuan Direksi Pekerjaan dapat berhubungan langsung
dengan Instansi Terkait (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi NTT dan
jajarannya dan Instansi Pemerintahan terkait tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan)
untuk mendapatkan data-data awal, data-data sekunder dan data penunjang lainnya.

Page 29 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

PT. SIARPLAN UTAMA


KONSULTAN

KETUA TIM

Menteri Pekerjaan Umum

Ahli Cost Estimate


Ahli Bangunan Air/
Direktur Jenderal SDA

Satker TP OP Jaringan Irigasi

PPK Perencanaan dan

Juru Gambar

Juru Ukur
Pengendalian Bidang OP SDA
dan Irigasi

Direksi Pekerjaan

TENAGA PENDUKUNG
Keterangan : Administrasi (2 org), Pesuruh (1 orang), Tenaga Lokal Pengukuran (8
Garis perintah/instruksi orang)

Garis koordinasi

Gambar 3.2. Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

Page 30 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

BAB IV
RENCANA WAKTU PELAKSANAAN
PEKERJAAN

4.1. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Berdasarkan uraian Rencana Kerja pelaksanaan pekerjaan Studi Identifikasi


Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku di Kabutapen Sumba
Barat Daya, dalam Bab III, Konsultan menyiapkan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
yang dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan kesinambungan dari setiap
tahapan kegiatan. Langkah ini dilakukan dengan harapan agar maksud, tujuan,
sasaran dan hasil keluaran yang diinginkan dalam KAK dapat tercapai dengan baik
dalam waktu sesuai yang telah ditetapkan dalam KAK. Secara lebih lengkapnya,
dibawah ini adalah daftar kegiatan yang direncanakan pada proyek ini, sedangkan
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.1 di halaman berikutnya.

Page 31 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

4.2. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI

Sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing Tenaga Ahli,
maka dengan mengacu kepada Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dan Daftar Man-Month
(MM), maka alokasi waktu bagi setiap personil untuk melaksanakan pekerjaan Studi
Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku di
Kabutapen Sumba Barat Daya dapat dijelaskan dalam bentuk “Jadwal Penugasan
Tenaga Ahli” (Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.) terlampir di halaman berikutnya

Page 32 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

Tabel 4.2. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

Tabel 4.3. Kebutuhan Man-Month (MM)

Page 33 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

Tabel 4.4. Jadwal Penyerahan Laporan

Page 34 of 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku

BAB V
PENUTUP

Sebagaimana yang di syaratkan dalam Kerangka Acuan Tugas Pekerjaan


Studi Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) Daerah Irigasi Mataliku di
Kabutapen Sumba Barat Daya, maka pada prinsipnya Laporan Pendahuluan ini dapat
dijadikan pedoman acuan kerja bagi Konsultan dalam menyelesaikan kewajiban
dalam menyiapkan Angka Kebutuhan Nyata (Aknop) serta Desain Kerusakan
Jaringan Irigasi di Mataliku. Apa yang di jelaskan dalam Laporan ini baik metode
maupun program kerja yang di uraikan merupakan hasil penjabaran Konsultan
terhadap penugasan yang diberikan, mulai dari tahapan persiapan pelaksanaan
sampai menghasilkan Dokumen Proyek yang di syaratkan.
Besar harapan kami agar saran koreksi dari direksi Pekerjaan maupun pihak-
pihak yang berkepentingan dengan pekerjaan ini yang nantinya akan menjadi bahan
masukan untuk tahapan kegiatan berikutnya.

Kupang, Juli 2017

Konsultan Perencana

Page 35 of 35

Anda mungkin juga menyukai