Anda di halaman 1dari 14

Materi 1

A. ISTILAH, PENGERTIAN DAN SISTEM


Istilah hukum acara pidana adalah “hukum proses pidana” atau “hukum tuntutan pidana”. Belanda
memakai istilah starfvordering” yang kalau diterjemahkan akan menjadi tuntutan pidana.
Dalam ruang lingkup hukum pidana yang luas, baik hukum pidana subtantif (materil) maupun
hukum acara pidana (formil) disebut hukum pidana. Hukum acara pidana berfungsi untuk
menjalankan hukum acara pidana subtantif (materil), sehingga disebut hukum pidana formil atau
hukum acara pidana.
Hal yang perlu diketahui pembedaan antara hukum pidana (materil) dan hukum acara pidana
(formil) yaitu kalau hukum pidana (materil) adalah keseluruhan peraturan hukum yg menunjukkan
perbuatan mana yg dikenakan pidana, sedangkan hukum acara pidana (formil) adalah bagaimana
Negara melalui alat kekuasaanya untuk menjatuhkan pidana.
KUHAP tdk memberikan definisi tentang hk acara pidana, tetapi bagian-bagian seperti penyidikan,
penuntutan, mengadili, praperadilan, putusan pengadilan, upaya hukum, penyitaan,
penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan lain-lain.
Ps. 1 KUHAP, Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal menurut cara yg diatur
dlm UU ini untuk mencari dan mengumpulkan bukti-bukti dengan membuat bukti terang tentang
tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya.
B. TUJUAN HUKUM ACARA PIDANA
Tujuan hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan kebenaran materil, yakni
kebenaran dari suatu perkara pidana dgn menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur
dan tepat dgn tujuan agar mencari pelaku yg dpt didakwakan melakukan pelanggaran hk.
Kemudian selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dri pengadilan guna menemukan apakah
terbukti melakukan tindak pidana dan apakah pelaku yg didakwakan itu dapat dipersalahkan.
Menurut Van Bammelen mengemukakan 3 fungsi hukum acara pidana, yakni:
· Mencari dan menemukan kebenaran
· Pemberian keputusan oleh hakim
· Pelaksanaan keputusan.

C. ASAS-ASAS HUKUM ACARA PIDANA


a. Asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan
Asas ini dianut dalam KUHAP sebenarnya merupakan penjabaran UU Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman. Peradilan cepat (untuk menghindari penahanan yg lama sebelum ada
keputusan hakim) merupakan bagian dri hak asasi manusia. Begitu pula peradilan yang bebas,
jujur dan tdk memihak yg ditonjolkan dlm UU tsb.
b. Asas praduga tak bersalah (Persumption of Innounce)
Ps. 3 c KUHAP: “Setiap orang yg disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan / atau dihadapkan di
muka siding pengadilan wajib dianggap tdk bersalah sampai adanya putusan pengadilan yg
menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hk tetap. ( asas ini terdapat dlm penjelasan
dlm Ps. 8 UU No. 4 / 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
c. Asas oportunitas
Adalah asas hukum yg memberikan wewenang kepada Penuntut Umum untuk menuntut atau tdk
menuntut yg telah mewujudkan perbuatan pidana demi kepentingan umum (UU No. 5 tahun 1991
tentang Pokok-Pokok Kejaksaan).
Dalam penjelasan pasal tersebut artinya jaksa dapat mengesampingkan suatu perkara jika
kepentingan umum merasa dirugikan apabila perkara itu dituntut. Dan asas ini tersirat dalam ps.
14 KUHAP huruf h yg berbunyi “ menutup perkara demi kepentingan umum”.
Penuntut umum atau jaksa adalah badan yang diberi wewenang untuk menuntut perkara pidana ke
pengadilan.

Materi II
A. SUMBER-SUMBER HUKUM ACARA PIDANA
Ø UUD 1945, Pasal 24 dan pasal 25:
“kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan kehakiman lain menurut UU
(Pasal 24 (1)) Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk dihentikan sebagai hakim ditetapkan dengan
UU (Pasal 25).
Ø UU, terdiri dari :
UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP
UU Kepolisian No. 2 / 2002
UU Kejaksaan No. 16/ 2004
UU Advokat No.18 / 2003
UU kekuasaan kehakiman No.4 tahun 2004
UU No. 28/1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepolisian RI
Ø Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok Perbankan, khususnya Pasal 37 jo. Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Ø Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang
– Undang ini mengatur acara pidana khusus untuk delik korupsi. Kaitannya dengan KUHAP ialah
dalam Pasal 284 KUHAP. Undang - Undang tersebut dirubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Ø Undang-Undang Nomor 5 (PNPS) Tahun 1959 Tentang Wewenang Jaksa Agung/Jaksa Tentara
Agung dan memperberat ancaman hukuman terhadap tindak pidana tertentu.
Ø Undang –Undang Nomor 7 (drt) Tahun 1955 Tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan
Tindak Pidana Ekonomi.
Ø Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP.

B. Beberapa Keputusan Presiden yang mengatur tentang acara pidana yaitu


ü Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 1967 Tentang Pemberian Wewenang
Kepada Jaksa Agung Melakukan Pengusutan, Pemeriksaan Pendahuluan Terhadap Mereka Yang
Melakukan Tindakan Penyeludupan;
ü Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228 Tahun 1967 Tentang Pembentukan Tim
Pemberantasan Korupsi;
ü Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1974 Tentang Tata Cara Tindakan
Kepolisian terhadap Pimpinan/Anggota DPRD Tingkat II dan II;
ü Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Organisasi Polri;
ü Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1991 Tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia;
ü Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1983 Tentang Tunjangan Hakim
ü Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1983 Tentang Tunjangan Jaksa.
C. PIHAK- PIHAK YANG TERLIBAT DALAM HUKUM ACARA PIDANA:
1. Tersangka / terdakwa dan hak-haknya:
Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadannya, berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana (butir 14 KUHAP)
Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan diadili di sidang pengadilan
(butir 15)
Hak-hak tersangka/terdakwa : Lihat (pasal 50 - pasal 68 KUHAP):
Hak-hak tersangka/terdakwa (pasal 50- pasal 68 KUHAP):
v Hak untuk segera diperiksa, diajukan ke pengadilan dan diadili (pasal 50 ayat 1,2,3)
v Hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang
disangkakan dan apa yang didakwakan (pasal 51 butir a dan b)
v Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan hakim (pasal 52)
v Hak untuk mendapat juru bahasa (pasal 53 ayat (1))
v Hak untuk mendapatkan bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan (pasal 54)
v Hak untuk mendapat nasihat hukum dari penasihat hukum yang ditunjuk oleh pejabat yang
bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan bagi tersangka atau terdakwa yang diancam pidana
mati dengan biaya Cuma-Cuma.
v Hak tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing untuk menghubungi dan berbicara dengan
perwakilan negaranya (pasal 57 (2))
v Hak untuk diberitahu pada keluarganya atau orang lain yang serumah dengan tersangka / terdakwa
yang ditahan untuk mendapat bantuan hukum atau jaminan bagi penangguhannya dan hak untuk
berhubungan dengan keluarga (pasal 59 dan pasal 60)
v Hak untuk dikunjungi sanak keluarga yang tidak ada hubungan dengan perkara tersangka / terdakwa
(pasal 61)
v Hak tersangka / terdakwa untuk berhubungan surat menyurat dengan penasihat hukumnya (pasal
62)
v Hak tersangka / terdakwa untuk menghubungi dan menerima kunjungan rohaniawan (ps.63)
v Hak tersangka/ terdakwa untuk mengajukan saksi dan ahli (ps. 65)
v Hak tersangka / terdakwa untuk menuntut ganti kerugian (pasal 68)

2. Penuntut Umum
Ps. 1 butir 6 dijelaskan bahwa:
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh UU untuk bertindak sebagai penuntut umum serta
melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh UU untuk melakukan penuntutan dan
melaksanakan penetapan hakim
wewenang penuntut umum / jaksa :
Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu
Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan Ps.
110 (3) dan (4) dengan memberi petunjuk dalam penyempurnaan penyidikan dari penyidik.
Perlu diketahui isi dari ps. 110 KUHAP :Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan,
penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara ke Penuntut Umum
Dalam hal Penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata masih kurang
lengkap, Penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai petunjuk
untuk dilengkapi
Dalam hal Penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi, penyidik wajib
segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari Penuntut umum
Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu 14 hari Penuntut umum tidak
mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum batas waktu tersebut berakhir telah ada
pemberitahuan tentang hal itu dari Penuntut Umum kpd Penyidik.
Membuat surat dakwaan
Melakukan penuntutan
Menutup perkara demi kepentingan umum (Ps.14 huruf H KUHAP)
Melimpahkan perkara ke pengadilan
Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang tanggal dan waktu perkara yang akan
disidangkan disertai dengan surat panggilan baik kepada terdakwa maupun saksi untuk hadir pada
sidang yang ditentukan.
Melaksanakan penetapan hakim
3. PENYIDIK DAN PENYELIDIK
Menurut pasal 1 butir 1, penyidik adalah pejabat polisi atau pegawai negeri sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh UU untuk melakukan penyidikan.
Pasal 1 butir 4, penyelidik adalah pejabat polisi yang diberi wewenang oleh UU untuk melakukan
penyelidikan.
Jadi perbedaannya adalah penyidik itu terdiri dari polisi dan pegawai negeri sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh UU, sedangkan penyelidik hanya polisi saja.
4. PENASEHAT HUKUM DAN BANTUAN HUKUM
Istilah penasehat hukum dan bantuan hukum adalah pembela, advokat. Fungsinya adalah sebagi
pendamping tersangka atau terdakwa dalam pemeriksaan.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan No. 4 tahun 2004 tentang advokat,bantuan hukum
diatur dalam 4 pasal yakni pasal 37, 38, 39, dan 40.
Pasal 38 berbunyi :
“dalam perkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan / penahanan berhak
menghubungi dan meminta bantuan advokat”
Pasal 39 berbunyi :
“dalam member bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 37, advokat wajib membantu
penyelesaian perkara dengan menjunjung tinggi hukum dan keadilan”

Materi III
A. PENGERTIAN PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN
Pasal 1 butir 5 KUHAP Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam UU ini.
Pasal 1 butir 2 KUHAP Penyidikan adalah serangkaian tindakan dari penyidik untuk mencari dan
megumpulkan bukti yang dengan bukti terang itu tentang tindak pidana yang terjadi guna
menemukan tersangkanya.
B. PEGAWAI PENYELIDIK & PENYIDIK
Yang berwenang melakukan penyelidikan / penyelidik adalah:
· Kepolisian (pas.1 butir 4 KUHAP) dari pangkat rendah hingga pangkat tertinggi.
· Jaksa
· Bapepam (Badan Pengawas Pasar modal)
· Tamtama (Angkatan Laut)
Yang berwenang melakukan penyidikan / penyidik adalah:
· Polisi (Pembantu Letnan 2)
· PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil Gol. IIB Sarjana Muda Pangkat Minimum (Ps. 1 angka 5
PP No. 43 tahun 2012) misalkan dari Kementerian Perhubungan, Perhutanan, dll)
· Jaksa (untuk tindak pidana khusus seperti korupsi, subversi, dan ekonomi) dasar hukum pasal
284 KUHAP dimana jaksa memiliki kewenangan sama dengan polisi sebagai penyidik namun
tugas jaksa terbatas untuk pidsus saja (pasal 30 UU No. 16 tahun 2004 UU Kejaksaan)

C. WEWENANG PENYIDIK
Ø Menerima laporan atau pengaduan dari seorang ttg adanya tindak pidana
Ø Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian
Ø Melakukan penangkapan , penggeledahan, penahanan, dan penyitaan
Ø Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
Ø Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
Ø Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sbg tersangka atau saksi
Ø Mendatangkan orang ahli yg diperlukan dlm hubungannya dgn pemeriksaan perkara
Ø Mengadakan penghentian penyidikan
Ø Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab

D. Bagian-bagian hukum acara pidana yang menyangkut Penyidikan


a. Ketentuan ttg diketahui terjadinya delik
b. Ketentuan ttg alat-alat penyidik
c. Pemeriksaan di tempat kejadian (Ps. 7 KUHAP)
d. Pemanggilan tersangka atau terdakwa
e. Penahanan sementara (Ps.122 KUHAP)
f. Penggeledahan
g. Pemeriksaan atau intrerograsi
h. Berita acara (penggeledahan, interograsi, dan pemeriksaan di tempat) (Ps. 121 KUHAP)
i. Penyampingan perkara (diskresi)
j. Pelimpahan perkara ke Penuntut Umum dan pengembaliannya kpd penyidik untuk
disempurnakan.

E. Diketahui Terjadinya Delik


Ada 4 kemungkinan diketahui terjadinya delik, yaitu:
Kedapatan tertangkap tangan (Ps. 1 butir 19 KUHAP)
Laporan (Ps. 1 butir 25 KUHAP) maupun pengaduan
Diketahui sendiri atau
pemberitahuan atau cara lain sehingga penyidik tau terjadinya delik seperti membaca surat kabar,
mendengar radio atau orang bercerita.

F. Pemanggilan Saksi dan Tersangka


Pasal 7 (1) butir g, bahwa penyidik yaitu Polri memiliki wewenang “memanggil orang untuk
didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau disebut dengan saksi”
Apabila pemanggilan untuk menghadap sidang di pengadilan, saksi tidak mau datang tanpa alasan
yang dapat diterima, maka ia dapat dipidana menurut Ps. 522 KUHP (berupa pidana denda Rp.
900,-).
G. BERITA ACARA PENYIDIKAN
Pasal 121 KUHAP :
o Di beri tgl berita acara
o Memuat tindak pidana yg dipersangkakan dgn menyebut waktu, tempat dan keadaan pd waktu
tindak pidana dilakukan
o Nama dan tempat tinggal tersangka dan atau saksi
o Keterangan tersangka dan atau keterangan saksi
o Catatan mengenai akte
o Segala sesuatu yg dianggap perlu untuk kepentingan penyelesaian perkara itu pd tahap2 penuntutan
dan pengadilan.

H. Pemeriksaan di Tempat Kejadian


Pemeriksaan di tempat kejadian pada umumnya dilakukan karena terjadi delik yang
mengakibatkan kematian, kejahatan seksual, pencurian, dan perampokan, dll.
Dalam hal terjadinya kematian dan kejahatan seksual sering dipanggil dokter untuk melakukan
pemeriksaan di tempat kejadian (Ps. 7 KUHAP).
Apabila dokter yang dipanggil menolak untuk melakukan pemeriksaan di tempat kejadian, maka
dpt di ancam pidana (menurut Ps. 224 KUHP) yang berbunyi :
Dlm perkara pidana dipidana dengan pidana penjara selama 9 bln
Dalam perkara lain, dipidana dengan pidana penjara selama 6 bln.
Apabila dokter yang dipanggil menolak untuk melakukan pemeriksaan di tempat kejadian, maka
dpt di ancam pidana (menurut Ps. 224 KUHP) yang berbunyi :
Dlm perkara pidana dipidana dengan pidana penjara selama 9 bln
Dalam perkara lain, dipidana dengan pidana penjara selama 6 bln.

Materi IV
A. Penangkapan
Pasal 1 butir 20 KUHAP “Penangkapan” adalah tindakan penyidik berupa pengekangan kebebasan
sementara waktu tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dlm UU.
B. Penahanan
Ketentuan tentang sahnya penahanan dicantumkan dalam Ps. 21 ayat (4) KUHAP Sedangkan
perlunya Penahanan dapat dilihat dalam pasal 21 (1) KUHAP
· PEJABAT YANG BERWENANG MENAHAN DAN LAMANYA PENAHANAN
Penyidik atau penyidik Pembantu
Penuntut Umum
Hakim, menurut tingkat pemeriksaan terdiri atas hakim PN, PT, dan MA (Ps. 20- Ps. 31 KUHAP).
· Ketentuan Mengenai Lamanya Penahanan
Setiap penahanan dapat diperpanjang, dan perintah penahanan yg dikeluarkan oleh Penyidik
(sbgmana dimaksud dlm Ps. 20 KUHAP), hanya berlaku paling lama 20 hari. (tingkat penyidikan)
Penahanan yg dilakukan olh Penyidik dapat diperpanjang olh Penuntut Umum paling lama 40 hari
(Ps. 24 (1) dan (2) KUHAP). (tingkat kejaksaan)
Dalam Ps. 24 (4) KUHAP ditentukan bahwa setelah waktu 50 hari tsb, penyidik harus sudah
mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum.
Ps. 25 (2) KUHAP :Penahanan olh penuntut Umum ini dpt diperpanjang olh Ketua Pengadilan
paling lama 30 hari, apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai.
(tingkat Pengadilan)
Ps. 26 (1) KUHAP: hakim Pengadilan negeri mengadili perkara, guna pemeriksaan berwenang
mengeluarkan surat perintah penahanan dlm wkt 30 hari
Ps. 26 (2) KUHAP: apabila dlm wkt 30 hari tsb pemeriksaan perkara blm selesai, maka ketua
Pengadilan negeri dpt memperpanjang plg lama 60 hari.
Ps.26 (4) KUHAP: kalau perkara tsb blm diputus lbh dri waktu 90 hari, maka terdakwa harus
dikeluarkan dr tahanan demi hkm.
Untuk pemeriksaan tingkat banding Hakim Pengadilan tinggi dapat melakukan penahanan paling
lama 30 hari, dgn “alasan guna kepentingan pemeriksaan banding” (Ps. 27 (1) KUHAP).
Penahanan hakim PT pun dpt diperpanjang oleh Ketua PT yang bersangkutan paling lama 60 hari
(Ps. 27 (2) KUHAP, dengan alasan “guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai”.
Dan terakhir MA pun berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama 50
hari, guna kepentingan pemeriksaan Kasasi. Apabila belum selesai, dapat diperpanjang olh Ketua
MA paling lama 60 hari.
C. PENGGELEDAHAN & PENYITAAN
1. Penggeledahan:
Tindakan penyidik yg dibenarkan UU untuk memasuki dan melakukan pemeriksaan dirumah
tempat kediaman seseorang atau untuk melakukan pemeriksaan terhdp badan dan pakaian
seseorang.
Dalam KUHAP ditentukan bahwa Penyidik boleh melakukan penggeledahan atau memasuki
rumah orang hanya dilakukan atas izin Ketua Pengadilan Negeri (ps. 33 (1) KUHAP).
Penggeledahan dpt dilakukan tanpa ijin Ketua Pengadilan apabila keadaan terpaksa bilamana di
tempat yang akan digeledah diduga keras terdapat tersangka atau terdakwa yang dikhawatirkan
segera melarikan diri atau atau benda yang disita dikhawatirkan segera dimusnahkan atau
dipindahkan (ps. 34 (2) KUHAP)
2. PENYITAAN
§ Pasal 1 butir 6 KUHAP :
“Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih atau menyimpan di bawah
penguasaannya benda bergerak atau tdk bergerak, berwujud dan tdk berwujud untuk kepentingan
pembuktian dlm penyidikan, penuntutan, dan peradilan.
§ Ps. 38 (1) KUHAP
“Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh Penyidik dgn surat izin dari Ketua PN setempat”.
§ Ps. 38 ayat (2) KUHAP : dlm hal sangat diperlukan dan mendesak bilamana penyidik harus segera
bertindak dan tdk mungkin untuk mendptkan surat izin terlebih dahulu, tanpa mengurangi
ketentuan ayat (1) penyidik dpt melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu
wajib segera melaporkan kepada Ketua PN setempat guna memperoleh persetujuan.
§ Benda-Benda yg dpt Disita :
ü Benda yg digunakan secara langsung untuk melakukan delik atau untuk mempersiapkannya (Ps. 39
(1) butir b KUHAP)
ü Benda yg digunakan untuk menghalang-halangi penyidik (Ps. 39 (1) butir c KUHAP).
ü Benda yg khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan delik (ps. 39 (1) butir d KUHAP).
ü Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dgn delik yg dilakukan (Ps. 39 (1) butir e
KUHAP).
Materi V
A. PRAPENUNTUTAN
• Prapenuntutan ialah tindakan Penuntut Umum untuk memberi petunjuk dlm rangka
penyempurnaan penyidikan oleh Penyidik.
• Dasar hukum yg berkaitan dgn prapenuntutan
a) Ps. 138 KUHAP
b) Pasal 110 ayat (1,2,3,4) KUHAP
c) Pasal 110 (1) KUHAP :
“Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan
berkas perkara itu kepada Penuntut Umum”
d) Pasal 110 (2) KUHAP:
“Dalam hal Penuntut Umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tsb ternyata masih kurang
lengkap, penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara itu kpd penyidik disertai petunjuk
untuk dilengkapi”
e) PS. 110 (3) KUHAP
“Dalam hal penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi, penyidik wajib
segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari Penuntut Umum”
f) PS. 110 (4) KUHAP
“Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu 14 hari Penuntut Umum tdk
mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum batas waktu tsb berakhir telah ada
pemberitahuan tentang hal itu dari Penuntut Umum kpd penyidik”.
pemeriksaan tambahan dapat dilakukan oleh jaksa. (Ps. 30 (1) butir e UU Kejaksaan).
Terdapat 2 batasan pada pemeriksaan tambahan dalam suatu perkara :
· Berkas perkara tertentu
· Dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dgn penyidik, dgn memperhatikan: tdk dilakukan
terhadap tersangka, hanya terhadap perkara yg sulit pembuktiannya/ meresahkan masyarakat, hrs
diselesaikan dlm wktu 14 hari stlh dilaksanakannya ketentuan ps. 110 dan ps. 138 (2) KUHAP
B. PENUNTUTAN
Ø Definisi Penuntutan :
Pasal 1 butir 7 KUHAP , penuntutan adlh adalah “tindakan penuntut umum untuk melimpahkan
perkara pidana ke PN yg berwenang dalam hal dan menurut cara yg diatur dalam UU ini dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan”.

Ø TUGAS DAN WEWENANG JPU DALAM MELAKUKAN PENUNTUTAN


• Penuntut Umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yg didakwa melakukan
suatu delik dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenang
mengadili (ps. 137 KUHAP)
• Mengenai kebijakan penuntut, penuntut umumlah yg menentukan suatu perkara hasil penyidikan
apakah sudah lengkap atau tidak untuk dilimpahkan ke PN untuk diadili (Ps. 139 KUHAP)
• Jika menurut pertimbangan penuntut umum suatu perkara tidak cukup bukti untuk diteruskan ke
pengadilan ataukah perkara tsb bukan merupakan suatu delik, maka penuntut umum membuat
suatu ketetapan mengenai hal itu (Ps. 140 (2) butir b KUHAP).
• Mengenai wewenang penuntut umum untuk menutup perkara demi hukum seperti tsb dalam Ps.
140 (2) butir a KUHAP memberi penjelasan bahwa “Perkara ditutup demi hukum”.
• Penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara dengan satu surat dakwaan apabila pd
waktu yg sama atau bersamaan ia menerima berkas perkara dalam hal , (Ps. 141 KUHAP):
1. Beberapa tindak pidana yg dilakukan oleh seorang yg sama dan kepentingan pemeriksaan tdk
menjadikan halangan terhadap penggabungannya
2. Beberapa tindak pidana yg bersangkut-paut satu dengan yg lain
3. Beberapa tindak pidana yg tdk bersangkut-paut 1 dengan yang lain, akan tetapi dengan yg lain
itu ada hubungannya, yg dalam hal ini penggabungan tsb perlu bagi kepentingan pemeriksaan.
Maksud dari “bersangkut-paut”
a. Lebih dari 1 orang yg bekerjasama melakukan kejahatan scr bersama-sama
b. Lebih dari 1 org pada saat tempat yg berbeda tp pelaksanaan dilakukan pemufakatan
c. Lebih dri 1 org mendapatkan alat yg akan digunakan untuk melakukan kejahatan.

Materi VI
Pengertian Surat Dakwaan
Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan
kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan
dasar serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan dimuka siding pengadilan.
Rumusan pengertian di atas telah disesuaikan dengan jiw dan ketentuan KUHAP. Dengan
demikian, pada definisi itu sudah dipergunakan istilah atau sebutan yang berasal dari KUHAP,
seperti istilah yang “didakwakan” dan “hasil pemeriksaan penyidikan” sebagai istilah baru yang
dibakukan dalam KUHAP untuk menggantikan istilah “tuduhan” dan yang “dituduhkan ”.
demikian juga istilah “pemeriksaan permulaan” yang disebut dalam HIR, dibakukan menjadi
sebutan “pemeriksaan penyidikan” oleh KUHAP.

Fungsi Surat Dakwaan


Di tinjau dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan pemeriksaan perkara pidana maka
fungsi surat dakwaan dapat di kategorikan :
Bagi hakim surat dakwaan merupakan dasar dan sekaligus membatasi ruang lingkup
pemeriksaan,dasar perimbangan dalam penjatuhan putusan
b.Bagi penuntut umum,Surat dakwaan merupakan dasar pembuktian yuridis tumtutan pidana dan
penggunaan upaya hukum
Bagi terdakwa,Surat dakwaan merupakan dasar untuk mempersiapkan dasar untuk
mempersiapkan pembelaan

Dasar pembuatan Surat Dakwaan


1.Penuntut umum berweang membuat surat dakwaan (pasal 14 huruf d KUHP)
2.Penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yang didakwa melakukan
suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara ke pengadilan
3.Berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan

Bentuk Surat Dakwaan


Dalam KUHAP tidak pernah diatur berkenaan dengan bentuk dan susunan dari Surat Dakwaan.
Sehingga dalam praktek hukum masing-masing penuntut umum dalam menyusun surat dakwaan
pada umumnya dipengaruhi oleh strategi dan rasa seni sesuai dengan pengalaman prakteknya
masing-masing namun demikian tetap berdasarkan pada persyaratan yang diatur dalalm pasal 143
ayat 2 KUHAP. Dalam praktek hukum dikenal beberapa bentuk surat dakwaan antara lain :[1]
· Surat Dakwaan Tunggal
Dalam Surat Dakwaan tunggal terhadap terdakwa hanya didakwakan melakukan satu tindak
pidana saja yang mana penuntut umum merasa yakin bahwa terdakwa telah melakukan tindak
pidana yang didakwakan tersebut, misalnya penuntut umum merasa yakin apabila terdakwa telah
melakukan perbuatan “pencurian” sebagaimana diatur dalam pasal 362 KUHP maka terdakwa
hanya didakwa dengan pasal 362 KUHP.
· Surat Dakwaan Subsider/Berlapis
Dalam Surat Dakwaan yang berbentuk subsider di dalamnya dirumuskan beberapa tindak pidana
secara berlapis dimulai dari delik yang paling berat ancaman pidannya sampai dengan yang paling
ringan. Akan tetapi yang sesungguhnya didakwakan terhadap terdakwa terdakwa dan yang harus
dibuktikan di depan sidang pengadilan hanya “satu” dakwaan. Dalam hal ini pembuat dakwaan
bermaksud agar hakim memeriksa Dalam praktiknya Surat Dakwaan disusun sebagai berikut:
Primair:
Bahwa ia terdakwa …………………dst (melanggar pasal 340 KUHP)
Subsidair:
Bahwa ia terdakwa …………………dst (melanggar pasal 338 KUHP)
Lebih Subsidair :
Bahwa ia terdakwa …………………dst (melanggar pasal 355 ayat (2) KUHP)
· Surat Dakwaan Alternatif
Dalam Surat Dakwaan yang berbentuk alternatif, rumusannya mirip dengan bentuk Surat
Dakwaan Subsidair, yaitu yang didakwakan adalah beberapa delik, tetapi sesungguhnya dakwaan
yang dituju dan yang harus dibuktikan hanya satu tindak pidana. Jadi terserah kepada penuntut
umum tindakan mana yang dinilai telah berhasil dibuktikan di depan pengadilan tanpa terkait pada
urutan dari tindak pidana yang didakwakan. Sering terjadi penuntut umum mendapatkan suatu
kasus pidana yang sulit menentukan salah satu pasal diantara 2-3 pasal yang saling berkaitan
unsurnya, karena tidak pidana itu unsure yang menimbulkan keraguan bagi penuntut umum untuk
menentukan diantara 2 pasal atau lebih atas satu tindak pidana. Dalam praktek disusun sebagai
berikut :
Pertama:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 362 KUHP)
Atau
Kedua :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 372 KUHP)
Atau
Ketiga :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 378 KUHP)
· Surat Dakwaan Kumulatif
Dalam Surat Dakwaan Kumulatif didakwakan secara serempak beberapa delik/ dakwaan yang
masing-masing berdiri sendiri (Samenloop/Concursus/ Perbarengan), yang dalam praktik disusun
sebagai berikut:
Kesatu :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 365 KUHP)
Kedua:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 368 KUHP)
Ketiga:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 378 KUHP)
· Surat Dakwaan Kombinasi
Dalam Surat Dakwaan Kombinasi didakwakan beberapa delik secara kumulatif yang terdiri dari
dakwaan subsider dan dakwaan alternatif secara serempak/ sekaligus, yang dalam praktik disusun
sebagai berikut :
Kesatu :
Primair:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 340 KUHP)
Subsidair:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 338 KUHP)
Kedua :
Pertama:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 368 KUHP)
Atau
Kedua:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 378 KUHP)
Atau
Ketiga :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 372 KUHP)

Syarat Surat Dakwaan


a. Syarat Formil
Diantara syarat formil yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Diberi tanggal dan ditanda tangani oleh Penuntut Umum;
2. Berisi identitas terdakwa/para terdakwa
meliputi nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa (Pasal 143 ayat 2 huruf a KUHAP). Identitas tersebut
dimaksudkan agar orang yang didakwa dan diperiksa di depan sidang pengadilan adalah benar-
benar terdakwa yang sebenarnya dan bukan orang lain.
Apabila syarat formil ini tidak seluruhnya dipenuhi dapat dibatalkanoleh hakim (vernietigbaar)
dan bukan batal demi hukum karena dinilai tidak jelas terhadap siapa dakwaan tersebut ditujukan.
b. Syarat Materiil
1. Menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dilakukan
Dalam menyusun surat dakwaan, Penguraian unsur mengenai waktu tindak pidana dilakukan
adalah sangat penting karena hal ini berkaitan dengan hal-hal mengenai azas legalitas, penentuan
recidive, alibi, kadaluarsa, kepastian umur terdakwa atau korban, serta hal-hal yang memberatkan
terdakwa. Begitu juga halnya dengan penguraian tentang tempat terjadinya tindak pidana
dikarenakan berkaitan dengan kompetensi relatif pengadilan, ruang lingkup berlakunya UU tindak
pidana serta unsur yang disyaratkan dalam tindak pidana tertentu misalnya “di muka umum, di
dalam pekarangan tertutup) dan lain-lain.
2. Memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan.
a. Uraian Harus Cermat
Dalam penyusunan surat dakwaan, penuntut umum harus bersikap cermat/ teliti terutama yang
berkaitan dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar tidak terjadi
kekurangan dan atau kekeliruan yang mengakibatkan batalnya surat dakwaan atau unsur-unsur
dalam dakwaan tidak berhasil dibuktikan.
b. Uraian Harus Jelas
Jelas adalah penuntut umum harus mampu merumuskan unsur-unsur tindak pidana/ delik yang
didakwakan secara jelas dalam arti rumusan unsur-unsur delik harus dapat dipadukan dan
dijelaskan dalam bentuk uraian fakta perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa. Dengan kata lain
uraian unsur-unsur delik yang dirumuskan dalam pasal yang didakwakan harus dapat dijelaskan/
digambarkan dalam bentuk fakta perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa. Sehingga dalam uraian
unsur-unsur dakwaan dapat diketahui secara jelas apakah terdakwa dalam melakukan tindak
pidana yang didakwakan tersebut sebagai Pelaku (dader/pleger), pelaku peserta (mede
dader/pleger), penggerak (uitlokker), penyuruh (doen pleger) atau hanya sebagai pembantu
(medeplichting). Apakah unsur yang diuraikan tersebut sebagai tindak pidana penipuan atau
penggelapan atau pencurian dan sebagainya. Dengan perumusan unsur tindak pidana secara jelas
dapat dicegah terjadinya kekaburan dalam surat dakwaan (obscuur libel). Pendek kata, jelas berarti
harus menyebutkan :
1. Unsur tindak pidana yang dilakukan;
2. fakta dari perbuatan materiil yang mendukung setiap unsur delik;
3. cara perbuatn materiil dilakukan.
c. Uraian Harus Lengkap
Lengkap adalah bahwa dalam menyusun surat dakwaan harus diuraikan unsur-unsur tindak pidana
yang dirumuskan dalam UU secara lengkap dalam arti tidak boleh ada yang tercecer/ tertinggal
tidak tercantum dalam surat dakwaan. Surat dakwaan harus dibuat sedemikian rupa dimana semua
harus diuraikan, baik unsur tindak pidana yang didakwakan, perbuatan materiil, waktu dan tempat
dimana tindak pidana dilakukan sehingga tidak satupun yang diperlukan dalam rangka usaha
pembuktian di dalam sidang pengadilan yang ketinggalan.
Sebelum membuat Surat Dakwaan yang perlu diperhatikan tindak pidana yang akan
diajukan ke muka sidang pengadilan ialah pasal yang mengatur tindak pidana tersebut. Apabila
penuntut sudah yakin atas tindak pidana yang akan didakwakan melanggar pasal terntu dalam
KUHP, lalu yang perlu dilakukan oleh Penuntut Umum adalah membuat matriks tindak pidana
tersebut. Matriks adalah kerangka dasar sebagai sarana mempermudah dalam pembuatan Surat
Dakwaan. Matriks disusun sesuai dengan isi dan maksud pasal 143 KUHAP, karena Surat
Dakwaan terancam batal apabila tidak memenuhi pasal 143 ayat (2) a dan b KUHAP.

Materi VII

A. Istilah atau Pengertian

 Pra artinya sebelum, berarti “praperadilan berarti sebelum pemeriksaan di sidang


pengadilan”.
 Dalam Ps. 1 butir 10, menegaskan : praperadilan adalah wewenang PN untuk memeriksa
dan memutus :

a. Sah tidaknya penangkapan, penahanan, penghentianpenyidikan atau penghentian


penuntutan
b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atau
kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan

 Apa yang dirumuskan dalam Ps. 1 butir 10, dipertegas dlm Ps. 77, yang menjelaskan :
PN berwenang untuk memeriksa dan memutus sesuai dengan ketentuan yg diatur dlm UU tentang:
a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan
b. Ganti kerugian atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya di hentikan pada tingkat
penyidikan atau penuntutan

B. WEWENANG PRAPERADILAN
1. Memeriksa dan memutus sah atau tidaknya upaya paksa
§ contohnya : penangkapan, penahanan
§ Tersangka dapat mengajukan pemeriksaan kpd Praperadilan, bahwa tindakan penahanan yg
dilakukan oleh penyidik bertentangan dgn Ps. 21 KUHAP atau penahanan yg dikenakan sdh
melampaui batas waktu yg ditentukan ps. 24 KUHAP
2. Memeriksa sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan
a. Hasil pemeriksaan penyidikan maupun penuntutan tdk cukup bukti utk meneruskan perkaranya
ke sidang pengadilan.
b. apa yg disangkakan kpd tersangka bukan merupakan kejahatan atau pelanggaran tindak pidana.
Sebab itu tidak mungkin utk meneruskan perkaranya ke sidang pengadilan.
c. Mungkin juga penghentian penyidikan atau penuntutan dilakukan penyidik atau penuntut umum
atas alasan nebis in idem.
d. Biasa juga penghentian dilakukan penyidik atau JPU, disebabkan dlm perkara yg disangkakan
kpd tersangka terdapat unsur daluwarsa utk menuntut.
3. Berwenang memeriksa tuntutan ganti rugi
Ps. 95 KUHAP mengatur ttg tuntutan ganti kerugian yg diajukan olh keluarga atau penasihat
hukumnya kpd Praperadilan, dgn alasan :
a) Karena penangkapan dan penahanan yg tdk sah
b) Karena penggeledahan atau penyitaan yg bertentangan dgn ketentuan hokum atau UU
c) Karena kekeliruan mengenai orang yg sebenarnya mesti ditangkap, ditahan atau diperiksa.
4. Memeriksa permintaan rehabilitasi
Praperadilan berwenang memeriksa dan memutus permintaan rehabilitasi yg diajukan tersangka,
keluarganya atau penasehat hukumnya atas penangkapan atau penahanan tanpa dasar hokum atau
UU.

C. YANG BERHAK MENGAJUKAN PERMOHONAN

1. Tersangka, keluarganya atau kuasanya

sesuai dgn ketentuan Ps. 79 KUHAP: pasal ini hanya meliputi pengajuan pemeriksaan ttg sah atau
tdknya penangkapan / penahanan bukan dlm hal penggeledahan, penyitaan atau pemasukan rumah.

2. Penuntut umum dan pihak ke 3 yg berkepentingan

ketentuan Ps.80, penuntut umum atau pihak ke 3 yg berkepentingan dpt mengajukan permintaan
pemeriksaan ttg sah atau tdknya penghentian penyidikan. Pihak ke 3 yg berkepentingan : saksi
korban.

3. Penyidik atau pihak Ketiga yg berkepentingan


Ø Dalam hal penghentian penuntutan,penyidik atau pihak ke 3 yg berkepentingan yg diberi hak utuk
mengajukan.
Ø Pada penghentian penyidikan, penuntut umum diberi hak utk mengawasi penyidik.
Ø Apabila penyidik tidak menanggapi penghentian penuntutan, maka saksi dpt berperan melakukan
pengawasan dgn mengajukan permintaan pemeriksaan kpd Praperadilan ttg sah atau tidaknya
penghentian penuntutan yg dilakukan oleh penuntut umum.

D. ACARA PRAPERADILAN
Ketentuan Ps. 82 (1) KUHAP: acara pemeriksaan praperadilan dlm hal sbgmana dimaksud ps. 79-
ps 81 ditentukan:

a. Dalam waktu 3 hari setelah diterimanya permintaan, hakim yang ditunjuk menetapkan hari
sidang
b. Dalam memeriksa dan memutus tentang sah atau tidaknya penangkapan atau
penahanan, sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penuntutan, permintaan ganti
kerugian dan atau rehabilitasi akibat tdk sahnya penangkapan atau penahanan, akibat
sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan dan ada benda yg disita yg tdk termasuk
alat pembuktian, hakim mendengar keterangan baik tersangka atau pemohon maupun
pejabat yg menimbulkan terjadinya alasan permintaan pengajuan pemeriksaan
Praperadilan
c. Pemeriksaan dilakukan dgn cepat dan selambat-lambatnya 7 hari hakim harus sudah
menjatuhkan putusannya
d. Dalam hal suatu perkara sdh mulai diperiksa olh PN, sedangkan pemeriksaan mengenai
permintaan kpd praperadilan belum selesai mk permintaan tsb gugur
e. Putusan praperadilan tdk menutup kemungkinan utk mengadakan pemeriksaan
praperadilan lagi pd tingkat pemeriksaan olh JPU, jk utk itu diajukan permintaan baru
f. Putusan hakim dlm acara pemeriksaan peradilan harus memuat dgn jelas dan dasar alasan-
alasannya (ps. 82 (2) & (3) KUHAP). Putusan hakim itu memuat (Ps. 82 (3) KUHAP):

Ø Dlm hal putusan menetapkan bhw sesuatu penangkapan atau penahanan tdk sah, mk penyidik
atau JPU pd tingkat pemeriksaan msg2 hrs segera membebaskan tersangka
Ø Dlm hal putusan menetapkan bhw sesuatu penghentian penyidikan atau penuntutan tdk sah, maka
penyidikan atau penuntutan terhadap tersangka wajib dilanjutkan
Ø Dlm hal putusan menetapkan bhw suatu penangkapan, penahanan tdk sah, mk dlm putusan
dicantumkan jmlh besarnya ganti kerugian dan rehabilitasi (berupa pemulihan nama baik
yg tercemar) yg diberikan.
Ø dlm hal putusan menetapkan bhw benda yg disita tdk termasuk alat pembuktian, mk dlm putusan
dicantumkan hrs segera dikembalikan benda tsb kpd tersangka atau dri siapa benda itu disita.

Anda mungkin juga menyukai