Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Pidana
Materi II
A. SUMBER-SUMBER HUKUM ACARA PIDANA
Ø UUD 1945, Pasal 24 dan pasal 25:
“kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan kehakiman lain menurut UU
(Pasal 24 (1)) Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk dihentikan sebagai hakim ditetapkan dengan
UU (Pasal 25).
Ø UU, terdiri dari :
UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP
UU Kepolisian No. 2 / 2002
UU Kejaksaan No. 16/ 2004
UU Advokat No.18 / 2003
UU kekuasaan kehakiman No.4 tahun 2004
UU No. 28/1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepolisian RI
Ø Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok Perbankan, khususnya Pasal 37 jo. Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Ø Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang
– Undang ini mengatur acara pidana khusus untuk delik korupsi. Kaitannya dengan KUHAP ialah
dalam Pasal 284 KUHAP. Undang - Undang tersebut dirubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Ø Undang-Undang Nomor 5 (PNPS) Tahun 1959 Tentang Wewenang Jaksa Agung/Jaksa Tentara
Agung dan memperberat ancaman hukuman terhadap tindak pidana tertentu.
Ø Undang –Undang Nomor 7 (drt) Tahun 1955 Tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan
Tindak Pidana Ekonomi.
Ø Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP.
2. Penuntut Umum
Ps. 1 butir 6 dijelaskan bahwa:
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh UU untuk bertindak sebagai penuntut umum serta
melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh UU untuk melakukan penuntutan dan
melaksanakan penetapan hakim
wewenang penuntut umum / jaksa :
Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu
Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan Ps.
110 (3) dan (4) dengan memberi petunjuk dalam penyempurnaan penyidikan dari penyidik.
Perlu diketahui isi dari ps. 110 KUHAP :Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan,
penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara ke Penuntut Umum
Dalam hal Penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata masih kurang
lengkap, Penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai petunjuk
untuk dilengkapi
Dalam hal Penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi, penyidik wajib
segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari Penuntut umum
Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu 14 hari Penuntut umum tidak
mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum batas waktu tersebut berakhir telah ada
pemberitahuan tentang hal itu dari Penuntut Umum kpd Penyidik.
Membuat surat dakwaan
Melakukan penuntutan
Menutup perkara demi kepentingan umum (Ps.14 huruf H KUHAP)
Melimpahkan perkara ke pengadilan
Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang tanggal dan waktu perkara yang akan
disidangkan disertai dengan surat panggilan baik kepada terdakwa maupun saksi untuk hadir pada
sidang yang ditentukan.
Melaksanakan penetapan hakim
3. PENYIDIK DAN PENYELIDIK
Menurut pasal 1 butir 1, penyidik adalah pejabat polisi atau pegawai negeri sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh UU untuk melakukan penyidikan.
Pasal 1 butir 4, penyelidik adalah pejabat polisi yang diberi wewenang oleh UU untuk melakukan
penyelidikan.
Jadi perbedaannya adalah penyidik itu terdiri dari polisi dan pegawai negeri sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh UU, sedangkan penyelidik hanya polisi saja.
4. PENASEHAT HUKUM DAN BANTUAN HUKUM
Istilah penasehat hukum dan bantuan hukum adalah pembela, advokat. Fungsinya adalah sebagi
pendamping tersangka atau terdakwa dalam pemeriksaan.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan No. 4 tahun 2004 tentang advokat,bantuan hukum
diatur dalam 4 pasal yakni pasal 37, 38, 39, dan 40.
Pasal 38 berbunyi :
“dalam perkara pidana seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan / penahanan berhak
menghubungi dan meminta bantuan advokat”
Pasal 39 berbunyi :
“dalam member bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 37, advokat wajib membantu
penyelesaian perkara dengan menjunjung tinggi hukum dan keadilan”
Materi III
A. PENGERTIAN PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN
Pasal 1 butir 5 KUHAP Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam UU ini.
Pasal 1 butir 2 KUHAP Penyidikan adalah serangkaian tindakan dari penyidik untuk mencari dan
megumpulkan bukti yang dengan bukti terang itu tentang tindak pidana yang terjadi guna
menemukan tersangkanya.
B. PEGAWAI PENYELIDIK & PENYIDIK
Yang berwenang melakukan penyelidikan / penyelidik adalah:
· Kepolisian (pas.1 butir 4 KUHAP) dari pangkat rendah hingga pangkat tertinggi.
· Jaksa
· Bapepam (Badan Pengawas Pasar modal)
· Tamtama (Angkatan Laut)
Yang berwenang melakukan penyidikan / penyidik adalah:
· Polisi (Pembantu Letnan 2)
· PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil Gol. IIB Sarjana Muda Pangkat Minimum (Ps. 1 angka 5
PP No. 43 tahun 2012) misalkan dari Kementerian Perhubungan, Perhutanan, dll)
· Jaksa (untuk tindak pidana khusus seperti korupsi, subversi, dan ekonomi) dasar hukum pasal
284 KUHAP dimana jaksa memiliki kewenangan sama dengan polisi sebagai penyidik namun
tugas jaksa terbatas untuk pidsus saja (pasal 30 UU No. 16 tahun 2004 UU Kejaksaan)
C. WEWENANG PENYIDIK
Ø Menerima laporan atau pengaduan dari seorang ttg adanya tindak pidana
Ø Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian
Ø Melakukan penangkapan , penggeledahan, penahanan, dan penyitaan
Ø Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
Ø Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
Ø Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sbg tersangka atau saksi
Ø Mendatangkan orang ahli yg diperlukan dlm hubungannya dgn pemeriksaan perkara
Ø Mengadakan penghentian penyidikan
Ø Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab
Materi IV
A. Penangkapan
Pasal 1 butir 20 KUHAP “Penangkapan” adalah tindakan penyidik berupa pengekangan kebebasan
sementara waktu tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dlm UU.
B. Penahanan
Ketentuan tentang sahnya penahanan dicantumkan dalam Ps. 21 ayat (4) KUHAP Sedangkan
perlunya Penahanan dapat dilihat dalam pasal 21 (1) KUHAP
· PEJABAT YANG BERWENANG MENAHAN DAN LAMANYA PENAHANAN
Penyidik atau penyidik Pembantu
Penuntut Umum
Hakim, menurut tingkat pemeriksaan terdiri atas hakim PN, PT, dan MA (Ps. 20- Ps. 31 KUHAP).
· Ketentuan Mengenai Lamanya Penahanan
Setiap penahanan dapat diperpanjang, dan perintah penahanan yg dikeluarkan oleh Penyidik
(sbgmana dimaksud dlm Ps. 20 KUHAP), hanya berlaku paling lama 20 hari. (tingkat penyidikan)
Penahanan yg dilakukan olh Penyidik dapat diperpanjang olh Penuntut Umum paling lama 40 hari
(Ps. 24 (1) dan (2) KUHAP). (tingkat kejaksaan)
Dalam Ps. 24 (4) KUHAP ditentukan bahwa setelah waktu 50 hari tsb, penyidik harus sudah
mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum.
Ps. 25 (2) KUHAP :Penahanan olh penuntut Umum ini dpt diperpanjang olh Ketua Pengadilan
paling lama 30 hari, apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai.
(tingkat Pengadilan)
Ps. 26 (1) KUHAP: hakim Pengadilan negeri mengadili perkara, guna pemeriksaan berwenang
mengeluarkan surat perintah penahanan dlm wkt 30 hari
Ps. 26 (2) KUHAP: apabila dlm wkt 30 hari tsb pemeriksaan perkara blm selesai, maka ketua
Pengadilan negeri dpt memperpanjang plg lama 60 hari.
Ps.26 (4) KUHAP: kalau perkara tsb blm diputus lbh dri waktu 90 hari, maka terdakwa harus
dikeluarkan dr tahanan demi hkm.
Untuk pemeriksaan tingkat banding Hakim Pengadilan tinggi dapat melakukan penahanan paling
lama 30 hari, dgn “alasan guna kepentingan pemeriksaan banding” (Ps. 27 (1) KUHAP).
Penahanan hakim PT pun dpt diperpanjang oleh Ketua PT yang bersangkutan paling lama 60 hari
(Ps. 27 (2) KUHAP, dengan alasan “guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai”.
Dan terakhir MA pun berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan untuk paling lama 50
hari, guna kepentingan pemeriksaan Kasasi. Apabila belum selesai, dapat diperpanjang olh Ketua
MA paling lama 60 hari.
C. PENGGELEDAHAN & PENYITAAN
1. Penggeledahan:
Tindakan penyidik yg dibenarkan UU untuk memasuki dan melakukan pemeriksaan dirumah
tempat kediaman seseorang atau untuk melakukan pemeriksaan terhdp badan dan pakaian
seseorang.
Dalam KUHAP ditentukan bahwa Penyidik boleh melakukan penggeledahan atau memasuki
rumah orang hanya dilakukan atas izin Ketua Pengadilan Negeri (ps. 33 (1) KUHAP).
Penggeledahan dpt dilakukan tanpa ijin Ketua Pengadilan apabila keadaan terpaksa bilamana di
tempat yang akan digeledah diduga keras terdapat tersangka atau terdakwa yang dikhawatirkan
segera melarikan diri atau atau benda yang disita dikhawatirkan segera dimusnahkan atau
dipindahkan (ps. 34 (2) KUHAP)
2. PENYITAAN
§ Pasal 1 butir 6 KUHAP :
“Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih atau menyimpan di bawah
penguasaannya benda bergerak atau tdk bergerak, berwujud dan tdk berwujud untuk kepentingan
pembuktian dlm penyidikan, penuntutan, dan peradilan.
§ Ps. 38 (1) KUHAP
“Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh Penyidik dgn surat izin dari Ketua PN setempat”.
§ Ps. 38 ayat (2) KUHAP : dlm hal sangat diperlukan dan mendesak bilamana penyidik harus segera
bertindak dan tdk mungkin untuk mendptkan surat izin terlebih dahulu, tanpa mengurangi
ketentuan ayat (1) penyidik dpt melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu
wajib segera melaporkan kepada Ketua PN setempat guna memperoleh persetujuan.
§ Benda-Benda yg dpt Disita :
ü Benda yg digunakan secara langsung untuk melakukan delik atau untuk mempersiapkannya (Ps. 39
(1) butir b KUHAP)
ü Benda yg digunakan untuk menghalang-halangi penyidik (Ps. 39 (1) butir c KUHAP).
ü Benda yg khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan delik (ps. 39 (1) butir d KUHAP).
ü Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dgn delik yg dilakukan (Ps. 39 (1) butir e
KUHAP).
Materi V
A. PRAPENUNTUTAN
• Prapenuntutan ialah tindakan Penuntut Umum untuk memberi petunjuk dlm rangka
penyempurnaan penyidikan oleh Penyidik.
• Dasar hukum yg berkaitan dgn prapenuntutan
a) Ps. 138 KUHAP
b) Pasal 110 ayat (1,2,3,4) KUHAP
c) Pasal 110 (1) KUHAP :
“Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan
berkas perkara itu kepada Penuntut Umum”
d) Pasal 110 (2) KUHAP:
“Dalam hal Penuntut Umum berpendapat bahwa hasil penyidikan tsb ternyata masih kurang
lengkap, penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara itu kpd penyidik disertai petunjuk
untuk dilengkapi”
e) PS. 110 (3) KUHAP
“Dalam hal penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapi, penyidik wajib
segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari Penuntut Umum”
f) PS. 110 (4) KUHAP
“Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu 14 hari Penuntut Umum tdk
mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum batas waktu tsb berakhir telah ada
pemberitahuan tentang hal itu dari Penuntut Umum kpd penyidik”.
pemeriksaan tambahan dapat dilakukan oleh jaksa. (Ps. 30 (1) butir e UU Kejaksaan).
Terdapat 2 batasan pada pemeriksaan tambahan dalam suatu perkara :
· Berkas perkara tertentu
· Dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dgn penyidik, dgn memperhatikan: tdk dilakukan
terhadap tersangka, hanya terhadap perkara yg sulit pembuktiannya/ meresahkan masyarakat, hrs
diselesaikan dlm wktu 14 hari stlh dilaksanakannya ketentuan ps. 110 dan ps. 138 (2) KUHAP
B. PENUNTUTAN
Ø Definisi Penuntutan :
Pasal 1 butir 7 KUHAP , penuntutan adlh adalah “tindakan penuntut umum untuk melimpahkan
perkara pidana ke PN yg berwenang dalam hal dan menurut cara yg diatur dalam UU ini dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan”.
Materi VI
Pengertian Surat Dakwaan
Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan
kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan
dasar serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan dimuka siding pengadilan.
Rumusan pengertian di atas telah disesuaikan dengan jiw dan ketentuan KUHAP. Dengan
demikian, pada definisi itu sudah dipergunakan istilah atau sebutan yang berasal dari KUHAP,
seperti istilah yang “didakwakan” dan “hasil pemeriksaan penyidikan” sebagai istilah baru yang
dibakukan dalam KUHAP untuk menggantikan istilah “tuduhan” dan yang “dituduhkan ”.
demikian juga istilah “pemeriksaan permulaan” yang disebut dalam HIR, dibakukan menjadi
sebutan “pemeriksaan penyidikan” oleh KUHAP.
Materi VII
Apa yang dirumuskan dalam Ps. 1 butir 10, dipertegas dlm Ps. 77, yang menjelaskan :
PN berwenang untuk memeriksa dan memutus sesuai dengan ketentuan yg diatur dlm UU tentang:
a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan
b. Ganti kerugian atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya di hentikan pada tingkat
penyidikan atau penuntutan
B. WEWENANG PRAPERADILAN
1. Memeriksa dan memutus sah atau tidaknya upaya paksa
§ contohnya : penangkapan, penahanan
§ Tersangka dapat mengajukan pemeriksaan kpd Praperadilan, bahwa tindakan penahanan yg
dilakukan oleh penyidik bertentangan dgn Ps. 21 KUHAP atau penahanan yg dikenakan sdh
melampaui batas waktu yg ditentukan ps. 24 KUHAP
2. Memeriksa sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan
a. Hasil pemeriksaan penyidikan maupun penuntutan tdk cukup bukti utk meneruskan perkaranya
ke sidang pengadilan.
b. apa yg disangkakan kpd tersangka bukan merupakan kejahatan atau pelanggaran tindak pidana.
Sebab itu tidak mungkin utk meneruskan perkaranya ke sidang pengadilan.
c. Mungkin juga penghentian penyidikan atau penuntutan dilakukan penyidik atau penuntut umum
atas alasan nebis in idem.
d. Biasa juga penghentian dilakukan penyidik atau JPU, disebabkan dlm perkara yg disangkakan
kpd tersangka terdapat unsur daluwarsa utk menuntut.
3. Berwenang memeriksa tuntutan ganti rugi
Ps. 95 KUHAP mengatur ttg tuntutan ganti kerugian yg diajukan olh keluarga atau penasihat
hukumnya kpd Praperadilan, dgn alasan :
a) Karena penangkapan dan penahanan yg tdk sah
b) Karena penggeledahan atau penyitaan yg bertentangan dgn ketentuan hokum atau UU
c) Karena kekeliruan mengenai orang yg sebenarnya mesti ditangkap, ditahan atau diperiksa.
4. Memeriksa permintaan rehabilitasi
Praperadilan berwenang memeriksa dan memutus permintaan rehabilitasi yg diajukan tersangka,
keluarganya atau penasehat hukumnya atas penangkapan atau penahanan tanpa dasar hokum atau
UU.
sesuai dgn ketentuan Ps. 79 KUHAP: pasal ini hanya meliputi pengajuan pemeriksaan ttg sah atau
tdknya penangkapan / penahanan bukan dlm hal penggeledahan, penyitaan atau pemasukan rumah.
ketentuan Ps.80, penuntut umum atau pihak ke 3 yg berkepentingan dpt mengajukan permintaan
pemeriksaan ttg sah atau tdknya penghentian penyidikan. Pihak ke 3 yg berkepentingan : saksi
korban.
D. ACARA PRAPERADILAN
Ketentuan Ps. 82 (1) KUHAP: acara pemeriksaan praperadilan dlm hal sbgmana dimaksud ps. 79-
ps 81 ditentukan:
a. Dalam waktu 3 hari setelah diterimanya permintaan, hakim yang ditunjuk menetapkan hari
sidang
b. Dalam memeriksa dan memutus tentang sah atau tidaknya penangkapan atau
penahanan, sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penuntutan, permintaan ganti
kerugian dan atau rehabilitasi akibat tdk sahnya penangkapan atau penahanan, akibat
sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan dan ada benda yg disita yg tdk termasuk
alat pembuktian, hakim mendengar keterangan baik tersangka atau pemohon maupun
pejabat yg menimbulkan terjadinya alasan permintaan pengajuan pemeriksaan
Praperadilan
c. Pemeriksaan dilakukan dgn cepat dan selambat-lambatnya 7 hari hakim harus sudah
menjatuhkan putusannya
d. Dalam hal suatu perkara sdh mulai diperiksa olh PN, sedangkan pemeriksaan mengenai
permintaan kpd praperadilan belum selesai mk permintaan tsb gugur
e. Putusan praperadilan tdk menutup kemungkinan utk mengadakan pemeriksaan
praperadilan lagi pd tingkat pemeriksaan olh JPU, jk utk itu diajukan permintaan baru
f. Putusan hakim dlm acara pemeriksaan peradilan harus memuat dgn jelas dan dasar alasan-
alasannya (ps. 82 (2) & (3) KUHAP). Putusan hakim itu memuat (Ps. 82 (3) KUHAP):
Ø Dlm hal putusan menetapkan bhw sesuatu penangkapan atau penahanan tdk sah, mk penyidik
atau JPU pd tingkat pemeriksaan msg2 hrs segera membebaskan tersangka
Ø Dlm hal putusan menetapkan bhw sesuatu penghentian penyidikan atau penuntutan tdk sah, maka
penyidikan atau penuntutan terhadap tersangka wajib dilanjutkan
Ø Dlm hal putusan menetapkan bhw suatu penangkapan, penahanan tdk sah, mk dlm putusan
dicantumkan jmlh besarnya ganti kerugian dan rehabilitasi (berupa pemulihan nama baik
yg tercemar) yg diberikan.
Ø dlm hal putusan menetapkan bhw benda yg disita tdk termasuk alat pembuktian, mk dlm putusan
dicantumkan hrs segera dikembalikan benda tsb kpd tersangka atau dri siapa benda itu disita.