Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. G

Usia : 40 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Murung Keraton, Martapura

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Agama : Islam

Suku : Banjar

Status Perkawinan : Belum menikah

Tanggal Masuk : 26 Juli 2016

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis dengan keluarga pasien

pada tanggal 26 Juli 2016 di IGD RSJ Sambang Lihum Banjarmasin.

A. KELUHAN UTAMA

Sering hilang dan keluyuran

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis

Berdasarkan cerita adik pasien, pasien sering berkeluyuran dari subuh

hingga petang dan terkadang sampai malam hari sejak tahun 1990. Adik pasien

membawa pasien ke RSJ Sambang Lihum karena di rumah jarang ada yang

1
memperdulikan pasien dan takut terjadi sesuatu kepada pasien saat berkeluyuran

di jalan. Sewaktu masih normal dulu pasien memang suka menutup diri dan

merasa terkekang. Waktu usia muda pasien sering berteman dengan dengan banci,

tetapi orang tua pasien sering marah karena orang tua pasien sangat kuat dalam

hal agama. Pasien sering dipukuli oleh orang tuanya apabila ketahuan masih

berteman dengan banci dan sering bernyanyi yang sembarangan (tidak

berhubungan dengan agama). Semenjak sering dipukuli oleh orang tuanya itu,

pasien sering bernyanyi, berbicara sendiri, tertawa sendiri dan menangis sendiri

tanpa alasan yang jelas. Saat berbicara, kalimat yang dikeluarkan pasien sangat

sulit dimengerti karena susunan kalimat yang sangat berantakan.

Pasien sering mendengar bisikan berupa orang suara-suara orang yang

sedang mengaji dan suruhan untuk berjalan mengikuti jejak nabi. Selain itu pasien

juga merasa sering bisa melihat dan bertemu dengan Nabi Yusuf a.s, Nabi Ayub

a.s, dan Nabi Muhammad SAW. Selain itu pasien juga sering mencium bau harum

alim ulama. Karena berasal dari kelurga yang memiliki latar agama yang kuat,

sebelum pasien pergi berkeluyuran, dia suka menggunakan kopiah dan sarung.

Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan apapun, sehingga semakin

parah hingga tertawa sendiri, hampir setiap hari. Waktu ibu pasien meninggal

tahun 1997, pasien menjadi jarang makan, jarang minum,tidak tidur hingga tidak

mandi karena jarang dipedulikan keluarga.

Autoananmnesis

Pasien datang bersama adik pasien setelah hilang keluyuran. Pasien

hanya diam dan tersenyum sendiri di atas kasur, berbicara ngelantur dan sering

2
mengomongkan nabi saat berdiri ataupun berbaring. Pasien mengatakan “Saya

lagi bersama Nabi Yusuf A.S dan Nabi Ayub A.S jangan diganggu”. Pasien

mengatakan ada suara orang mengaji dan berpikir ustadz sedang memikirkan

kelakuan dia. Pasien juga sering mengucapkan kata yang diulang-ulang berupa

“delapan”, “habib” dan “ustadz”. Pasien juga berkata ingin sholat Ashar dan

semua orang yang dilihatnya disebut dengan habib.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

 Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Asma Bronkhial (-), trauma kapitis(-),

kejang(?)

 Pasien tidak pernah masuk RSJ sebelumnya.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Prenatal

Berdasarkan anamnesa dengan adik pasien, tidak ada data kuat

mendukung bahwa riwayat prenatal tidak ada masalah. Namun dari

anamnesis didapatkan pasien lahir dengan cukup bulan, dilahirkan secara

spontan dan di tolong oleh bidan. Tidak ada data pendukung lainnya seperti

apakah pasien langsung menangis ketika dilahirkan, apakah anak ini anak

yang diharapkan, ataupun kecacatan lainnya. Selama kehamilan juga tidak

dapat ditelusuri apakah ibu pasien ada hiperemesis gravidarum, rencana

menggugurkan kandungan, kesedihan yang mendalam, cemas dan

halusinansi.

2. Riwayat Infanticy/Masa Bayi (0-1,5 tahun) Basic Trust vs Mistrust

3
Tidak ada bukti informasi yang cukup tentang pasien karena berita dari

adik pasien, sampai kapan ASI eksklusif diberikan. Bagaimana pola asuh ibu

terhadap anaknya, bagaimana kasih sayang yang diberikan ibu pada pasien.

Apakah ada masalah selama bayi, apakah imunisasi yang diberikan sudah

lengkap atau tidak.

3. Riwayat Early Childhood/ Masa kanak (1,5-3 tahun) Autonomy vs shame

and doubt

Tidak ada bukti informasi yang cukup tentang pasien karena berita dari

adik pasien . apakah riwayat tumbuh kembang bayi baik seperti balita

seusianya, apakah ada keterlambatan dalam tumbuh kembangnya dan gizi

yang cukup. Apakah pasien dibiarkan bebas bergerak, tidak dibatasi, dan

apakah orang tua pasien selalu mengawasi gerakan pasien.

4. Riwayat Pre School Age/ Masa Prasekolah (3-6 Tahun) Initiative Vs Guilt

Tidak ada bukti informasi yang cukup tentang pasien karena berita dari

adik pasien. Apakah pasien suka bermain dengan teman sebayanya. Apakah

pasien merupakan anak yang selalu riang. Apakah pasien mempunyai banyak

teman apakah pasien mudah bergaul dengan orang lain.

5. Riwayat School Age/masa sekolah (6-12 tahun) Industry vs Inferiority

Tidak ada bukti informasi yang cukup tentang pasien karena berita dari

adik pasien. Apakah ketika masa sekolah pasien merupakan anak yang baik

dalam akademis. Apakah pasien mudah bergaul dengan siapa saja dan punya

banyak teman.

4
6. Riwayat Adolescence (12-20 tahun) Identity vs Role diffusion/Identity

Confusion

Selama remaja, pasien lebih suka menyendiri dan menutup diri. Pasien

merasa terkekang dengan keadaan keluarganya yang terlalu kuat pada agama

sehingga keinginan pasien berteman dengan banci ataupun menyanyi lagu

yang tidak berhubungan dengan agama saja dimarahi dan dipukuli oleh ayah

pasien.

7. Riwayat Young Afulthood/Masa Dewasa Awal (21-40 tahun) Intimacy vs

Isolation

Pasien sudah menunjukan tanda-tanda gangguan jiwa yaitu pasien

sering bernyanyi, berbicara sendiri, tertawa sendiri dan menangis sendiri anpa

sebab-sebab yang jelas. Perawatan diri sudah mulai kurang dan keluarga

sudah mulai tidak mempedulikan pasien lagi.

8. Riwayat pendidikan

Pasien bersekolah sampai SD dan lulus. Prestasi dan nilai akademis

yang di dapatkan pasien selama sekolah tidak diketahui oleh adik pasien.

9. Riwayat pekerjaan

Pasien tidak bekerja sejak lulus SD sampai sekarang. Adik pasien

mengaku bahwa pasien tidak menunjukan tanda-tanda ingin bekerja dan

pihak keluarga pada waktu itu juga tidak memaksakan pasien untuk bekerja.

10. Riwayat perkawinan

Pasien tidak menikah sampai sekarang. Menurut adik pasien, pasien

tidak menunjukan tanda-tanda ingin menikah dan para wanita juga tidak ada

5
yang mau menerima pasien sebagai suami. Pihak keluargapun maklum

dengan keadaan pasien saat itu sampai sekarang.

11. RIWAYAT KELUARGA

Genogram:

Keterangan:

= Penderita

= Laki-Laki

= Perempuan

= Meninggal

Pasien adalah anak ketiga dari delapan bersaudara, tidak ada riwayat keluarga

yang menderita hal serupa dengan keadaan pasien.

6
Pasien tinggal dengan adik pasien dan istri dan dua anaknya, namun pasien

sering tidak ada di rumah dan keluyuran.

III. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien datang dengan sarung setelah berkeluyuran, berperawakan

kurus, tinggi dan tampak tidak terawat, rambut acak-acakan, bau yang

menyengat dan mengguanakan bedak dingin diwajahnya, serta bertingkah

seperti banci.

2. Perilaku dan aktivitas motorik : hiperaktif

3. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

B. Mood dan Afek

1. Mood : hipertimia

2. Afek : tumpul

3. Keserasian : inappropriate

4. Empati : sulit diraba rasakan

C. Proses Pikir

1. Produktivitas dan kontinyuitas

 Bentuk Pikir : tidak realistik

 Arus Pikir : inkohorensia

2. Isi Pikir : waham

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi (A/V/G/T/O) : +/+/-/-/+

7
2. Ilusi (A/V/G/T/O) : -/-/-/-/-

3. Depersonalisasi/derealisasi : -/-

E. Pembicaraan : irama datar dengan pembicaraan

spontanitas

F. Sensorium dan Kognitif

1. Kesadaran : jernih

2. Fungsi Intelektual

 Daya ingat (segera/pendek/menengah/panjang) : -/-/-/-

3. Daya konsentrasi : Jelek

4. Orientasi (waktu/tempat/orang/situasi) : -/-/-/-

G. Pengendalian Impuls : baik

H. Daya Nilai : jelek

I. Tilikan : Tilikan 1

J. Taraf Dapat Dipercaya : tidak dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT

1. Status Interna :

Tekanan darah : 110/90 mmHg

Nadi : 89 X/menit

Frekuensi napas : 18X/ menit

Suhu tubuh : 36,9 C

 Kulit

Inspeksi : purpura (-), petekie (-), anemis (-), ikterik (-)

Palpasi : nodul (-), sklerosis (-), atrofi (-)

8
 Kepala dan Leher

Inspeksi : normosefali

Palpasi : pembesaran KGB (-/-), peningkatan JVP (-/-)

Auskultasi : bruit (-)

 Mata

Inspeksi : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), merah (-),

perdarahan (-), mata berair (-), ptosis (-), Pandangan kabur (-/-),

pupil isokor kiri dan kanan.

Funduskopi : tidak dilakukan

 Telinga

Inspeksi : serumen minimal, sekret (-/-)

Palpasi : nyeri mastoid (-/-)

 Hidung

Inspeksi : epistaksis (-/-)

Palpasi : nyeri (-/-)

 Mulut

Inspeksi : perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-),

leukoplakia (-)

 Toraks

Inspeksi : simetris

Palpasi : fremitus vokal simetris

Perkusi : sonor

Auskultasi : suara napas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)

9
 Jantung

Inspeksi : iktus tidak tampak

Palpasi : iktus teraba pada ICS V midclavicula sinistra

Perkusi : batas kanan: ICS IV linea sternalis dektra

Batas kiri: ICS V linea midklavikula sinistra

Auskultasi : S1 S2 tunggal, irama regular, murmur (-), gallop (-)

 Abdomen

Inspeksi : bentuk permukaan abdomen rata normal, sikatrik (-), striae (-),

hernia (-)

Auskultasi : peristaltik usus (+) normal 6x/ menit

Perkusi : timpani

Palpasi : shifting dullness (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), massa

(-)

Nyeri tekan (-) - - -

- - -

- - -

Punggung

Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi : nyeri (-) nyeri ketok ginjal (-)

Ekstremitas

Inspeksi : gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises (-)

Palpasi : panas (-), nyeri (-), massa (-), edema (-)

2. Status Neurologis

10
Nervus I – XII : Dalam batas normal

Rangsang Meningeal : Tidak ada

Gejala peningkatan TIK : Tidak ada

Refleks Fisiologis : Dalam batas normal

Refleks patologis : Tidak ada

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Fase prodormal: (+)

 Sebelum sakit, pasien memiliki kepribadian skizoid.

 Mulai dari usia muda, pasien suka berteman dengan banci, namun

dimarahi oleh orangtuanya karena latar belakang agama keluarga yang

kuat.

 Pasien sering dipukuli oleh orangtuanya bila ketahuan masih berteman

dengan banci dan bernyanyi sembarangan (tidak berhubungan dengan

agama).

 Semenjak sering dipukuli oleh orangtuanya, pasien sering mulai

menunjukkan gejala mutisme.

 Pasien juga bicara sendiri, bernyanyi, tertawa sendiri, menangis tanpa

alasan yang jelas.

 Fungsi perawatan diri terganggu semenjak ibu pasien meninggal di tahun

1997.

 Terdapat gangguan fungsi peran dalam pekerjaan yaitu pasien tidak

mampu bekerja.

11
 Terdapat gangguan fungsi sosial pasien lebih suka menyendiri.

 Di wkatu luang pasien diam dan bengong.

Fase Aktif: (+)

 Pasien sering menghilang dan keluyuran dari pagi hingga petang, bisa juga

sampai malam tanpa alasan yang jelas.

 Dari kata-kata yang dikeluarkan pasien menunjukkan asosiasi longgar

serta terdapat pervorasi dan verbigenasi.

 Pasien juga mengalami halusinasi auditorik yaitu mendengar orang

mengaji dan ajakan untuk mengikuti para nabi

 Halusinasi visual karena bisa melihat Nabi Yusuf A.S dan nabi Ayub A.S

 Halusinasi olfaktorik karena bisa mencium bau ustadz..

Fase Residual : (-)

 Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan apapun, sehingga

autismenya semakin parah.

Pemeriksaan Psikiatri

 Mood :hipertimia

 Afek : tumpul

 Keserasian inappropriate

 Empati sulit diraba rasakan

 Bentuk pikir tidak reaslistik, dengan arus pikir inkoheren dan terdapat

waham.

 Terdapat halusinasi auditorik, visual dan olfaktorik

 Terdapat depersonalisasi dan dereaslisasi

12
 Kesadaran jernih

 Fungsi intelektual jelek

 Terjadi disorientasi waktu, tempat, orang dan situasi.

 Daya nilai jelek

 Tilikan 1

 Tidak dapat dipercaya

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid

2. Aksis II : F.60.1 Gangguan Kepribadian skizoid

3. Aksis III : None

4. Aksis IV : Masalah dengan “primary support group” keluarga

karena keluarga jarang diperdulikan.

5. Aksis V : GAF 30-21 (disabilitas berat dalam komunikasi dan daya

nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang.

VII. DAFTAR MASALAH

1. Masalah terkait fisik

OS jarang makan, jarang minum, jarang mandi dan bahkan tidak tidur.

2. Masalah terkait psikologis

Intelegensi yang menurun dan tidak sesuai umur dengan daya

konsentrasi yang jelek. Terdapat disorientasi terhadap waktu, tempat,

situasi dan orang. Daya ingat jelek.

Adanya halusinasi auditorik, visual serta olfaktori. Pasien

mengalami depersonalisasi dan derealisasi. Bentuk pikirnya non realistik

13
dengan arus pikir inkoheren. Selain itu juga terdapat waham kebesaran.

Daya nilai terganggu. Tilikan derajat 1. Tidak dapat dipercaya.

3. Masalah terkait keluarga

Orang tua sering memukul bila berteman dengan banci dan menyanyi yang

tidak berhubungan dengan agama. Semenjak ibu pasien meninggal, pasien

jarang diperdulikan.

4. Masalah terkait sosial

Tidak ada

VIII. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia ad bonam

Perjalanan penyakit : dubia ad bonam

Ciri kepribadian : dubia ad bonam

Stressor psikososial : dubia ad bonam

Usia saat menderita : dubia ad bonam

Pendidikan : dubia ad malam

Perkawinan : dubia ad malam

Ekonomi : dubia ad bonam

Lingkungan sosial : dubia ad bonam

Organobiologi : dubia ad bonam

Pengobatan psikiatrik : dubia ad bonam

Kesimpulan : dubia ad bonam

IX. RENCANA TERAPI

14
Psikofarmaka : po: Haloperidol 5mg 3x1

Chlorpromazine 100mg 3x1

Trihexyphenidyl 2mg 3x1

Psikoterapi :

Support terhadap penderita dan keluarga pasien

 Menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan dan prognosis pasien agar

mengerti dan selalu memberikan dukungan kepada pasien

 Bimbingan atau ceramah agama, sholat berjamaah dan pengajian

 Mengajak pasien sering mengobrol dan menggali keluhan atau perasaan

pasien

X. DISKUSI

Dari autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan adanya beberapa

gejala klinis yang bemakna yaitu, sering menghilang dan berkeluyuran dari subuh

hingga petang dan terkadang sampai malam hari sejak lama, riwayat dulu suka

berteman dengan banci, sering bernyanyi, berbicara sendiri, tertawa sendiri dan

menangis sendiri tanpa alasan yang jelas, dan lain-lain. Kumpulan gejala-gejala

ini dapat kita sebut sebagai gangguan jiwa.

Seseorang baru dapat dikategorikan sebagai gangguan jiwa atau gangguan

mental (mental disorder) apabila memenuhi kriteria gangguan jiwa. Gangguan

jiwa adalah suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara klinis ditemukan

bermakna dan yang disertai dengan penderitaan (distress) pada kebanyakan kasus,

dana yang berkaitan dengan terganggunya fungsi (disfungsi/hendaya) seseorang.

Dengan demikian jelas bahwa apabila hanya terjadi penyimpangan atau konflik

15
sosial saja tanpa disfungsi seseorang, hal itu tidak dimasukan ke dalam gangguan

jiwa (PPDGJ III halaman 6).1

Definisi gangguan jiwa ini berdasarkan apa yang dinamakan pendekatan

“narrow approach”, yaitu paradigma yang hanya menggunakan standard:

penderitaan dan/atau disfungsi (hendaya) seseorang. Pendekatan ini berbeda

dengan pendekatan “broad approach”-pratahun 1980-an, yaitu paradigma yang

masih menggunakan standart normalitas untuk perilaku manusia.1

Gangguan jiwa berdasarkan Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa,

merumuskan, bahwa di dalam konsep gangguan jiwa, didapatkan butir-butir:2

1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa:

 Sindrom atau pola perilaku

 Sindrom atau pola psikologik

2. Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain

dapat berupa: rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi

organ tubuh, dll.

3. Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas dalam aktivitas kehidupan

sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan

kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll)

Pada pemeriksaan status internus dan status neurologis tidak ditemukan

adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang

menimbulkan gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat disingkirkan,

sehingga pasien didiagnosis sebagai Gangguan Jiwa Psikotik fungsional.

16
Pembagian gangguan jiwa secara tradisional dibagi atas dua yaitu gangguan

jiwa organik dan gangguan jiwa fungsional. Gangguan jiwa organik dapat

diketahui dari secara anomali medis atau neurologis atau zat psikoaktif.

Sedangkan gangguan jiwa fungsional tidak dapat diidentifikasi faktor-faktornya

dan terbatasnya pemahaman dari akar masalah terjadinya gangguan jiwa.3

Pasien pada kasus ini didiagnosa skizofrenia berdasarkan pada beberapa

penemuan bermakna dan kriteria diagnosis untuk skizofrenia. Skizofrenia adalah

suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan

perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas,

serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik,

dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpanganyang fundamental

dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar

(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kedsadaran yang jernih (cler

consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun

kemunduran kognitif tertentu dan berkembang kemudian. 2

Berdasarkan perbandingan kasus dan teori dapat ditemukan gejala-gejala

yang merujuk pada diagnosis skizofrenia:

No. Teori Kasus


1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut
yang sangat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang
tajam atau kurang jelas)
a) Thought of echo, thought insertion or Thought echo dan
withdrawl, thought broadcasting thought insertion or
withdrawl
b) Delusion of control, delusion of Delution of influence,
influence, delusion of passivity, Delusional of perception
delusional perception
c) Halusinasi auditorik

17
- Suara halusinasi yang berkomentar
secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara (+)
mereka sendiri (diantaranya berbagai
suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal
dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham menetap jenis lainnya yang (+)
menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini
yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dari (+)
pancaindera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang
maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap atau
apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus-menerus;
f) Arus pikiran yang terputus atau yang (+)
mengalami sisipan, yang berakibat
inkohorensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme.
g) Perilaku katatonik (-)
h) Gejala-gejala negative, biasanya (+)
mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial tapi bukan karena depresi
atau medikasi neuroliptika.
3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas (+)
telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih.
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten (+)
dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek
perilaku pribadi (personal behaviour).

Pasien ini juga memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia paranoid (F20.0)

sebagai berikut:2

18
No. Teori Kasus
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia (+)
2. Sebagai tambahan
- halusinasi dan/waham harus menonjol:
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam (+)
pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, (-)
atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh; halusinnasi visula mungkin
ada tapi jarang menonjol
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, (+)
tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of
influence), passivity (delusion of passivity),
dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam adalah yang paling khas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan (+)
pembicaraan serta gejala katatonik secara
reatif tidak nyata atau tidak menonjol.

Pada pasien ini terjadi gangguan kepribadian skizoid yang memenuli pedoman

diagnostik:2

 Gangguan keprbadian yang memenuhi deskripsi berikut:

a. Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan

b. Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli (detachment)

c. Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau

kemarahan terhadap orang lain

d. Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman

e. Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang

lain (perhatikan usia penderita)

f. Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri

19
g. Preokupasi dengan fantasidan introspeksi yang berlebihan

h. Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab

(kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin

hubungan seperti itu

i. Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang

berlaku.

 Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas

Terapi farmakologi masih merupakan pilihan utama pada skizofrenia.

Pilihan terapi pada skizofrenia. Pilihan terapi pada skizofrenia dipilih berdasarkan

target gejala pada pasien skizofrenia. Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah

bahaya pada pasien, mengontrol perilaku pasien dan untuk mengurangi gejala

psikotik pasien seperti agitasi, agresif, simptom negatif, serta gejala afek.4

Penanganan pasien skizofrenia dibagi secara garis besar menjadi terpi

somatik yang terdiri dari obat antipsikotik, terapi psikososial, dan perawatan

rumah sakit (hospitalize). Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari

pengobatan skizofrenia, penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial

dapat memperkuat perbaikan klinis. Modalitas psikososial harus diintegrasikan

secara cermat ke dalam regimen obat dan harus mendukung regimen tersebut.

Sebagian besar pasien skizofrenia mendapatkan manfaat dari pemakaian

kombinasi pengobatan antipsikotik dan psikososial.5

Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-syarat antara

lain , sebagai berikut:6

1. Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relatif singkat.

20
2. Tidak ada efek samping,kalaupun ada relatif kecil.

3. Dapat menghilangkan dalam waktu relatif singkat gejala positif maupun

gejala positif maupun negatif skizofrenia.

4. Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif ( daya pikir dan daya ingat)

5. Tidak menyebabkan kantuk.

6. Memperbaiki pola tidur.

7. Tidak menyebabkan habituasi,adiksi dan defendensi.

8. Tidak menyebabkan lemas otot.

9. Kalau mungkin pemakaian dosis tunggal ( singel dose ).

Penderita ini dianjurkan untuk mendapat terapi psikofarmaka dengan

Haloperidol 5mg 3x1 berguna sebagai antipsikotik yang mempunyai efek sedasi

lemah dan membantu menghilangkan gejala psikotik berupa waham dan

halusinasi, Chlorpromazine 100mg 3x1 digunakan untuk sedasi yang lebih kuat

dengan gejala yang dominan yaitu kekacauan pikiran,perasaa, dan perilaku

hiperaktifitas motorik, kegelisahan, kegaduhan, agitasi atau untuk pasien yang

agresif .6

Obat antipsikotik kuat seperti Haloperidol (lodomer) sering menyebabkan

gejala ekstrapiramidal seperti sindroma parkinson ( berupa gemetar, badan kaku

seperti robot, hipersalivasi) dan gejala ekstrapiramidal lainnya. Untuk mengatasi

hal ini, digunakan obat Trihexyphenidyl (hexymer) 3x2 mg tablet/ hari.6

Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade dopamin pada

reseptor pasca sinaptik neuron diotak, khususnya di sistem limbik dan sistem

ekstrapiramidal sehingga efek samping obat anti psikosis adalah6

21
1. Sedasi dan inhibisi psikomotor

2. Gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolenergik berupa mulut

kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur)

3. Gangguan endokrin

4. Gangguan ekstrapiramdal ( distonia akut, sindrom Parkinson )

5. Hepatotoksik.

Sindrom parkinson terdiri dari tremor, bradikinesia, rigiditas. Efek samping

ini ada yang cepat dan ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada yang

sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan penderitaan pasien.

Bila terjadi sindrom parkinson maka penatalaksanaannya: hentikan obat anti

psikosis atau bila obat antipsikosis masih diperlukan diberikan triheksipenidil 2

mg 3x sehari atau sulfas atropin 0,5-0,75 mg IM. Apabila sindrom parkinson

sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap, untuk menentukan

apakah masih dibutuhkan pengobatan anti-parkinson.6

Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah terutama untuk

memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) diperlukan karena efek samping obat

antipsikosis salah satunya adalah hepatotoksik. Selain melalui pemeriksaan

laboratorium, dapat juga dari pemeriksaan fisik berupa tanda ikterik, palpasi

hepar.6

22
23

Anda mungkin juga menyukai