Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KASUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN ABORSI YANG MEMUAT

KDB-JUSTICE

Dosen Tutor:

Lidya E.V. David, SPsi, MPsi

Oleh:

Yorghi Liesapali

18011101088

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya

angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Kasus aborsi di Indonesia

diperkirakan semakin meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan data yang dikeluarkan

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), diperkirakan setiap

tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta jiwa dari 5 juta kelahiran

pertahun. Bahkan, 1-1,5 juta diantaranya adalah kalangan remaja. Beberapa

kalangan meyakini faktor pendorong melakukan aborsi adalah kehamilan yang

tidak direncanakan akibat dari seks pranikah, pemerkosaan, dan kontrasepsi yang

gagal.1 Dalam menghadapi kasus aborsi, dokter dapat mempertimbangkan tindakan

medis yang akan diambil berdasarkan kaidah dasar bioetika, salah satunya yaitu

justice atau keadilan. Prinsip keadilan memiliki tempat sendiri dalam etika. Prinsip

ini tidak hanya berbicara tentang hubungan dokter dan pasien tetapi juga dengan

masyarakat luas. Dalam kaitannya dengan aborsi, prinsip keadilan berkaitan

dengan penjaminan hak pasien serta peran dokter dalam memberi perlakuan yang

sama bagi tiap pasien tanpa membedakan status sosial, agama, dan tingkat

ekonominya.2

B. Rumusan masalah

Bagaimana penerapan kaidah daar bioetika justice dalam penanganan kasus aborsi?

C. Tujuan penulisan

Memahami penerapan kaidah dasar bioetika justice dalam penanganan kasus aborsi
BAB II

ISI

A. Kasus

Seorang anak perempuan umur 13 tahun, kelas satu SMP, hamil satu bulan

karena diperkosa. Ia depresi dan orang tuanya ingin ia menggugurkan

kandungannya. Orang tua korban berkonsultasi dengan dokter di rumah sakit.

Dokter kemudian menerangkan bahwa tindakan abortus terkait dengan masalah

hukum dan juga kode etik kedokteran menyerahkan dalam hal ini kepada masing-

masing dokter tergantung pada keyakinan dokter, sebab dokter juga terikat dengan

sumpah dokternya dan kode etik kedokteran. Dokter tersebut juga menerangkan

kalau masalah ini tidak dapat dia rahasiakan sendiri karena harus ditangani oleh tim

jadi jika tindakan abortus akan dilakukan maka keputusan akan diambil oleh tim

yang terdiri atas dokter, ahli agama dan psikiater. Dokter menerangkan kepercayaan

dan kerjasama dari pasien bahwa dokter akan berusaha yang terbaik bagi pasien,

juga menerangkan bahwa kondisi seperti ini merupakan keputusan yang sulit dari

aspek etik maupun hukum. Hasil keputusan tim dokter rumah sakit setempat setuju

untuk dilakukan aborsi setelah mempertimbangkan profesionalisme, tapi orang tua

masih bingung karena menurutnya agama dan hukum melarang aborsi.

B. Kata Sulit

 Aborsi adalah terhentinya kehamilan dengan kematian dan pengeluaran

janin pada usia kurang dari 20 minggu dengan berat janin kurang dari

500 gram, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara

mandiri3
C. Pembahasan Kasus

Keadilan (Justice) Ada/Tidak Analisa pada kasus

Dokter tetap
menindaklanjuti kasus
ini seperti kasus lainnya
Memberlakukan segala
Ada tanpa membeda-bedakan
sesuatu secara universal
bahwa kasus ini adalah
kasus yang sensitif
secara etik dan hukum

Dokter akhirnya
Mengambil porsi
memutuskan mengaborsi
terakhir dari proses
Ada pasien setelah berdiskusi
membagi yang telah ia
dengan ahli agama dan
lakukan
psikiater

Memberi kesempatan
yang sama terhadap Tidak terdapat dalam
Tidak ada
pribadi dalam posisi kasus
yang sama

Dokter selalu
mengusahakn yang
terbaik bagi pasien
Menghargai hak sehat
dengan
pasien (affordability,
Ada mempertimbangkan dari
equality, accessibility,
umur pasien yang masih
availability, quality)
13 tahun, psikologi
pasien, dan meminta
pendapat dari ahli agama

Dokter tetap menghargai


pasien dengan
melakukan informed
Menghargai hak hukum consent dengan
Ada
pasien menjelaskan segala
risiko mengenai tindakan
abortus dari segi etik dan
hukum

Dokter tetap menghargai


Menghargai hak orang
Ada hak pasien dengan mau
lain
mendengarkan segala
keluhan pasien dalam
hal ini melalui orang tua
pasien karena pasien
masih tergolong dibawah
umur

Dokter berusaha menjaga


pasien karena apabila
kehamilan dilanjutkan,
risiko kematian akibat
Menjaga kelompok yang
melahirkan bagi
rentan (yang paling Ada
perempuan dibawah 15
dirugikan)
tahun adalah lima kali
lebih besar dibandingkan
perempuan diatas 20
tahun.4

Dokter tetap
Tidak membedakan mengusahakan yang
pelayanan pasien atas terbaik bagi pasien tanpa
Ada
dasar SARA, status melihat status sosial
sosial dll. pasien bahwa ia adalah
korban pemerkosaan

Dokter telah berdiskusi


dengan ahli agama dan
psikiater mengenai
Tidak melakukan tindakan abortus yang
Ada
penyalahgunaan akan diambil sehingga
keputusan yang diambil
berdasarkan
profesionalisme dokter

Dokter peduli terhadap


pasien dengan adanya
diskusi dari segi agama
Memberikan kontribusi mengenai baik tidaknya
yang relatif sama dengan Ada tindakan abortus dan
kebutuhan pasien dari segi psikis telah
meminta pendapat dari
psikiater demi kebaikan
pasien

Meminta partisipasi
Tidak terdapat dalam
pasien sesuai sesuai Tidak ada
kasus
dengan kemampuan
Kewajiban mendistribusi

keuntungan dan kerugian Tidak terdapat dalam


Tidak ada
(biaya, beban, sanski) kasus

secara adil

Pasien masih berusia 13

tahun dan belum

kompeten sehingga

Mengembalikan hak keputusan diambil oleh

kepada pemiliknya pada orang tua. Dokter telah


Ada
saat yang tepat dan memberi penjelasan

kompeten mengenai aborsi dari

segi etik kedokteran dan

hukum dan menyerakan

pada orang tua pasien

Dokter melakukan

abortus setelah

Tidak memberi beban berdiskusi dengan ahli

berat secara tidak merata Ada agama dan psikiater

tanpa alasan sah/tepat sehingga diperoleh

keputusan yang

profesional
Menghormati hak

populasi yang sama-


Tidak terdapat dalam
sama rentan Tidak ada
kasus
penyakit/gangguan

kesehatan

Bijak dalam makro Tidak terdapat dalam


Tidak ada
alokasi kasus
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tindakan aborsi adalah tindakan medis yang sensitif dari banyak sisi. Namun,

aborsi dapat dilakukan sebagai pilihan akhir demi kebaikan pasien, tetapi

berdasarkan indikasi medis yang akurat dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

B. Saran

Perlunya diskusi dalam menghadapi kasus aborsi dengan berbagai pihak yang

kompeten agar diperoleh suatu keputusan yang etis dan profesional.


DAFTAR PUSTAKA

(1) Supriono Tarigan. Tindakan Aborsi dengan Alasan Indikasi Medis Karena

Terjadinya Kehamilan Akibat Perkosaan. Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara Medan. 2013

(2) Bertens K. Empat Prinsip Fundamental dalam Etika Biomedis. Seri Etika Biomedis

1986; 3: 55-93.

(3) Lilien Eka Chandra, “Tanpa Indikasi Medis Ibu, Aborsi sama dengan Kriminal”.

Lifestyle. Mei, 2006. hlm.10.

(4) Andrian dan Kuntoro. Abortus Spontan pada Pernikahan Usia Dini. Jurnal

Biometrika dan Kependudukan. Juli 2013; 2(1):1-9.

Anda mungkin juga menyukai