Dokumen - Tips - Sak Berbasis Ifrs Lanjutan
Dokumen - Tips - Sak Berbasis Ifrs Lanjutan
OLEH KELOMPOK A
Tahun Ajaran 2015/2016
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin
A. Latar Belakang
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi
di Indonesia selalu tanggapterhadap perkembangan yangterjadi, khususnya dalam hal-hal
yang memengaruhidunia usaha dan profesiakuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika
kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini.
Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan
di Indonesia.
Sejak tahun 1994, IAI telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan
standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan
selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam
rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program
adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat
terlaksana pada tahun yang telah ditargetkan.
Saat ini IFRS belum menjadi one global accounting standard. Standar ini telah
digunakan oleh lebih dari 150-an negara, termasuk Jepang, China, Kanada dan 27 negara Uni
Eropa. Negara-negara tersebut telah mewajibkan laporan keuangan mereka menggunakan
IFRS untuk semua perusahaan domestik atau perusahaan yang tercatat (listed). Bagi
Perusahaan yang go international atau yang memiliki partner dari Uni Eropa, Australia,
Russia dan beberapa negara di Timur Tengah memang tidak ada pilihan lain selain
menerapkan IFRS.
Proses yang panjang tersebut akhirnya menjadi apa yang disebut IFRS, yang
merupakan suatu tata cara bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangannya
berdasarkan standar yang bisa diterima secara global. Jika sebuah negara beralih ke IFRS,
artinya negara tersebut sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang akan
membuat perusahaan (bisnis) bisa dimengerti oleh pasar dunia. Namun, beralih ke IFRS
bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka di laporan keuangan, tetapi mungkin
akan mengubah pola pikir dan cara semua elemen di dalam perusahaan. (Akuntan Indonesia
edisi 17:2009).
B. Rumusan Masalah
Selain untuk keseragaman laporan keuangan, Standar akuntansi juga diperlukan untuk
memudahkan penyusunan laporan keuangan, memudahkan auditor serta Memudahkan
pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan
keuangan entitas yang berbeda. Di Indonesia sejak tahun 2012 SAK yang diterapkan telah
berbasis IFRS.
Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi.
Yang pertama berkaitan dengan Definisi Elemen Laporan Keuangan atau informasi
lain yang berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan
apakah transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang,
modal, pendapatan dan biaya.
Yang kedua adalah Pengukuran Dan Penilaian. Pedoman ini digunakan untuk
menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya
transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal
neraca).
Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah Pengakuan, yaitu kriteria yang
digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut dapat
disajikan dalam laporan keuangan.
Yang terakhir adalah Penyajian Dan Pengungkapan laporan keuangan. Komponen
keempat ini digunakan untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi
tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat
disajikan dalam badan laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan
(notes) yang menyertai laporan keuangan (Chariri, 2009).
Model dan Format Standar Akuntansi Keuangan Berbasis IFRS
Basis Pengukuran :
Biaya Perolehan
Biaya Kini
Nilai Realisasi dan Penyelesaian
Nilai Sekarang.
Laporan posisi keuagan atau yang sering disebut neraca, melaporkan asset, liabilitas,
dan modal entitas pada tanggal tertentu. Laporan ini merupakan sumber informasi utama
tentang posisi keuangan entitas karna merangkum elemen-elemn yang berhubungan langsung
dengan pengukuran posisi keuangan, yaitu asset, liabilitas, adan ekuitas.
Kegunaan laporan posisi keuangan secara umum adalah untuk menilai resiko-resiko
entitas masa depan. Tujuan penggunaan laporan posisi keuangan menggunakan laporan ini
adalah sebagai berikut:
Mengevaluasi struktur pendanaan
Menganalisis likuiditas
Menilai solvabilitas
Menilai fleksibelitas keuangan. (Dwi Martini:2012)
Pos-pos lini berikut, sebagai sesuatu minimum yang harus disajikan di dalam laporan
posisi keuangan :
Aset. Asset adalah sumberdaya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan
diperoleh entitas. Yang termasuk asset (IAS 1): Properti, pabrik dan peralaan,
investasi properti, aset tidak berwujud, aset keuangan, investasi yang dicatat dengan
metode ekuitas, aset pertanian, aset pajak tangguhan, aset pajak kini, persediaan,
piutang dagang, piutang lain-lain, kas dan setara kas.
Ekuitas. Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas setelah dikurangi semua
liabilitas. Yang termasuk ekuitas (IAS 1): Modal dan cadangan modal yang
diterbitkan yang diatribusikan kepada pemegang ekuitas perusahaan induk, dan
pemilik minoritas.
Liabilitas. Liabilitas merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar
sumberdaya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. Yang termasuk liabilitas
(IAS 1): Hutang pajak tangguhan, hutang pajak kini, hutang keuangan, provisi dan
hutang usaha dan hutang lainnya.
Aset dan Liabilitas yang dimiliki unntuk dijual. Total aset yang diklasifikasikasn
sebagai dimiliki untuk dijual termasuk didalamnya kelompok yang dihentikan yang
diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual, dan liabilitas termasuk di dalam
kelompok yang dihentikan yang diklasifikasikan sebagai yang memiliki untuk dijual
sesuai Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) 5 mengenai Aset Tidak
Lancar Yang Dimiliki Untuk Dijual Dan Penghentian Operasi. (Ankarath
danMartani:2012)
Entitas mengklasifikasikan suatu utang lancer PSAK 1 (revisi 2009) dan IFRS:
Mengharapkan akan diselasikan dalam siklus operasi normalnya.
Liabilitas yang dimiliki untuk tujuan yang diperdagangkan misalnya instrument
derivative (PSAK 1), namun sebuah perubahan terhadap IAS 1 akibat dari proyek
perbaikan tahunan baru-baru inimengklasifikasikan liabilitas yang dimiliki untuk
dijual dan derivative tidak memerlukan unutk diklasifikasikan sebagai liabilitas
lancar.
Liabilitas jatuh tempo untuk dilunasi dalam 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Entitas tidak memiliki hak yang tidak kondisional untuk menangguhakan
penyelesaian liabilitas paling tidak un utk 2 bulan setelah pelaporan.
Liabilitas yang tidak termasuk kategori diatas diklasifikasikan sebagai liabilitas
jangka panjang.
Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan yang mengukur keberhasilan kinerja
perusahaan selama periode tertentu. Informasi kinerja perusahaan digunakan untuk menilai
dan memprediksi jumlah dan waktu atas ketidak pastian arus kas masa depan.
IAS 1 menawarkan pilihan penyajian terhadap semua pendapatan dan beban yang
diakui di dalam suatu periode; dalam pelaporan tunggal; atau dalam dua laporan; yaitu suatu
laporan yang menggambarkan komponen laba atau rugi, bersamaan dengan laporan yang
berawal dengan laba atau rugi dan menggambarkan komponen perdapatan atau rugi
komprehensif lain.
Standar menetapkan, sebagai suatu yang minimum, pos-pos lini berikut harus
disajikan didalam suatu laporan laba-rugi komprehensif :
Pendapatan, biaya keuangan, bagian dari laba atau rugi dari perusahaan asosiasi dan
perusahaan patungan yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, beban pajak,
jumlah yang diharuskan untuk diungkapkan menurut Standar Pelaporan Keuangan
International ( IFRS ) 5 yang terkait dengan penghentian operasi.
Laba atau rugi periode pelaporan.
Setiap komponen laba-rugi komprehensif lainnya diklasifikasikan berdasarkan
sifatnya.
Setiap bagian dari laba-rugi komprehensif lainnya dari perusahaan asosiasi dan
perusahaan joint renture yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, dan
Total laba-rugi komprehensif.
Laba atau rugi periode pelaporan sama halnya dengan total laba-rugi komprehensif
untuk periode yang diatribusikan kepada pemilik non-pengendali dan pemilik perusahaan
induk diharuskan untuk diungkapkan secara terpisah.
Karena IAS 1 menguraikan pengungkapan minimum pos lini, maka suatu entitas
diijinkan menyajikan tambahan pos lini, dan subtotal di dalam laporan laba-rugi
komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika entitas boleh memilih untuk menyajikan
laporan ini). Tambahan pengungkapan semacam ini diizinkan bilamana penyajian semacam
ini adlaah relevan dengan suatu pemahaman mengenai kinerja keuangan entitas.
Suatu entitas harus mengakui semua pos pendapatan dan beban dalam suatu periode
yang memperoleh laba atau rugi, kecuali Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS)
mensyaratkan atau mengizinkannya. Suatu entitas harus menyajikan suatu entitas analisis
beban yang diakui dalam laba atau rugi, dengan menggunakan suatu klasifikasi atas dasar
sifat atau fungsinya didalam entitas, memberikan informasi manakah yangdapat diandalkan
dan lebih relevan.
Sebuah entitas diharuskan untuk mengajukan suatu laporan perubahan ekuitas dengan
memperlihatkan :
Total laba-rugi komprehensif untuk periode bersangkutan ( secara terpisah
mengungkapkan jumlah yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan induk dan
kepada pemilik non-pengendali).
Untuk setiap komponen ekuitas, dampak dari penerapan berlaku surut atau pernyataan
kembali yang berlaku surut diharuskan oleh IAS 8 mengenai kebijakan akuntansi,
perubahan entitas akuntansi, dan kesalahan.
Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan
akhir periode, secara terpisah mengungkapkan perubahan yang diakibatkan oleh laba
atau rugi, setiap pos dari laba-rugi komprehensif lain, transaksi dengan pemilik, yang
memperlihatkan kontribusi secara terpisah oleh dan distribusi kepada pemilik dan
perubahan atas hak kepemilikan pada anak perusahaan yang tidak menyebabkan
kehilangan kendali.
Prisip Prinsip IAS7 (Statement Of Cash Flow) Sesuai dengan kesepakatan pemerintah
Indonesia sebagai anggota G20. IFRS/IAS yang akan diadopsi ke dalam PSAK 2 pada Tahun
2010 salah satunya adalah IAS 7 tentang cash flow statements. Informasi tentang arus kas
suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan
perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Di Indonesia informasi tentang arus kas
diatur dalam PSAK 2, dimana pernyataan tersebut mencakup pengaturan mengenai
komponen, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan laporan arus kas dalam
laporan keuangan.
Menurut IAS7 ( statement of cash flows ), arus kas adalah arus masuk dan arus keluar
kas atau setara kas. Kas sendiri terdiri dari kas di tangan ( cash on hand ) dan rekening
deposito.
Penyajian Laporan Arus Kas
Arus kas harus dianalisis antara operasi, investasi dan pendanaan. prinsip-prinsip
kunci yang ditetapkan oleh IAS 7 untuk penyusunan laporan arus kas adalah sebagai berikut:
Operating activities / aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan-
entitas yang tidak investasi atau pendanaan, arus kas operasi sehingga mencakup
kasyang diterima dari pelanggan dan kas kepada pemasok dan karyawan.
Investing activities / aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka
panjang dan investasi lainnya yang tidak dianggap sebagai setara kas.
Financing activities / aktivitas pendanaan adalah kegiatan yang mengubah struktur
modal dan pinjaman dari badan.
Arus kas bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan dapat diklasifikasikan
sebagaiaktivitas operasi, investasi, atau pembiayaan, asalkan diklasifikasikan secara
konsistendari waktu ke waktu.
Arus kas yang berasal dari pajak atas penghasilan biasanya diklasifikasikan
sebagaiaktivitas operasi, kecuali mereka secara khusus dapat diidentifikasi dengan
pembiayaanatau investasi aktivitas.
Untuk operasi arus kas, metode langsung penyajian dianjurkan, tetapi metode tidak
langsung diterima.
Catatan adalah suau bagian yang sangat penting dan bagian yang integral dari laporan
keuangan karena memberikan rincian mengenai pos-pos yang disajikan di dalam komponen
lain dari laporan keuangan sebagai tambahan dalam penyediaan informasi mengenai dasar
penyusunan laporan keuangan, dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan di dalam
penyusunan laporan keuangan tersebut.
Pengungkapan lain-lain
Suatu entitas harus menggunakan hal berikut apabila tidak diungkapkan dalam
informasi yang diterbitkan dengan laporan keuangan :
Domisili dan bentuk hukum entitas, negara asal perusahaannya, alamat kantor
terdaftar (tempat bisnis utama).
Suatu deskripsi sifat kegiatan operasional entitas dan aktivitas utamanya.
Nama perusahaan induk dan perusahaan induk utama dari kelompok.
Tiga permasalahan utama yang dihadapi oleh Indonesia dalam melakukan adopsi
penuh IFRS :
Permasalahan lainnya yang dihadapi dalam impementasi dan adopsi IFRS yaitu :
Kesimpulan
Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi. Yang
pertama berkaitan dengan Definisi Elemen Laporan Keuangan atau informasi lain yang
berkaitan. Yang kedua adalah Pengukuran Dan Penilaian. Hal ketiga yang dimuat dalam
standar adalah Pengakuan, yaitu kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan
keuangan sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir
adalah Penyajian Dan Pengungkapan laporan keuangan.
Standar pelaporan akuntansi berbasis IFRS memiliki lima komponen yaitu laporan
posisi keuangan, laporan laba-rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas
dan catatan atas laporan keuangan. Masing-masing dari komponen ini memiliki aturan
masing-masing dalam penyusunan elemen dalam tiap laporan. Aturan terkandung dalam
PSAK yang berbasis IFRS.
Sedangkan terkait isu-isu kritis dalam penerapan IFRS yaitu kurang siapnya
infrastruktur, kondisi peraturan perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan IFRS,
ketidaksesuaian standar internasional dengan hukum nasional, kurang siapnya sumber
manusia dan dunia pendidikan di Indonesia dll.
Daftar Pustaka
Syaiful Amri. 2015. IFRS vs SAK : Apa saja perbedaan yang terlihat.
(http://zahiraccounting.com/id/blog/ifrs-vs-sak-apa-saja-perbedaan-yang-terlihat/)