Mikroba Rumen
Mikroba Rumen
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ternak ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki empat buah lambung dan
mengalami proses memamahbiak atau proses pengembalian makanan dari lambung kemulut
untuk dimastikasi. Contoh hewan ruminansia ini adalah ternak sapi, kerbau, kambing, serta
domba.Ternak non-ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki satu buah lambung atau
disebut juga dengan ternak monogastrik.Contohnya : Ayam, burung, kuda serta babi
Sistem pencernaan pada ternak ruminansia sama halnya pada ternak pada umumnya yaitu
sebagai alat untuk mencerna bahan pakan, menyerap zat-zat makanan dan mengeluarkan sisa
pakan. Saluran pencernaan dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikonsumsi.Pakan utama dari
ternak ruminansia adalah berupa pakan hijauan.Pakan hijauan umumnya bersifat amba (bulky)
dan serat kasarnya tinggi.Keistimewaan ruminansia terletak pada sistem pencernaannya yang
mampu memanfaatkan bahan makanan NPN (Non Protein Nitrogen)dan berserat kasar
tinggi.Kemampuannya dalam mencerna bahan makanan NPN dan berserat kasar tinggi, terletak
pada rumen yang berfungsi mencerna serat kasar secara fermentasi dengan bantuan mikroba
rumen.
Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.Misalnya,
kehadiran fungi dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat karena dia
membentuk koloni pada jaringan selullosa pakan.Rizoid fungi tumbuh jauh menembus sel
tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.
Pada ternak yang mendapat pakan serat, perkembangan bakteri pencerna serat perlu
ditingkatkan.Di dalam rumen ada tiga jenis mikroorganisme, yaitu bakteri, protozoa, dan fungi.
Pakan dengan kualitas rendah menyebabkan kontribusi mikroba pada ternak semakin besar,
sedangkan pada kondisi pakan miskin akan nutrisi populasi protozoa cenderung menekan
perkembangan bakteri dan fungi karena protozoa tidak mendapat pakan yang layak bagi dirinya,
padahl kedua golongan mikroba ini sangat dibutuhkan dalam pencernaan serat kasar, sehingga
keberadaan protozoa harus terkontrol terutama di daerah pakan berkualitas rendah.
1.2 Permasalahan
1. Apa jenis-jenis dari Mikroba dalam rumen?
2. Bagaimana proses fermentasi oleh mikroba dalam pencernaan ruminansia ?
3. Bagaimana sifat dan cara kerja mikroba dalam mencerna bahan makanan?
4. Faktor apakah yang mempengaruhi kehidupan mikroba rumen?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis dari Mikroba dalam rumen
2. Mengtahui Proses fermentasi oleh mikroba dalam pencernaan ruminansia
3. Mengetahui sifat dan cara kerja mikroba dalam mencerna bahan makanan
4. Mengetahui faktor apakah yang mempengaruhi kehidupan mikroba rumen
1.4 Manfaat
Dengan mempelajari mikroba yang terdapat pada lambung ruminansia berikut proses
fermentasinya, maka diperoleh pemahaman mengenai jenis bahan makanan apa saja yang
digunakan oleh bakteri untuk hidup, sehingga pakan yang diberikan dicerna secara optimal oleh
mikroba rumen.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Alat pencernaan (Apparatus digestorius) terdiri atas saluran pencernaan (Tractus
alimentarius) dan organ pembantu (Organa accesoria). Dilihat dari anatomi alat pencernaan,
terdapat tiga kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung jamak (polygastric animals)
antara lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan kijang, kelompok hewan berlambung tunggal
(monogastric animals) antara lain manusia, anjing, kucing, babi, kuda dan kelinci, dan hewan
yang berlambung jamak semu (pseudo polygastric animals) antara lain ayam, bebek, angsa, dan
burung. Hewan yang berlambung jamak dikelompokkan sebagai ruminansia dan yang
berlambung tunggal dikelompokkan ke dalam non ruminansia.Unggas yang merupakan hewan
berlambung jamak semu (pseudo ruminants) dikelompokkan ke dalam non-ruminansia. (
Ruminansia merupaka poligastrik yang mempunyai lambung depanyang terdiri dari
Retikulum (perut jala), Rumen (perut handuk), Omasum (perut kitab), dan lambung sejati , yaitu
Abomasum (perut kelenjar) . Proses pencernaan di dalam lambung depan terjadi secara
mikrobial .Mikroba memegang peranan penting dalam pemecahan makanan. Sedangkan di
dalam lambung sejati terjadi pencernaan enzimatik karena lambung ini mempunyai banyak
kelenjar .Rumen merupakan tempat pencernaan sebagian serat kasar serta proses fermentatif
yang terjadi dengan bantuan mikroorganisme, terutama bakteri anaerob dan protozoa. Di dalam
rumen karbohidrat komplek yang meliputi selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan adanya
aktifitas fermentatif oleh mikroba akan dipecah menjadi asam atsiri, khususnya asam asetat,
propionat dan butirat (Suwandi, 2007).
Lambung ruminansia sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung
mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali
(remastikasi). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan fermentasi.Lambung
ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran
yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%,
omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%.Pembagian ini terlihat dari bentuk tonjolan pada saat otot
sfinkter berkontraksi. (Hendrawan,2011)
Sistem saluran pencernaan pada ternak umumnya dibagi atas 4 bagian penting yaitu mulut,
perut, usus halus, dan organ pencernaan bagian belakang.Ruminansia mempunyai keistimewaan
dimana organ perut terdiri atas 4 bagian.Yaitu rumen, reticulum, omansum, dan abomasum.Pada
tiga bagian dari lambung ruminansia (rumen, reticulum, omasum), tidak terdapat enzim yang
dihasilkan oleh tubuh. Melainkan enzim yang diperoleh dari aktifitas mikroba didalam rumen dan
reticulum.(Charles, 2004)
Rumen pada sapi dewasa merupakan bagian yang mempunyai proporsi yang tinggi
dibandingkan dengan proporsi bagian lainnya.Rumen terletak di rongga abdominal bagian
kiri.Rumen sering disebut juga dengan perut beludru.Hal tersebut dikarenakan pada permukaan
rumen terdapat papilla dan papillae. Sedangkan substat pakan yang dimakan akan mengendap
dibagian ventral. Retikulum sering disebut sebagai perut jala atau hardware stomach.Fungsi
reticulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Reticulum
berbatasan dengan rumen, akan tetapi diantara keduannya tidak ada dinding penyekat. Pembatas
reticulum dan rumen hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur.
(zaky,2009)
Omasum sering juga disebut sebagai perut buku, karena pemukaannya yang berbuku-
buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasum terdapat
lubang yang disebut omaso abdomasal orifice.Abomasum sering disebut sebagai perut
sejati.Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum
kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum
terletak bagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum
dapat berpindah ke sebelah kiri.Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini
berfungsi untuk melindungi dididng sel tercerna oleh enzim yang duhasilkan oleh
abomasum.Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel pariental menghasilkan HCl.
Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. (Russel, 2006)
BAB III
Pembahasan
Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah satu
karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan ternak lain.
Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen
menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk semang
dimana aktifitas mikroba tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan energi (Yan
Offer dan Robert 1996).
Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang mengandung
serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids = VFA’s) yaitu asam asetat,
asam propionat, asam butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam isovalerat. VFA’s
diserap melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh ternak. Sedangkan
produk metabolis yang tidak dimanfaatkan oleh ternak yang pada umumnya berupa gas akan
dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi (Barry, Thomson dan Amstrong 1977). Namun
yang lebih penting ialah mikroba rumen itu sendiri, karena biomas mikroba yang meninggalkan
rumen merupakan pasokan protein bagi ternak ruminansia. 2/3 – 3/4 bagian dari protein yang
diabsorbsi oleh ternak ruminansia berasal dari protein mikroba. Produk akhir fermentasi protein
akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu sendiri dan digunakan untuk mensintesis protein
sel mikroba rumen sebagai pasok utama protein bagi ternak ruminansia
Rumen merupakan ekosistem yang mengandung komponen biotic dan abiotik. Komponen Biotik
adalah mikroba rumen dengan populasi berkisar antara 1010 sampai 1012 sel/ml cairan rumen
(Ogimoto dan Imai, 1981) Mikroba Rumen sangat diperlukan dalam proses pencernaan. Rumen
mempunyai kondisi lingkungan yang baik untuk kehidupan mikroba.Temperatur di dalam rumen
berkisar antara 38O – 42O sedangkan pH rata – ratanya 6.8 atau berkisar antara 6 – 7.Mikroba
yang ada di dalam rumen terdapat pada partikel makanan, dalam cairan rumen dan menempel
pada dinding rumen.
Penurunan konsentrasi amonia dalam rumen dapat dilihat dari penurunan konsumsi pakan
akibat menurunnya proses perombakan komponen pakan oleh mikroba. Konsentrasi amonia
untuk degradasi optimum pakan berserat harus di atas 200 mg/liter cairan rumen.Pemberian urea
dalam air minum hanya dapat dilakukan jika konsentrasi amonia cairan rumen sangat rendah
(〈50 mg/liter) dan amonia diasumsikan sebagai faktor pembatas utama penurunan pertumbuhan
dan aktivitas mikroba. Pemanfaatan amonia sangat tergantung pada ketersediaan faktor lain
seperti kerangka karbon yang berasal dari karbohidrat mudah terfermentasi
Kelompok utama mikroba yang berperan dalam pencernaan tersebut terdiri dari bakteri, protozoa dan
jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak (Preston dan
Leng 1987).
3.1 Bakteri
Bakteri memiliki populasi terbanyak antara 109-1010 sel/mil cairan rumen ukurannya
berkisar antara 0.3 - 50 µm. Bakteri tersebut berbentuk spiral (Streptococcus) dan yang
berbentuk batang (Eubakterium) dan bakteri yang berbentuk bulat.Bakteri bentuk batang dan
spiral hidup secara anaerob sedangkan bentuk coccus gram negative ada yang hidup aerob.Selain
itu ada juga bakteri fakultatif yaitu bakteri yang dapat hidup pada kondisi sedikit oksigen
misalnya streptococcus.Jenis-jenis bakteri pada rumen dibedakan berdasarkan substrat yang
didegradasi. Yaitu bakteri Selulolitik, bakteri Hemiselulolitik, bakteri amilolitik, bakteri
proteolitik, bakteri lipolitik, bakteri methanogenik,bakteri ureolitik, Sugar Untilizer Bacteria
(bakteri pemakai gula),danAcid Utilizer Bacteria(Bakteri Pemakai Asam).
3.1.1 Bakteri Selulolitik
Bakteri ini menghasilkan enzim selulase yang dapat menghidrolisis ikatan
glukosida β 1.4 sellulosa dan dimer selobiosa.Bakteri selulolitik akan dominan apabila makanan
utama ternak berupa serat kasar. Contoh dari bakteri selulolitik adalah :
Bacteriodes succinogenes
Ruminicoccus flavefaciens
Ruminicoccus albus
Cillobacterium c ellulosolvens
3.1.2 Bakteri Hemiselulolitik
Hemiselulosa berbeda dengan selulosa terutama dalam kandungan pentosa ,gula heksosa
serta biasanya asam uronat. Hemiselulosa merupakan struktur polisakarida yang penting dalam
dinding sel tanaman.Mikroorganisme yang dapat menghidrolisa selulosa biasanya juga dapat
menghidrolisa hemiselulosa.Meskipun demikian ada beberapa spesies yang dapat menghidrolisa
hemiselulosa tetapi tidak dapat menghidrolisa selulosa. Contoh dari bakteri hemiselulolitik
adalah :
Butyrivibrio fibriosolven
Bacteriodes ruminicola
3.1.3 Bakteri Amilolitik
Beberapa bakteri selulolitik juga dapat memfermentasi pati, meskipun demikian
beberapa jenis bakteri amilolitik tidak dapat menggunakan/memfermentasi selulosa.
Bakteri amilolitik akan menjadi dominan dalam jumlahnya apabila makanan
mengandung pati yang tinggi, seperti butir-butiran. Bakteri amilolitik yang terdapat di
dalam rumen antara lain:
Bacteriodes amylophilus
Butyrivibrio fibrisolvens
Bacteroides ruminicola
Holotricha
Ciri-ciri umum dari Holotricha adalah: pergerakannya yang cepat, bentuk selumumnya
oval dan terdapat dalam konsentrasi yang tinggi bila makanan utama Holotricha dapat
menggunakan glukosa, fruktosa, sukrosa dan pektin. Karbohidrat akandisimpan dalam bentuk
amilopektin (salah satu bentuk rantai panjang pati). Jenis ciliate rumen ini mempunyai peranan
penting dalam metabolisme karbohidrat dengan jalan menelan gula segera setelah masuk ke
rumen dan menyimpannya dalam bentuk amilopektin, yang selanjutnya akan melepaskan
kembali senyawa ini kedalam cairan rumen pada saat populasi Holotricha mengalami lisis atau
pada fase pertumbuhannya. Mekanisme ini mempunyai pengaruh positif terhadap tersedianya
karbohidrat dapat terfermentasi (fermentable carbohydrate) bagi bakteri rumen, terutama apabila
tidak terdapat lagi karbohidrat dalam makanan misalnya pada saat ternak beristirahat.Meskipun
demikian apabila didalam rumen terdapat kandungan gula yang terlarut sangat tinggi, kelompok
Holotricha akan terus memangsa senyawa tersebut hingga pada saat sel ciliata pecah karena tidak
terdapatnya kontrol mekanisme pembatas konsumsi. Beberapa spesies Holotricha yang penting
antara lain:
Isotricha intestinalis
Isotricha prostoma
Dasytricha rumiantium
Oligotrich (Entodiniomorph)
Jenis ini hanya sedikit sekali menggunakan gula terlarut sebagai makananannya,akan
tetapi butir-butir pati akan menjadi sasaran utama untuk dimangsanya. Beberapa spesies juga
memangsa amilopektin dari Holotricha disamping ada pula yang secara aktif menelan serat kasar
tanaman dan mencerna selulosa.Akan tetapi hasil penelitian terakhir meragukan kemampuan
protozoa rumen untuk dapat mencerna selulosa.Pencernaan selulosa dapat dilakukan karena
protozoa memangsa bakteri dan bakteri inilah yang akan menghasilkan enzim selulase didalam
tubuh protozoa sehingga selulosa yang dimangsa dapat dicerna.Spesies penting dari Oligotricha
antaralain:
Diplodinium dentatum
Eudiplodinium bursa
Polypastron multivesiculatum
Entodinium caudatum
Tidak seperti bakteri rumen, ciliata dapat diklasifikasikan atas dasar morfolginya karena
ukuran selnya cukup besar yaitu antara 200 - 200 mm.Ciliata rumen dapat dibedakan menjadi 3
ordo yaitu:
Ordo Prostomatida
Ordo Trichostomatida
Ordo Entodiniomorphida
Ordo Entodiniomorphida adalah yangterbanyak dijumpai dalam rumen baik dari segi
jumlah spesies maupun frekuensiterdapatnya.sementara itu dari ordo lainnya hanya terdiri dari
beberapa spesies sajameskipun frekuensi terdapatnya cukup tinggi.Ordo Entoiniomorphida
terbagi kedalam 6 famili, yaitu:
Ophryoscolecidea
Dixtiidae
Cyclophostiidae
Telanodiniidae
Polydiniellidae
Tryglodytellidae
Dari keenam famili tersebut hanya Ophryoscolecidae yang ditemukan padarumen, sedangkan
famili lainnya terdapat pada usus kuda, tapir, gajah, badak, kuda nil,babi rusa serta orang utan.
3.3 Fungi
Fungi rumen bersifat anaerob yang terdapat dalam rumen sebagian besar mencerna serat
kasar.Populasinya berjumlah 103-105 sel/ml cairan rumen.Meskipun populasinya sedikit, namun
sangat berperan dalam mencerna serat kasar.Fungi Rumen sangat efektif mdalam melonggarkan
ikatan jaringan tanaman dan diperkirakan menjadi mikroba rumen pertama yang mencerna
struktur tanaman.
Fungi akan memecah ikatan hemiselulosa-lignin dan melarutkan pelindung lignin, tapi tidak
mendegradasi lignin. Komponen tanaman dari berbagai hijauan menyebabkan peningkatan yang
besar populasi fungi.Secara in vitro, perkembangan aktivitas fungi rumen dihambat oleh bakteri
rumen karena pemanfaatan N dan asam laktat oleh bakteri.
Fungi terdiri dari Yeast (ragi) seperti Saccharomyces dan Mould (Jamur). Untuk hidupnya,
jamur seperti Neocallimastix frontalis, Piramonas communis, dan Sphaeromonas communis,
membutuhkan kondisi anaerob.
3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Populasi Mikroba Rumen
Beberapa faktor telah diketahui sebagai kendala terhadap populasi mikrobarumen.
Faktor-faktor tersebut antara lain: suhu, komposisi gas, pengaruh osmotik dan ionik, keasaman,
tersedianya nutrisi dan keluarnya cairan atau masuknya aliran ke rumen. Lambung ruminansia
secara umum dapat dipandang sebagai wahana yang idealbagi pertumbuhan mikroorganisme
karena adanya faktor:
ukuran lambung besar
tersedianya substrat secara kontinyu
percampuran makanan selalu terjadi
kontrol terhadap keasaman (pH) lambung dapat dilakukan dengan melalui
buffering action dari saliva serta dinding rumen
terjadinya pembuangan zat-zat terlarut yang dapat menghambat proses
metabolisme dan adanya pembuangan bahan padat ke bagian saluran pencernaan lainnya.
Hewan yang bersangkutan hanya dapat mengatur aktivitas mikroba rumen
dalamketerbatasan kemampuan yang dimiliki seperti disebutkan diatas. Oleh karena itu factor
faktor
lainnya ditentukan oleh kondisi fisiologis pertumbuhan serta adanya interaksi antara mikroba
rumen seperti: sinergisme, penghambatan dan kompetisi diantara spesies atau dengan
mikroorganisme lainnya.
Pada awal perkembangannya komposisi mikroba di dalam rumen pada hewan
yang baru lahir sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang komplek dan tergantung pada
lingkungan mikro kimia yang dipengaruhi oleh jenis pakan yang dikonsumsi. Segera
setelah terbentuk maka komposisi mikroba rumen akan sangat stabil kecuali terjadi
perubahan komposisi pakan.
3.4.1 Suhu
Temperatur rumen dikatakan normal apabila berada pada kisaran antara 39 – 41oC.
Segera setelah makan, temperatur rumen biasanya akan meningkat sampai dengan 41oC,
terutama selam proses fermentasi terjadi didalam rumen. Sebaliknya temperatur akan menurun
sampai dibawah suhu normal bila ternak minum air dingin.Kondisi ini akan dapat mempengaruhi
populasi mikroba rumen terutama pada spesiesspesiestertentu yang sangat peka yang tidak dapat
bertahan hidup pada suhu diatas 40C (Hungate, 1966). Demikian pula penurunan suhu rumen
dibawah suhu normal setelah hewan minum air dingin akan mempengaruhi aktivitas mikroba ini.
3.4.2Keasaman (pH)
Dalam kondisi anaerobik serta suhu diantara 39 - 40C, keasaman rumenberkisar antara
5,5 - 7,0. Keasaman lambung atau rumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti macam
pakan serta waktu setelah makan.Macam pakan akan mempengaruhi hasil akhir fermentasi, yaitu
asam lemak terbang (VFA) serta konsentrasi bikarbonat dan fosfat yang disekresikan oleh hewan
yang bersangkutan dalam bentuk saliva. Konsentrasi VFA pada umumnya menurun
dengan menignkatnya keasaman rumen. Untuk menjaga agar pH rumen tidak menurun atau
meningkat secara drastis maka perlu adanya hijauan didalam ransum dalam proporsi yang
memadai (± 40 persen dari total ransum atau dengan kadar serat kasar sekitar 20 persen) dimana
70 persen dari serat kasar ini harus dalam bentuk polisakarida berstruktur untuk dapat
merangsang produksi saliva selama proses ruminasi.Akibat terjadinya perubahan keasaman
rumen, komposisi mikroba akan berubah.
Apabila pH rumen mendekati 6, jumlah bakteri asam laktat (misalnya gram positif
batang) akan meningkat sehingga konsentrasi asam laktat didalam rumen akan
meningkat.
3.4.5 Nutrisi
Komposisi pakan sangat menentukan terhadap hasil akhir fermentasi serta
lajupengenceran (dilution rate) isi rumen. Jika ransum basal mengandung serat kasar tinggi maka
bakteri selulolitik akan dominan karena kehadirannya menentukan terjadinya proses fermentasi
selulosa. Sebaliknya protozoa akan berkurang jumlahnya. Jamurrumen karena sifatnya adalah
selulolitik akan meningkat jumlahnya pada kondisi ini. Keadaan yang sebaliknya akan terjadi
jika proporsi konsentrat meningkat dalam pakan.Dengan meningkatnya frekuensi makan (karena
bertambahnya frekuensi suplai makan) fluktuasi pH rumen akan berkurang. Hal ini akan
meningkatkan populasi mikroba. Peningkatan populasi protozoa dari 1,15 x 106 menjadi 3,14 x
106 telah dilaporkan jika frekuensi pemberian pakan ditingkatkan dari satu kali menjadi empat
kali sehari.Konsumsi sukarela (voluntary intake) ransum dapat ditingkatkan tiga sampai
empat kali kebutuhan hidup pokok apabila konsentrat diberikan dalam ransum. Dengan
meningkatnya konsumsi, volume rumen dan sekresi saliva ke rumen serta laju pengeluaran
digesta dari rumen akan meningkat
BAB IV
Penutup
Kesimpulan
Secara garis besar terdapat 4 kelompok utama mikoba rumen yaitu :
1. Bakteri
2. Protozoa
3. Jamur (fungi )
4. Virus.
Secara kuantitatif golongan terakhir belum di ketahui. Di samping itu terdapat sejumlah amoeba
yang belum di ketahui juga secara pasti populasinya. Dengan pertimbangan bahwa mereka
(Mikroba Rumen) telah banyak diketahui dalam proses fermentasi pakan ternak ruminansia.
Saran
Perlu adanya tinjauan atau penelitian lagi terhadap mikroorganime kelompok virus atau
bakteriofage untuk memudahkan dalam sisi pengetahuan.
DaftarPustaka
Anonymous.2012. SistemPencernaanRuminansia. (http://rangkaianhatierlin.blogspot.com/2012/05/sist
em-pencernaan.html).
Barry, Thomson danAmstrong 1977. The Ruminant and Its Microbes. New York, London, San
Frasisco : Agricultural experimental Station, University Of California. Academic Press.
Mubarak. Zaky.2009. Microbiology Of The Rumen and Intestin. Prentice Hall. New Jersey .
Preston danLeng. 1987.Management and Feeding of Buffalo. VikasPubl House put. New Delhi .
Russel, JB. 2006. Growth Independent Energy Dissipation by Ruminan. Bacteria :Hosino, S . Onodera,
R :Mimato, R. Itabashi, H . (ed). Japan Scientific Society Press. Tokyo.
Soetanto,Hendrawan.2011.BahanAjarKuliahNutrisiRuminansia.Fakultas
PeternakanUniversitasBrawijaya-Press. Malang.
Yan Offer dan Robert. 1996. Effect of Ammonia Concentration in Rumen Microbial Protein
Production In Vitro. Br. J. Nutr. , 35 : 199