Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

“Sistem Integumen pada Ikan”

Oleh:
Riko
(2021611035)

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-
Nya, sehingga penulis dapat merampungkan laporan praktikum ikhtiologi dengan
judul: “Sistem Integumen ”.
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena
itu penulis berikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada,
1. Kedua orang tua yang senantiasa mendo’akan penulis dan segala fasilitas
yang mereka berikan
2. Dosen pengampu yaitu ibu Umroh yang menyampaikan materi dengan
baik
3. Asisten dosen yaitu yuk Navisa Safira yang membimbing penulis dalam
praktikum
4. Teman-teman yang bekerja sama dengan baik pada saat praktikum
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Amiin.

Balunijuk, 13 September 2017,


penulis

Riko
2021611035

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2


2.1 Sistem Integumen ................................................................................ 2
2.2 Deskripsi Spesies ................................................................................ 4
2.2.1 Ikan daun baru (Drepane punctata) ........................................... 4
2.2.2 Ikan nila (Oreochromis Niloticus) ............................................ 5
2.2.3 Ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus) ............................ 6
2.2.4 Ikan belanak (Valamugil seheli) ............................................... 8
2.2.5 Ikan Glodok (Periopthamus sp)................................................ 8
BAB III. METODOLOGI ................................................................................. 11
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................. 11
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 11
3.3 Cara Kerja ........................................................................................... 11

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 12


4.1 Hasil .................................................................................................... 12
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 13
4.2.1 Jenis Ikan .................................................................................... 13
4.2.2 Sistem Integumen ....................................................................... 13
4.2.3 Habitat ........................................................................................ 13
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 15
5.1 Simpulan .............................................................................................. 15
5.2 Saran ..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem integumen/sistem penutup tubuh (covering) adalah suatu sistem
penyusun tubuh suatu makhluk hidup yang berhubungan langsung dengan
lingkungan luar. Fungsinya antara lain sebagai pelindung, penerima rangsang dari
luar/ eksteroreseptor, respirsi, ekskresi, termoregulasi dan
osmoregulasi/homeostatis.

Fungsi lain:

1. Sebagai tempat cadangan makanan lemak pada hewan yang hidup di


daerah.
2. Sebagai alat gerak, sayap pada burung, sirip pada ikan, selaput renang
pada katak.
3. Sebagai alat nutrisi / kelenjar susu, pada mamalia
4. Sebagai tempat pembentukan vitamin D.

Sistem integumen adalah sistem yang membedakan, memisahkan,


melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya.
Sistem ini mencakup kulit, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya
(keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin “integumentum”, yang
berarti “penutup’. Selain itu dengan mempelajari identifikasi pada sistem
integumen kita akan lebih mudah menjelaskan apa itu struktur sistem integumen,
apakah jaringan penunjang sistem integumen, bagaimana hubungan suhu dan
bagaimana hubungan sistem reproduksi dengan sistem integumen.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal beberapa organ
kelengkapan tubuh yang terdapat pada bagian integumen seperti: tipe sisik, jari-
jari sirip, kil dan skut.

1
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Integumen

Integumen merupakan suatu system yang sangat bervariasi: padanya


terdapat sejumlah organ ataupun struktur tertentu dengan fungsi yang bermacam-
macam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari kulit dan derivat-derivatnya.
Gigi pada ikan hiu, scute, keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan
merupakan modifikasi dari sisik. Sistem integmen terbagi menjadi enam, yaitu:
kulit, lendir, sisik, pewarnaan, organ cahaya dan kelenjar racun (Burhanuddin,
2014).

Hewan vertebrata terdiri dari beberapa lapisan dan dua lapisan utama.
Lapisan luar disebut epidermisdan lapisa dalam disebut dermus. Lapisan
epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh sel-
sel yang terbentuk piala yang terdapat diseluruh permukaan tubuhnya. Epidermiis
merupakan bagain tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungannya dan
sistem somatis. Lapisan tersebut merupakan lapisan pelindung yang menjag
kualintas air dan zat-zat yang terlarut didalamnya secara bebas (Lagler,1997).

Dermis adalah lapisan yang didalamnya terkandung pembuluh darah, saraf


dan jaringan pengikat memiliki struktur yang lebih tebal dengan sel-sel susunanya
lebih kompak dari pada epidermis. Derivat-derivat ikan dibentuk pada lapisan
tersebut. Lapisan dermis berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang
bersisik dan derivat-derivat kulit lainnya.

Ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih dari tebal
dibandingkan ikan bersisik. Ketebalan lendir dipengaruhi oleh kegiatan sel
kelenjar yang berbentuk piala yang terletak didalam epidermis. Kelenjar tersebut
akan memproduksi lendir lebih banyak saat ikan berusaha melepaskan diri dari
bahaya dibandingkan pada saaat keadaan normal.

Lendir berfungsi untuk mengurangi gesekan dengan air supaya dapat


berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka. Lendir juga
berperan dalam proses osmoregulasi sebagai lapisan semipermeable yang
mencegah keluar maasuknya air melalui kulit. Beberapa ikan menggunakan

2
lendirnya untuk melindungi telur dari gangguan luar, misalnya dari genus
Trichogaster (Cailliet,1979).

Sisik ikan tersusun seperti genting, dimana satusisik menutupi sebagian


sisik dibelakangnya. Bagian sisik yang tampak dari luar yaitu yang tidak tertutup
oleh sisik lain disebut bagian terbuka, sedangkan bagian yang tidak tampak karena
tertup sisik didepannya disebut bagian tertutup. Bagian yang tampak bagian dari
luar tersebut adalah bagian posterior, pada bagian ini terdapat butir-butir zat
warna (pigmen, kromatofor) sedangkan bagian yang menempel pada kulit
(anterior) tidak mempunyai pigmen (Amansya, 2009).

Bentuk ukuran dan jumlah sisik ikan memberikan gambaran bagaimana


kehidupan ikan tersebut. Berdasarkan bentuk bahan yang terkandung didalam
sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis yaitu: placoid, cosmoid, ganoid,
cycloid, dan ctenoid. Sisik ganoid merupakan sisik besar dan kasar, sisik cycloid
dan ctenoid meruapakan sisik yang kecil dan tipis atau ringan, sisik placoid
merupakan sisik yang lembut.

Sisik cyloid berbentuk bulat, pinggiran sisik halus dan rata sementara sisik
ctenoid mempunyai bentuk seperti cycloid tetapi mempunyai pinggiran yang
kasar. Sisik placoid adalah jenis sisik yang merupakan karakteristik bagi golongan
ikan bertulang rawan (Chondrichtyes). Bentuk sisik tersebut tersebut menyerupai
bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangka.sisik cosmoid adalah
sisik yang ditemukan pada ikan fosil dan primitif. Sisik ini terdiri dari lapisan
yang berturut dari luar adalah vitrodentin dilapisi semacam enamel, kemudian
cosmine yang merupakan lapisan kuat dan nonceluler serta isopedine yang
materialnya terdiri dari substansi tulang. Sisik ganoid adalah jenis sisik ikan yang
dimiliki oleh ikan-ikan yang dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan
Scaphyrynchus (Chondrichtyes). Sisik ini memiliki lapisan terluar yang disebut
ganoine yang materialnya berupa garam-garam anorganik (Moyle, 1998).

Cahaya yangdihasilkan ikan memiliki fungsi sebagai tanda pengenal


individu yang sejenis, untuk mengikat mangsa, menerangi lingkungan dan penciri
ikan beracun. Terdapat dua kelompok ikan berdasarkan sumber cahaya yang
dikeluarkan oleh sel pada kulit ikan tersendiri misalnya pada golongan

3
Elasmobranchii dan pada golongan teleostei (Batrachoididae dan Stomiatidae).
Kelompok kedua adalah ikan yang mengeluarkan cahaya yang bersimbiosis
dengannya, pemantulan cahaya yang dikeluarkan bakteri tersebut diatur oleh
jaringan sebagai lensa.

Kelenjar beracun pada ikan merupakan derivate-derivate dari kulit yang


merupakan modifikasi kelenjar yang merupakan modifikasi kelenjar yang
mengeluarkan lendir.

2.2 Deskripsi Spesies


2.2.1 Ikan daun baru (Drepane punctata)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii
:
Order : Perciformes

Family : Drepaneidae

Genus : Drepane

Species : Drepane punctata (Linnaeus, 1758).

Deskripsi singkat morfologi dari Drepane punctata yaitu


memiliki duri di punggung (total): 8 - 10; Sirip punggung lunak
(total): 20-22; Duri dubur: 3; Sinar lembut anal: 17 - 19. Warna
umumnya keperakan dengan warna kehijauan di atas. Sirip dada
panjang dan runcing. Mirip dengan D. longimana namun
berbeda dengan memiliki 4 - 11 bintik abu-abu vertikal pada
separuh bagian atas sisinya, dan umumnya 8 duri dorsal (tidak
ada satupun (titik) dan umumnya 9 duri di D. longimana).

Terjadi di berbagai habitat di daratan: dasar pasir atau lumpur,


terumbu karang, muara dan pelabuhan (Ref. 9800). Ditemukan
di dekat karang dan terumbu karang pada suhu berkisar antara
26 ° hingga 29 ° C. Umpan ikan invertebrata dan bentik (Pustaka

4
5213). Umumnya dipasarkan segar (Ref. 5284).

2.2.2 Ikan nila (Oreochromis Niloticus)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleosin

Ordo : Percoidae

Sub ordo : Cichilidae

Family : Oreocharomis

Genus : Oreocharomis

Spesies : Oreocharomis Niloticus (Nybakken, 1992).

Ikan nila memiliki sirip punggung lunak (total): 11-13; Duri


dubur: 3; Sinar lembut anal: 9 - 11; Vertebra: 30 - 32. Diagnosis:
rahang jantan dewasa tidak terlalu membesar (panjang rahang
bawah 29-37% panjang kepala); Papilla genital jantan tidak
dikelompokkan (Ref. 2). Karakteristik yang paling membedakan
adalah adanya garis vertikal biasa sepanjang kedalaman sirip
ekor.
Terjadi di berbagai habitat air tawar seperti sungai, danau, kanal
limbah dan saluran irigasi (Pustaka 28714). Terutama diurnal.
Pakan terutama pada fitoplankton atau ganggang bentik. Ovipara
(Pustaka 205). Mouthbrooding oleh wanita (Ref. 2). Kisaran
suhu yang diperluas 8-42 ° C, kisaran suhu alami 13,5 - 33 ° C
(Pustaka 3). Kematangan seksual dicapai pada 3-6 bulan
tergantung suhu, mencapai sekitar 30 g. Reproduksi hanya
terjadi bila suhu di atas 20 ° C. Beberapa minggu per minggu
setiap 30 hari. Betina menetaskan telur di dalam mulut mereka
(kira-kira selama seminggu) dimana larva menetas dan tetap
sampai vitellus diserap kembali. Ukuran telur 1,5 mm, panjang
larva saat menetas 4 mm. Menumbuhkan pasir kuat di perairan
dari 0,6 sampai 2 m kedalaman danau (Pustaka 2) dan perairan
lepas pantai (Pesis. 55624). Pria mendirikan dan

5
mempertahankan wilayah yang dikunjungi oleh perempuan.
Berlangsung beberapa jam. Seekor jantan tunggal mungkin
membuahi telur lebih dari satu betina (Pustaka. 55624). Telur
ditumpahkan dalam batch dalam sarang dangkal dan dibuahi
oleh jantan. Setiap batch telur diambil ke dalam rongga mulut
oleh perempuan. Betina hanya terlibat dalam perawatan anak.
Wanita membawa hingga 200 butir telur di mulutnya dimana
larva menetas dan tetap sampai setelah kuning telur diserap.

2.2.3 Ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Osphronemidae
UpaFamili : Luciocephalinae
Genus : Trichogaster
Spesies : Trichogaster Trichopterus

Sepat rawa memiliki warna kehijauan dan kebiruan dengan


beberapa pita berwarna kuning bewarna gelap dan sebuah bercak di
tengah sisi pada pangkal sirip ekor. Pada sirip perut mempunyai jari-
jari seperti filamen yang panjangnya hampir sama dengan panjang
badan, sirip ekor berbentuk sabit sedikit cekung. Ikan yang bertubuh
pipih jorong, dengan moncong runcing dan mulut kecil. Sisik
berukuran kecil-kecil, bersusun miring, dan beraneka ukuran. Gurat
sisi sempurna, bentuk tabung yang kadang-kadang agak lengkung.
Sirip punggung terletak jauh ke belakang, namun berakhir agak jauh
di depan sirip ekor. Sirip perut berbentuk sepasang jari-jari lunak,
yang pertama berubah menjadi alat peraba menyerupai cambuk
panjang sepanjang badan, ditambah dengan sepasang duri pendek dan
beberapa pasang jumbai yang pendek dan tak seberapa terlihat. Sirip

6
dubur memanjang mulai dari di bawah dada hingga pangkal ekor.
Sirip dada kurang lebih meruncing.

Duri punggung (Keseluruhan): 6 - 8; Sirip punggung lunak


(total): 7-10; Duri dubur: 9-12; Sinar lembut anal: 30 - 38. Warna
dalam hidup coklat; bahu dengan tanda gelap tidak teratur,
kekuningan pada operarter dan toraks; Sirip median dan pektoral
berwarna coklat, ventrikel kekuningan. Mulutnya sangat kecil, sangat
miring, rahang atas vertikal dan agak menonjol, rahang bawah
menonjol. Timbangan dengan ukuran sedang, tidak teratur diatur.
Garis lateral melengkung, tidak beraturan. Sirip ekor sedikit
emarginate atau truncate (Ref. 4792). Dengan 8-9 sirip ekor dorsal fin;
33-38 sinar anal-fin bercabang; titik hitam di bagian tengah dan di
dasar sirip ekor (Ref. 12693). Badan dengan banyak batang oblique
tidak beraturan sempit (Ref. 43281).

Ikan Sepat rawa tinggal di lahan basah dataran rendah (Ref.


57235). Ditemukan di rawa-rawa, rawa dan kanal (Ref. 43281).
Inhabits dangkal lamban atau berdiri-air dengan banyak vegetasi air.
Terjadi di hutan banjir musiman di tengah Mekong Tengah dan rendah
(Ref. 12693). Melakukan migrasi lateral dari arus utama Mekong, atau
badan air permanen lainnya, ke daerah banjir selama musim banjir dan
kembali ke badan air permanen pada permulaan musim kemarau (Ref.
37770). Umpan pada zooplankton, krustasea dan larva serangga.
Diproses menjadi ikan asin kering di Jawa (Ref. 4929). Juga
dipasarkan segar dan biasa terlihat pada perdagangan ikan akuarium
(Ref. 12693). Pemelihara akuarium: ukuran akuarium minimum 100
cm (Ref 51539). Bangun gelembung sarang, biasanya di permukaan.
Laki-laki biasanya mengumpulkan telur, menempatkan mereka di
sarang dan menjaga mereka sampai mencapai tahap renang bebas
(Pustaka 6028). Laki-laki mengusir perempuan jauh (Ref. 1672).

7
2.2.4 Ikan belanak (Valamugil seheli)

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Mugiliformes
Famili : Mugilidae
Genus : Valamugil
Spesies : V. Seheli

Ikan belanak (V. Seheli) memiliki duri punggung (total): 4 -


5; Sirip punggung lunak (total): 8-9; Duri dubur: 3; Sinar lembut anal:
8 - 10. Biru kebiruan atau hijau dorsal; panggul dan perut keperakan;
bintik-bintik kotor pada deret sisik atas, memberi garis longitudinal
yang tidak jelas (Ref. 9812). Sirip punggung dan bagian atas sirip ekor
dengan ujung biru tua. Sirip dubur, panggul, dan sirip dada berwarna
kuning. Pectorals juga dengan bintik biru gelap di bagian asalnya
(Ref. 9812). Skala axil sirip dada sangat panjang.
Habitat Ikan belanak (V. Seheli) adalah Menghirup perairan
pesisir namun memasuki muara sungai dan sungai tempat mereka
memakan mikroalga, ganggang berserabut, forams, diatom, dan
detritus yang terkait dengan pasir dan lumpur (Ref. 9812). Sekolah
formulir Ovipara, telur bersifat pelagis dan tidak perekat (Pustaka
205). Juga tertangkap menggunakan stakenets, barrier nets, dan pouch
jaring saat pemijahan; juga diambil sebagai bycatch (Ref. 9812).
Dipasarkan segar dan mungkin asin, direbus (Thailand), kalengan atau
beku (Australia); roe asin (Pustaka 9812).

2.2.5 Ikan Glodok (Periopthamus sp)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii

8
Ordo : Perciformes
Famili : Gobiidae
Subfamili : Oxudercinae
Genus : Periothalamus
Spesies : Periothalamus sp.

Ikan glodok (Periothalamus sp) memiliki duri pada punggung


(Keseluruhan): 11 – 15, sirip punggung lunak (total): 10-13, duri
dubur: 1, Sinar lembut anal: 8 - 10. Diagnosis: ukuran dewasa besar,
mendekati 150 mm SL, lebar kepala 15,4-21,8% SL (Ref. 5218). Bibir
atas ditutupi oleh lipatan kulit, lubang hidung anterior berbentuk
kerucut dan tubular, sampai ke tingkat bibir bawah. Lubang hidung
posterior kecil, seperti celah (Ref. 57403). Berjuang jauh (Pustaka
3657). Mulut horisontal (Ref. 3657), besar, kemaluannya membentang
sampai di bawah pusat mata (Ref. 57403).
Mata ikan glodok menonjol dan menutup bersamaan dengan
lipatan kelopak mata bawah (Ref. 3657). Skala predorsal meluas ke
anterior ke tingkat margin belakang mata, margin atas daerah
operkulum, preoperkulum dan suborbital, serta basis sirip dada,
ditutupi sisik cycloid kecil, Skala 86-107 dalam seri longitudinal
(termasuk biasanya skala 3 atau 4 pada dasar sirip ekor) (Pustaka
5218, 57403). Sirip punggung pertama tinggi (Ref. 3657), dengan 10-
14 duri (Ref. 57403) yang fleksibel (Ref. 3657).
Sirip punggung kedua dengan 1 tulang belakang dan 10-13
soft rays (Ref. 57403), basa lebih panjang dari jarak ujung ke ujung
sirip ekor (Ref. 3657), panjang dasar sirip punggung kedua 20,9-24.
1% SL (Ref. 5218). Panjang dasar sirip dubur 14,1-17,7% SL (Ref.
5218). Sirip dada dengan lobus berotot panjang (Ref. 3657). Sirip
pelvis bergabung dengan membran transversal yang menghubungkan
dasar dari pasangan ke-5 dari sinar tersegmentasi (Ref. 57403).
Panjang sirip pelvis 14,2-16,0% SL; tidak ada frenum yang
menyatukan sirip pelvis (Ref. 5218). Sirip Caudal asimetris, sinar atas

9
terpanjang (Ref. 57403), sinar bawah lebih pendek dan gemuk
(Pustaka 3657). TRDB 20-34 (Ref. 5218). Pewarnaan: dalam
kehidupan: ikan hijau zaitun atau berkarat-coklat di punggung, pucat
ventrally; ocelli biru kecil tersebar di sisi dan dorsum, dan beberapa
pita hitam yang miring dan oblik mungkin ada di bagian belakang
panggul; Sirip punggung pertama berwarna gelap pada batas anterior
dan memiliki pita longitudinal biru terang di dekat pinggiran
distalnya; Sirip punggung ke 2 memiliki pita longitudinal 2, sempit,
biru kebiruan pada bagian atasnya; sirip ekor gelap (Ref. 57403).
Spesimen yang diawetkan: coklat tua / ungu di kepala, dorsum dan
sisi; dagu pucat atau berbintik abu-abu; permukaan tubuh ventral
pucat keputihan-kuning; Sirip punggung pertama berwarna keabu-
abuan dengan pita hitam di dekat pinggiran distal, berbatasan dengan
punggung dan ventral oleh pita putih sempit; Sirip punggung kedua
dengan margin coklat dan garis hitam yang melintang di sepanjang
bagian atas sirip, garis ini berbatasan dengan punggung dan ventrally
oleh pita putih sempit; Sirip dubur pucat atau putih, kadang sedikit
berbintik-bintik halus dan gelap; sirip ekor coklat tua di bagian
dorsalnya, keputihan pada bagian ventralnya; sirip dada gelap di
permukaan luar (lateral) mereka, dengan margin distal pucat, abu-abu
lebih terang di permukaan dalam (medial) mereka, terutama secara
ventrally; sirip pelvis berwarna keputihan pada permukaan ventral tapi
coklat tua di permukaan dorsal, dengan margin pucat / putih (Ref.
57403).
Habitat ikan glodok Kadang ditemukan di air tawar, tapi selalu
dekat dengan pantai (Ref. 57403). Amfibi udara-nafas (Ref 31184)
yang melompat atau berjalan di atas pasir atau lumpur untuk mencari
makanan; Artinya, pada dataran lumpur pasang surut antar rawan rawa
mangrove muara. Umpan dewasa terutama pada arthropoda (kepiting,
serangga, dll.) Dari permukaan lumpur. Yang juga termasuk dalam
diet adalah mangrove putih, Avicennia nitida (Pustaka 3026).
Tenggelam dalam liang (Ref. 3657).

10
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 5 September 2017


jam 10.00-11.30 WIB. Bertempat di Laboratrium Perikanan, Fakultas Pertanian,
Perikanan dan Biologi. Universitas Bangka Belitung.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan daun baru
(Drepane punctata), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan sepat rawa
(Trichogaster trichopterus), ikan belanak (Valamugil seheli), dan ikan glodok
(Periopthamus sp). Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
nampan, pinset, tissue, dan alat-alat tulis seperti pena, pensil, buku gambar dan
penghapus.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja praktikum kali ini adalah:
1. Mencabut selembar sisik pada bagian kanan tubuh ikan yang disediakan
dengan menggunakan pinset.
2. Memberdihkan sisik tersebut dari kotoran maupun lendir yang menempel
sehingga tampak transparan.
3. Meletakkan sisik tersebut dibawah mikroskop dengan posisi bagian anterior
di sebelah kiri dan bagian posterior disebelah kanan, maka dengan demikian
sisik tetap seperti kedudukan semula sebelum tercabut.
4. Mengatur luas mikroskop agar tercapai fokus yang tepat pada pembesaran
yang diinginkan.
5. Bila butir tersebut telah dilakukan dengan cara demikian sisik dapat diamati.
Dan menggambar sisik tersebut, beserta bagian-bagiannya, kemudian
menyebutkan bagian-bagian sisik.
a. Membandingkan bagian depan dan belakang sisik.
b. Membandingkan sisik placoid, stenoid dan sikloid.
c. Membandingkan jenis sisik dari ikan yang satu dengan yang
lainnya dengan jelas

11
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Hasil dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Bentuk sisik yang terdapat kepada keempat ikan tersebut adalah 2 cycloid
dan 2 ctenoid.
2. Jenis sisik cycloid terdapat pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dan
ikan daun baru (Drepane punctata).
3. Sedangkan pada ikan belanak (Valamugil seheli) dan ikan sepat
(Trichogaster trichopterus) memiliki bentuk sisik ctenoid.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu supaya pemerintah lebih bijak
dalam melestarikan perairan Indonesia khususnya pemerintah provinsi supaya
perairan kita bebas dari pencemaran yang akan mengakibatkan semakin
berkurangnya jenis ikan yang ada di Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amansya, T. 2009. Sistem Integumen Pada Ikan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama
Burhanuddin, Prof Andi Iqbal, M. Fish,. Sc., Ph.D. 2014. Ikhtiologi dan Segala
Aspek Kehidupannya. Yogyakarta: Deepublish
Cailliet. A. 1979. Readings in Ichthyology. New Delhi: Prentice-Hall of India
Harrison, I.J., P.J. Miller and F. Pezold, 2003. Gobiidae. p. 625-666 In C.
Lévêque, D. Paugy and G.G. Teugels (eds.) Musée Royal de l'Afrique
Centrale, Tervuren, Belgique, Museum National d'Histoire Naturalle, Paris,
France and Institut de Recherche pour le Développement, Paris, France: Faune
des poissons d'eaux douce et saumâtres de l'Afrique de l'Ouest, Tome 2. Coll
Lagler, N. 1997. Ichthyology. Second edition. New York: Jhon Wiley & Sons
Maugé, L.A., 1984. Drepanidae. In W. Fischer and G. Bianchi (eds.). Western
Indian Ocean fishing area 51: FAO species identification sheets for fishery
purposes
Moyle, P. 1979. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. New
Jersey: Prentice-Hall, Englewood Cliff
Myers, R.F., 1991. Micronesian reef fishes. Coral Graphics, Barrigada, Guam : Second
Ed

Rainboth, W.J., 1996. Fishes of the Cambodian Mekong. FAO species


identification field guide for fishery purposes. Rome: FAO
Trewavas, E., 1983. Tilapiine fishes of the genera Sarotherodon, Oreochromis and
Danakilia. Nat. Hist., London, UK: British Mus. Nat

Anda mungkin juga menyukai