Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ditemukannya logam pertama kali dirasakan sebagai suatu kemajuan teknologi yang
sungguh luar biasa tetapi pada pihak lain perkembangan baru ini akan menimbulkan suatu
permasalahan baru yaitu bagaimana proses penyambungan dari logam – logam tersebut. Proses
penyambungan logam terdiri dari sambungan baut, sambungan keling, sambungan lipat,
sambungan tempa, patri, solder dan sambungan las (pengelasan ).Dalam fabrikasi, konstruksi
dan industri proses sambungan las merupakan salah satu cara yang paling dominan atau baik
apabila dibandingkan dengan cara pengerjaan pemesinan yang lainnya dikarenakan proses ini
sangat praktis, murah dan cepat .
Penggunaan las dalam pengerjaan konstruksi semakin luas sehingga kecelakaan yang
diakibatkan oleh proses pengerjaan tersebut juga sering banyak terjadi. Pekerjaan pengelasan
merupakan salah satu proses pemesinan yang penuh resiko karena selalu berhubungan dengan
api dan bahan – bahan yang mudah terbakar dan meledak terutama sekali pada las gas yaitu
gas oksigen dan Asetilin . Kecelakaan yang terjadi sebenarnya dapat dikurangi atau dihindari
apabila kita sebagai operator dalam mengoperasikan alat pengelasan dan alat keselamatan
kerja dipergunakan dengan baik dan benar, memiliki penguasaan cara – cara pencegahan
bahaya akibat proses las. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai K3.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan
pemerintah di seluruh dunia. Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara
berkembang tiga kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Di negara-negara
berkembang, kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang-bidang
pertanian, perikanan dan perkayuan, pertambangan dan konstruksi. Tingkat buta huruf
yang tinggi dan pelatihan yang kurang memadai mengenai metode-metode keselamatan
kerja mengakibatkan tingginya angka kematian yang terjadi karena kebakaran dan
pemakaian zat-zat berbahaya yang mengakibatkan penderitaan dan penyakit yang tak
terungkap termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke.
Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara alamiah.Oleh
sebab itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan dan
kesehatan. Di sebagian besar negara , keselamatan di tempat kerja masih memprihatinkan.
Seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat
kecelakaan kerja. Kenyataanya standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk
dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.

1
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat
dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja.Berdasarkan
penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan
tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat
kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%).
Untuk menghindari resiko yang tidak diinginkan dan pengetahuan yang memadai maka
diperlukan pembahasan lebih lanjut mengenai materi ini.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu pengelasan ?
2. Bagaimana gambaran Peranan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Proses
Pengelasan?
3. Apa saja Perlengkapan Keselamatan Kerja Pada Proses Pengelasan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti Pengelasan.
2. Untuk mengetahui gambaran Peranan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam
Proses Pengelasan.
3. Untuk mengetahui perlengkapan Keselamatan Kerja Pada Proses Pengelasan.

1.4 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui gambaran peranan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dalam Proses Pengelasan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengelasan
2.1.1 Pengertian
Menurut penemuan-penemuan benda bersejarah, dapat diketahui bahwa teknik
penyambungan logam telah diketahui sejak dari zaman prasejarah, misalnya pembrasingan
logam paduan emas tembaga dan pematrian timbal-timah, menurut keterangan telah diketahui
dan dipraktekkan dalam rentang waktu antara tahun 4000 sampai 3000 SM dan diduga sumber
panas berasal dari pembakaran kayu dan arang. Pada abad ke 19 teknologi pengelasan
berkembang dengan pesat karena telah dipergunakannya sumber energi listrik (Suharno, 2008).

Menurut Deutsce Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan
logam paduan yang dilaksankan dalam keadaan, dijelaskan lebih lanjut bahwa las adalah
sesuatu proses dimana bahan dan jenis yang sama digabungkan menjadi satu sehingga
terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan
tekanan (Suharno, 2008).
2.1.2 Jenis – jenis Pengelasan
Jenis-Jenis Pengelasan Berdasarkan proses pengelasan, maka pengelasan terbagi
menjadi dua antara lain (Bintoro, 1999) :
a. Las Oksi Asetilen
Las oksi asetilen merupakan proses pengelasan secara manual dengan pemanasan
permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala gas asetilen
melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam pengisi. Pembakaran gas
C2H2 oleh oksigen (O2) dapat menghasilkan suhu yang sangat sangat tinggi sehingga dapat
mencairkan logam.Gas asetilen merupakan salah satu jenis gas yang sangat mudah terbakar
dibawah pengaruh suhu dan tekanan.Gas asetilen disimpan di dalam suatu tabung yang mampu
menahan tekanan kerja.

3
Bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh gas asetilen antara lain:
1. Polimerisasi, peristiwa ini akan menyebabkan suhu gas meningkat jauh lebih tinggi dalam
waktu yang sangat singkat. Polimerisasi ini akan terjadi pada suhu 300°C, jika berada pada
tekanan 1 atm. Oleh sebab itu, gas asetilen tidak boleh disimpan atau digunakan pada suhu
diatas 300°C.
2. Disosiasi, yaitu adanya panas yang ditimbulkan oleh proses pembentukan zat-zat. Disosiasi
terjadi pada suhu 600°C jika berada pada tekanan 1 atm atau 530°C jika tekanan 3 atm. Jika
terjadi disosiasi maka tekanan gas meningkat dan hal ini sangat membahayaka karena bisa
menimbulkan ledakan.
b. Las listrik
Las tahanan listrik adalah proses pengelasan yang dilakukan dengan jalan mengalirkan
arus listrik melalui bidang atau permukaan-permukaan benda yang akan disambung. Elektroda-
elektroda yang dialiri listrik digunakan untuk menekan benda kerja dengan tekanan yang
cukup.Penyambungan dua buah logam atau lebih menjadi satu dengan jalan pelelehan atau
pencairan dengan busur nyala listrik. Tahanan yang ditimbulkan oleh arus listrik pada bidang-
bidang sentuhan akan menimbulkan panas dan berguna untuk mencairkan permukaan yang
akan disambung.
Bahaya pada las listrik yaitu, loncatan bunga api yang terjadi pada nyala busur listrik
karena adanya potensial tegangan atau beda tegangan antara ujung-ujung elektroda dan benda
kerja. Tegangan yang digunakan sangat menentukan terjadinya loncatan bunga api, semakin
besar tegangan semakin mudah terjadi loncatan bunga api listrik. Hal yang perlu diperhatikan,
bahwa tegangan yang tinggi akan membahayakan operator las, karena tubuh manusia hanya
mampu menderita tegangan listrik sekitar 42 volt. Selain penggunaan arus dan tegangan yang
bisa membahayakan operator, nyala busur listrik juga memancarkan sinar ultra violet dan sinar
infra merah yang berinteraksi sangat tinggi.Pancaran atau radiasi dari sinar tersebut sangat
membahayakan mata maupun kulit manusia (Bintoro, 1999).

2.1.3 Manajemen dalam Pengelasan


Juru las yang terampil dan peralatan las yang baik belum tentu dapat menjamin hasil las
yang bermutu tinggi, apabila sarana lainnya tidak terpenuhi. Manajemen pengelasan dalam hal
ini harus mengatur beberapa sarana penting yang dapat mempengaruhi hasil pengelasan seperti
pelaksanaan yang aman, pengawasan mutu, dan pemeriksaan proses. Manajemen tersebut
terdiri atas beberapa pengawasan (Wiryosumarto dan Okumura, 2004) antara lain :

4
a. Pengamanan pelaksanaan Agar pengelasan dapat dilakukan dengan aman, alat-alat
pengamanan harus lengkap dan juru las harus mengerti dan dapat serta mau menggunakan alat
pengaman tersebut, dalam hal ini yang penting adalah :
- Pemakaian baju kerja yang sesuai dan aman.
- Pemakaian pelindung dengan baik.
- Pada pengelasan di tempat yang tinggi harus menggunakan alat pengaman agar tidak
terjatuh.
- Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dan ledakan.
b. Pengawasan umum
Untuk mendapatkan mutu pengelasan yang baik perlu adanya pengawasan pada
peralatan yang digunakan, bahan las yang dipilih, pelaksanaan dan keterampilan. Pengawasan
yang dimaksud diatas diterangkan sebagai berikut :
- Pengawasan peralatan
Dengan menggunakan peralatan yang sempurna, akan diperoleh mutu hasil lasan yang baik
dan efisiensi kerja yang tinggi, karena itu diperlukan sistem manajemen yang dapat
menentukan cara-cara pemilihan alat, pembelian alat, peminjaman alat kepada pekerja dan cara
memperbaiki alat yang rusak.
- Pengawasan bahan las
Pengaturan pembelian bahan las baik dalam jenis maupun dalam jumlah harus menjamin agar
selalu terdapat jumlah persediaan seperti yang telah ditentukan dan yang sesuai dengan jadwal
pelaksanaan.
- Pengawasan pelaksanaan
Apabila proses pengelasan telah ditentukan, maka perlu untuk mengadakan pengawasan agar
prosedur pengelasan diikuti sepenuhnya. Untuk mempermudah pengawasan dan menghindari
kesalahan perlu dibuat petunjuk kerja yang terperinci yang meliputi kondisi pengelasan,
penggunaan alat, pemakaian bahan, prosedur pengerjaan dan cara-cara mengadakan perbaikan
bila terjadi cacat.
- Pengawasan keterampilan
Untuk mendapatkan juru las yang terampil perlu diadakan pelatihan dan pendidikan.Tiap-tiap
juru las harus mempunyai kualifikasi berdasarkan peraturan yang ditentukan oleh badan yang
berwenang dalam bidang konstruksi yang sesuai dan menguasai tentang pengelasan.
- Pengawasan proses
Pengawasan terhadap proses ditujukan untuk mempertinggi produktivitas, yang berarti hasil
yang baik dengan cepat dan murah. Pengawasan proses meliputi pengawasan dan pengaturan
tempat, pengaturan pekerja, pengaturan bahan, alat dan lain sebagainya.

5
2.1.4. Bahaya Dalam Pengelasan
Pada pekerjaan pengelasan banyak risiko yang akan terjadi apabila tidak hati-hati
terhadap penggunaan peralatan, mesin dan posisi kerja yang salah. Beberapa risiko bahaya
yang paling utama pada pengelasan (Wiryosumarto dan Okumura, 2004) antara lain :
a. Cahaya dan sinar yang berbahaya Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar
yang dapat membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan. Cahaya
tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat atau cahaya tampak, sinar ultraviolet dan sinar
inframerah.
- Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah diserap, tetapi sinar ini mempunyai
pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet
yang terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka pada mata akan terasa
seakan-akan ada benda asing di dalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam kemudian
mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umunya rasa sakit ini akan hilang
setelah 48 jam.
- Cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea ke retina
mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera menjadi lelah dan kalau terlalu lama
mungkin akan menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya juga hanya sementara.
- Sinar inframerah
Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata, karena itu sinar ini lebih berbahaya
sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar inframerah terhadap mata
sama dengan pengaruh panas, yaitu menyebabkan pembengkakan pada kelopak mata,
terjadinya penyakit kornea, presbiopia yang terlalu dini dan terjadinya kerabunan.
b. Arus listrik yang berbahaya
Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya arus dan keadaan
badan manusia. Tingkat dari kejutan dan hubungannya dengan besar arus adalah sebagai
berikut:
- Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak membahayakan.
- Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan menimbulkan rasa
sakit.
- Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
Arus20 mA akan menyebabkan terjadi pengerutan pada otot sehingga orang yang terkena tidak
dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang lain.
- Arus 50 mA sangat berbahaya bagi tubuh.

6
- Arus 100 mA dapat mengakibatkan kematian.
c. Debu dan gas dalam asap las.
Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 µm sampai dengan 3 µm. Komposisi
kimia dari debu asap las tergantung dari jenis pengelasan dan elektroda yang digunakan. Bila
elektroda jenis hydrogen rendah, di dalam debu asap akan terdapat fluor (F) dan oksida kalium
(K2O). Dalam pengelasan busur listrik tanpa gas, asapnya akan banyak mengandung oksida
magnesium (MgO).
Gas-gas yang terjadi pada waktu pengelasan adalah gas karbon monoksida (CO), karbon
dioksida (CO2), ozon (CO3) dan gas nitrogen dioksida (NO2).
d. Bahaya kebakaran.
Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api pengelasan dengan bahan-
bahan yang mudah terbakar seperti solar, bensin, gas, cat kertas dan bahan lainnya yang mudah
terbakar. Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas yang
disebabkan karena hubungan yang kurang baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya kebocoran
listrik karena isolasi yang rusak.
e. Bahaya Jatuh.
Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang tinggi akan selalu ada bahaya
terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan luka ringan ataupun berat bahkan
kematian karena itu usaha pencegahannya harus diperhatikan.
2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan (safety) mempunyai arti keadaan terbebas dari celaka (accident) ataupun
hampir celaka (near miss acccident). Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara
kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun pekerja lain di sekelilingnya, sehingga diperoleh
produktivitas kerja yang optimal.
Kesehatan kerja merupakan hubungan dua arah antara pekerjaan dan
kesehatan.Kesehatan kerja tidak hanya menyangkut hubungan antara efek lingkungan kerja
misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain, tetapi hubungan antara status
kesehatan pekerja dengan kemampuannya untuk melakukan tugas yang harus dikerjakannya.
Tujuan utama kesehatan kerja adalah mencegah timbulnya gangguan kesehatan daripada
mengobatinya (Suma’mur, 2009).
Menurut Depnaker RI (2005), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala
daya dan upaya dan pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah, mengurangi, dan
menanggulangi terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui langkah-langkah identifikasi,

7
analisa, dan pengendalian bahaya dengan menerapkan sistem pengendalian bahaya secara tepat
dan melaksanakan perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
2.2.2 Persyaratan Keselamatan Kerja
Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970
(Suma’mur, 2009) adalah sebagai berikut :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, hal ini berkaitan dengan upaya pencegahan kecelakaan
dan setiap pekerjaan atau kegiatan berbahaya.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, berkaitan dengan sistem proteksi dan
pencegahan kebakaran (fire protection system) dalam rancangan bangun, operasi, dan
penggunaan sarana, pabrik, banguna dan fasilitas lainnya.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran, meliputi upaya pencegahan bahaya kebakaran
(fire prevention) dalam kegiatan yang dapat mengandung bahaya kebakaran, menggunakan api
atau kegiatan lainnya.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri dalam kejadian kebakaran atau kejadian
lainnya. Berkaitan dengan sistem tanggap darurat (emergency response) serta fasilitas
penyelamat di dalam bangunan atau tempat kerja (means of escape).
e. Memberikan pertolongan dalam kecelakaan. Menyangkut aspek P3K atau pertolongan jika
terjadi kecelakaan termasuk resque dan pertolongan korban.
f. Memberikan alat pelindung diri bagi pekerja. Berkaitan dengan penyediaan alat keselamatan
yang sesuai untuk setiap pekerjaan yang berbahaya.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran. Berkaitan dengan
keselamatan lingkungan kerja, pencemaran atau buangan industri serta kesehatan kerja.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik, psikis, peracunan,
infeksi, dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan dan proses kerja.
n. Berkaitan dengan aspek ergonomi di tempat kerja.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. Berkaitan dengan keselamatan
konstruksi dan bangunan mulai dari pembangunan sampai penempatannya.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan penyimpanan
barang. Syarat ini berkaitan dengan kegiatan pelabuhan dan pergudangan.

8
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya, berkaitan dengan keselamatan
ketenagalistrikan.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahayanya menjadi
bertambah tinggi .

2.2.3 Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya, sebab kecelakaan
harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan
kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan
kecelakaan serupa tidak terulang kembali.Ada dua golongan penyebab kecelakaan
kerja.Golongan pertama adalah faktor mekanisme dan lingkungan, yang meliputi segala
sesuatu selain faktor manusia.Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang
merupakan penyebab kecelakaan (Suma’mur 2009).
Faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya kecelakaan kerja antara lain :
a. Situasi kerja
Situasi kerja berkaitan dengan kondisi lingkungan kerja yang mempengaruhi
produktivitas pekerja. Situasi kerja yang dimaksud meliputi :
- Pengendalian manajemen yang kurang
- Standar kerja yang minim
- Lingkungan kerja yang tidak memenuhi standar
- Peralatan kerja yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi Kesalahan orang,
b. Kesalahan orang meliputi :
1. Keterampilan dan pengetahuan pekerja yang minim
2. Masalah fisik dan mental
3. Motivasi yang minim atau salah penempatan
4. Perhatian yang kurang
c. Tindakan tidak aman
Kondisi lingkungan kerja yang dimaksud sperti :
- Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui
- Mengambil jalan pintas
- Menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja.
d. Kecelakaan
Heinrich mendefinisikan kecelakaan sebagai kejadian yang sudah umum terjadi dilingkungan
kerja.
- Kejadian yang tidak terduga

9
- Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya
- Terjatuh
- Terhantam mesin atau material yang jatuh, dan sebagainya
e. Cedera/ kerusakan
Cedera atau kerusakan terhadap pekerja dibedakan menjadi.
- Terhadap pekerja yang meliputi sakit dan penderitaan, kehilangan pendapatan, kehilangan
kualitas hidup.
- Terhadap majikan meliputi kerusakan pabrik, pembayaran kompensasi, kerugian produksi,
dan kemungkinan proses pengadilan (Ridley, 2006)
f. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pekerja las
Pekerjaan atau pengelasan saat ini bukanlah pekerjaan yang asing. Di rumah ataupun
di lingkungantempat kita tinggal hasil pekerjaan las selalu tampak oleh kita, mulai dari pintu ,
pagar, teralis jendela, dan juga perabot rumah tanggal. Padahal ada bahaya
tersembunyi dalam pekerjaan las itu.
- Penanganan dan Penyimpanan Botol-Botol Gas
Banyak pekerjaan pengelasan menggunakan bahan bakar gas dan ada bahaya api serta
ledakanyang mengintai.Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Pastikan dan perhatikan label pada pada gas sebelum dipakai. Jangan terlalu yakin
bahwa botol gas yang akan dipakai berisi oksigen (O2), karena ada risiko isinya
berbeda.
2. jika memindahkan botol, harus tetap berdiri tegak dan tutup pengaman kepala
botol selaluterpasang. Sebaiknya memakai kereta botol gas.
3. Gunakan gas dan botol yang asli dari pabrik pemasok. Jika botol sudah kosong,
tutuplahkeran, lepaskan regulator dan pasang kembali tutup pengaman botol, dan
beri tanda bahwa botol sudah kosong.
4. Sebelum memindahkan atau menyimpan botol gas setelah selesai bekerja,
kosongkan sisagas pada selang penyalur dan petunjuk tekanan harus menunjukkan
angka nol.
Seleai bekerja tutuplah kran sampai rapat dan jangan lupa tutup pengaman kepala
botol harusdipasang.
5. Botol yang masih terisi dan yang kosong harus disimpan terpisah. Jangan
menyimpan botolgas oksigen (O2) dekat dengan botol gas Acetylene dan LPG.
6. Simpan botol dengan aman dari benturan, terpisah dan terlindung
dari sinar mataharilangsung, hujan, sumber-sumber panas juga dari kemungkinan
kebocoran arus listrik darikabel listrik.B.

- Ledakan dan Kebakaran


Tata tertib yang baik di ruang kerja sangat membantu dalam mencegah terjadinya api
dan ledakan.Tempat kerja arus selalu bersih, rapi, dan bebas dari bahan-bahan yan mudah
terbakar danmeledak. Jika mengelas ditempat yang tinggi, pasanglah sekat api yang
terbuat dari seng atau tiraiyang tahan api untuk mencegah menyebarnya bara api yang
jatuh. Lantai yang retak, berlubang,atau bercelah harus segera ditutup untuk mencegah
masuknya percikan bunga api dan metalmenyala.
Banyak luka bakar kecil terjadi akibat tidak dipakainya alat pelindung diri ataupun
memakai pelindung diri tetapi tidak benar / tepat untuk mencegah luka bakar pada lengan,
palailah sarungtangan las yang sesuai dan lengan baju kerja jangan digulung. Berilah

10
tanda‘ Panas ’ atau beritutup maupun pelindung benda kerja yang baru dilas, agar tidak
dipegang atau tersentuh oleh pekerja lain.

- Sengatan Arus Listrik


Serangan arus listrik umumnya berasal dari kabel yang isolasinya rusak / sobek,
sambungan yangtidak terisolasi dengan baik, atau akibat pembumian / arde peralatan
yang tidak berfungsi
dengan baik. Sarung tangan dan pakaian kerja yang basah atau lembab, lantai yang basah,
dan udaralembab juga menjadi penyebab sengatan arus listrik.
Untuk mengurangi risiko sengatan listrik saat mengelas pada lantai kerja dari pelat
baja, gunakankarpet atau alas kaki yang bersifat isolator.Pakailah sarung tangan karet
sebelum memakai sarung tangan kulit jika bekerja pada kondisi basahdan lembab, juga
jika saat tangan anda berkeringat karena panas. Jika ada yang tekena sengatanlistrik,
segera matikan sumber listrik.
Periksa denyut nadi, dan jika tidak terasa, berikan pernapasan buatan dan segera bawa
ke dokteratau rumah sakit terdekat. Jika korban sadar, bawa ke tempat yang sejuk. Beri ia
air minum dansegera bawa ke dokter.

Tingkat dari kejutan dan hubungan dengan besar arus


1. Arus 1mA hanya menimbulkan kejutan kecil dan tidak membahayakan.
2. Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan
menimbulkanrasa sakit.
3. Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
4. Arus 20 mA akan menyebabkan terjadinya pengerutan pada otot

sehingga orang yang terkena tidak dapat melepaskan diri tanpa bantuan orang-orang lain.
1. Arus 50 mA sudah sangat berbahaya.
2. Arus 100 mA akan mengakibatkan kematian.D.

- Pelindungan Diri Untuk Pekerjaan Las


Pekerjaan las harus memperhatikan semua bahaya yang bersumber dari cahaya/ sinar
pada saat pengelasan baik sinar yang terlihat dan sinar yang tidak kelihatan.
Tindakan keselamatan khususdiperlukan untuk pengelasan yang memakai sinar laser,
pengelasan Argon, dll. Las laser dan lasArgon sinarnya sangat terfokus dengan kuat cahaya
yang tinggi, dan hal ini dapat
menyebabkan penglihatan terganggu. Apalagi jika terpapar cahaya lansung dapat membuat m
ata perih dankadangkala bisa menimbulkan ‘Buta sesaat ’ jika mata terkena sinar las dalam
waktu yang tertentu.
Sinar yang tampak yang biasanya dipantulkan oleh dinding atau permukaan yang
licin/mengkilatdapat membuat mata sakit bagi mereka yang tidak memakai kacamata
pelindung las.Sinar lain yang membahayakan yang berasal dari pengelasan adalah sinar yang
tidak dapat dilihatatau tidak tampak dan tidak kita rasakan adalah :

1.Sinar Inframerah dan Sinar Ultraviolet.


Sinar inframerah adalah sinar yang membuat rasa panas. Jika pekerja terpapar sinar
ini ia akanmerasakan perubahan temperatur pada kulitnya. Jika mata terpapar radiasi sinar
inframerah
tanpa pelindung yang memadai, bisa mempercepat timbulnya katarak yang menyebabkan keb
utaankarena terjadi lapisan keruh yang menutup lensa mata.Sinar ultraviolet menyebabkan
mata silau. Jika mata mulai peka terhadap cahaya ataupun berairdan mata perih seperti ada

11
pasir di mata, adalah gejala terpapar sinar ultraviolet. Mata harusdiistirahatkan, kompres
dengan air dingin atau es, dan segera ke dokter mata.
Sinar X ( rontgen) ada sinar yang tidak kasat mata ( tidak terlihat).Sinar ini dihasilkan
oleh cahaya elektron pengelasan dan sinar ini sering dipakai untuk memeriksa/ menguji mutu
hash pengelasan. Menyekat lokasi pengelasan sangat penting untuk mencegahradiasi terhadap
pekerja lain.Untuk melindungi mata dari bahaya sinar-sinar di atas, memakai masker las
sangat mutlak perlu.Jendela kaca pada masker dibuka hanya saat memeriksa hasil las, selain
itu harus tertutup saatmengelas. Jika mengelas diarea terbuka, orang-orang disekitar tempat
kerja sebaiknya jugamemakai kacamata pelindung, dan tempat kerja las disekat.
2 Debu , Asap dan Gas-gas
Asap, debu, dan gas-gas berbahaya berasal dari logam dasar dan bahan tambahan
yang dipakai, bahan pelapis, pelapis kawat las, juga berasal dari reaksi akibat proses
pengelasan.
Demam karena uap logam disebabkan oleh menghirup asap yang dihasilkan dari
pengelasan benda kerja yang digalvanis (dilapis dengan timah).
Partikel-partikel bereaksi di paru-paru dan membuat pekerja yang menghirupnya
merasa sakit beberapa jam setelah terpapar gas-gas yang dihasilkan dari pengelasan dan
dapat mengakibatkan sakit paru-paru, antara lain paru-paru basah dan bronkhitis.
Bahaya keracunan seperti diatas dapat dihindari jika pekerja pasang ventilasi buatan.
Bahaya yang berasal dari pemakaian bahan-bahan pelarut (solvent) juga harus diperhatikan.
Bersihkan bahan/ benda kerja yang akan di las dari sisa-sisa bahan yang mengandung
minyak, resin, cat dan lain-lain yang menempel, sebelum mulai mengelas, karena pemanasan
sisa-sisa bahan-bahan tersebut akibat api las akan menghasilkan uap yang beracun.
Pekerja juga harus waspada terhadap uap yang berasal dari bahan pelarut yang
mengandung klor (Chlorinated solvent) yang tidak boleh terpapar sinar ultra violet, karena
bisa menghasilkan gas yang mematikan. Simpan dan pisahkan bahan-bahan pelarut di tempat
terpisah dan jangan memakai pelarut untuk membersihkan benda kerja yang akan di las.
Contoh Kasus kecelakan Karena Las :
1. Ledakan pada botol gas LPG. Disebabkan ada tekanan balik dari botol gas
oksigen (O2) yang masih penuh mengalir ke botol gas LPG.
2. Ledakan saat memotong drum bekas. Dalam drum bekas ada sisa resin, dan drum
tidak dicuci / diisi air.
3. Luka terjatuh akibat kaget terkena arus listrik saat mengelas sambil bersimpuh di
lantai plat baha tanpa pelindung isolator.
4. Arus las listrik melelehkan kawat pengikat isolator panas yang kendur dan
membakar karet isolator, karena jarak titik las dan grounding jauh

12
2.3 Perlengkapan Keselamatan Kerja Pada Proses Pengelasan
Demi keamanan dan kesehatan tubuh, operator las harus memakai alat-alat yang
mampu melindungi tubuh dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat pengelasan.
Perlengkapan tersebut antara lain (Bintoro, 1999):
2.3.1 Pelindung muka

Bentuk dan pelindung muka ada beberapa macam tetapi secara prinsip pelindung muka
mempunyai fungsi yang sama, yaitu melindungi mata dan muka dari pancaran sinar las dan
percikan bunga api. Pelindung muka mempunyai kacamata yang terbuat dari bahan tembus
pandang yang berwarna sangat gelap dan hanya mampu ditembus oleh sinar las.Kacamata ini
berfungsi melihat benda kerja yang dilas dengan mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke
mata.
2.3.2 Kacamata bening

Untuk membersihkan torak atau untuk proses finishing misalnya penggerindaan, mata
perlu perlindungan, tetapi tidak dengan pelindung muka las. Mata tidak mampu melihat benda
kerja karena kacamata yang berada pada pelindung muka sangat gelap. Oleh karena itu,
diperlukan kacamata bening yang mampu digunakan untuk melihat benda kerja dan sangat
ringan sehingga tidak mengganggu proses pekerjaan.
2.3.2 Masker wajah
Masker berfungsi untuk menyediakan udara segar yang akan dihirup oleh sistem pernapasan
manusia. Masker digunakan untuk pengelasan ruangan yang sistem sirkulasi udaranya tidak

13
baik. Karena proses pengelasan akan menghasilkan gas-gas yang membahayakan sistem
pernapasan jika dihirup dalam jumlah besar. Jika gas hasil pengelasan tidak segera dialirkan
ke luar ruangan maka akan dihirup oleh operator.
2.3.3 Pakaian las

Pakaian ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari percikan bunga api dan pancaran sinar
las. Pakaian las terbuat dari bahan yang lemas sehingga tidak membatasi gerak si
pemakai.Selain bahan pakaian yang digunakan lemas, juga harus ringan, tidak mudah terbakar,
dan mampu menahan panas atau bersifat isolator.Model lengan dan celana dibuat panjang agar
mampu melindungi seluruh tubuh dengan baik.
2.3.4 Pelindung badan (apron)

Untuk melindungi kulit dan organ-organ tubuh pada bagian badan dari percikan bunga
api dan pancaran sinar las yang mempunyai intensitas tinggi maka pada bagian badan perlu
dilindungi sperti halnya pada bagian muka, karena baju las yang digunakan belum mampu
sepenuhnya melindungi kulit dan organ tubuh pada bagian dada.

14
2.3.5 Sarung tangan

Kontak dengan panas dan listrik sering terjadi yaitu melewati kedua tangan, contoh:
penggantian elektroda atau memegang sebagian dari benda kerja yang memperoleh panas
secara konduksi dari proses pengelasan. Untuk melindungi tangan dari panas dan listrik maka
operator las harus menggunakan sarung tangan, karena mempunyai sifat mampu menjadi
isolator panas dan listrik (mampu menahan panas dan tidak menghantarkan listrik).
2.3.6 Sepatu las

Sepatu las dapat melindungi telapak dan jari-jari kaki kemungkinan tergencet benda
keras, benda panas atau sengatan listrik. Dengan memakai sepatu las bebarti tidak ada aliran
arus listrik dari mesin las ke ground (tanah) melewati tubuh kita, karena bahan sepatu berfungsi
sebagai isolator listrik.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Keselamatan kesehatan kerja sangat penting dalam proses pengelasan las listrik.
2. Pada proses pengelasan las listrik harus selalu memperhatikan prosedur yang benar tentang
keselamatan kesehatan kerjanya.
3. Pada proses pengelasan las listrik selalu mengutamakan keselamatan kesehatan kerjanya.
4. Setiap welder harus mengerti bahaya-bahaya yang diakibatkan las listrik dan mengerti
bagaimana menanggulanginya.
5. Selalu memperhatikan keadaan disekelilingnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
dalam setiap proses pengelasan las listrik.
6. Setiap welder harus selalu waspada terhadap sesuatu yang akan mengganggu keselamatan
kesehatan kerjanya.
7. Setiap welder harus bisa merefresh atau menyegarkan diri baik secara jasmani maupun rohani
agar tidak mengganggu dalam proses pengelasan las listrik.
8. Setiap welder harus mampu menjaga keselamatan kesehatan kerja, baik bagi dirinya sendiri
maupun orang lain dan sesuatu apapun yang ada disekitarnya.
9. Pada proses pengelasan las listrik setiap orang harus saling mengingatkan tentang pentingnya
keselamatan kesehatan kerja.
3.2 Saran
Pada bagian akhir makalah Peranan K3 dalam Proses Pengelasan ini penulis memiliki
sara-saran baik untuk mahasiswa/i, dan penerbit :
a. Saran penulis untuk mahasiswa mungkin kedepannya untuk lebih gali informasi
lagi tentang Peranan K3 Dalam Proses Pengelasan , carilah ilmu dengan membaca,
dan survey tempat pengelasan.
b. Untuk saran penerbit semoga kedepannya segala informasi penggambaran tentang
Peranan K3 dalam proses pengelasan lebih rinci dan jelas lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://ewinaswar91.blogspot.co.id/2015/06peranan-k3-dalam-proses.html
http://www.pengelasan.net/alat-keselamatan-kerja-las/
https://www.scribd.com/doc/241977318/K3-dalam-Pengelasan-pdf

17

Anda mungkin juga menyukai