Anda di halaman 1dari 2

TEKNIK SISIP

a. Penerapan dan Hasilnya

Teknik analisis yang berupa penyisipan unsur satuan lingual data itu akan menghasilkan
tuturan berbentuk ABCID, ABICD, atau AIBCD, bila tuturan data semula berbentuk ABCD.

b. Kemiripannya dengan Teknik yang Lain

Teknik sisip ini lebih serupa dengan teknik perluas, dan boleh dikatakan hasilnya
merupakan perluasan di tengah terhadap satuan lingual data. Namun, bukan hanya dengan teknik
, pula. Hanya, keserupaan yang kadang-kadang itu memiliki kecenderungan kuat untuk selalu
melibatkan dua tataran di samping pula mempertahankan unsur yang dikenai teknik sisip itu;
padahal, kedua ciri itu justru ciri yang terdapat pada hasil tertentu penggunaan teknik perluas
pula.

Adapun unsur “pengganti” teknik sisip itu-yang sebenarnya penyisip-bila serupa dengan
unsur pengganti pada teknik ganti cenderung selalu berada pada tataran yang lebih tinggi
daripada unsur ginantinya (yang sebenarnya salah satu unsur sisip atau yang disisipkan). Namun,
bagaimanapun teknik sisip bukanlah teknik ganti, walaupun kadang-kadang serupa. Ada
perbedaan yang lain yang cukup menonjol. Dalam teknik ganti-teknik sisip tidak-kecuali unsur
pengganti selalu berbeda bentuk dengan unsur ginanti, juga tidaklah mungkin dalam teknik ganti
itu ditambahkan unsur satuan lingual yang baru, baik menurut kelas bentuk maupun kadang-
kadang menurut makna.

c. Kesamaannya dengan Teknik Perluas, dan kegunaannya

Daripada disamakan dengan teknik ganti, teknik sisip itu lebih cepat bila disamakan
dengan teknik perluas. Hanya bedanya pula dengan teknik perluas, teknik sisip mempunyai
kegunaan yang khusus, yaitu terutama untuk mengetahui kadar keeratan kedua unsur yang
dipisahkan oleh penyisip itu. Bila ada penyisip itu dimungkinkan maka berarti kadar keeratan
unsur yang dipisahkan itu rendah; dan bila tidak dimungkinkan, berarti tinggi. Unsur penyisip
yang dimaksud dengan unsur yang statusnya atau derajatnya sebagai pembentuk satuan lingual
sama dengan kedua unsur yang disisipi, dapat pula tidak.
d. Jenisnya

Teknik sisip terbagi dua yaitu penyisip pisah dan penyisip tambah. Perbedaan yang cukup
menonjol antara penyisip jenis pertama (penyisip pisah) dengan penyisip jenis kedua (penyisip
tambah) ialah: bila penyisip pisah pada prinsipnya dapat ditempatkan di mana pun diantara unsur
yang ada- bahkan lalu menjadi unsur pemerluas bila ditempatkan paling kanan atau paling kiri-
maka pe-nyisip tambah tidak. Penyisip yang terakhir itu hanya terikat tempatnya diantara dua
unsur tertentu saja. Sehubungan dengan macamnya penyisip itu, teknik sisip dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:

1. Teknik sisip pisah atau teknik SP, dan


2. Teknik sisip tambah atau teknik ST.
e. Kegunaan Sampingan.

Akibat sampingan digunakannya teknik sisip itu ialah munculnya petunjuk akan tegar
tidaknya letak unsur-unsur tertentu. Biasanya yaitu unsur-unsur yang berbeda di sebelah kanan
penyisip (khusus untuk bahasa tipe VO). Seperti bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, dan yang lain).
Bila penerapan teknik sisip itu menunjukkan hasil tuturan yang garamatikal maka keterangan
letak unsur yang bersangkutan dalam susunan beruntun adalah kurang dengan kata lain, unsur
yang bersangkutan dapat berpindah tempat sehingga mengubah pola urutan unsur-unsur satuan
lingual yang bersangkutan.

Agak merupakan penyimpangan ialah bila teknik sisip itu bersangkutan dengan pengujian
jangkauan maknawi kualifikator-kualifikator atau pendesak verba, yang dalam tuturan
kualifikator-kualifikator itu ada yang bersama-sama dengan verba dan mengisi fungsi P. Teknik
sisip yang digunakan justru akan mengesahkan sejauh mana jangkauan kekualifikatoran-
kualifikator yang sama yang bersangkutan (dapat diingkar atau negatif, potensial atau
kemampuan, posibilitas atau kemungkinan, dan yang lain). Dalam hal ini, teknik sisip digunakan
dengan penyisip diletakkan di antara P yang mengandung kualifikator dengan unsur lain mana
pun di sebelah kanannya (untuk bahasa Vo), bila memungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai