Anda di halaman 1dari 3

2.1.1.

5 Dampak Instruksional Model PBL

PBL tidak dirancang untuk membantu guru menyampaikan informasi dengan jumlah

besar kepada siswa. Dampak instruksional problem based learning dapat dilihat pada gambar

2.1, adapun dampak instruksional yang dapat diharapkan dari model ini adalah membantu

siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keterampilan memecahkan masalah dan

keterampilan intelektualnya, mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya

melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan dan menjadi pelajar yang mandiri

dan otonom.

Keterampilan berpikir dan


keterampilan mengatasi
masalah

Problem
Based
Learning

Perilaku dan keterampilan


sosial sesuai peran orang
dewasa

Keterampilan untuk belajar


secara mandiri

Sistem Sosial Model Problem Based Learning

Sistem sosial yang mendukung adalah kerjasama, kebebasan intelektual, dan

kedekatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, minimnya peran guru sebagai

transmitter pengetahuan, interaksi sosial yang efektif, dan latihan investigasi masalah

kompleks. Dalam proses kerjasama, interaksi siswa didorong dan digalakkan lingkungan

intelektual yang ditandai dengan sifat terbuka terhadap berbagai ide yang relevan.
Sistem soasial dari model pembelajaran ini pada dasarnya sama dengan sistem sosial

model pembelajaran kooperatif yang berlandaskan filosofi konstruktivisme terutama

konstruktivisme sosial menurut Vygotsky. Sistem sosial ini menekankan konstruksi

pengetahuan (knowledge construction) yang dilakukan setiap individu peserta didik secara

aktif atas tanggungjawabnya sendiri, namun konstruksi individu tersebut akan semakin kuat

jika dilakukan secara berkolaboratif dalam kelompok kooperatif yang mutual. Yaitu

kelompok kooperatif yang menekankan pada upaya terjadinya diskusi yang dilandasi rasa

keterbukaan, sehingga timbul rasa nyaman dan rasa persahabatan diantara kelompok peserta

didik dalam berkolaborasi untuk memecahkan masalah matematika yang dihadapi.

Respon terhadap proses dan kinerja peserta didik dalam memecahkan masalah

didasarkan atas prinsip " Guru Sebagai fasilitator" dalam proses pembelajaran. Artinya

sebagai fasilitator dalam membantu siswa dalam proses pemecahan masalah open-ended.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu bahwa guru sebaiknya : (a) mencermati

bagaimana perbedaan pola pikir peserta didik terkait dengan proses dan kinerja pemecahan

yang dilakukan, (b) mencermati kapan harus melakukan intervensi terhadap proses

pemecahan masalah peserta didik, bantuan dan nasehat apa yang terbaik yang harus

diberikan, dengan tetap meninggalkan substansi pemecahan masalaha matematika tersebut

sebagai tugas yang harus dipecahkan sendiri oleh peserta didik, dan yang terpenting (c) selalu

memposisikan diri sebagai " pebelajar" yang juga seolah-olah belum tahu solusi dan prosedur

pemecahan masalah matematika tersebut, tetapi tetap berperan aktif bagaimana memberikan

tangsangan-rangsangan untuk meningkatkan rasa ingin tahu, rasa penasaran dikalangan

peserta didik untuk melakukan investigasi dan penyelidikan yang menuju pada berbagai

kemungkinan solusi dan pemecahan.

Semua siswa, bagaimanapun kemampuannya dapat mendapat manfaat dari

pembelajaran ini. Hal ini mengharuskan guru untuk menggunakan pendekatan-pendekatan


yang mampu mengembangkan keterampilan siswa tersebut. menurut Arend (2003:61) guru

harus berusaha mengadaptasi pembelajarannya dengan berbagai cara, yaitu :

 Memberi banyak pengarahan tentang keterampilan investigasi tertentu, seperti cara

menemukan informasi, menarik inferensi dari data yang ada, dan menganalisis

hipotesis-hipotesis yang berlawanan.


 meluangkan lebih banyak waktu untuk menerangkan soal pelajaran PBL dan

ekspektasinya atas kerja siswa.


 Meluangkan lebih banyak waktu untuk siswa di setiap fase penyelidikan mereka.
 Menetapkan jadwa yang lebih teliti untuk memeriksa kemajuan dan menanyakan

tanggungjawab siswa atas penyelesaian tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai