Oleh :
Kelompok B-3
Kezia Irene 6103015001
Irene Novita 6103015046
Yulius 6103015105
1.1 Tujuan
1.1.1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat memahami pengertian pengukuran dan pengkajian atribut kualitas suatu bahan
pangan
1.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan penentuan sumbangan atribut kualitas terhadap suatu bahan
pangan.
2. Mahasiswa mampu dan trampil melaksanakan pengukuran atribut kualitas secara obyektif dan
subyektif.
3. Mahasiswa dapat menentukan korelasi atribut kualitas secara obyektif dengan secara
subyektif.
1.2. Latar belakang
Dalam memproduksi suatu bahan pangan hasil pengolahan harus sesuai dengan kriteria yang
dikehendaki oleh konsumen atau perdagangan. Kesesuaian dapat menyangkut sifat-sifat bahan yang dinilai
secara subyektif dan secara obyektif. Mutu suatu bahan akan diterima dan dihargai oleh konsumen dengan
mempertimbangkan nilai faktor-faktor mutu baik sifat inderawi maupun sifat tersembunyi. Dalam suatu
industri bahan pangan istilah mutu dikaitkan dengan tingkat kesempurnaan dan penyimpangan terhadap
standar bahan tersebut. (Singham, 2015).
Penilaian terhadap mutu bahan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengujian secara inderawi
(subyektif) dan pengujian dengan alat (obyektif). Pengujian inderawi merupakan bidang ilmu yang
mempelajari cara-cara pengujian terhadap sifat karakteristik bahan pangan dengan mempergunakan indera
manusia termasuk indera penglihat, pembau, perasa, peraba, dan pendengar. Sedangkan pada pengujian
obyektif mempergunakan analisa kimia maupun peralatan analisa di laboratorium seperti kadar zat-zat
tertentu dalam bahan yang dianggap penting antara lain protein, lemak, vitamin, dan lain-lain (Singham,
2015).
Sifat obyektif pangan lebih umum disebut organoleptik atau sifat inderawi karena penilaiannya
menggunakan inderawi manusia. Kadang-kadang juga disebut sifat sensorik karena penilaiannya
didasarkan pada rangsangan sensorik pada organ indera. Jadi, sifat inderawi pangan adalah sifat
produk/komoditas pangan yang hanya dikenali atau diukur dengan proses penginderaan yaitu penglihatan,
pembauan/penciuman dengan hidung, pencicipan dengan rongga mulut, perabaan dengan ujung jari tangan
atau pendengaran dengan telinga. Mutu organoleptik mempunyai peranan dan makna yang sangat besar
dalam penilaian mutu produk pangan, baik sebagai bahan pangan hasil pertanian, bahan mentah industri
maupun produk pangan olahan, lebih-lebih sebagai makanan hidangan. (Singham,2015).
Pada saat ini meskipun peralatan telah berkembang pesat dengan kepekaan cukup tinggi seperti
spektrofotometri, kalorimeter, dan lain-lain, tetapi pengujian dengan indera manusia tetap merupakan
bagian yang penting. Hal ini disebabkan karena untuk beberapa sifat karakteristik seperti rasa, suara hanya
tepat bila dianalisa dengan “biological detector” yang tidak lain adalah indera manusia. Peralatan hanya
mengadakan analisa pada satu komponen saja sedang indera manusia dapat mengadakan penilaian
terhadap seluruh kesan yang timbul secara terpadu sejak suatu bahan disajikan sampai kesan setelah bahan
tersebut ditelan. (Singham,2015).
Untuk mencari korelasi antara pengujian subyektif dan obyektif dapat digunakan persamaan
Pearson. Adanya korelasi yang tinggi antara penilaian subyektif dan obyektif diketahui apabila nilai
koefisien korelasinya mendekati 1 atau -1, dengan kata lain alat yang dipakai dapat menggambarkan
penilaian subyektif. Biasanya koefesien korelasi di atas 0,8 atau di bawah -0,8 dikatakan bahwa korelasi
keduanya tinggi. Bila suatu alat tidak mempunyai korelasi tinggi dengan penilaian subyektif, tetapi tetap
dipakai untuk mengukur atribut mutu, maka hasil pengukuran itu tidak akan menggambarkan apa yang
dirasakan konsumen. (Singham, 2015).
BAB II
CARA KERJA
Bahan:
- Kecap ABC
- Kecap Cap Jeruk
- Kecap Sedap
- Kecap Indofood
- Kecap Bango
- Air mineral
- Akuades
2.2 Cara Kerja
A. Skema Kerja Pengujian Subyektif
Uji korelasi subjektif objektif ini bertujuan untuk mencari hubungan antara pengujian secara
objektif (menggunakan alat) dengan subjektif (menggunakan indera manusia). Pengujian korelasi
pengukuran subyektif dan obyektif pada praktikum ini menggunakan sampel kecap dengan berbagai
merk, antara lain sedaap, cap jeruk, indofood, bango, dan ABC. Pengukuran subyektif dilakukan
dengan menggunakan inderawi manusia atau ”biological detector” (kemanisan dan kekentalan),
sedangkan pengujian obyektif (daya alir dan total padatan terlarut) dilakukan dengan alat
refraktometer dengan menggunakan pipet volume yang diisi 5 ml dan dihitung menggunakan
stopwatch. Pada praktikum, panelis diminta untuk memberikan penilaian terhadap sampel dengan
metode skoring.
Tabel 1. Tabel Data Hasil Pengamatan Panelis Kekentalan & Daya Alir Terhadap Kecap
5,67
r = 0,18
5,6 5,6
5,3
5,3
5,3 5,33
kekentalan
3,3 3,3
3 3
daya lair
Dari data dan analisa hasil pengamatan (Gambar 4) dapat dilihat bahwa nilai R2 adalah
0.033. Nilai r atau koefisien korelasi adalah √𝑅2 = √0.033 = 0.18. Nilai r (koefisien korelasi)
menunjukkan hubungan antara parameter kekentalan (subjektif) dan daya alir (objektif) dari
kecap.
Nilai r = 0.18 menunjukkan hubungan yang lemah antara parameter subjektif dan
objektif yang diuji. Nilai 0.18 berada pada kisaran 0 - 0.5 yang menunjukkan hubungan
korelasi positif lemah. Hal ini berarti pengukuran daya alir secara objektif (dengan alat) tidak
dapat digunakan untuk menggantikan pengukuran tingkat kekentalan secara subjektif (dengan
panelis).
3.1.2. Kemanisan vs Total Padatan Terlarut
Tabel 2. Tabel Data Hasil Pengamatan Panelis Kemanisan & Total Padatan Terlarut Terhadap Kecap
5.67 5.67
5.5
5.34
5.35.33 5.3 Kemanisan vs
5 55 5 5 TPT
4.74.7
4.67 4.67 4.6
4.33
4.3
4 4 4 44 Linear
(Kemanisan vs
3.5
3.3 3.3 TPT)
2 2
23.2
Kemanisan
Dari data dan analisa hasil pengamatan (Gambar 3.1) dapat dilihat bahwa nilai R 2 adalah 0.116. Nilai r atau
koefisien korelasi adalah √𝑅2 = √0.116 = 0.3406. Nilai r (koefisien korelasi) menunjukkan hubungan antara
parameter rasa (subjektif) dan total padatan terlarut (objektif) dari kecap.
Nilai r = 0.3406 menunjukkan hubungan yang lemah antara parameter subjektif dan objektif yang diuji
karena nilai r mendekati 0. Nilai 0.3406 berada pada kisaran 0 - 0.5 yang menunjukkan hubungan korelasi
positif lemah. Korelasi positif berarti hubungan kedua parameter yang diuji searah (semakin manis rasa sirup,
semakin besar nilai %Brix atau total padatan terlarutnya), akan tetapi kekuatan hubungannya lemah. Hal ini
berarti pengukuran total padatan terlarut secara objektif (dengan alat) tidak dapat digunakan untuk
menggantikan pengukuran tingkat kemanisan secara subjektif (dengan panelis).
BAB IV
KESIMPULAN