Anda di halaman 1dari 42

MODUL

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MEDIS

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK BIOMEDIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Panduan Praktikum Elektronika Medis untuk tahun ajaran
2014/2015 ini dapat diselesaikan sebelum masa praktikum dimulai. Dengan demikian, para
praktikan telah dapat menggunakan panduan praktikum selama pelaksanaan praktikum
sehingga dapat membantu pembalajaran secara mandiri bagi praktikan dan pelaksanaan
praktikum jadi lebih terarah.

Praktikum Elektronika Medis adalah matakuliah pendamping bagi kuliah Elektronika Medis
bagi mahasiswa S1 Teknik Biomedis semester lima konsentrasi Instrumentasi Medis.
Sehingga dapat dikatakan praktikum ini merupakan praktikum keahlian lanjut dengan target
sebagai berikut :

› Mahasiswa mampu merancang pengolah sinyal analog sesuai dengan kebutuhan.

› Mahasiswa mampu menganalisis pengolah sinyal yang dibuatnya (mengtahui apakah


HW yang dibuat benar atau salah, bagus atau tidak).

› Mahasiswa mampu melakukan trouble shooting rangkaiaan elektronika secara


mandiri.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang besar-besarnya
pada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan petunjuk praktikum ini. Akhir kata,
semoga semua usaha yang telah dilakukan berkontribusi pada dihasilkannya lulusan
Program Studi S1 Teknik Biomedis sebagai Biomedical Engineer & Clinical Engineer
dengan standar internasional.

Surabaya, 15 Agustus 2018

Tim Penyusun Modul Praktikum Elektronika Medis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR KONTRIBUTOR ...................................................................................... iii

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ iv

PRAKTIKUM 1 ......................................................................................................... 1

PRAKTIKUM 2 ......................................................................................................... 7

PRAKTIKUM 3 ......................................................................................................... 15

PRAKTIKUM 4 ......................................................................................................... 18

PRAKTIKUM 5 ......................................................................................................... 21

PRAKTIKUM 6 ......................................................................................................... 24

PRAKTIKUM 7 ......................................................................................................... 28

PRAKTIKUM 8 ......................................................................................................... 31

iii
PERCOBAAN 1
PENAPIS AKTIF ORDE PERTAMA

Eksperimen – 1 : Filter aktif lolos rendah orde pertama dengan penguatan unitas.
Tujuan : Menunjukkan cara kerja dari rangkaian filter aktif lolos rendah orde pertama
dengan penguatan unitas.
Dasar Teori :
Rangkaian Filter lolos rendah orde satu ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 1.1 Rangkaian filter lolos rendah orde satu

Gmbar 1.1 menunjukkan rangkaian dasar filter aktif lolos rendah orde pertama yang terdiri
dari kombinasi rangkaian RC yang membentuk filter pasif dengan penguat non – inverting.
Frekuensi cut offnya ( R = 1 Ohm dan C = 1 Farrad) ditentukan dengan persamaan :

Karena rangkaian pada Gambar 1.1 memiliki frekuensi cut off sebesar 1 radian/detik atau
sekitar 0,6 Hz, maka dikatakan bahwa rangkaian tersebut ternormalisasi pada 1 radian/detik.
Penguatan passband ditentukan berdasarkan resistansi umpan balik (G – 1), untuk resistansi

1
masukan op – amp 1 Ohm. Amplitudo dan tanggapan frekuensi dari filter lolos rendah orde
pertama ini ditentukan dengan persamaan :

ω adalah frekuensi yang di amati sebagai frekensi cut off seperti pada gambar 1.2.
Tanggapan amplitudo ditunjukkan pada gambar 1.2 yang dikenali sebagai tanggapan amplitude
dari filter lolos rendah berorde satu.

Frekuensi ternormalisasi
Gambar 1.2 Tanggapan amplitudo pada filter lolos rendah orde satu

Langkah percobaan :
1. Lakukan pengaturan osiloskop dengan seting sebagai berikut :
a. Channel 1 dan 2 : 200 mV/division;
b. Time base : 1 ms/division;
2
c. AC Coupling
2. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.3, kemudian mengaktifkan catu daya serta
mengatur sinyal masukan menjadi 1 volt puncak ke puncak dan frekuensinya 100Hz (5
bagian vertical penuh pada osiloskop). Aturlah juga frekuensi pada function generator
pada angka 100Hz (1 gelombang penuh/bagian horizontal).

Gambar 1.3 Rangkaian filter aktif lolos rendah orde pertama


Dasar perancangan :
 Frekuenci cut off :

 Tanggap amplitudo :

3. Dengan nilai – nilai komponen seperti pada rangkaian yang anda gunakan, berapa nilai
frekuensi cut off yang anda harapkan?
4. Ubah – ubahlah frekuensi pada sinyal generator dan lengkapi tabel berikut ini serta
gambarkan hasilnya pada grafik kosong pada gambar 1.4.

3
Frekuensi Vo Vo / Vi Penguatan dB Penguatan dB
(Hz) Eksperimental teoritis
100 -0,04
200 -0,17
300 -0,37
400 -0,64
500 -0,97
600 -1,34
700 -1,37
800 -2,15
900 -2,58
1000 -3,01
2000 -6,99
4000 -12,3
10.000 -20,0

Gambar 1.4 Kurva data hasil praktikum


4
Eksperimen – 2 : Filter aktif lolos rendah orde pertama dengan penguatan positif.
Tujuan : Menunjukkan cara kerja dari rangkaian filter aktif lolos rendah orde pertama
dengan penguatan positif.

Gambar 1.5 Rangkaian filter lolos rendah orde pertama dengan penguatan positif
Dasar Perancangan :
 Frekuenci cut off :

 Gain : G = 1 +

 Tanggap amplitudo :

Langkah percobaan :
1. Lakukan pengaturan osiloskop dengan seting sebagai berikut :
a. Channel 1 : 200 mV/division;
b. Channel 2 : 500 mV/division;
c. Time base : 1 ms/division;
d. AC Coupling
2. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.5, kemudian mengaktifkan catu daya serta
mengatur sinyal masukan menjadi 1 volt dan frekuensinya 100Hz.
3. Dengan nilai – nilai komponen seperti pada rangkaian yang anda gunakan, berapa nilai
frekuensi cut off dan besarnya penguatan yang seharusnya terjadi?
4. Ubah – ubahlah frekuensi pada sinyal generator dan lengkapi tabel berikut ini serta
gambarkan hasilnya pada grafik kosong pada gambar 1.6.
5
Frekuensi Vo Vo / Vi Penguatan dB Penguatan dB
(Hz) Eksperimental dari eksp – 1
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
2000
4000
10.000

Gambar 1.6 Kurva data hasil praktikum


6
PERCOBAAN 2
KONSEP PENSKALAAN FREKUENSI

Tujuan : Menunjukkan konsep penskalaan frekuensi..


Dasar Teori :

Gambar 2.1 rangkaian filter lolos rendah dengan frekuensi cut off 1 Hz.
Pada praktikum pertama, sudah dipejari tentang bagaimana merancang filter aktif lolos
rendah. Agar grafik pada gambar 1.2 pada praktikum pertama bias digunakan untuk sembarang
frekuensi cut off, maka diperkenalkan konsep penskalaan atau scalling. Analisa filter dapat
dilakukan pada filter yang mempunyai cut off 1 radian/detik (rangkaian 1.1 pada praktikum
pertama) atau rangkaian lain yang memiliki cut off 1 Hz seperti gambar 2.1. Ada beberapa aturan
pada konsep penskalaan ini :
1. Untuk mengubah frekuensi cut off pada suatu rangkaian, kalikan semua resistor – resistor
yang berpengaruh pada frekuensi dengan rasio frekuensi lama terhadap frekuensi baru
atau kalikan semua kapasitor – kapasitor yang berpengaruh pada frekuensi dengan rasio
ini, namun jangan lakukan keduanya.
2. Untuk mengubah impedansi karena adanya perubahan nilai kapasitor, bagilah semua
resistor yang berpengaruh terhadap frekuensi dengan perbandingan antara nilai kapasitor
baru terhadap kapasitor lama.

7
Langkah percobaan :
1. Lakukan pengaturan osiloskop dengan seting sebagai berikut :
a Channel 1 : 200 mV/division;
b Channel 2 : 500 mV/division;
c Time base : 1 ms/division;
d AC Coupling
2. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 2.2 kemudian aktifkan catu daya serta atur
tegangan masukan menjadi 1 volt puncak ke puncak dan frekuensinya 200Hz. Hitunglah
berapa nilai frekuensi cut off yang diharapkan.

Gambar 2.2 Filter lolos rendah

8
3. Ubah – ubah frekuensi pada generator fungsi dan lengkapi tabel berikut ini serta plot
hasilnya.
Frekuensi Vo Vo / Vi Penguatan dB Penguatan dB
(Hz) Eksperimental ternormalisasi
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
4000
8000

Gambar 2.3 Tanggap Frekuensi Filter lolos rendah

9
4. Untuk melakukan perbandingan dengan frekuensi cut off yang berbeda, seperti pada
eksperimen 2 (yaitu 1 kHz), harus dilakukan normalisasi frekuensi dari hasil kedua
eksperimen tersebut. Untuk frekuensi – frekuensi pada eksperimen 2, nilai frekuensi cut
off pada semua frekuensi adalah 1 kHz sedangkan pada eksperimen ini adalah 2 kHz.
Frekuensi Frekuensi Frekuensi Penguatan dB Penguatan dB
(Hz) eksp – 2 (Hz) eksp – 3 ternormalisasi dari eksp – 2 dari eksp – 3
100 200 0,1
200 400 0,2
300 600 0,3
400 800 0,4
500 1000 0,5
600 1200 0,6
700 1400 0,7
800 1600 0,8
900 1800 0,9
1000 2000 1,0 (cut off)
2000 4000 2,0
4000 8000 3,0

10
Eksperimen – 4 : Filter aktif lolos tinggi orde pertama dengan penguatan unitas.
Tujuan : Menunjukkan cara kerja dari rangkaian filter aktif lolos tinggi orde pertama
dengan penguatan unitas.
Dasar Teori :
Rangkaian Filter lolos tinggi orde satu ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 2.4 Rangkaian filter lolos tinggi orde satu

Gmbar 1.1 menunjukkan rangkaian dasar filter aktif lolos tinggi orde pertama yang terdiri
dari kombinasi rangkaian RC yang membentuk filter pasif dengan penguat non – inverting.
Frekuensi cut offnya ( R = 1 Ohm dan C = 1 Farrad) ditentukan dengan persamaan :

Karena rangkaian pada Gambar 1.1 memiliki frekuensi cut off sebesar 1radian/detik atau
sekitar 0,6 Hz, maka dikatakan bahwa rangkaian tersebut ternormalisasi pada 1 radian/detik.
Penguatan passband ditentukan berdasarkan resistansi umpan balik (G – 1), untuk resistansi
masukan op – amp 1 Ohm. Amplitudo dan tanggapan frekuensi dari filter lolos rendah orde
pertama ini ditentukan dengan persamaan :

11
namun apabila penguatan bandpassnya unitas (0 dB), maka persamaannya menjadi :

ω adalah frekuensi yang di amati sebagai frekensi cut off seperti pada gambar 2..
Tanggapan amplitudo ditunjukkan pada gambar 2. yang dikenali sebagai tanggapan amplitude
dari filter lolos tinggi berorde satu.

Frekuensi ternormalisasi
Gambar 4.5 Tanggapan amplitudo pada filter lolos tinggi orde satu

Langkah percobaan :
5. Lakukan pengaturan osiloskop dengan seting sebagai berikut :
e. Channel 1 dan 2 : 200 mV/division;
f. Time base : 1 ms/division;
g. AC Coupling
6. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 2.6, kemudian mengaktifkan catu daya serta
mengatur sinyal masukan menjadi 1 volt puncak ke puncak dan frekuensinya 100Hz(5
bagian vertical penuh pada osiloskop). Aturlah juga frekuensi pada function generator
pada angka 100Hz (1 gelombang penuh/bagian horizontal).
12
Gambar 2.6 Rangkaian filter aktif lolos rendah orde pertama
Dasar perancangan :
 Frekuenci cut off :

 Tanggap amplitudo :

7. Dengan nilai – nilai komponen seperti pada rangkaian yang anda gunakan, berapa nilai
frekuensi cut off yang anda harapkan?
8. Ubah – ubahlah frekuensi pada sinyal generator dan lengkapi tabel berikut ini serta
gambarkan hasilnya pada grafik kosong pada gambar 2.7.
Frekuensi (Hz) Vo Vo / Vi Penguatan dB Eksperimental Penguatan dB teoritis
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
2000
4000
10.000

13
Gambar 2.7 Kurva data hasil praktikum

14
PERCOBAAN 3
FILTER BUTTERWORTH LOLOS RENDAH / VOLTAGE CONTROLLED VOLTAGE
SOURCE (VCVS) ORDE KEDUA DENGAN PENGUATAN UNITAS

Tujuan : Menunjukkan rancangan dan cara kerja dari rangkaian Filter Butterworth lolos
rendah VCVS ( Sallen and Key) orde kedua dengan penguatan unitas
Dasar Teori :
Rangkaian Filter lolos rendah VCVS atau filter Sallen and Key ditunjukkan pada gambar berikut

Gambar 3.1 Rangkaian filter lolos rendah orde dua

Frekuensi cutoffnya ditentukan dengan persamaan :

Untuk keperluan komputasi, tanggapan frekuensi dari sembarang Filter lolos-rendah orde
kedua dengan penguatan lolos-pita G berdasarkan persamaan berikut ini

15
α merupakan faktor redaman serta mengatur pola atau bentuk dari tanggapan amplitudo.
Untuk pembahasan digunakan tanggapan Butterworth karena mudah dipahami serta merupakan
pilihan yang baik.
Untuk tanggapan butterworth orde kedua, dengan a = 1,414, persamaan (3.3) menjadi :

Tanggapan amplitudo ditunjukkan pada gambar 3.2 yang dikenalisebagaitanggapan


amplitude dari filter butterworth.

Frekuensi ternormalisasi
Gambar 3.2 Tanggapan amplitude pada filter butterworth

Langkah percobaan :
1. Lakukan pengaturan osiloskop dengan seting sebagai berikut :
a Channel 1 dan 2 : 200 mV/division;
b Time base : 1 ms/division;
c AC Coupling
16
2. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3.5, kemudian mengaktifkan catu daya serta
mengatur tegangan masukan menjadi volt puncak ke puncak dan frekuensinya 100Hz.

Gambar 3.5 Rangkaian filter lolos rendah VCVS


3. Dengan nilai – nilai komponen seperti itu, berapa nilai frekuensi cut off yang anda
harapkan?
4. Ubah – ubahlah frekuensi pada sinyal generator dan lengkapi tabel berikut ini serta
gambarkan hasilnya pada grafik kosong pada gambar 3.5.
Frekuensi Vo Vo / Vi Penguatan dB Penguatan dB
(Hz) Eksperimental teoritis
100
200
400
600
800
1000
2000
4000
8000
10.000
*berdasar pada frekuensi cut off 1kHz untuk penyederhanaan

17
PERCOBAAN 4
FILTER LOLOS – RENDAH ORDE KEDUA DENGAN PENGUATAN
BANDPASS UNITAS

Tujuan : Menunjukkan rancangan dan cara kerja dari rangkaian filter lolos – rendah orde
kedua dengan penguatan bandpass unitas dan tanggap amplitudo Butterworth.
Dasar Teori :
Rangkaian filter lolos – rendah ragam umpan balik ditunjukkan pada gambar 4.1. Ada 2
perbedaan antara rangkaian tersebut dengan rangkaian filter VCVS :
1. Adanya tambahan umpan balik, sesuai dengan namanya, filter ragam umpan balik.
2. Penguat operasional dihubungkan dengan mode inverting

Gambar 4.1 rangkaian filter lolos rendah ragam umpanbalikorde kedua


Untuk rangkaian ini, frekuensi cut off ditentukan dengan :

Tanggapan amplitudo yang dimiliki adalah :

Untuk tanggap butterworth orde kedua, penguatan tegangan bandpass G ditentukan oleh :

18
Rangkaian filter lolos tinggi dengan ragam umpan balik memiliki rangkaian yang sama
dengan filter lolos rendah dengan menukar urutan komponen kapasitor dan resistornya.

Gambar 4.2 Filter lolos tinggi dengan ragam umpan balik


Untuk rangkaian ini, frekuensi cut off ditentukan dengan :

Tanggapan amplitudo yang dimiliki adalah :

Untuk tanggap butterworth orde kedua, penguatan tegangan bandpass G ditentukan oleh :

Langkah percobaan :
1. Lakukan pengaturan osiloskop dengan seting sebagai berikut :
a. Channel 1 dan 2 : 500 mV/division;
b. Time base : 1 ms/division;

19
c. AC Coupling
2. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 4.1 kemudian aktifkan catu daya serta atur
tegangan masukan menjadi 2 volt puncak ke puncak dan frekuensinya 100Hz.
3. Ubah – ubah frekuensi pada generator fungsi dan lengkapi tabel berikut ini serta plot
hasilnya.
Frekuensi Vo Vo / Vi Penguatan dB
(Hz) Eksperimental
100
200
400
600
800
1000
2000
4000
8000
10.000

20
PERCOBAAN 5
FILTER AKTIF ORDE TINGGI

Tujuan : Menunjukkan rancangan dan cara kerja dari rangkaian filter aktif lolos – rendah
butterworth orde ketiga.
Dasar Teori :
Filter aktif dengan orde lebih tinggi dari 2 dibuat dengan cara menghubungkan secara seri
(kaskade) filter orde pertama dan kedua. Seperti yang sudah dijelaskan pada praktikum
sebelumnya, penguatan tegangan pada bandpass filter dn faktor redaman pada filter dihubungkan
dengan persamaan :
G=3–α
karena menggunakan penguat non – inverting, maka :

sehingga

Rangkaian dari filter aktif lolos rendah orde ketiga 1 kHz ditunjukkan pada gambar 5.1 .
Rangkaian tersebut terdiri dari bagian orde pertama filter lolos rendah dengan penguatan unitas
diikuti dengan orde kedua filter lolos rendah VCVS.
Nilai resistor yang mempengaruhi nilai frekuensi cut off bernilai sama demikian pula
dengan nilai kapasitornya sehingga rumus frekuensi cut offnya :

21
Gambar 5.1 Filter lolosrendah Butterworth ordeketiga
Tanggapan amplitudo ditunjukkan pada gambar 5.2 yang dikenalisebagaitanggapan
amplitude dari filter butterworth.

Frekuensi ternormalisasi
Gambar5.2 Tanggapan amplitude pada filter butterworth
22
Langkah percobaan :
1. Lakukan pengaturan osiloskop dengan seting sebagai berikut :
a. Channel 1 dan 2 : 500 mV/division;
b. Time base : 1 ms/division;
c. AC Coupling
2. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 5.1 kemudian aktifkan catu daya serta atur
tegangan masukan menjadi 2 volt puncak ke puncak dan frekuensinya 100Hz. Tentukan
penguatan tegangan 100 kHz, apakah sesuai dengan yang diharapkan?
3. Ubah – ubah frekuensi pada generator fungsi dan lengkapi tabel berikut ini serta plot
hasilnya.
Frekuensi Vo Vo / Vi Penguatan dB Penguatan dB
(Hz) Eksperimental Teoritis
100
200
400
600
800
1000
2000
4000
8000
10.000

23
PRAKTIKUM 6
BANDPASS FILTER DASAR

Tujuan: Menunjukkan rancangan dan cara kerja dari rangkaian feedback bandpass filter.

Dasar Teori: Pada gambar 4.1 ditunjukkan rangkaiaan dasar feedback bandpass filter dengan
nilai Q yang mendekati 15 – 20 dengan penguatan rata – rata.

Gambar 6.1 Rangkaian Feedback Bandpass Filter

Frekuensi tengahnya ditentukan dengan :

(6.1)

Komponen – komponen lain dapat ditentukan dengan persamaan

(6.2)

Penguatan passband filter adalah penguatan pada frekuensi tengah filter yaitu :

(6.3)

Dengan persamaan (6.1) perhitungan R1, R2 dan R5 menjadi lebih mudah. Jika diasumsikan
bahwa nilai C2 dan C4 sama maka persamaan (6.2) dapat dituliskan menjadi

24
(6.4)

dengan penguatan G adalah

(6.5)

Hal yang menarik dari rangkaian ini, bahwa frekuensi tengahnya dapat digeser ke frekuensi baru
tanpa mengubah penguatan passband dan lebar pitanya dapat dilakukan dengan mudah
dengan mengubah menjadi melalui persamaan (6.6).

(6.6)

Jika dilihat persamaan (6.4) maka batasan kondisi :

(6.7)

Biasanya ditentukan dahulu nilai C2 dan C4 kemudian dihitung nilai – nilai ketiga resistor
berdasarkan nilai – nilai Q, G dan .

Gambar Rangkaian:

Gambar 6.2.

25
Dasar Perancangan:

 Frekuensi tengah : ; dengan

 Penguatan pada frekuensi tengah adalah

 Menggeser frekuensi tengah dengan mempertahankan penguatan passband dan


bandwidth adalah

 Respon frekuensi amplitudo adalah

Percobaan:

1. Lakukan pengaturan osiloskop sebagai berikut :


 Chanel 1 dan 2 : 0.2 V/Div
 Time Base: 0.2 ms/Div
 AC Coupling
2. Buatlah rangkaiaan seperti pada gambar 6.2, lalu aktifkan power supply dan atur
tegangan input menjadi 1,4 V (7 bagian vertikal osiloskop). Lakukanlah seakurat
mungkin.
3. Ubahlah frekuensi pada function generator secara perlahan sehingga output pada chanel 2
adalah maksimum, catatlah frekuensi pada saat itu dan itulah frekuensi tengahnya (f0)
lalu ukurlah tegangan output dan tentukan penguatan pada kondisi ini.
4. Tentukan frkuensi cutoff atas dan bawah dengan cara mengubah frekuensi pada function
generator. Awali dengan menurunkan frekuensi pada function generator sehingga
didapatkan nilai output pada channel 2 adalah 0,707 kali dari tegangan input, atau untuk
kondisi pada percobaan ini adalah hingga nilai pada channel 2 adalah 0,99 V, jika sudah
berhasil catatlah nilai frekuensinya dan itulah frekuensi cutoff bawahnya (fL). Kemudian
naikkan frekuensi pada function generator hingga nilai pada channel 2 kembali bernilai
0,99 V, jika sudah berhasil catatlah nilai frekuensinya dan itulah frekuensi cutoff atasnya
(fH).
5. Hitunglah nilai Q dengan rumus .

6. Periksalah apakah hubungan berlaku.


7. Ubahlah R3 menjadi 1,5 kΩ lalu ulangi langkah 3, 4 dan 5.
26
8. Buktikan apakah hubungan seperti pada (6.6) berlaku yaitu

9. Kembalikan kembali R3 menjadi 2,7 kΩ lalu kembali lakukan langkah 2 dengan memulai
dari frekuensi rendah ke tinggi. Catat perubahan tegangan output pada channel 2 untuk
setiap perubahan frekuensi.
10. Dari data pada langkah 9 buatlah bode diagran feedback bandpas filter yang
dieksperimenkan.

27
PRAKTIKUM 7
NOTCH FILTER DASAR

Tujuan: Menunjukkan rancangan dan cara kerja dari rangkaian active notch filter dengan op-amp
tunggal.

Dasar Teori: Notch filter digunakan untuk menghalangi sinyal AC yang mempunyai nilai
frekuensi tertentu, bisa dikatakan hanya mem-filter pada satu nilai frekuensi saja. Filter ini sering
digunakan untuk mem-filter sinyal noise akibat jala – jala listrik misalnya pada frekuensi 50 Hz.
Desain notch filter yang paling terkenal adalah jenis twin-T seperti pada gambar 7.1.

Gambar 7.1 Rangkaian Twin-T Notch Filter

Untuk rangkaian twin-T frekuensi null ditentukan dengan persamaan

(7.1)

Secara teoritis rangkaian ini mampu melakukan penolakan (rejection) penuh pada frekuensi null.
Namun dengan komponen – komponen yang banyak dijumpai di pasaran, kita hanya
mendapatkan tingkat rejection atau kedalaman null sekitar 30 – 40 dB.

Adanya op-amp menyebabkan adanya gain pada rangkaian twin-T sebagaimana pada gambar 7.2
dengan nilai gain-nya adalah

28
(7.2)

Gambar 7.2 Active Twin-T Notch Filter

Gambar Rangkaian:

Gambar 7.3

Dasar Perancangan:

 Frekuensi Notch :

 R1 = 2 R5
 C3 = 2 C2
29
 C3 = 4 QR5
 C4 =

 Penguatan lolos-pita: unitas

Percobaan:

1. Lakukan pengaturan osiloskop sebagai berikut :


 Chanel 1 dan 2 : 0.2 V/Div
 Time Base: 1 ms/Div
 AC Coupling
2. Buatlah rangkaiaan seperti pada gambar 7.3 , lalu aktifkan power supply dan atur
tegangan input menjadi 1,4 V (7 bagian vertikal osiloskop) dan Frekuensi 100Hz .
Lakukanlah seakurat mungkin.
3. Ubahlah frekuensi pada function generator secara perlahan sehingga output pada chanel 2
adalah maksimum, catatlah frekuensi pada saat itu dan itulah frekuensi tengahnya (f0) lalu
ukurlah tegangan output dan tentukan penguatan pada kondisi ini.
4. Dari data pada langkah 3 buatlah bode diagran feedback bandpas filter yang
dieksperimenkan.
5. Bandingkan hasil uji responfrekuensi yang didapat dari hasil uji filter dengan nilai cutoff
yang diharapkan pada rancangan

30
PRAKTIKUM 8
NOTCH FILTER PEUBAH KONDISI

Tujuan: Menunjukan cara kerja dan karakteristik penapis notch peubah kondisi yang dibentuk
dengan menjumlah keluaran lolos rendah dan lolos tinggi dari penapis (filter) peubah kondisi 4
op-amp.

Dasar Teori: Salah satu ciri yang menarik dari penapis pengubah kondisi, baik yang
menggunakan 3 atau 4 op amp, adalah kemampuan untuk menjumlah secara simultan keluaran
lolos-rendah dan lolos tinggih sehingga diperoleh penampis notch pengubah kondisi
sebagaimana secara diagram ditunjukan pada gambar 8.1

Gambar 8.1 Diagram hasil rangkaian penapis notch

Apa yang sekarang dibutuhkan adalah sebuah penguat penjumlah 2 (dua) masukan dengan
penguatan yang sama. Karena kita sudah tahu bagaimana merancangnya, rangkaian penapis
notch ditujukkan pada 8.2 dengan nilai R yang dapat sembarang. Kedalam notch pada frekuensi
tengah akan sama dengan ± 30 dB.

31
Gambar 8.2 Rangkaian penapis notch filter

Sekarang kita harus berhati0hati untuk “menyamakan” kedua penapis adar memiliki frekuensi
cutoff yang betul-betul sama. Jika tidak, tanggapan amplitudo penapis notch tidak akan simetrik
terhadap frekuensi tengahnya.

Gambar Rangkaian:

RD

Gambar 8.3.

Dasar Perancangan:

 Frekuensi tengah : ;

 R D = Q RC

32
Percobaan:

1. Lakukan pengaturan osiloskop sebagai berikut :


 Chanel 1 : 0.2 V/Div
 Chanel 2 : 20 mV/Div
 Time Base: 1.0 ms/Div
 AC Coupling
2. Buatlah rangkaiaan seperti pada gambar 8.3, lalu aktifkan power supply dan atur
tegangan input menjadi 1,4 V (7 bagian vertikal osiloskop). Lakukanlah seakurat
mungkin.
3. Ubahlah frekuensi pada function generator secara perlahan sehingga output pada chanel 2
adalah minimum, catatlah teganagn keluaran dan tentukan null dan catat.
Null =____________dB
Sebagai perbandingan hasil dari uji coba percobaan diperoleh kedalaman -26,7 dB
4. Sekarang atur time base osiloskop menjadi 0,2 ms/div dan tentukan frekuensi null-nya,
catat dibawah ini
Fn=____________Hz
Bagaimana frekuensi null ini dibanding degan nilai yang ditemukan
Keterangan :
Frekuensi null pada percobaan ini dan frekuensi tengah dari percobaan sebelumnya
seharusnya mendekati sama. Hal ini disebabkan bagian penapis peubah kondis adalah
sama untuk kedua percobaan dan persamaan yang menentukan frekuensi juga sama
5. Ubah setting channel 2 menjadi 0,2V/div. Karena penguatan lolos pita dari penpis ini
telah ditentukan unitas, untuk kemudahan, ubah-ubah generator frekuensi di atas dan
bawah frekuensi null sedemikian hingga teganagan keluar 0,0707 kali teganagn masukan
atau 1,0 (-3 dB) dan catat bawah ini:
FL=___________Hz
FH=___________Hz

33
Untuk pemeriksaan secara sederhana, tentukan frekuensi null berdasarkan kedua nilai di
atas berkaitan dengan persamaan:
Fn = (FLFH)1/2
Dalam jangkauan 5% apakah nilai hasil perhitungan ini sesuai dengan hasil percoban
langkah 4 ?

6. Mengunakan nilai-nilai FL dan FH dari langkah 4, tentukan Q penampis notch melalui


relasi :
Q=

Dan catat hasil dibawah ini :


Q =______________
Keterangan :
Berkaitan dengan persamaan yang ditulis pada bagian “dasar perancangan”, seharusnya
diperoleh nilai Q sekitar 10 (dalam jengkauan 5 %). Nilai ini sama dengan yang telah
ditentukan dalam percobaan sebelumnya.
Perlu diperhatikan, bahwa sebuah penapis notch peubah kondisi dapat juga dibuat dengan
carah menghubungkan 2 masukan penguat penjumlah yang sama ke keluaran lolos
rendah dan lolos tinggih dari penampis peubah-kondisi denagn unitas. Kita sudah
menggunakan penapis peubah kondisi 4 op amp untuk kemudahan, karena telah
digunakan pada percobaan sebelumnya.

Dengan penapis notch peubah kondisi ini, kita telah mendiskusikan secara serempak
empat tipe utama tanggapan penapis yang dibicarakan dalam buku ini : lolos rendah,
lolos tinggih, lolos pita dan Notch.

34
LAMPIRAN

v
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA MEDIS
JUDUL PERCOBAAN

.............................................................................

NAMA : ............................................................
NIM : ............................................................
KELOMPOK : ............................................................

PRODI TEKNIK BIOMEDIK - DEPARTEMEN FISIKA


FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA MEDIS
PRODI TEKNIK BIOMEDIK-DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
TEKNOBIOMEDIK 2018 UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA MEDIS
PRODI TEKNIK BIOMEDIK-DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
TEKNOBIOMEDIK 2018 UNIVERSITAS AIRLANGGA
JADWAL PELAKSANAAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MEDIS - TEKNOBIOMEDIK 2018
PERCOB MINGGU KE 1 MINGGU KE 2 MINGGU KE 3 MINGGU KE 4 MINGGU KE 5 MINGGU KE 6 MINGGU KE 7
TATAP MUKA
AAN 14-16/08/2018 21-23/08/2018 28-30/08/2018 4-6/09/2018 11-13/09/2018 18-20/09/2018 25-27/09/2018
P1
SELASA (9-10) s/d K1 K1 K1 K1 K1 K1
P8
P1
KONTRAK
KAMIS (9-10) s/d K2 K2 K2 K2 K2 K2
PRAKTIKUM
P8
P1
JUMAT (3-4) s/d K3 K3 K3 K3 K3 K3
P8

PERCOB MINGGU KE 8 MINGGU KE 9 MINGGU KE 10 MINGGU KE 11 MINGGU KE 12 MINGGU KE 13 MINGGU KE 14


TATAP MUKA
AAN 16-18/10/2018 23-25/10/2018 30/10'18-1/11'18 6-8/11/2018 13-15/11/2018 20-22/11/2018 27-29/11/2018
P1
SELASA (9-10) s/d K1 K1
P8
P1
KAMIS (9-10) s/d K2 K2 DISKUSI 1 DISKUSI 2 DISKUSI 3 DISKUSI 4 UAP
P8
P1
JUMAT (3-4) s/d K3 K3
P8

PERCOB
No. AAN
Materi Percobaan Tempat/Lab. PENGAMPU KELOMPOK Anggota (NIM)

1 P1 Filter Aktif Orde 1


081611733001; 2; 6; 9; 12; 14; 19; 21; 29;
2 P2 Penskalaan Frekuensi K1
49; 50; 51; 52; 55; 58
3 P3 Filter Pasif LPF Butterworth
Lab. Tekno/ Fadli + Osma;
4 P4 Filter LPF Orde 2
Instrumentasi Akif + Alfian; K2 081611733003; 7; 15; 31; 34; 36; 38; 56
5 P5 Filter Aktif Orde Tinggi Medis Franky + Erwin
6 P6 BandPass Filter Dasar
7 P7 Notch Filter Dasar K3 081611733020; 22; 23; 30
8 P8 Notch Filter Peubah Kondisi

Anda mungkin juga menyukai