Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA TERAPI BERMAIN

ORIGAMI
DI RUANG 15
RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG

Oleh:
POLTEKKES KEMENKES MALANG
STIKES MAHARANI
Pokok bahasan : Terapi bermain
Sub pokok bahasan : Terapi bermain dengan melipat kertas origami di ruang 15
RS Dr. Saiful Anwar Malang
Waktu : 09.00 – 10.30 WIB
Tempat : Ruang anak 15 RS Dr. Saiful Anwar Malang.

A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan hal yang sangat membuat tidak nyaman bagi bayi
dan anak-anak. Lingkungan rumah sakit yang kurang representatif untuk perawatan
anak membawa trauma sendiri pada anak-anak. Tindakan keperawatan seperti
menyuntik, mengganti infus, melakukan pemeriksaan, mengantarkan obat dan
sebagainya membuat anak menjadi takut karena pengalaman rasa yang pernah
dialami. Selama hospitalisasi kegiatan atau aktivitas anak menjadi terbatas karena
beberapa faktor seperti kondisi badan yang tidak sehat, tangan terpasang infus dan
teman atau lingkungan yang baru. Keadaan seperti ini jika terus menerus dbiarkan
lama-lama anak menjadi bosan dan biasanya rewel. Oleh karena itu diperlukan
suatu kegiatan yang mampu mengalihkan rasa bosan tersebut pada anak yang
sedang dirawat.
Permainan yang sederhana pada anak bisa menjadi pengalih perhatian anak
yang sedang dihopitalisasi. Permainan yang sederhana, tidak terlalu menguras
tenaga, tidak bertentangan dengan keadaan anak dan mudah untuk dilakukan anak
merupakan hal yang perlu diperhatikan sebelum memberikan terapi bermain pada
anak. Selain itu, dukungan dari orang tua anak untuk membantu dalam pelaksanaan
terapi bermain anak juga menjadi salah satu kontribusi terbesar dalam kesuksesan
pelaksanaan terapi bermain.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan program bermain selama 1x30 menit peserta terapi bermain
dapat termotivasi dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit peserta terapi bermain
diharapkan:
a. Aspek Kognitif:
1) Anak dapat mengingat-ingat cara melipat kertas origami
2) Anak dapat mengetahui bentuk benda atau binatang yang dapat dibuat
dengan kertas origami.
b. Aspek afektif
Anak dapat mengikuti instruksi yang diajarkan penyaji
c. Aspek Psikomotor:
Anak dapat melipat kertas dengan benar sesuai dengan bentuk yang
diinginkan.

C. Metode
Demonstrasi cara melipat kertas origami menjadi berbagai macam bentuk.

D. Media
Power point
Kertas origami

E. Karakteristik peserta
1. Anak yang dirawat di ruang 15 usia prasekolah (3-5 tahun), sekolah (6-12
tahun)
2. Anak berjenis kelamin laki-laki dan perempuan

F. Struktur organisasi
1. Struktur Organisasi
a. Leader :
1) Memimpin jalannya kegiatan
2) Memberikan penjelasan mengenai peraturan kegiatan
b. Penyaji :
1) Mengenalkan beberapa bentuk yang dapat dibuat dengan kertas
origami
2) Mendemonstrasikan cara membuat bentuk dengan melipat kertas
origami
3) Memandu peserta membuat bentuk dengan melipat kertas origami
c. Fasilitator :
1) Membantu leader dalam mengatur kegiatan
2) Mengkondisikan peserta untuk berpartisipasi dalam kegiatan
3) Membantu peserta yang sulit mengikuti proses kegiatan
d. Observer :
1) Menilai jalannya proses kegiatan
2) Menilai peran leader, fasilitator, dan observer dalam menjalankan
proses kegiatan
3) Menilai partisipasi peserta dalam mengikuti proses kegiatan

G. Setting
Keterangan:
1. Penyaji 4. Peserta
2. Leader 5. Observer
3. Fasilitator

H. Langkah-langkah terapi bermain


No Jenis Kegiatan Waktu Respon Peserta
1 Pembukaan: 3 menit Menjawab salam
a. Menyiapkan peserta dan memperhatikan
dan ruangan perawat
b. Menyiapkan alat/media
c. Salam pembuka
d. Memperkenalkan diri
kepada peserta terapi
bermain
2 Kegiatan inti terapi bermain: 20 menit Peserta
a. Menjelaskan pengertian memperhatikan
bermain, tujuan terapi penjelasan yang
bermain, cara bermain, diberikan, mengikuti
alat yang digunakan, petunjuk yang
waktu yang diperlukan diberikan dan
untuk terapi bermain, berpartisipasi aktif
memberikan dalam terapi
kesempatan bertanya bermain menebak
sebelum kegiatan jenis buah-buahan
dimulai
b. Memulai kegiatan
terapi bermain dengan
memberikan contoh
terlebih dahulu pada
peserta
c. Memulai
mendemonstrasikan
cara melipat bentuk
dengan kertas origami
d. Memberikan reward
dan membangkitkan
motivasi bagi anak yang
belum bisa mengikuti
apa yang
didemonstrasikan
penyaji
3 Penutup terapi bermain: 7 menit Peserta menjawab
a. Menyimpulkan hasil salam penutup
terapi bermain dengan tersenyum
b. Kontrak untuk
pertemuan selanjutnya
c. Ucapan terimakasih dan
kerjasama selama terapi
bermain
d. Salam penutup

I. Evaluasi
1. Aspek Kognitif:
1) Anak dapat mengingat-ingat cara melipat kertas origami.
2) Anak dapat mengetahui bentuk benda atau binatang yang dapat dibuat
dengan kertas origami.
2. Aspek afektif
Anak dapat mengikuti instruksi yang diajarkan penyaji
3. Aspek Psikomotor:
Anak dapat melipat kertas dengan benar sesuai dengan bentuk yang
diinginkan.

J. Hasil observasi

1. Leader
leader bertugas untuk memimpin jalannya acara penyuluhan dari
awal hingga berakhirnya penyuluhan. Leader juga bertugas memimpin
diskusi agar lebih tenang dan kondusif.
2. Penyaji
Menyampaikan materi
3. Fasilitator
Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar
dapat kooperatif dalam penyuluhan yang dilakukan.
4. Observer
a) observer menilai jalannya kegiatan bermain dari awal hingga akhir
b) Observer menilai masing-masing peran dalam struktur organisasi dari
awal hingga akhir kegiatan
c) Observer menilai respon peserta kegiatan bermain dari awal hingga
akhir kegiatan bermain
Lampiran materi

TERAPI BERMAIN DENGAN MELIPAT KERTAS ORIGAMI

a. Terapi Bermain
Bermain merupakan bagian penting dari masa balita dan punya nilai
pendidikan yang tinggi. “Bermain” (play) merupakan istilah yang
digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang
paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan
secara suka rela, dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau
kewajiban.
Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas tanggapan yang
diulang sekedar untuk kesenangan fungsional”. Menurut Bettelheim
kegiatan bermain adalah kegiatan yang “tidak mempuyai peraturan lain
kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang
dimaksudkan dalam realita luar”. Bermain secara garis besar dapat dibagi
ke dalam dua kategori, aktif dan pasif (“hiburan”). Pada semua usia, anak
melakukan permainan aktif dan pasif. Proporsi waktu yang dicurahkan ke
masing-masing jenis bermain itu tidak bergantung pada usia, tetapi pada
kesehatan dan kesenangan yang diperoleh dari masing-masing kategori.
Meskipun umumnya permainan aktif lebih menonjol pada awal usia
prasekolah dan permainan hiburan ketika anak mendekati masa puber,
namun hal itu tidak selalu benar.

b. Origami
Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan
yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi.
Secara umum untuk membuat origami kita bisa menggunakan kertas biasa
namun kebanyakan origami di Jepang menggunakan kertas khusus untuk
origami. Perbedaan antara kertas biasa dan kertas origami hanyalah dari segi
design dan warna saja yang sangat beragam sehingga membuat origami
menjadi semakin indah dan sama sekali tidak berhubungan dengan teknik
seperti lipatan kertas menjadi lebih mudah dan sebagainya.
Seorang pembuat origami biasa disebut sebagai paperfolder (pelipat
kertas). Para pelipat kertas ini bisa merupakan suatu kumpulan orang-orang
dari berbagai latar belakang yang sangat berbeda seperti, seniman, ilmuwan
atau juga para pecinta sepertiibu-ibu/orang dewasa, anak-anak, dan remaja.
Bahkan para pendidik hingga ahli terapi. Pada umumnya, orang
menganggap origami adalah oleh, dan, untuk anak-anak, atau sebagai
pelatihan keterampilan. Akan tetapi, akhir-akhir ini origami telah menjadi
populer sebagai sebuah bentuk hobi bagi orang dewasa. Maka dari itu,
kegunaan origami tidak hanya sebagai seni keterampilan atau untuk
membuat mainan dari kertas saja.
Di Indonesia sendiri origami bisa dikatakan memiliki ruang khusus
bagi penggemarnya. Sejak di Play Group hingga taman kanak-kanak (TK),
pelajaran keterampilan melipat kertas sudah diajarkan, mulai dari melipat
kertas menjadi kipas, bunga, sampai hewan. Tapi beranjak dewasa, seni
keterampilan itu tidak lagi dipelajari di sekolah, lambat laun orang mulai
melupakan seni lipat ini. Namun diluaran, seni melipat kertas justru
berkembang pesat, bahkan menjadi nilai tersendiri yang bernilai seni. Seni
melipat kertas yang sangat populer di negeri sakura ini, merujuk pada seni
melipat kertas menjadi suatu bentuk atau gambaran tertentu. Bentuk yang
dimaksud bisa berupa hewan, tumbuhan, ataupun benda tertentu.
Selain menyenangkan, kegiatan ini memiliki banyak manfaat lain,
di antaranya dapat meningkatkan kreativitas dan motorik halus anak.
Pasalnya, membuat origami membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga
saraf otak akan bekerja dengan baik. Tentu saja, dampaknya akan positif
bagi perkembangan otak. Manfaat yang akan didapat saat belajar origami
adalah:
1) Anak akan semakin akrab dengan konsep-konsep dan istilah-istilah
Matematika geometri, karena pada saat seseorang menerangkan origami
akan sering menggunakan istilah matematika geometri contohnya :
garis, titik, perpotongan 2 buah garis, titik pusat, segitiga, dll.
2) Bermain origami akan meningkatkan keterampilan motorik halus anak ,
menekan kertas dengan ujung-ujung jari adalah latihan efektif untuk
melatih motorik halus anak.
3) Meningkatkan dan memahami pentingnya akurasi, saat membuat model
origami terkadang kita harus membagi 2, 3 atau lebih kertas, hal ini
membuat anak belajar mengenai ukuran dan bentuk yang diinginkan
serta keakuratannya.
4) Meningkatkan citra diri dan bakat anak.
5) Saat bermain origami anak akan terbiasa Belajar mengikuti instruksi
yang runut.
6) Mengembangkan pemikiran logis
7) Bermain origami secara konsisten juga merupakan latihan
berkonsentrasi, membuat sebuah model origami tentu saja membutuhkan
konsentrasi,dan hal ini dapat dijadikan sebagai ajang latihan untuk
memperpanjang rentang konsentrasi seorang anak, dengan syarat
origaminya dilakukan secara kontinyu dan model yang diberikan
bertahap dari yang paling mudah yang dapat dikerjakan oleh anak lalu
terus ditingkatkan sesuai kemampuanya.
8) Meningkatkan persepsi visual dan spasial
9) Mendapatkan untuk tahu lebih banyak tentang hewan dan lingkungan
mereka, hal ini karena bentuk origami yang dibuat dapat dililih oleh kita
dan dapat dijadikan sebagai media pengenalan hewan dan lingkungan
anak.
10) Memperkuat ikatan emosi antara orang tua dan anak, bermain origami
disertai komunikasi yang menyenangkan ini akan membangun ikatan
yang sungguh baik antara anak dan orang tua atau guru dan murid.
Contoh cara melipat kertas origami

Anda mungkin juga menyukai