BAB IV Ok
BAB IV Ok
Indikator derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari Umur Harapan Hidup
(UHH), mortalitas, morbiditas serta status gizi. Derajat kesehatan di Kabupaten
Garut dapat digambarkan melalui Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan angka morbiditas.
Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan
yang digunakan sebagai salah satu dasar perhitungan Indeks Pembangunan
Manusia(IPM).
Dari Grafik diatas dapat terlihat bahwa angka Umur Harapan Hidup (UHH)
Kabupaten Garut dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 terus meningkat
meskipun belum menunjukan peningkatan angka yang signifikan. Sedangkan
angka Umur Harapan Hidup tahun 2015 masih dalam proses perhitungan Badan
Perhitungan Statistik (BPS) Kabupaten Garut.
Grafik 4.2
45 45 45
43
37
34
28
Grafik 4.3
Grafik 4.4
C. MORBIDITAS
Morbiditas adalah angka kesakitan, baik incidens maupun prevalens dari suatu
penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi
pada kurun waktu tertentu. Selain itu, morbiditas berperan pula dalam penilaian
status dan derajat kesehatan masyarakat.
Tabel. 4.1
Diagram 4.5
Distribusi Penduduk yang Diukur Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Puskesmas Kabupaten Garut Tahun 2015
Pada tahun 2015 jumlah penduduk Kabupaten Garut yang datang untuk
memeriksa tekanan darah yaitu sebanyak 263.552 orang. Penduduk yang
datang untuk memeriksa tekanan darah ke puskesmas berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 165.382 orang sedangkan penduduk berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 98.170 orang. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa penduduk berjenis kelamin perempuan lebih sadar terhadap kondisi
kesehatannya.
Data PTM yang bersumber dari fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
Kabupaten Garut masih belum terkordinir dengan baik, ini disebabkan sistem
pencatatan dan pelaporan yang belum terlaksana secara optimal. Dari enam
puluh tujuh (67) puskesmas yang ada di Kabupaten Garut hanya sebanyak
lima puluh enam (56) puskesmas yang melaporkan data Penyakit Tidak
Menular (PTM). Dengan keterbatasan data tersebut, informasi yang
dihasilkan belum dapat menggambarkan situasi sebenarnya namun dapat
memberikan gambaran PTM yang terjadi di Kabupaten Garut.
Diagram 4.6
Distribusi Penduduk yang Diukur Tekanan Darah dan Terdiagnosa
Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Puskesmas Kabupaten Garut Tahun 2015
Dari diagram diatas terlihat bahwa dari sebanyak 263.552 orang yang dateng
ke puskesmas untuk memeriksa tekanan darahnya, yang terdiagnosa hipertensi
yaitu sebanyak 22.068 orang. Penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak
14.245 orang atau sebesar 5.41% sedangkan penduduk berjenis kelamin laki-
laki yaitu sebanyak 7.823 orang atau sebesar 2.97%. Dari gambaran diagram
tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk Kabupaten Garut tahun 2015
yang mempunyai penyakit hipertensi moyoritas adalah berjenis kelamin
perempuan.
Diagram 4.7
Distribusi Puskesmas dengan Pasien Terdiagnosa Hipertensi
Di Kabupaten Garut Tahun 2015
Dari gambaran diagram diatas dapat terlihat bahwa dari enam (6) puskesmas
yang mempunyai data kunjungan terbanyak dengan diagnosa hipertensi,
Puskesmas Guntur merupakan puskesmas yang mempunyai jumlah kunjungan
Penemuan kasus yang tidak mencapai target dan sebaran kasus hanya di 8
(delapan) puskesmas dari 67 (enam puluh tujuh) puskesmas yang ada,
2) Penyakit Difteri
Penyakit Difteri mempunyai gejala demam disertai adanya selaput tipis
(pseudomembran) putih keabu-abuan pada tenggorokan (laring, faring,
tonsil) yang tak mudah lepas, tetapi mudah berdarah. Pada pemeriksaan
usap tenggorok atau hidung terdapat kuman difteri.
Di Kabupaten Garut pada tahun 2015 tidak terlaporkan adanya kasus
difteri, namun demikian perlu diwaspadai adanya transmisi atau penularan
dari kabupaten/ kota yang merupakan daerah ditemukan atau endemis
difteri, yang wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Garut, diantaranya
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur.
3) Penyakit Pertusis
Penyakit Pertusis adalah penyakit yang mempunyai gejala batuk beruntun
biasanya pada malam hari dengan suara khas yang pada akhir batuk
menarik nafas panjang dan terdengar suara “hup” (whoop). Pemeriksaan
laboratorium pada apusan lendir tenggorok ditemukan kuman pertusis
(Bordetella pertussis).
Di Kabupaten Garut sampai dengan tahun 2015 tidak terlaporkan adanya
kasus pertusis, hal ini dimungkinkan karena kekebalan masyarakat
terhadap penyakit ini sudah baik sehingga penyakit pertusis ini jarang
ditemukan lagi.
5) Penyakit Campak
Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles, merupakan
penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus.
Sembilan puluh persen (90%) anak yang tidak kebal akan terserang
penyakit campak. Berdasarkan cakupan imunisasi rata-rata sejak tahun
1996 – 2000 sebesar 91,8% di Indonesia, maka diperkirakan terdapat
10.336 – 31.000 kematian karena campak pada tahun 2000. Meskipun
cakupan imunisasi cukup tinggi, Kejadian Luar Biasa (KLB) campak
mungkin saja masih akan terjadi yang disebabkan adanya akumulasi anak-
anak rentan karena tidak diimunisasi ditambah 15% anak yang walaupun
diimunisasi tetapi tidak terbentuk imunitas (Kementerian Kesehatan RI,
2012).
Pada tahun 2015, secara klinis di Kabupaten Garut telah terdeteksi dan
tercatat sebanyak 572 kasus campak, dengan kematian sebanyak 1 kasus
(Case Fatality Rate, CFR = 0,2%). Kasus tersebut tersebar di 41
puskesmas dan 29 kecamatan, dengan kasus terbanyak ditemukan di
wilayah Puskesmas Kersamenak sebanyak 76 (tujuh puluh enam) kasus
atau sebesar 13,27%, seperti terlihat pada grafik 4.9.
Grafik 4.10
Pada grafik 4.10 terlihat bahwa proporsi kasus campak berjenis kelamin
perempuan (52%) lebih besar dibandingkan dengan yang berjenis kelamin
laki-laki (48%) kasus.
Penemuan kasus (case finding) campak sebanyak 572 (lima ratus tujuh
puluh dua) dicapai melalui surveilans campak berbasis kasus individu
(Case Based Measles Surveillance, CBMS) dan Penyelidikan Epidemiologi
(PE), Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dengan frekuensi Kejadian Luar
Biasa (KLB) campak (Rubella) sebanyak 17 (tujuh belas) kali.
6) Penyakit Hepatitis
Pada setiap KLB harus dilakukan upaya penanggulangan secara dini yang
dilakukan kurang dari 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak daerahnya
memenuhi salah satu kriteria KLB. Penanggulangan KLB/wabah dilakukan
secara terpadu oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, sesuai
dengan jenis penyakit yang menyebabkan KLB/wabah.
Kejadian Luar Biasa (KLB) tersebut terjadi di 31 (tiga puluh satu) desa dan
28 (dua puluh delapan) kecamatan di Kabupaten Garut, dengan kematian 1
(satu) kasus (CFR = 0,12%). Telah dilakukan penyelidikan epidemiologi
terhadap semua KLB, namun sekitar 88,89% (24 KLB) yang dapat
ditangani kurang dari 24 jam. Terdapat 3 KLB (11,11%) yang ditangani
lebih dari 24 jam, hal ini terjadi karena adanya keterlambatan laporan dan
informasi.
Grafik 4.12
Trend Kasus Malaria Posirif
Di Kabupaten Garut Tahun 2010– 2015
S
u
m b
e r
:
Grafik 4.14
Proporsi Penderita Malaria Positif Menurut Klasifikasi Epidemiologi
Di Kabupaten Garut Tahun 2010 – 2015
1) Diare
Penyakit diare cenderung meningkat pada tahun 2015 dimana
incidence rate (IR) sebanyak 166,1% bila dibandingkan tahun 2014
yaitu 163%.
Pada tahun 2015 jumlah kasus diare 90.613 kasus (166,1%) dari
target yang harus ditemukan sebanyak 54.542 kasus. Terdapat tiga (3)
kasus kematian yang diakibatkan oleh diare. Beberapa faktor
penyebab masih tingginya angka kesakitan penyakit diare adalah
antara lain: (1) Masih belum membudayanya Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) pada masyarakat; (2) Rendahnya kualitas
lingkungan, diantaranya akibat dari pencemaran air, masih rendahnya
kualitas air bersih yang memenuhi syarat, penggunaan jamban yang
belum optimal, serta (3) Perubahan pola makan pada anak yang
terlalu cepat dan kesibukan ibu-ibu sebagai pekerja sektor publik.
Grafik 4.15
Cakupan Layanan Penderita Diare
Di Kabupaten Garut tahun 2010 – 2015
2) Kusta
Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan ole infeksi bakteri
Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan kasus yang kurang baik
dapat menyebabkan kusta menjadi progresif dan menyebabkan
kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.
Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai
berikut :
a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan
disertai mati rasa.
b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf
berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot.
c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan
kulit (BTA positif) .
Penyakit Kusta di Kabupaten Garut jumlah kasusnya menunjukkan
kenaikan dari tahun ke tahun karena itu perlu diwaspadai. Pada
tahun 2015 diketemukan kasus baru kusta sebanyak 26 kasus (CDR
= 0,66/100.000 penduduk) , terdiri dari type PB 4 kasus dan type
MB sebanyak 22 kasus. Rata–rata kasus tertinggi terdapat pada
kelompok umur > 15 tahun. Tingginya kasus kusta pada type MB
menjadi peluang besar terjadinya penularan. Deteksi dini penyakit
kusta cukup sulit dan belum semua tenaga kesehatan mampu dan
terampil tatalaksana diagnosis kusta.
Sumber : Laporan Program P2-Kusta Puskesmas & Hasil Investigasi Tahun 2015
Grafik 4.18
Prevalensi Kusta Kabupaten Garut 1/10.000 Penduduk
Tahun 2010 – 2015
Sumber : Laporan Program P2-Kusta Puskesmas & Hasil Investigasi Tahun 2015
Grafik 4.20
Penemuan Kasus Pneumonia pada Balita
Di Kabupaten Garut Tahun 2010 - 2015
Grafik 4.22
Proporsi Cakupan Layanan Penderita Pneumonia
Di Kabupaten Garut Tahun 2010 - 2015
4) Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar
kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya. Sumber penularan adalah penderita TBC Basil Tahan
Asam (BTA) positif, pada waktu penderita batuk atau bersin yang
terbuka sehingga menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Orang akan terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan dan menyebar dari paru
ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-
bagian tubuh lainnya. Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Grafik 4.23
Penemuan Kasus Tuberkolosis
Di Kabupaten Garut Tahun 2011 – 2015
Grafik 4.24
Hasil Pengobatan Penderita Tb Paru Bta (+)
Cure Rate Kabupaten Garut
Tahun 2011-2014
Grafik 4.25
Angka Kasus HIV/AIDS
Di Kabupaten Garut s/d Desember 2015