Anda di halaman 1dari 7

1.

PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL (Internal Business Process


Perspective)
Analis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan menggunakan
analisis value-chain. Disini manajemen mengidentifikasi proses internal bisnis yang
kritis yang harus diunggulkan perusahaan. Scorecard dalam perspektif ini
memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan
apakah produk dan atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Perspektif
ini harus didesain dengan hati-hati oleh mereka yang paling mengetahui misi
perusahaan yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar.
Kaplan dan Norton (1996) membagi proses bisnis internal ke dalam tiga tahapan,
yaitu:
1. Proses inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi
merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta ketepatan
waktu dari proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses
penciptaan nilat tambah bagi pelanggan. Dalam proses ini, unit bisnis menggali
pemahaman tentang kebutuhan dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang
mereka butuhkan. Proses inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian
marketing sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar telah
memenuhi syarat-syarat pemasaran dan dapat dikomersialkan (didasarkan pada
kebutuhan pasar). Aktivitas marketing ini merupakan aktivitas penting dalam
menentukan kesuksesan perusahaan, terutama untuk jangka panjang.
2. Proses Operasi
Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk atau
jasa. Aktivitas di dalam proses operasi terbagi ke dalam dua bagian: 1) proses
pembuatan produk, dan 2) proses penyampaian produk kepada pelanggan.
Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi dikelompokkan pada waktu,
kualitas, dan biaya.
3. Proses Pelayanan Purna Jual
Proses ini merupakan jasa pelaya nan pada pelanggan setelah penjualan
produk/jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini, misalnya
penanganan garansi dan perbai kan penanganan atas barang rusak dan yang
dikembalikan serta pemrosesan pembayaran pelanggan. Perusahaan dapat mengukur
apakah upayanya dalam pelaya nan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan,
dengan menggunakan tolak ukur yang bersifat kualitas, biaya, dan waktu seperti yang
dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus waktu, perusahaan dapat menggunakan
pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan diterima hingga keluhan tersebut
diselesaikan.
2. PERSPEKTIF ORGANISASI

Beberapa pendekatan perspektif yang berbeda satu sama lain bisa dipergunakan untuk
menganalisis teori atau konsep organisasi. Pendekatan perspektif dipergunkan untuk
memahami bahwa mempelajari teori organisasi tidak hanya cukup menggunakan single dan
unified models dari tatanan suatu organisasi. Akan tetapi banyak pendekatan dan cara yang
berbeda yang bisa dipakai. Istilah perspektif dipergunakan untuk memperjelas
pengelompokan atau pembagian teori-teori organisasi yang sejalan atau paling tidak yang
berkembang pada kurun waktu yang sama. Pada aslinya konsep perspektif ini dipergunakan
dalam manajemen, akan tetapi inti pembahasannya dipergunakan pula untuk teori organisasi

Menurut Huse dan Bowditch (1973) ada 3 golongan aliran perspektif ini, yakni:
Perspektif I

Intinya melihat konsep organisasi/manajemen dari faham klasik. Aliran ini pada
intinya mengartikan organisasi sebagai suatu isue-isue tentang bagaimana organisasi itu
disusun, fungsi-fungsi dirancang dan dibiayai, kewenangn dan tanggungjawab dijalankan,
span pengawasan dijalankan dan gaya kepemimpinan yang bagaimana yang seharusnya
dijalankan.
Ada 3 aliran yang menonjol pada perspektif I ini, yakni aliran prinsip-prinsip
organisasi/manajemen universal, aliran struktural, dan aliran manajemen ilmiah.
Perspektif II

Dalam perspektif ini konsep oranisasi lebih diartikan sebagai aliran pekerjaan Konsep
dasarnya bagaimana suatu informasi itu bisa dijalankan dan disampaikan dengan sebaiknya
melalui alat analisa yang tepat
Pada perspektif ini konsep oganisasi sudah mengenalkan riset operasional
Perspektif III

Dalam hal ini konsep organisasi/manajemen sebagian besar titik perhatian pada
human perspektif, dalam pandangan perspektif organisasi dan manajemen bahwa manusia
dalam setiap satuan kerja organisasi menjadi lebih penting dibandingkan dengan struktur.
3. PERSPEKTIF MANAJEMEN

Perspektif sistem manajemen merupakan salah satu konsep penting dalam ilmu
manajemen kontemporer. Sistem didefinisikan sebagai kesatuan elemen-elemen dalam
organisasi yang memiliki fungsinya masing-masing, terintegrasi satu sama lain secara
menyeluruh dan melalui sebuah proses diarahkan untuk pencapaian suatu tujuan. Perspektif
Sistem dalam manajemen dapat juga diartikan sebagai memandang proses manajemen
sebagai suatu sistem yang terdiri atas proses bertahap dan komponen-komponen proses
tersebut terkait antara satu dengan yang lain. Sebagaimana digambarkan dalam Gambar
perspektif sistem dalam manajemen pada dasarnya berupaya untuk mewujudkan tujuan
organisasi berupa output yang bermanfaat bagi lingkungan dengan melakukan proses
transformasi dari faktor input yang juga diperoleh dari lingkungan. Adapun yang termasuk ke
dalam subsistem-subsistem atau elemen-elemennya adalah dari mulai sumber daya manusia,
bahan baku, informasi, uang (input), dan kemudian sistem administrasi, sistem operasi,
teknologi, dan sistem kontrol (proses transformasi) dan barang atau jasa, output informasi,
maupun perilaku pekerja (output). Lingkungan akan memberikan umpan balik atau
tanggapan apakah apa yang dihasilkan oleh organisasi sesuai dengan permintaan atau
keinginan mereka.
Dalam pendekatan manajemen system seorang menejer harus mampu menghadapi
tantangan dan permasalahan bisnis dan organisasi untuk dapat dilakukan penyesuaian atau
perbaikan manajerial dan proses bisnis yang ada agar dapat selalu align dengan tuntunan
perubahan dunia modern.
Perluasan perspektif kemanusiaan menjelaskan organisasi sebagai system terbuka,
dengan karakter entropi, sinergi, dan ketergantungan antar subsistem. Entropi kondisi dimana
organisasi mengalami penurunan produktivitas dan kualitasnya disebabkan ketidakmampuan
dalam beradaptasi dengan lingkungan. Sinergi, pekerjaan yang dilakukan secara bersama-
sama akan memberikan hasil yang lebih baik daripada hanya dikerjakan hanya seorang saja.

Konsep-Konsep Yang Terbentuk Dari Perspektif Sistem Dalam Manajemen


Perspektif sistem dalam organisasi dan manajemen memberikan pandangan lain bagi
kita dalam melihat seluruh organisasi. Salah satu pandangan lain yang bisa diperoleh adalah
konsep-konsep seperti sistem terbuka (open system), bagian atau elemen sistem (subsystem),
sinergi (synergy), dan entropi (entropy).
1. Sistem terbuka
Sistem yang melakukan interaksi dengan lingkungan di mana kebalikannya, sistem
tertutup tidak melakukan interaksi dengan lingkungan. (perlu dicatat, untuk organisasi mana
pun hampir mustahil jika interaksi dengan lingkungan tidak dilakukan).
2. Subsistem
Elemen-elemen dalam sistem organisasi atau manajemen yang satu sama lainnya
saling berkaitan. Apabila misalnya organisasi terdiri dari subsistem produksi, subsistem
pemasaran, subsistem keuangan, dan subsistem sumber daya manusia, maka hambatan pada
salah satu subsistem tersebut, akan berakibat pada subsistem yang lain, dan juga keseluruhan
organisasi.
PERSPEKTIF KONTRAK

A. Dasar Hukum

Perjanjian keagenan dan perjanjian distributor merupakan perjanjian tidak bernama


yang tidak terdapat dalam BW. Dasar hukum perjanjian-perjanjian ini berdasarkan kebebasan
berkontrak, yakni pada pasal 1338 Ayat (1) BW. Sepanjan memenuhi pasal 1320 BW
mengenai syarat sahnya kontrak , maka perjanjian ini berlaku dan memiliki nilai hukum.

Perjanjian tidak bernama diatur dalam pasal 1319 BW yang menyatakan bahwa, “Semua
perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan
suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum.”

Dengan berjalannya waktu perjanjian keagenan dan perjanjian distributor tidak hanya
didukung prinsip kebebasan berkontrak saja, tapi juga Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia No. 11/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan
Surat Tanda Pendaftaran Agen dan Distributor Barang dan/atau Jasa (Permendag 11/2006).

B. Karakteristik Perjanjian Keagenan

Usaha dalam bidang keagenan adalah jasa perantara untuk melakukan transaksi bisnis
tertentu yang menghubungkan pelaku usaha yang satu dengan yang lain atau yang
menghubungkan pelaku usaha dengan konsumen di pihak yang lain. Perjanjian
Keagenan adalah perjanjian tidak bernama atau tidak terdapat dalam BW.

Pihak-pihaknya antara lain : Pihak yang memberi perintah disebut prinsipal, sedangkan pihak
diminta untuk melakukan perbuatan hukum disebut agen.

Hubungan prinsipal dengan agen pada prinsipnya didasarkan pada suatu kesepakatan,
yaitu agen setuju untuk melakukan suatu perbuatan hukum bagi prinsipal dan pada sisi lain
prinsipal setuju atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh agen tersebut. Sehingga dengan
adanya kesepakatan tersebut, maka tanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilakukan
oleh agen dibebankan pada prinsipal.

Agen pada dasarnya tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan hukum
untuk dan atas nama prinsipal karena pada dasarnya agen bukanlah pemilik barangdan /atau
jasa, pemilik barang dan/atau jasa tersebut adalah prinsipal.
Hal-hal yang menjadi unsur esensial perjanjian keagenan adalah :

 Adanya perintah atau wewenang untuk melakukan pemasaran


 Barang dan/atau jasa milik prinsipal
 Dalam suatu wilayah pemasaran tertentu, dan
 Adanya upah atau komisi

Syarat sahnya perjanjian distributor harus memenuhi pasal 1320 BW.

C. Karakteristik Perjanjian Distributor

Pengertian distribusi adalah cara menjual suatu produk perusahaan kepada


konsumennya. Perjanjian Distributor adalah perjanjian tidak bernama atau tidak terdapat
dalam BW. Alasan munculnya perjanjian ini adalah karena prinsipal tidak terlalu menguasai
wilayah yang akan menjadi wilayah pemasaran produknya dan/atau prinsipal membutuhkan
pihak lain yang memiliki jaringan bisnis yang luas sehingga sasaran dan target pemasaran
produknya segera terealisasi.

Esensi perjanjian distributor adalah suatu perjanjian untuk dan atas namanya sendiri
melakukan pembelian, penyimpanan dan penjualan serta pemasaran barang dan/atau jasa
yang dimiliki/dikuasai dengan tujuan memperoleh keuntngan. Jadi tidak ada hubungan
perwakilan antara prinsipal dan distributor, hubungannya adalah jual-beli dimana distributor
membeli barang/jasa kepada prinsipal kemudian oleh karena distributor menjadi pemilik
barang/jasa tersebut oleh distributor barang/jasa tersebut dijual kembali kepada konsumen.

Namun ketentuan jual-beli tidak dapat dapat sepenuhnya ditetapkan terhadap perjanjian
distributor mengingat konteks dari munculnya adalah mencari keuntungan. Perjanjian
distributor adalah bersifat kontinu dan secara terus menerus. Perjanjian keagenan adalah
wujud rekonstruksi dari perjanjian Pemberian Kuasa.

Unsur esensial pembentuk perjanjian distributor adalah :

 Barang dan/atau jasa


 Harga, dan
 Dalam suatu wilayah pemasaran tertentu.
D. Perbedaan Perjanjian Keagenan dan Perjanjian Distributor

1. Dalam perjanjian keagenan, agen bertindak sebagai peantara untuk dan atas nama
prinsipal. Sedangkan dalam perjanjian distributor, distributor bertindak untuk dan atas
namanya sendiri
2. Dalam perjanjian keagenan, barang dan/atau jasa yag dipasarkan oleh agen adalah
bukan milik agen, tetapi milik prinsipal. Sedangkan dalam perjanjian distributor,
barang dan/atau jasa yang dipasarkan oleh distributor adalah milik distributor
sepenuhnya.
3. Dalam perjanjian keagenan, segala tanggung jawab akibat dari perbuatan hukum agen
ditanggung oleh dan dibebankan kepada prinsipal. Sedangkan dalam perjanjian
distributor, segala tanggung jawab akibat dari perbuatan hukum distributor
sepenuhnya ditanggung oleh pihak distributor.

Contoh

 Perjanjian Keagenan : Agen CV. Iganta Satu merupakan agen yang bergerak di
bidang usaha pemasaran LPG milik PT. Pertamina (persero) sebagai prinsipal dan
dalam tindakannya tersebut CV Iganta Satu memasarkan LPG kepada konsumen
sebagai pihak ketiga untuk dan atas nama PT. Pertamina (persero).

Pada prinsipnya PT Pertamina (persero) sebenarnya yang berhubungan dengan


konsumen sebagai pihak ketiga, hanya saja dalam pelaksanaannya direpresentasikan
oleh CV Iganta Satu.

 Perjanjian Distributor : Dalam perjanjian distributor, prinsipal adalah PT. Danone


Indonesia, Tbk dan sebagai distributor adalah PT. Anta Iga Abadi bahwa disepakati
PT. Anta Iga Abadi membeli produk air mineral untuk kemudian dipasarkan ke
konsumen. PT. Danone Indonesia, Tbk dengan konsumen tidak ada hubungan apapun
kerena PT. Anta Iga Abadi adalah distributor, bukan representasi dari PT. Danone
Indonesia, Tbk dalam memasarkan produknya ke konsumen.

Anda mungkin juga menyukai