Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH AROMATERAPI

BATHBOMB
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Aromaterapi dan Hidroterapi

Kelompok 7

1. Tai Tze Hong 260110152001


2. Azizul Hakim Sulaiman 260110152002
3. Mohamad Norihsan Mat Yaacob 260110152003
4. Kushiela Malar Karunagaran 260110152004
5. Novalisha Techinamuti 260110152005
6. Safuraa Kasman Bokti 260110152007
7. Wong Yi Shan 260110152008
8. Chu Yuan Shan 260110152009
9. Sharimina Venugopalan 260110152010
10. Sanjiv Menon 260110142010

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2018

BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan aromaterapi untuk perawatan tubuh dan kesehatan sudah
dilakukan sejak 6.000 tahun Sebelum Masehi (SM). Tepatnya, ketika seorang
dokter di Mesir Kuno yang bernama Imhotep menganjurakan penggunaan minyak-
minyak wangi yang diambil dari sari tumbuhan utnuk sarana pemijatan. Pada tahun
4500 SM, orang Mesir sydah menggunakan minyak kayu myrrh dan cedarwood
untuk membalsem tubuh orang meninggal.
Di samping itu, Hippocrates yang dikenal sebagai Bapak pengobatan Yunani
telah pula menganjurkan perawatan tubuh harus dilakukan dengan teratur
menggunakan aroma therapy dan juga harus dilakukan pemijatan dengan
menggunakan minyak atsiri murni yang mempunyai efek terapetik
(menyembuhkan). Hal serupa juga dilakukan di Romawi, di Romawi orang
menggunakan minyak atsiri murni untuk mandi, pijat dan mengharumkan tubuh.
Aroma therapy ini juga dikenal di inggri pada tahun 1665. Ketika itu, di London
Inggris wabah penyakit pes dibasmi dengan membawa dengan membawa dan
membakar lavender, cedarwood, cypress di jalan – jalan. Yang sebebnarnya ,
aromatherapy sudah mulai di kenal dan di terima luas sejak awal abad 20 , misalnya
tahun 1930-an ketika Rene Gatte Fosse sorang ahli kimia dari prancis mencelupkan
tangannya yang mengalami luka bakar kedalam minyak lavender sehingga luka
bakar yang dideritanya sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan infeksi atau
bekas.
Terlepas dari kerumitan proses dan penyimpanan minyak atsiri, minyak ini
banyak dicari karena khasiatnya. Aromanya yang khas dipercaya baik untuk terapi.
Minyak atsiri memiliki aroma yang berbeda-beda tergantung dari tumbuhan
asalnya. Beberapa minyak atsiri beraroma lemon, mawar, dan cendana merupakan
minyak yang baik untuk terapi kesehatan. Untuk itulah minyak atsiri sering
digunakan oleh pusat-pusat spa. Aromanya dipercaya dapat memberikan sensasi
ketenangan sehingga tubuh akan terasa rileks (Agusta, 2001).
Semakin berkembangnya gaya hidup semakin banyak kecendrungan orang
mangalami depresi atau stres. Stres dapat diakibatkan karena kurangnya
kenyamanan dalam bekerja yang dapat disebabkan oleh banyaknya beban
pekerjaan yang diberikan dan/atau kondisi lingkungan yang tidak
mendukung. Untuk mengurangi efek depresi yang dapat ketika kerja kita dapat
digunakan pengharum bathbomb semasa mandi. Pengharum ruangan secara tidak
langsung dapat mengurangkan stres dan lelah selepas kerja. Namun, banyak
pengharum bathbomb yang dibuat dengan menggunakan pewangi sintetis berbahan
senyawa kimia yang mungkin saja dapat membahayakan kesehatan manusia.
Pengharum bathbomb yang berbahan alami lebih selesa jika dibandingkan
dengan pengharum sabun. Pengharum bathbomb yang memiliki efek aromaterapi
dapat dibuat dengan minyak atsiri. Minyak atsiri memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi sistem syaraf sehingga dapat mempengaruhi pikiran dan emosi.
Sifat minyak atsiri sebagai antivirus, antibakteri dan antijamur dapat membuat
ruangan terhindar dari berbagai macam penyakit. Dalam pengaplikasiannya
sebagai pengharum bathbomb, wanginya diuapkan ketika rendam didalam air
sehingga berbau wangi dapat memenuhi ruangan.
Dalam upaya pembentukan loyalitas konsumen terhadap produk, maka
optimalisasi penerapan strategi bauran pemasaran perlu dilakukan. Bauran
pemasaran yang dimaksud terdiri atas produk, harga, tempat distribusi, dan promosi
(Simamora, 2001). Bauran pemasaran dikatakan berhasil apabila konsumen
memutuskan untuk membeli produk yang ditawarkan dibandingkan produk-produk
lain yang sejenis serta merasa puas dalam menggunakan produk dan ingin
membelinya kembali. Kedudukan konsumen di sini sangat penting untuk
menentukan keberhasilan bauran pemasaran dari produk yang dipasarkan.
Keputusan pembelian yang mereka lakukan dapat mempengaruhi kelangsungan
dari suatu produk yang dipasarkan. Maka bauran pemasaran yang dilakukan suatu
perusahaan sebisa mungkin dapat menarik minat konsumen. Menurut Kotler
(2003), Konsumen melakukan penilaian terlebih dahulu setelah itu mereka
melakukan keputusan membeli atau tidak membeli.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Aromaterapi

2. Pengertian Aromaterapi

Aromaterapi adalah praktek terapi menggunakan minyak atsiri yang


diekstrak dari tanaman, pohon, bunga dan herbs. Aromaterapi organik
dikembangkan dari praktek kuno menggunakan berbagai jenis esensi tumbuhan
alami untuk mempromosikan seseorang, kesehatan dan juga kesejahteraan.
Aromaterapi dikatakan mampu memicu respons biokimia tertentu di otak yang pada
gilirannya mengaktifkan fungsi tertentu dari tubuh dan pikiran untuk memberikan
rasa kesejahteraan.

Aromaterapi merupakan seni merawat tubuh, pikiran dan jiwa dengan masing-
masing minyak essensial yang diserap melalui makam skin. Aromaterapi berasal
dari bahasa Yunani, Aroma yang berarti harum dan terapi yang berarti pengobatan.
Istilah Aromatherapie diciptakan olek kimiawan Prancis, Rene Maurice Gattefosse
sekitar tahun 1928. Aromaterapi merupakan tindakan teraupetik, menggunakan
minyak essensial yang bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisik dan
psikologis, sehingga menjadi lebih baik. Aromaterapi adalah penggunaan minyak
essensial konsentrasi tinggi yang diekstrasi dari tumbuh – tumbuhan dan diberikan
melalui pijat, inhalasi yang dicampurkan ke dalam air mandi, untuk kompres;
melalui membran mukosa dalam bentuk pesarium atau supositoria dan terkadang
dalam bentuk murni. Meskipun aroma memegang pesanan penting dalam
mempengaruhi alam perasaan konsumen, sebenarnya zat kimia yang terkandung
dalam berbagai jenis minyaklah yang bekerja secara farmakologis, dan kerjanya
dapat ditingkatkan dengan jenis metode pemberiannya, terutama dengan metode
massage (pijatan).

3. Bahan - Bahan Pendukung Aromaterapi

Untuk menjadi sebuah aromaterapi yang memiliki daya maksimal, ternyata


diperlukan beberapa bahan pendukung, yang didapatkan melalui berbagai proses.
Misalnya seperti proses ekstrasi dan penyulingan menggunakan alat atau mesin
yang bersifat herbal. Berikut merupakan bahan pendukung untuk pembuatan
Aromaterapi: - Minyak Atsiri Minyak wangi ini diekstrak dari tanaman melalui
destilasi uap atau ekspresi (minyak jeruk).

Namun istilah ini juga kadang digunakan untuk menggambarkan minyak


wangi yang diekstrak dari tanaman yang menggunakan ekstrasi pelarut. Selain itu
minyak atsiri juga dikenal dengan istilah essential oil. - Absolutes Merupakan hasil
ekstrasi dari bunga atau jaringan tanaman halus melalui fluida superkritis pelarut
atau naik mutlak. Digunakan juga untuk menggambarkan minyak yang diekstrak
dari mentega harum, beton, dan pomades enfleurage menggunakan etanol.

Pembawa Minyak Biasanya berminyak tanaman dasar tricglycerides yang


cair dan biasanya minyak ini dapat digunakan pada kulit ( Almond manis ). Distilat
Herbal atau Hydrosols Merupakan air yang terbentuk dari proses distilasi ( Air
mawar ). Banyak aromaterapu yang menggunakan sulingan herbal dan biasanya
mereka dapat digunakan pada kuliner, sebagai obat dan juga sebagai perawatan
kulit. Sulingan herbal biasanya berupa chamomile, mawar dan lemon balm. - Infus
Ekstrak air dengan berbagai tanaman ( misalnya infuse chamomile ). – Phytocendes

3.1. Cara Memperolehi Minyak Atsiri

Produksi minya atsiri dari tumbuh – tumbuhan dapat dilakukan dengan tiga
cara berikut ini :

a) Penyulingan

Merupakan metode ekstrasi yang paling tua dalam pengolahan minyak atsiri.
Metode ini cocok untuk minyak atsiri yang tidak mudah rusak oleh panas, misalnya
minyak cengkeh, nilam, sereh wangi, pala, akar wangi dan jahe

b) Pressing

Dilakukan dengan memberikan tekanan pada bahan baku dengan menggunakan alat
yang disebut hydraulic atau expeller pressing. Beberapa jenis minyak yang dapat
dipisahkan dengan cara pengepresan adalah minyak almond, lemon, kulit jeruk, dan
jenis minyak atsiri lainnya.

c) Ekstrasi dengan menggunakan pelarut

Metode ini menggunakan pelarut, cocok untuk mengambil minyak bunga yang
kurang stabil dan dapat rusak oleh panas. Pelarut yang digunakan untuk
mengektrasi minyak atsiri antara lain kloroform, alcohol, aseton, eter, serta lemak.

d) Adsorbsi oleh lemak padat

Digunakan khusus untuk memisahkan minyak bunga- bungaan, untuk mendapatkan


mutu dan rendemen minyak yang tinggi.

2.3 BathBomb Aromaterapi

2.3.1 Pengertian Bathbomb Aromaterapi

Bath Bomb adalah aksesoris mandi yang dikategorikan sebagai produk spa.
Bath Bomb digunakan sebagai campuran air rendaman pada saat mandi, seperti
halnya garam mandi atau rempah mandi. Bedanya dengan dua benda itu adalah,
ketika dimasukkan ke dalam air, Bath Bomb akan meletup-letup kecil, sedikit
berbusa, dan membuat air mandi menjadi wangi dan berwarna.

2.3.2 Manfaat Bathbomb Aromaterapi

Bath bomb juga memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita. Berikut adalah
beberapa manfaat bath bomb yang akan Anda dapatkan setelah rutin
menggunakannya:

 Mencerahkan Kulit : kandungan asam dan soda dalam Bath Bomb akan
membuat kulit menjadi cerah.

 Melembutkan dan Melembabkan Kulit : Jika Bath Bomb diberi tambahan


pelembab alami dan minyak esensial, akan membuat kulit menjadi lebih
lembut dan lembab.
 Memberikan Aroma Wangi - Tambahkan aroma pada Bath Bomb, maka
aroma itu akan menempel di kulit.

 Merevitalisasi Tubuh pada Masa Stress - Mandi dan berendam adalah salah
satu cara untuk melepas stress. Campuran Bath Bomb dengan air akan
menambah efek relaksasi untuk tubuh khususnya kulit.

4. Teh Hijau

4.1. Klasifikasi Tanaman

Kingdom : plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Guttiferales

Familia : Theaceae

Genus : Camelia

Species : Camelia sinensis (Conqruist, 1981).

4.2. Ciri Tanaman

Tanaman teh umumnya di tanam di perkebunan, di panen secara manual dan


tumbuh di ketinggian 200-2300 m dpl. Pohonnya kecil karena seringnya
pemangkasan sehingga terlihat seperti perdu. Bila tidak di pangkas, akar tumbuh
kecil, ramping setinggi 5-10 m, dengan bentuk tajuk seperti kerucut. Batang tegak,
berkayu, bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun
tunggal, bertangkai pendek, letak berseling, helai daun kaku seperti kulit tipis,
bentuknya elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus,
pertulangan menyirip, panjang 6-18 cm, lebar 2-6 cm, warna hijau, permukaan
mengkilap. Manakala, bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga
bergabung menjadi satu, berkelamin dua, garis tengah 3-4 cm, warna putih cerah
dengan kepala sari berwarna kuning, harum. Buah berbentuk kotak, berdinding
tebal, pecah menurut ruang, masih muda hijau, setelah tua coklat kehitaman dan
memiliki biji keras, umumnya 1-3 dalam satu buah (Dalimartha, 2000).

4.3. Jenis Jenis The Hijau

Gyokuro

Teh terpilih dari daun teh kelas atas yang disebut Tencha. Teh dinamakan
Gyokuro karena warna hijau pucat yang keluar dari daun teh. Daun dilindungi
dari terpaan sinar matahari sehingga mempunyai aroma yang sangat harum.

Matcha

Teh hijau berkualitas tinggi yang digiling menjadi bubuk teh dan dipakai
untuk upacara minum teh. Matcha mempunyai aroma yang harum sehingga
digunakan sebagai perasa untuk es krim rasa teh hijau, berbagai jenis kue
tradisional Jepang (wagashi), berbagai permen dan coklat.

Genmaicha

Teh jenis bancha dengan campuran butiran beras yang belum disosoh (genmai)
yang dibuat menjadi berondong. Teh mempunyai aroma wangi butiran beras
yang setengah gosong.

Kabusecha

Teh jenis sencha yang daunnya dilindungi untuk beberapa lama dari terpaan
sinar matahari sebelum dipanen. Aroma teh kabusecha sedikit lebih lembut
dibandingkan dengan teh sencha.
Bancha

Teh kasar yang dibuat dari panenan yang kedua kali antara musim
panas dan musim gugur. Daun teh untuk teh bancha biasanya lebih besar dari
daun teh sencha dan aromanya tidak begitu harum. (Department of Food
Science, 2018)

2.4.4 Minyak Essensial Teh Hijau

Minyak esensial Teh Hijau diekstrak dari biji tanaman teh hijau, Camellia
Sinensis, dan juga disebut Minyak Camellia atau Minyak Biji Teh. Teh hijau
termasuk genus Camellia Sinensis dari keluarga Theaceae. Tanaman teh hijau
adalah semak besar dengan bunga putih dan teh hijau diproduksi dengan cepat
mengeringkan daun tanaman. Jika daun yang sama difermentasi dan kemudian
dikeringkan, produk yang diperoleh adalah teh hitam. Sifat-sifatnya memberikan
manfaat terapeutik, kosmetik, dan kesehatan (Foster, 2000).

Dalam metode destilapi uap, daun ditempatkan di ruang tanaman dan uap
bertekanan disirkulasikan melalui ruangan dan minyak yang menguap bersama
dengan uap kemudian melewati tabung ke ruang kondensasi. Minyak kental
membentuk film di atas uap yang dikondensasikan dan tertuang. Daun tanaman teh
hijau, bagaimanapun, menghasilkan sangat sedikit minyak, dan minyak biji teh
karena itu diekstrak dari biji tanaman. Oleh itu, metode yang digunakan untuk
mengekstraksi minyak esensial teh hijau dari biji disebut cold-pressing. Benih-
benih tersebut dikeringkan terlebih dahulu dan kemudian ditekan dalam mesin pres
minyak. Minyak berwarna emas yang dilepaskan kemudian diproses untuk
membuatnya cocok untuk digunakan (Goodzarnia, 2009).

5. Kandungan Kimia Teh Hijau

Kandungan kimia yang paling utama adalah polifenol katekin yang merupakan
senyawa flavonoid yang terdiri dari epicatechin (EC), epicatechin galat (ECG),
epigallocatechin (EGC), epigallocatechin galat (EGCG). EGCG merupakan yang
terbanyak yaitu 50-80% dari jumlaj total katechin. Selain itu, the hijau juga
mengandung kafein, vitamin K, flavanol, alkaloid, saponin, aam nukleat, mineral
dan flourida (Dewi, 2008).

Daun Teh Hijau mengandung kafein ( 2-3 % ), theobromin, theofilin, tannin,


xanthin, adenine, minyak atsiri, kuersetin, naringenin, dan natural fluoride. Tanin
mengandung epichatechin. Setiap 100 gram daun the mempunyai kalori 17 kj dan
mengandung 75-80 % air, polifenol 25 %, protein 20 %, karbohidrat 4 %, kafein
2,5 – 4,5 %, serat 27 % dan pectin 6 %. Biji mengandung saponin yang beracun dan
mengandung minyak. Kafein mempercepat pernafasan, perangsang kuat pada
susunan saraf pusat dan aktifitas jantung. Theofilin mempunyai efek diuretic kuat,
menstimulir kerja jantung dan melebarkan pembuluh darah koroner. Theobromin
terutama mempengaruhi otot (Syah, 2006).

6. Manfaat Minyak Atsiri Teh Hijau

Minyak esensial teh hijau, dan daun teh hijau banyak digunakan karena sifatnya
yang bermanfaat. Minyak teh hijau digunakan dalam industri kosmetik untuk
memproduksi krim, sabun, shampoo, kondisioner rambut, lotion, parfum dan
minyak pijat, karena sifat anti-penuaan, anti-inflamasi dan astringen (Hariana,
2006).

Minyak essensial teh hijau aromaterapi secara terapeutik adalah lima tetes
minyak biji teh yang dicampur dalam 10 ml minyak pembawa dapat ditambahkan
ke mandi hangat untuk mengendurkan otot. Enam tetes dapat ditambahkan ke air
dan digunakan dalam pembakar minyak ringan teh atau diffuser minyak listrik
untuk menciptakan lingkungan yang menenangkan. Penggunaan umum lainnya
untuk minyak esensial teh hijau adalah membuat lilin dan bunga rampai karena
sifatnya yang menenangkan (Hara, 2001).

Minyak esensial teh hijau juga cocok untuk dikonsumsi, dan dapat digunakan
untuk memasak. Daun teh hijau dapat dimasukkan ke dalam air mendidih dan
dikocok. Hal ini diyakini dapat mengurangi keparahan serangan asma dengan
mengendurkan otot-otot yang mendukung saluran bronkus. Polifenol dalam teh
hijau menetralisir radikal bebas berbahaya dan dianggap 200 kali lebih kuat
daripada Vitamin E. Mereka diyakini memiliki sifat yang melindungi terhadap
kanker. Teh hijau kaya akan Vitamin A, B, dan E. Teh hijau digunakan sebagai obat
alternatif untuk mengobati disentri, gastroentritis, dan hepatitis. Diyakini untuk
menurunkan LDL, atau kolesterol jahat dan meningkatkan HDL, atau kolesterol
baik. Teh hijau diyakini juga melindungi hati dan memberi manfaat bagi pasien
diabetes. Selain itu, teh hijau melindungi gigi dan enamel dengan mencegah
pembentukan plak. Ia juga dipercaya untuk melawan virus flu dan menghambat
pemecahan kolagen dan karenanya membuat kerutan di teluk (Hara,2001).

Berbagai penelitian sudah membuktikan manfaat ganda dari minyak aroma.


Penelitian medis pada tahun belakangan telah mengungkapkan kenyataan bahwa
bau yang terhirup memiliki dampak signifikan terhadap perasaan. Bau-bauan
berpengaruh secara langsung terhadap otak. Penelitian sebelumnya juga
menyatakan bahwa ada perubahan tingkat kecemasan setelah diberi aromaterapi.

7. Mekanisma kerja antioksidant the hijau

Polifenol The, terutama flavonoid, terkenal karena sifat antioksidan mereka.


Aktivitas antioksidan polifenol hijau terutama disebabkan oleh kombinasi cincin
karbon dan gugus hidroksil yang menyusun struktur kimianya dan akibatnya
mengikat dan menetralkan radikal bebas lipid oleh gugus hidroksil ini. Banyak
penelitian telah menunjukkan bahwa polifenol dan katekin teh adalah donor
elektron yang luar biasa dan pemulung efektif dari spesies oksigen reaktif fisiologis
yang relevan secara in vitro, termasuk anion superoksida (Guo et al., 1999;
Michalak, 2006; Nakagawa & Yokozawa, 2002; Nanjo et al., 1993; Velayutham et
al., 2008), radikal peroxyl, dan singlet oksigen (Guo et al., 1999; Michalak, 2006).

Katekin juga menunjukkan aktivitas antioksidan melalui redoks transisi-


aktif yang aktif. Senyawa polifenol, memiliki gugus hidroksil dan karboksil, dapat
mengikat terutama besi dan tembaga (Michalak, 2006). Ada mekanisme lain yang
mendasari kemampuan antioksidan polifenol tanaman, termasuk katekin teh.
Transisi ion logam biasanya memiliki kemampuan untuk memulai oksidasi rantai
radikal bebas dengan menguraikan lipid hydroperoxides (LOOH) oleh pembelahan
hemolitik dari ikatan O-O dan menghasilkan radikal lipid alkoxyl.

Antioksidan fenolik, termasuk katekin teh, menghambat peroksidasi lipid dengan


mengikat radikal lipid alkoxyl ini. Aktivitas ini tergantung pada struktur molekul,
dan jumlah dan posisi gugus hidroksil dalam molekul (Milic´, Djilas, &
Canadanovic-Brunet, 1998). Katekin teh hijau juga menunjukkan aktivitas
antioksidan melalui menghambat enzim pro-oksidan dan merangsang enzim
antioksidan (Velayutham et al., 2008). Aktivitas antioksidan katekin ini dan
turunannya menunjukkan perbedaan yang nyata tergantung pada substrat yang
digunakan untuk evaluasi (Wanasundara & Shahidi, 2005).

Katekin teh hijau, yang dilakukan seperti antioksidan hidrofilik lainnya


seperti Trolox (analog atocopherol yang larut dalam air) dan asam askorbat, telah
terbukti menjadi antioksidan aktif dalam minyak curah, tetapi prooksidan dalam
emulsi minyak-dalam-air yang sesuai ( Frankel, Huang, & Aescbach, 1997;
Frankel, Huang, Kanner, & German, 1994).

Dalam sistem triacylglycerols minyak jagung yang dioksidasi pada 50 C


aktivitas antioksidan epigallocatechin, epigallocatechin gallate dan epicatechin
gallate lebih unggul daripada epicatechin atau catechin (Huang & Frankel, 1997).
Katekin ini juga sangat berhasil dalam menunda oksidasi asam lemak dan minyak
nabati kaya asam lemak tak jenuh (Wanasundara & Shahidi, 1998).
Dalam sistem liposom mengandung lesitin, epigallocatechin gallate lebih
unggul daripada senyawa lain seperti epicatechin, epigallocatechin, epicatechin
gallate, dan catechin (Huang & Frankel, 1997). Dalam emulsi minyak-dalam-air,
bagaimanapun, semua senyawa catechin menunjukkan aktivitas pro-oksidan
(Huang & Frankel, 1997).

Peningkatan aktivitas antioksidan yang diamati untuk katekin teh dalam


liposom dibandingkan dengan emulsi telah dijelaskan oleh afinitas yang lebih besar
dari katekin polar terhadap permukaan kutub dari lecithin bilayers, sehingga
memberikan perlindungan yang lebih baik (Huang & Frankel, 1997).

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Zhong dan Shahidi (2011),
epigallocatechin gallate secara struktural dimodifikasi untuk meningkatkan
lipofilisitasnya dari epigallocatechin gallate dengan asam lemak yang dipilih,
seperti asam stearat, asam eicosapentaenoic (EPA) dan docosahexaenoic acid
(DHA). Turunan lipofilik sehingga dihasilkan menunjukkan aktivitas antioksidan
yang lebih besar daripada molekul epigallocatechin gallate asli
BAB 3
METODE PENELITIAN

3. 1 Formulasi dan Komposisi

Bahan Bobot Perbelanjaan

Baking soda 226.8 Rp 6.000


gram

Epsom salt 113.4 Rp, 10.000


gram

Corn starch 113.4 Rp 20.000


gram

Citric acid 113.4 Rp 10.000


gram

Coconut oil 37 Ml Rp 15.000

Water 15 Ml -
Green Colouring 4–6 Rp 5.000
drops

Green tea oil 4-6 Rp 66,000


drops

3.2 Pembuatan

Pertama kali, dicampurkan bahan kering (baking soda, garam Epsom, pati
jagung, dan asam sitrat) bersama-sama di dalam mangkuk besar. Digunakan
pengocok untuk memastikan campuran tersebut bebas gumpalan. Terbentuk
gelembung karbon dioksida ketika bubuk Ph tinggi bereaksi dengan asam Ph
rendah. Asam sitrat mengambil tempat cuka dalam persamaan kimia ini, tetapi tidak
bereaksi dengan natrium bikarbonat sampai basah.

Seterusnya, ditambahkan dengan campuran bahan basah (minyak, air, minyak


esensial, dan pewarna makanan). Cara termudah untuk memulai perlakuan ini
adalah dengan memasukkannya ke dalam guci dan mengguncangkannya.
Kemudian ditambahkan aroma menggunakan sekitar dua sendok the minyak green
tea esensial oil. Diteteskan 4-6 tetes total pewarna makanan hijuau, tetapi jangan
ragu untuk mencampur pigmen yang berbeda.

Selain itu, ditambahkan cairan ke dalam campuran kering secara perlahan-


lahan seperti satu sendok the setiap kali. Dikocok perlahan-lahan dan dihentikan
apabila ditemui bersisik dan berakhir dengan campuran baru yang menggumpal,
seperti pasir basah. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam cetakan 15lastic.
Ampuran ditekan dengan kuat ke dalam cetakan silicon dan dibiarkan bom mandi
mongering selama satu hari penuh agar aman. Kemudian dipop dan keluarkannya.
Disisihkan sisanya dalam wadah plastic yang cantik. Dilemparkan satu ke dalam
bak mandi dan nikmatinya.

3.3 Pengemasan
Bab 4
Dalam projek ini, produk yang kami membikin adalah bath bomb. Agar
kegiatan mandi semakin menyenangkan, diperlukan busa yang banyak dan bisa
didapatkan dengan menggunakan bath bomb. Sensasi mandi buih juga sekaligus
dapat melebabkan kulit. Bath Bomb adalah aksesoris mandi yang dikategorikan
sebagai produk spa. Bath Bomb digunakan sebagai campuran air rendaman pada
saat mandi, seperti halnya garam mandi atau rempah mandi. Bedanya dengan dua
benda itu adalah, ketika dicemplungkan ke dalam air, Bath Bomb akan meletup-
letup kecil, sedikit berbusa, dan membuat air mandi menjadi wangi dan berwarna.
Mandi dan berendam adalah salah satu cara untuk melepas stress. Campuran Bath
Bomb dengan air akan menambah efek relaksasi untuk tubuh khususnya kulit Anda.
Anda dapat merelaksasikan tubuh dan pikiran pada saat mandi. Jadi, Bath Bomb
akan membuat tubuh dan kulit Anda terasa lebih cerah, lembut dan juga segar.

Bath Bomb tidak hanya dapat digunakan di bathtub, tapi juga dapat
digunakan di bak air. Cara penggunaannya adalah masukan Bath Bomb dalam bak
hingga larut dalam air, lalu mandi seperti biasa. Campuran air dengan Bath Bomb
di dalam bak pun dapat memberikan manfaat yang sama untuk kulit Anda.
Akan tetapi untuk mendapatkan manfaat bath bom, harus rutin
menggunakannya, baik untuk penggunaan dalam bathtub maupun dalam bak
mandi. Bath Bomb digunakan seminggu sekali selama minimal satu bulan untuk
hasil yang maksimal.

Berikut adalah langkah untuk membuat bath bomb. Bahan-bahan kering


(tepung jagung, baking soda dan bubuk asam sitrat) diaduk hingga tercampur rata
dengan menggunakan pengaduk. Jika ingin menggunakan tangan, jangan lupa
untuk gunakan sarung tangan terlebih dahulu. Bahan-bahan cair diamasuk ke dalam
adonan campuran bahan-bahan kering. Aduk semua bahan hingga membentuk
seperti adonan roti. Air yang digunakan tidak boleh terlalu banyak supaya bath
bomb yang dibikin memjadi padatan nanti.

Pewarna dan pengharum dimasukkan juga untuk membuat Bath Bomb


menjadi lebih menarik. Beberapa tetes pewarna makanan ditambahkan sesuai
kebutuhan untuk merubah warna Bath Bomb dan minyak esensial favorit sebanyak
6-10 tetes. Minyak esensial berfungsi sebagai pewangi dan diaduk hingga
tercampur rata. Adonan dimasukkan ke dalam cetakan. Cetakan bulat atau dengan
pinggiran melengkung telah digunnakan kemudian adonan ditekan ke dalamnya.
Adonan Bath Bomb ditekan-tekan untuk memadatkan adonan ke dalam cetakan
agar tidak retak.

Bath Bomb dibiarkan agar mengering. Cetakan yang berisi Bath Bomb
dishpan di area yang dingin dan kering selama kurang lebih 24 jam atau dua hari
untuk hasil maksimal. Bila perlu, bisa mengeluarkan Bath Bomb dari cetakan dan
meletakkannya di dalam handuk kering untuk mempercepat proses pengeringan.

Ketika Bath Bomb sudah benar-benar kering dan tidak basah ketika
disentuh, dipindahkan Bath Bomb dari area pengeringan dan simpan dalam wadah
atau plastic kedap udara supaya menghindari air atau kelembaban. Jauhkan Bath
Bomb dari kelembaban untuk mencegahnya menguap sebelum waktunya.
DAFTAR PUSTAKA

Cronquist, A. 1981. An Intergrated System of Clasification of Flowering Plants.


New York : Columbia University Press.
Dalimartha, Setiawan, 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1, 150-151.
Jakarta : Trubus Agriwidya
Department of Food Science, The Pennsylvania State University; Lambert JD,
Elias RJ. Diakses tanggal 29.5.2018

Dewi, K. 2008. Pengaruh Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) terhadap


penurunan berat badan, Kadar Trigliserida dan Kolesterol Total pada
Tikus Jantan Galur Wistar. Jr Kes Masyarakat, 7(2): 156-63
Frankel, E. N., Huang, S.-W., & Aescbach, R. (1997). Antioxidantactivity of
green teas in
different lipid systems.Journal of theAmerican Oil Chemists’ Society, 74,
1309–1315.
Frankel, E. N., Huang, S.-W., Kanner, J., & German, J. B. (1994).Interfacial
phenomena in
the evaluation of antioxidants: bulkoils vs. emulsions.Journal of
Agricultural and Food Chemistry, 42,1054–1059
Guo, Q., Zhao, B., Shen, S., Hou, J., Hu, J., & Xin, W. (1999). ESRstudy on the
structure–
antioxidant activity relationship of teacatechins and their
epimers.Biochimica et Biophysica Acta, 1427,13–23.
Michalak, A. (2006). Phenolic compounds and their antioxidantactivity in plants
growing
under heavy metal stress.PolishJournal of Environmental Studies, 15, 523–
530.
Milic´, B. L., Djilas, S. M., & Canadanovic-Brunet, J. M. (1998).Antioxidative
activity of
phenolic compounds on the metalion breakdown of lipid peroxidation
system.Food Chemistry, 61,443–447.
Nakagawa, T., & Yokozawa, T. (2002). Direct scavenging of nitricoxide and
superoxide by
green tea.Food and ChemicalToxicology, 40, 1745–1750.
Nanjo, F., Honda, M., Okushio, K., Matsumoto, N., Ishigaki, F.,Ishigami, T., &
Hara, Y.
(1993). Effects of dietary tea catechinson alpha-tocopherol levels, lipid
peroxidation, and erythrocytedeformability in rats fed on high palm oil and
perilla oil diets.Biological and Pharmaceutical Bulletin, 16, 1156–1159
Velayutham, P., Babu, A., & Liu, D. (2008). Green tea catechins
andcardiovascular health: an
update.Current Medicinal Chemistry,15, 1840–1850.
Wanasundara, U. N., & Shahidi, F. (1996). Stabilization of sealblubber and
menhaden oils
with green tea catechins.Journal ofthe American Oil Chemists’ Society,
73, 1183–1190
Zhong, Y., & Shahidi, F. (2011). Lipophilized epigallocatechingallate (EGCG)
derivatives as
novel antioxidants.Journal ofAgricultural and Food Chemistry, 59, 6526–
6533

Foster , S., 2000, Green Tea (Camellia sinensis), Alternative Medicine Review. 5;
372-375
Goodzarnia, I. and Abdollahi Govar, A. 2009. Superheated Water Extraction of
Catechins from Green tea leaves : Modeling and Simulation, Chemistry
and Chemical Enginering. 16;99-106
Hara,Yukihiko. 2001 Green Tea :Health Benefits and Application , 34-4. New
York : Dekker Inc.
Hariana, Arif, 2006, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3, 119. Jakarta : Penebar
Swadaya
Syah, Andi N.A., 2006. Taklukan Penyakit dengan Teh Hijau , 47-49. Jakarta :
Agromedia Pustaka
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai