Anda di halaman 1dari 4

PERANAN ORANG TUA DALAM PENANAMAN

BUDI PEKERTI PADA ANAK

Oleh :
I Ketut Sudarsana
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
iketutsudarsana@kemenag.go.id

Abstract
Early childhood is a very good time to cultivate religious
education, especially education of morality or character because at
this time the child is like white paper, the golden age to receive and
imitate all good things and bad things. With regard to this it is
necessary to develop affection and generosity, peace and patience,
nonviolence and freedom from envy, righteousness and sanctity,
calmness, right activity or good conduct, free of lust and free from
greed and greed or in terminology Sanskrit developed five pillars
which include: Satya, Dharma, Santi, Prema, and Ahimsa in early
childhood with materials or teaching materials in accordance with
the growth of his soul.

Key Words : Parents, Budi Pekerti, Children

I. PENDAHULUAN
Orang tua kunci yang utama dalam kontek penanaman
pendidikan budi pekerti bagi keluarga, maka sudah seharusnya
orang tua hendaknya memiliki komitmen untuk memperhatikan
anak-anaknya dalam pergaulan, baik di keluarga maupun
di lingkungan sekitarnya. Kepedulian orang tua tersebut niscaya
menghantarkan anak-anaknya berkembang kearah yang baik dan
memiliki budhi perkerti luhur. Tapi bilamana orang tua tidak
memiliki komitmen tersebut, tidak memperhatikan dan
mengarahkan anak-anaknya dapat menyebabkan terjadinya
kemerosotan moral dan budhi pekerti. Agar tidak terjadinya
kemerosotan moral dan budhi pekerti anak maka penanaman
ajaran budhi pekerti hendaknya harus dimulai sedini mungkin,
yaitu sejak masa kanak-kanak, karena pada masa ini merupakan
periode yang amat rawan dimana masa ini, anak-anak paling peka
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang baik dari luar
maupun keluarga itu sendiri.

II. PEMBAHASAN
Orang tua di rumah juga harus menampilkan diri sebagai
teman yang bisa diajak bertukar pikiran sehingga komunikasi
antara sang anak dan orang tua ibarat air mengalir dengan lancar, 157
tidak ada sumbatan-sumbatan. Membangun komunikasi yang
positif dan konstruktif antara orang tua dengan anak layak
dibangun apalagi sang anak sudah beranjak dewasa. Jika anak
sudah beranjak dewasa maka perlakuan terhadap mereka

SEMADI 2 | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 29 MEI 2017


mengalami perubahan. Anak tidak lagi berperan sebagai bawahan
tetapi dia sudah berperan sebagai teman yang layak untuk diajak
berdiskusi. Seandainya kita sudah memperlakukan anak seperti
itu niscaya tidak ada lagi masalah yang disembunyikan oleh sang
anak, jika anak mengalami masalah dia akan terbuka kepada
orangtua. Sikap keterbukaan dan sang anak akan mudah bagi
orang tua untuk mendeteksi dini adanya gangguan dan hambatan
pergaulan yang dialami oleh sang anak. Begitu juga dengan
pergaulan anak akan mudah dipantau dengan siapa ia bergaul
dan apa yang ia lakukan dalam pergaulan itu karena salah dalam
pergaulan akan berdampak pada perilaku anak sehari-hari.
Pada bagian lain ajaran budhi pekerti merupakan suatu hal
yang tidak perlu lagi dibicarakan atau diwacanakan, karena
merupakan suatu kewajaran serta kewajiban bagi ayah dan ibu
memberikan bimbingan dan pendidikan pada anak-anaknya agar
mereka menjadi panutan dalam kehidupan keluarganya lebih-
lebih anak dibekali ilmu pengetahuan yang terkait dengan
pendidikan budhi pekerti sedini mungkin karena keluarga sebagai
tempat mereka menggantungkan hidupnya selamat hayat
dikandung badan dan sering diungkapkan keluarga sebagai
tempat yang pertama dan utama dalam menempa diri menikmatai
pahit getirnya suatu kehidupan.
Orang tua merupakan cermin bagi anak-anaknya, orang tua
juga merupakan pertama dan utama yang dikenal dalam
lingkungan keluarga, pada orang tua letak baik buruknya sebuah
program dalam membina anak-anak menjadi suputra yang
melanjutkan keturunannya. Orang tua terutama seorang ibu
memegang peranan yang sangat penting dalam membina dan
mengarahkan putra-putrinya kedalam ajaran-ajaran kebenaran
karena seorang ibulah merupakan orang yang paling dengan dekat
secara kodrati, maksudnya kasih sayang dan lemah lembut
seorang ibu telah dirasakan oleh seorang anak mulai sejak dalam
kandungan. Maka selama ini yang harus dilaksanakan sebagai
seorang suami selalu memberikan kasih sayang semenjak anak
dalam kandungan diantaranya mengingatkan istri untuk selalu
berbakti dan melaksanakan ajaran-ajaran kebenaran, seorang
suami hendaklah selalu membisikan gita-gita rohani sambil
mengelus-elus rahim dengan penuh kasih sayang di saat istri
sedang hamil, hal ini akan tercermin pada gambaran anak-anak
yang terlahir akan membawa anugrah bagi orang tuanya.
Ketika anak telah mengenal dunia peranan orang tua dalam
mengasuh anaknya menjadi suputra, hendaklah orang tua
menjadi tokoh hidup yang dikagumi oleh putra-putrinya,
maksudnya orang tua adalah idola dalam hidupnya, orang tua
pahlawan dalam hidupnya serta orang tua menjadi sandaran
158 dalam hidupnya. Jika hal ini sudah tertanam pada anak, saya
yakin mau kemana araj anak untuk dibina akan bisa terlaksana.
Untuk mewujudkan hal seperti ini dibutuhkan kepekaan seorang
suami istri dalam berperilaku diantaranya jangan sekali

SEMADI 2 | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 29 MEI 2017


menunjukkan hal-hal yang negatif dihadapan anak karena hal
tersebut akan tersimpan dalam memori anak secara kuat, hal
inilah yang akan membentuk karakter anak dalam mengarungi
perjalan hidupnya. Sementara yang dilakukan untuk menjadi
seorang yang menjadi panutan dalam keluarga, jika ada sebuah
masalah usahakan tidak diketahui oleh anak-anak.
Dalam kaitan kehidupan sehari-hari, sudah semestinya
orang tua mendidik anaknya dengan memberikan contoh-contoh
atau soritauladan dalam membina anak-anaknya karena orang
tua merupakan tokoh yang dikagumi dan ditiru oleh anak-
anaknya. Orang tua juga merupakan teman, sahabat tempat
anak-anak mengeluh, mengadu, dan membagi rasa. Orang tua
memegang peranan penting dalam mengarahkan anak-anaknya
kekubang yang dibawa, jelek perilaku orang tua maka akan
ditauladani jelek oleh anaknya begitupula sebaliknya.
Seorang istri secara kodrati lebih dekat dengan anak-
anaknya maka seorang istri atau ibu akan lebih mudah
memahami perasaan anak-anaknya sehingga akan memudahkan
membina, membimbing dan mendidik anak-anaknya karena
dengan perasaan dan kasih sayang anak-anak akan lebih dekat
dan lebih cepat memahami maksud orang tuanya.

III. KESIMPULAN
Sudah sepantasnya semua orang tua untuk membina
anaknya secara sistematis maksudnya dalam membina anak
orang tua harus memiliki program baik secara terstruktur
maupun secara tak terstruktur. Terstruktur maksudnya orang tua
membagikan tugas-tugas dalam keluarga secara tertulis pada
anak-anaknya. Sedang secara tidak terstruktur tugas-tugas
diberikan kepada anak, dibuat disampaikan secara lisan. Dengan
membuat program tersebut akan memiliki dampak yang positif
bagi anak terutama dari sisi tanggung jawab, hormat pada
perintah orang tua dan menghargai tugas yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Adnyani, N. K. S., & Sudarsana, I. K. (2017). TRADISI
MAKINCANG-KINCUNG PADA PURA BATUR SARI DUSUN
MUNDUK TUMPENG DI DESA BERANGBANG KECAMATAN
NEGARA NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif
Pendidikan Agama Hindu). Jurnal Penelitian Agama
Hindu, 1(2), 225-231.
Dewi, N. K. A. S. R., & Sudarsana, I. K. (2017). UPACARA BAYUH
OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA
KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA
DENPASAR. Jurnal Penelitian Agama Hindu, 1(2), 384-389. 159

SEMADI 2 | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 29 MEI 2017


Dewi, N. P. S. R., & Sudarsana, I. K. (2017). EKSISTENSI PURA
TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA
GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN
JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu). Jurnal
Penelitian Agama Hindu, 1(2), 412-417.
Herawan, K. D., & Sudarsana, I. K. (2017). RELEVANSI NILAI
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM GEGURITAN
SUDDHAMALA UNTUK MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN DI INDONESIA. Jurnal Penjaminan Mutu, 3(2),
223-236.
Sudarsana, I. K. PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK
KARAKTER ANAK USIA DINI. STRATEGI PEMBELAJARAN
ANAK USIA DINI UNTUK MEWUJUDKAN GENERASI
BERKUALITAS.
Wulandari, K., & Sudarsana, I. K. (2017). EKSISTENSI PURA RATU
GEDE EMPU JAGAT D DESA SANGKARAGUNG
KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA. Jurnal
Penelitian Agama Hindu, 1(2), 252-256.

160

SEMADI 2 | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 29 MEI 2017

Anda mungkin juga menyukai