Anda di halaman 1dari 17

STUDI PENDAHULUAN DALAM SEBUAH PENELITIAN

PENDAHULUAN

Bab pertama makalah ini adalah pendahuluan tentang studi pendahuluan. Jelasnya, makalah
ini akan memaparkan tentang posisi studi pendahuluan dalam penelitian ilmiah atau dalam karya
ilmiah, sementara sistematika makalah ini harus diawali dengan pendahuluan. Studi pendahuluan
tentu sangat penting bagi peneliti karena mengantarkan atau memberi ancangan pada masalah
penelitiannya agar menjadi konkrit dan jelas. Pentingnya studi pendahuluan bisa dimetaforakan
dengan, misalnya, jika penelitian adalah olah raga, maka studi pendahuluan adalah fase
pemanasan (warming up) setelah niat dan motivasi berolah raga mengemuka. Jika penelitian
adalah pencak silat atau karate, pendahuluan adalah kuda-kudanya.

Dengan melakukan studi pendahuluan hakikatnya, peneliti sedang membuat pejajakan,


melakukan ancang-ancangan. Ia sedang merintis jalan untuk mencari kepastian penelitian,
mengorganisasi, mengkerangkai dan menstrukturasi akumulasi pikiran, gagasan, rencana,
strategi tentang masalah penelitian dan pentingnya masalah itu untuk diteliti agar menjadi tegas
dan layak diteliti. Studi Pendahuluan sama halnya membuat jangkauan pada cakupan masalah
setelah masalah ditemukan dan minat meneliti terbentuk. Bagi peneliti, studi pendahuluan adalah
titik tolak atau titik pijak yang mengawali penelitian, mengawali penyusunan proposal dan
laporan penelitian. Dengan studi pendahuluan, peneliti mencari kejelasan fenomena dalam
kerangka memperjelas masalah penelitian. Jika studi pendahuluan telah dilakukan dan peneliti
berhasil memformulasikannya berdasar sistematika proposal penelitian, maka dengan
membacanya, masyarakat pembaca akan bisa mencerna orientasi penelitian yang akan
dilakukukan peneliti sebelum membaca detail-detail hasil laporan penelitian itu sendiri.
Sedemikian pentingnya studi pendahuluan dalam penelitian maka mengkajinya dan
memahaminya bagi para peneliti sebelum menysusun proposal, melakukan penelitian dan
menyusun laporan penelitian, menjadi juga urgen. Beberapa pokok masalah yang harus
dipelajari dalam studi pendahuluan untuk memahamkan kita hakikat studi pendahuluan dalam
karya ilmiah adalah: 1) Apa itu studi pendahuluan dalam koteks karya ilmiah? 2) Aspek apa saja
yang tercakup dalam studi pendahuluan? 3) Bagaimana aspek-aspek dalam studi pendahuluan itu
berkaitan dengan masalah penelitian?
Berdasar pokok-pokok masalah di atas, 1) menjelaskan konsep studi pendahuluan, 2)
menjelaskan cakupan aspek studi pendahuluan dan 3) menjelaskan kaitan aspek studi
pendahuluan dengan masalah penelitian adalah tujuan penulisan makalah ini. Dengan membahas
pokok-pokok masalah itu, paling tidak kerangka studi pendahuluan bisa dipahami dan akan
mematangkan masalah penelitian yang akan diteliti. Untuk menkonkritisasi pembahasan tentang
pokok masalah, tidak ada salahnya pemakalah akan menjelaskan contoh merunut skema studi
pendahuluan dari karya penelitian yang sudah jadi. Manfaat yang didapat setelah memahami
pembahasan tentang studi pendahuluan ini adalah wawasan, pengertian, posisi, kerangka studi
pendahluan dalam penelitian. Bagi calon peneliti, pelajar atau peneliti pemula, pemahaman-
pemahan dasar tentang studi pendahuluan sangat urgen untuk mempertajam praksis penelitian
yang akan dilakukan. Meskipun, harus segera dicatat bahwa pengetahuan dan praksis itu selalu
bersifat sementara dan terus-menerus membutuhkan kritik untuk mengakurasi konsep,
menjernihkan pengertian-pengertian, mempertajam metode, analisis dan interpretasi dunia
keilmuan.
Untuk menelusuri makna studi pendahuluan, ada baiknya “ pendahuluan” sebagai kata
dijelaskan terlebih dahulu berdasarkan arti kamusnya. Pendahuluan, berakar kata dahulu.
“Pembukaan dari sebuah pidato (buku atau karangan),” tulis Kamus Umum Bahasa Indonesia
(KUBI)[1]. Jika dalam bahasa Inggris disinonimkan dengan introduction, pendahuluan berati:
something that explains the basic facts of subject[2]. Tegasnya, penjelasan tentang fakta-fakta
mendasar dari subjek masalah adalah pengertian dari pendahuluan, atau introduction, menurut
Longman.
Pengistilahan introduction, bukan semata-mata sinonimisasi yang dilakukan penulis dengan
menerjemahkan pendahuluan ke dalam bahasa Inggris. Penggunaan istilah introduction dalam
laporan ilmiah digunakan juga oleh makalah ilmiah berbahasa Inggris yang ditemukan penulis
dari Majalah Prisma. Tulisan Joan Hardjono, peneliti dari Unpad, berjudul Enviromental Crisis
in Java adalah di antara makalah yang bersistematika Introduction[3] di awal tulisannya. Sebuah
tulisan yang diedit ulang dari presentasinya di Departemen of Human Geography, Australian
National University, Canberra untuk majalah ilmiah Prisma pada edisi Maret 1986. Pendahulaun
yang telah tertuang dalam makalah atau laporan penelitian itu menjadi pembuka dan pengantar
isi laporan ilmiah di jurnal ilmiah tersebut. Dari mana pendahuluan itu berasal? Sebagian besar
adalah dari hasil studi pendahuluan.
Dalam literatur metode ilmiah, ada juga istilah preleminary reserach atau initial research
problem.[4] Studi pendahuluan untuk mengawali penelitian adalah maksud dari istilah tersebut.
Istilah tersebut berbeda dari istilah previous study atau previous reserach. Hasil-hasil penelitian
yang dilakukan peneliti sebelumnya. Preliminary atau initial reserach problem menegaskan pada
langah untuk mengkaji masalah penelitian agar menjadi masalah yang adekuat untuk diteliti.
Previous research, sementara itu, menegaskan upaya peneliti menghubungkan masalah
penelitiannya dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah menjadi laporan penelitian
atau mengkaji literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah penelitiannya. Lebih lanjut
tentang hakikat konsep studi pendahuluan dalam konteks penelitian ilmiah akan diuraikan dalam
bab pembahasan.
PEMBAHASAN

Sebagaimana tertulis dalam pendahuluan makalah ini, ada tiga pokok masalah yang akan
diulas dalam bab pembahasan ini: 1) Konsep studi pendahuluan dalam penelitian, 2) Aspek-
aspek yang tercakup dalam studi pendahluan, 3) Keterkaitan aspek-aspek studi pendahuluan
dengan masalah penelitian.

Konsep Studi Pendahuluan dalam Penelitian


Memahami studi pendahuluan bisa dilakukan dengan dua perspekstif. Pertama studi
pendahuluan sebagai langkah awal atau kerja awal menelusuri atau menjelajah masalah
penelitian untuk mempertajam masalah yang diteliti. Kedua, studi pendahuluan berdasarkan hasil
tulisan atau karya peneliti berupa bab pendahuluan, termasuk teori-teori tentang penulisan bab
pendahuluan.
Pemahaman berdasarkan perpektif pertama bisa ditelusuri diantaranya dari wawasan
Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Wawasan
Arikunto ini menekankan pada proses kerja sebelum penelitian benar-benar dilakukan. Studi
pendahuluan dalam pengertian Arikunto ini dilakukan untuk memudahkan penelitian. Studi
pendahuluan akan membawa peneliti tahu lebih jauh memahami masalah yang akan diteliti,
kontruksi teori yang diperlukan, strategi apa yang dimanfaatkan dan keterkaitan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan peneliti lain. Peneliti menjadi paham
apakah penelitiannya sama atau berbeda dengan penelitian terdahulu, bisa jadi penelitian
terdahulu sudah menemukan masalah tetapi belum menemukan jawaban. Dengan demikian
peneliti baru bisa meneruskan dengan metode baru, atau menemukan jawaban masalah yang
sebelumnya tidak ditemukan penelitian terdahulu dengan perspektif yang berbeda. [5]
Studi pendahuluan akan mengantarkan peneliti pada eksplorasi atau penjelajahan masalah
yang lebih jauh sehingga ia bisa memahami peta masalah yang diteliti dalam konstelasi
keilmuan. Pada titik inilah, peneliti berada pada awal penemuan masalah penelitian sebagai
proyeksi untuk meneruskan penelitiannya dan mencari cara yang digunakan untuk
merancangnya.[6] Titik awal yang menjadi proyeksi tersebut akan menggiring peneliti
mendalami konteks masalah penelitiannya, mempertajam masalahnya, tujuan sekaligus
mendalami kegunaan penelitiannya.
Agar menjadi lebih jelas, pemahaman studi pendahuluan sebagai perspektif proses kerja
perlu dilengkapi dengan perspektif hasil. Yaitu, memahami studi pendahuluan berdasarkan
sistematika penulisan ilmiah termasuk dari teori-teori yang menjelaskan tentang pendahuluan
dalam karya ilmiah. Perspektif ini memaknai studi pendahuluan dari sudut sistematika penelitian
yang telah tertulis baik dalam proposal maupaun laporan penelitian. Untuk membedakan dari
perspektif pertama, selanjutnya disebut “pendahuluan”, tanpa “studi”. Dalam asumsi penulis,
sebagian besar isi penduhuluan yang menjadi sistematika karya ilmiah itu adalah penuangan
tertulis dari studi pendahuluan.
Perspektif ini secara langsung akan memberikan contoh nyata dari para peneliti yang telah
melakukan penelitian dan menuliskannya menjadi bab pendahuluan dalam laporan penelitian
mereka. Dalam literatur penulisan laporan penelitian, ada istilah textual mentoring.[7] Yaitu:
belajar dari teks bacaan yang bisa dimanfaatkan menjadi cara belajar atau model menulis laporan
bagi seorang peneliti.
Dalam berbagai penjelasan tentang penulisan laporan ilmiah, pembahasan tentang
pendahuluan itu juga diteorikan. Jack R. Fraengkel dan Norman E. Wallen menerangkannya
dalam kaitan dengan penulisan proposal penelitian. Bagi keduanya proposal mengkomunikasikan
niat peneliti, tujuan apa yang diniatkan peneliti, seberapa pentingnya penelitian itu berikut
langkah-langkah terencana melaksanakan penelitian tersebut. Dalam proposal, masalah
penelitian dikaji, pertanyaan dan hipotesis dinyatakan, variabel-variabel diidentifikasi dan
istilah-istilah dijelaskan. Proposal dengan demikian, adalah rencana penelitian yang tertulis.
Proposal menyatakan dengan detail apa yang dimau peneliti dalam penelitiannya[8]. Untuk bisa
mengkomunikasikan itu semua dengan shohih, tidak pelak, studi pendahuluan perlu dilakukan.
Hasil studi pedahuluan itulah yang ditulis untuk menyusun pendahuluan.
Sebagai kerangka awal, pendahuluan adalah langkah awal untuk membuat keputusan tentang
isu, topik agar menjadi masalah yang akan diteliti. Keputusan yang harus didasarkan pada
strategi dengan mempertimbangkan pada ketersediaan waktu, keterjangkauan data, sumber-
sumber pendukung yang tersedia baik manusia maupun benda tidak terkecuali data semacam apa
yang akan dianalisis.[9]
Pemahaman Fraenkel musti dilegkapi dengan pemahaman Moh Nazir. Menurut wawasan
Nazir, pendahuluan menjelaskan tentang masalah penelitian, ruang lingkup termasuk pentingnya
penelitian baik secara teoritis maupun praktis. Di dalam pendahuluan, peneliti juga menguraikan
langkah-langkah strategis yang akan ditempuh dalam memecahkan masalah. Pendahuluan ini
adalah bab depan dalam laporan penelitian[10].
Bagaimana menuliskannya? McMillan memberikan penjelasannya. Menurutnya,
pendahuluan selalu memuat pernyataan tentang masalah penelitian. Masalah itu awalnya bersifat
umum selanjutnya menfokus menjadi khusus. Pernyataan yang bersifat umum dipaparkan di
awal laporan. Pernyataan yang khusus, sementara itu diuraikan di akhir-akhir paragraf[11].
Dalam penulisan proposal dan laporan penelitian, keduanya sama-sama diawali dengan bab
pendahuluan. Bedanya, laporan penelitian menguraikan apa yang sudah dikerjakan alih-alih
rencana yang akan dilakukan sebagaimana dalam proposal. Laporan penelitian mencakup hasil
aktual dari penelitian berikut hasil diskusi dan kajian tentang hasil-hasil tersebut.
Mengingat studi pendahuluan adalah ancangan awal atau proyeksi tentang bagaimana
masalah penelitian itu akan diteliti, maka sebelum menuangkannya dalam proposal, studi
pendahuluan sudah bisa dilakukan. Selama proses menyusun proposal pun, studi pendahuluan
juga bisa terus berlangsung untuk mengoreksi, menvalidasi isi dan materi dan masalah penelitian
yang sedang dikaji dan akan diteliti.
Dalam tahapan penelitian, Beberapa penulis menempatkan studi pendahuluan dilakukan
sebelum merumuskan masalah. Andi Prastowo berpendapat bahwa studi pendahuluan dilakukan
setelah seorang peneliti menemukan masalah dan berminat kuat untuk mengkajinya.[12]
Sementara bagi pemakalah studi pendahuluan bisa terus dilakuan bersamaan penemuan masalah
dan bisa dilakukan sampai pada penulisan proposal penelitian selesai ditulis. Bukankah selama
itu, semua peneliti terus melakukan pengkajian, mengoreksi, mengedit, mereview semua aspek
penelitian sebelum ia beraksi melakukan proses penelitian.

Aspek-Aspek dalam Studi Pendahluan


Dengan melakukan studi pendahuluan, seorang peneliti akan memiliki ancangan yang jelas
tentang keberlanjutan masalah penelitiannya. Ancangan penelitian memberi koridor peneliti
menelusuri masalah penelitiannya itu agar bisa ditarik dalam garis disiplin keilmuannya menjadi
lebih jelas dan terbuka. Berdasar pengetahuannya pada masalah, peneliti bisa
mengembangkannya agar masalah tersebut terkontruksi menjadi lebih kongkrit, spesifik dan
akurat.
Untuk itu, studi pendahuluan membutuhkan panduan atau arah. Panduan itu bisa berupa
kerangka yang mensistematisasi peneliti dalam menuangkan gagasan dan ide tentang masalah
dalam alur penulisan yang runtut dan sistematis. Alur penulisan yang runtut dan sistematis
mengharuskan peneliti bisa menulis kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi
paragraf menjadi teks yang padu dan berkaitan. Sistematika pendahuluan dalam bab awal
proposal atau laporan penelitian itu bisa menjadi kerangka berpikir atau nalar peneliti yang
melakuan studi pendahuluan terhadap masalah yang diteliti.
Pemahaman ini mengandaikan bahwa, studi pendahuluan dilakukan ketika peneliti telah
menangkap sebuah fenomena sebagai masalah sampai mengatarkannya pada perumusan
masalah. Untuk bisa mengantarkan sampai pada masalah penelitian yang terumuskan secara
jelas dan lugas, ada aspek-aspek yang dilibatkan dan dijabarkan dalam studi pendahuluan oleh
peneliti. Aspek-aspek itu adalah aspek masalah, aspek sumber daya pendukung dan aspek literer.
Sebagaimana dijelaskan Arikunto, tiga ranah yang disasar dalam studi pendahuluan adalah:
1) kajian literatur, 2) kajian pada orang atau pihak yang bisa mendukung, dan 3) kajian pada
tempat[13]. Kajian pada literatur adalah upaya menelaah karya, tulisan yang telah ditulis peneliti
terdahulu. Kajian pada orang, sementara itu, menanyakan orang-orang yang dianggap kompeten
atau memiliki otoritas keilmuan yang bisa memberi bantuan untuk memudahkan penelitian yang
sedang dirancang. Yang perlu digarisbawahi, studi literatur maupun kajian pada orang yang bisa
mendukung penelitian adalah pemilihan pada literatur yang sebidang searea keilmuan atau satu
disiplin keilmuan dan memilih orang yang ahli di bidang itu harus diprioritaskan. Misalnya,
masalah yang diteliti adalah kebijakan kurikulum pendidikan agama. Maka tidak pelak, literatur-
literatur yang dikaji dan orang atau pihak yang diteliti berkaitan, berdekatan, dan memahami isu,
masalah kebijakan pendidikan agama Islam.
Mengkaji tempat penelitian juga tidak kalah penting. Seberapa strategis tempat itu, seberapa
unik dan khas tempat itu berkaitan dengan masalah penelitian, akan terkuak dengan mengkaji
tempat itu. Mengkaji tempat selain memberikan data-data primer juga memberikan wawasan
pada peneliti tentang strategi yang dilakukan di tempat itu. Tempat yang akan dituju penelitian
apakah tempat itu mudah, sulit dijangkau akan terpetakan dengan melakukan studi pendahuluan
pada tempat.
Di zaman teknologi digital sekarang ini, tidak kalah penting dari tiga sasaran yang
dikemukakan oleh Arikunto di atas, adalah mengeksplorasi dunia melalui akses internet. Akses
internet sangat adekuat membantu peneliti melakukan studi pendahuluan. Tentu saja kemampuan
akses internet dan tingkat kemelekan pada dunia digital tersebut sangat mempengaruhi efektifitas
pemanfatan sumber-sumber digital di dunia maya.
Dengan akses internet peneliti akan diringankan dari segi biaya. Ases internet tentu lebih
murah sekaligus dapat melengkapi studi pendahuluan yang dilakukan secara langsung.
Pemanfatan internet juga meniscayakan kecepatan dalam memperoleh data. Akses internet dalam
rangka mendukung kajian pustaka juga mampu menampilkan data yang terbaca dan siap di-print
out. Tidak berhenti pada batas ini, internet juga mampu menyediakan data secara simultan.
Contoh, seorang peneliti ingin meneliti efek games online bagi perilaku remaja. Dengan
internet, peneliti tersebut bisa menelusuri konsep games online, perilaku dan remaja sekaligus.
Borg menyebut keuntungan akses internet itu dengan: 1) biaya murah (low cost), 2) kecepatan
(speed), 3) keterbacaan (provide printout), dan 4) jangkauan yang simultan (permit simultanious
search)[14]

Keterkaitan Studi Pendahuluan dengan Masalah Penelitian


Aspek-aspek dalam studi pendahuluan itu akan semakin bermakna jika memiliki daya guna
atau jika diumpamakan tarian, bisa dikoreografikan[15] secara kohesif dan padu dengan masalah
penelitian. Kohesif dan padu artinya ada keterkaitan dan tidak terpisah-pisah. Artinya, semua
aspek dalam studi pendahuluan merupakan alur pemikiran atau gagasan yang padu dan sepadan
dan tidak berdiri sendiri-sendiri. Semuanya membentuk menjadi entitas kesatuan yang
mempertegas masalah penelitian. Untuk mempertegas koreaografi aspek-aspek studi
pendahuluan, sistematika bab pendaduluan bisa dimanfaatkan.
Dengan demikian, latar belakang atau kontekstualisasi masalah penelitian harus dikuakkan
dan dipaparkan. Tidak berhenti pada tahap ini, tujuan penelitian dan manfaat penelitian juga
bermanfaat mengarahkan studi pendahuluan bisa ditemukan seiring dengan semakin fokusnya
masalah penelitian yang dikaji. Keterkaitan studi pendahuluan dengan masalah dalam penelitian
dapat dindikasikan dengan: 1) studi pendahuluan menjadi langkah awal atau ancangan menelaah
masalah, sekaligus, 2) menyesuaikan dengan kerangka yang mensistematisasi masalah dalam
penelitian ilmiah.
Studi pendahuluan kemudian harus bisa memberi manfaat peneliti dalam melokalisir
masalah penelitiannya, gagasan dan materi yang diperlukan dalam organisasi bab pendahuluan.
Dalam rangka itu, sistematika pendahuluan dalam laporan penelitian: skripsi, tesis, disertasi atau
makalah untuk jurnal ilmiah perlu dipahami. Sistematika lazimnya terdiri: 1) latar belakang
masalah 2) masalah penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) manfaat penelitian. Dengan memahami
sistematika ini, studi pendahuluan bisa diarahkan. Maka di satu sisi studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti, paling tidak bisa memberi asupan isi atau materi yang dibutuhkan untuk
mendukung kompoisisi pendahuluan. Di sisi lain, memahami sistematika melokalisir arah studi
pendahuluan yang dilakukan sekaligus menjadi penunjuk keterkaitan aspek-aspek studi
pendahiluan dengan masalah.
Berdasar uraian ini, maka memahami organisasi ide, sistematisasi pendahuluan dalam
proposal atau laporan penelitian berikut pedomannya juga menjadi penting untuk melengkapi
pemahaman yang komprehensif pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti.
Moh. Nazir, dengan mengutip P.V Young, memaparkan sistematika penulisan laporan
ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial. Sistematika pendahuluan yang ia tawarkan memuat masalah
penelitian, ruang lingkup penelitian, pentingnya penelitian. Dalam penelitian masih menurut
Nazir, dipaparkan cara mengorganisir materi-materi dalam laporan[16]. Sistematika tersebut bisa
saja berbeda-beda antara perguruan tinggi yang satu dengan yang lain. Masing-masing perguruan
tinggi bisa jadi memiliki pedoman penulisan laporan ilmiah yang berbeda[17]. Dalam penulisan
makalah, tesis dan disertasi, IAIN Sunan Ampel Surabaya juga memilliki pedomanya
sendiri.[18] Perbedaan itu terdapat pada urutan sub judul atau penanmaan sub judul. Namun
demikian perbedaan itu tetap saja membuat subtansi aspek-aspek yang sama.
Sistematika penulisan pendahuluan dalam makalah pada jurnal ilmiah juga berbeda dari
pendahluan pada tesis dan disertasi. Pendahuluan dalam penulisan makalah jurnal ilmiah
dimampatkan jauh lebih singkat daripada sistematika tesis dan disertasi. Namun fungsinya sama,
yaitu mengantarkan pembaca pada masalah dan inti penelitian.
Penulisan pendahuluan boleh berbeda. Akan tetapi aspek-aspek yang mendasari dalam studi
pendahuluan akan selalu sama, yaitu: masalah yang ditemukan, kajian literer, diskusi dengan
ahli, sumber daya pendukung dalam studi pendahuluan. Sama terutama dalam kaitannya dengan
merasionalisasi masalah menjadi rumusan masalah. Aspek-aspek ini lalu didadayagunakan
dengan kriteria ilmiah agar menjadi sistematika pendahuluan berupa: latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan tinjauan pustaka.
Latar belakang adalah titik tolak pembahasan yang berupaya merasionalisasi mengapa
masalah penelitian itu ada dan dimunculkan peneliti. Dengan latar belakang, peneliti
mengkomunikasikan bahwa masalah yang diteliti memang urgen, signifikan dan relevan. Dengan
membaca latar belakang, sebelum mencerna rumusan masalah, pembaca diajak memikirkan
masalah dengan tidak kehilangan konteks masalah. Ulasan dalam latar belakang masalah tidak
lain adalah upaya kontekstualisasi masalah penelitian. Latar belakang yang baik menjelaskan
dengan tajam dan tepat tentang di mana letak masalahnya dan bagaimana masalah itu terjadi.
Dengan memberikan latar belakang, peneliti mengantarkan pembaca pada masalah yang akan
diteliti.
Masalah penelitian adalah masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian. Dalam
proyek penelitian ilmiah, masalah penelitian dirumuskan dengan kalimat tanya. Menggunakan
kalimat tanya merupakan cara yang efektif merumusan masalah penelitian agar lebih jelas dan
spesifik. Masalah bisa jadi ada segala sesuatu yang menyangkut ketikapuasan sesorang, kesulitan
yang dihadapi, jarak antara yang diinginkan dengan realitas nyata yang dihadapi atau kondisi
yang harus diubah, atau sesuatu yang tidak berfungsi dengan baik adanya. Namun agar masalah
ilmiah bisa dinilai baik, ada beberapa kriteria. Menurut Jack R. Fraenkel dan Norman E Wallen
ada empat kriteria pertanyaan dikategorikan baik, yaitu: feasible (terjangkau), clear (jelas),
significant (bermakna), etichal (sesuai etika).[19]
Sebuah masalah dalam penelitian dikatakan terjangkau jika bisa diinvestigasi berdasarkan
pertimbangan keterjangkauan waktu, tenaga dan biaya. Masalah penelitian dikatakan jelas, jika
pembaca atau masyarakat sepakat tidak bahwa mereka merasa kebingungan dengan kata kunci
yang digunakan dalam rumusan masalah tersebut. Masalah penelitian akan menjadi bermakna,
jika masalah yang didukung peneliti itu memberi akan kontribusi bagi pengembangan keilmuan.
Di samping itu sebuah masalah menjadi sesuai etika, jika tidak berdampak pada kerusakan
psikologi, fisik dan lingkungan jika dilakukan penelitian[20].
Tujuan penelitian menyatakan pembahasan atau upaya menjawab masalah penelitian.
Tujuan penelitian juga menyatakan dengan kalimat lugas yang memberi kerangka akan arah
penelitian. Dengan menyatakan tujuan penelitian akan tergambar ketertarikan peneliti pada
bidang yang ditekuni dan itu dianggap penting.
Dalam pendahuluan juga dijelaskan pentingnya penelitian terhadap masalah yang
diangkat peneliti. Pentingnya penelitian itu biasa diistilah dengan manfaat penelitian. Manfaat
penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis maksudnya penelitian
tersebut memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, memperkaya teori atau
memberikan sudut pandang dan perspektif baru yang belum dihasilkan penelitian-penelitian
sebelumnya. Satu misal, penelitian tentang perilaku negatif siswa dengan orang tua yang sibuk
berkarir. Hasil penelitian terdahulu menjelaskan bahwa anak-anak menjadi generasi parentless.
Perilaku buruk mereka ditunjukkan dengan cara mengisi waktu kosong dengan banyak melihat
TV dan bermain games. Mereka menjadi generasi yang egois punya inisiatif bersosial dengan
tetangga. Mereka hanya akrab dengan sesama teman tanpa banyak peduli dengan tetangga
sekitar mereka. Hasil penelitian menjelaskan sikap itu terbentuk karena lemahnya pendampingan
orang tua. Mereka memiliki orang tua, tetapi perhatian orang tua yang lemah, abai, sibuk dengan
urusan bisnis, karir dan kerja, menjadikan anak mereka terlantar. Penelitian berikutnya melihat
subjek yang sama tetapi dengan mengkaji dari sudut relasi teman sebaya atau pertemanan
mereka. Ternyata, perilaku negatif yang ditunjukkan anak-anak tersebut, itu tidak saja karena
faktor parentless, tetapi teman-teman sebaya dan sepermaian yang cenderung berperilaku sama
memperkuat perilaku negatif.
Manfaat secara praktis, sementara itu, manfaat yang bisa ditindaklanjuti dalam praktik
baik oleh institusi untuk membuat kebijakan yang lebih baik atau praktisi untuk melakukan best
practice. Sebagai contoh, masih soal anak-anak yang berperilaku negatif dalam memanfaatkan
waktu luang. Bagi sekolah atau pranata pendidikan lain, berdasarkan hasil penelitain tersebut,
akan mengembangkan program atau kebijakan yang mengarahkan atau meminimilasi perilaku
negatif tersebut dengan mengadakan parenting class, atau mendesain kegiatan siswa agar bisa
memanfatatkan waktu libur mereka dengan lebih baik.
Untuk mendapatkan gambaran tentang masalah perilaku negatif anak-anak sebagaimana
diuraikan di atas dan peneliti bisa melanjutkan pada penelitian, peneliti tidak bisa perlu
melakukan studi pendahuluan.
Sebuah contoh nyata dilakukan seorang guru bahasa Indonesia yang ingin meningkatkan
kemampuan menulis drama pada siswanya dan ia terinspirasi dengan iklan-iklan di TV, maka ia
membuat judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK): Pemanfaatan Iklan Drama sebagai Upaya
Peningkatan Kompetensi Menulis Drama pada Siswa Kelas VII SMP Al Hikmah Surabaya. Ia
menyusun pendahuluan sebagai berikut.

Latar Belakang
Kompetensi atau keterampilan berbahasa adalah tujuan pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia di jenjang pendidikan menengah. Di jenjang pendidikan menengah, kompetensi
berbahasa lebih utama diajarkan daripada penguasaan ilmu bahasa (linguistik). Dalam
pembelajaran kompetensi berbahasa ada empat kompetensi berbahasa, yaitu: membaca,
menulis, menyimak dan berbicara. Dalam kurikulum, pembelajaran empat kompetensi
berbahasa itu dibingkai dalam dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek kesusasteraan
(Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Dinas). Di antara empat aspek itu, menulis adalah
kegiatan yang memiliki tantangan yang lebih tinggi.
-----
Maka untuk memecahkan kebuntuan tentang sedikitnya, atau minimnya kebiasaan menulis,
termasuk menulis naskah drama, penelitian ini berusaha mencari solusi dengan menggunakan
unsur drama yang ada dalam iklan. Dari sekian banyak iklan komersial atau iklan
kemasyarakatan yang ditayangkan TV, ada unsur-unsur drama yang terkandung di dalamnya.
Unsur-unsur drama itu misalnya: dialog, tokoh, pesan atau isi cerita[21].

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dijawab dalam
penelitian ini adalah: Bagaimana pembejaran iklan drama dapat meningkatkan kompetensi
menulis naskah drama pada siswa kelas VII-L SMP Al Hikmah?

Tujuan
Tujuan karya tulis ini adalah: Menjelaskan pembelajaran dengan memanfaatkan drama
iklan sebagai upaya peningkatan kompetensi menulis naskah drama siswa kelas VII-L SMP Al
Hikmah.

Pendahuluan di atas sudah jadi. Namun bisa diperkirakan alur skema yang dilakukan guru
peneliti sebelum menghasilkan pendahuluan di atas adalah sebagai berikut. Sang guru
menemukan masalah: kesulitan siswa yang diajar dalam menulis naskah drama. Ia lalu mencari
menggali ide, mencari literatur teori tentang drama dan teknik-teknik menulis. Ia pun mereka-
reka mencari jalan yang efektif dan mudah tentang cara memberi perlakuan agar masalah miskin
menulis di kalangan siswanya itu diatasi. Ia menemukannya dari iklan drama. Setelah
menemukan kesamaan unsur-unsur iklan drama dengan drama pada umunya, yaitu dialog dan
pemeranan, mulailah ia merumuskan masalah dengan istilah-istilah kunci untuk membuat
kalimat tanya. Langkah-langkah ini tidak lain adalah studi pendahuluan.
Contoh skema lain bisa kita telusuri dari penulisan pendahuluan dari jurnal yang berbeda
dari sistematika penulisan tesis dan disertasi. Dalam penulisan makalah untuk jurnal ilmiah,
pendahuluan ditulis tanpa sub bab. Pendahuluan dalam jurnal penulisan jurnal ilmiah
dikembangkan menjadi rangkaian demi rangkaian teks pragraf yang mengantar pembaca pada
masalah penelitian.
Berikut contoh satu paragraf dari pendahuluan sebuah makalah di Jurnal Islmica IAIN
Sunan Ampel. Pendahuluan sebuah makalah berjudul Ortodoksi Sufisme K.H Shalih Darat,
karya Ali Mas’ud. Makalahnya di jurnal tersebut adalah hasil edit dari disertasi S3-nya di
kampus yang sama.
Pendahuluan
K.H. Shalih darat merupakan intelektual muslim pada abad ke-19 M. Ia memiliki
perhatian serius terhadap keberlanjutan sufisme di Jawa. Pemikiran sufistik Shalih Darat –yang
kemudian dikenal dengan ortodoksi sufisme- lebih identik dengan tasawuf puritan sebagaimana
yang diinisiasikan oleh generasi awal salafisme sperti Ibnu Taimiyah. Shalih Darat sangat gigih
menolak praktik-praktik ritual Islam lokal walaupun ia juga sangat dekat dengan arus pemikiran
sunii amali seperti yang diusung Abu Hamid Al Ghazali[22].

Ali Masud mengawali paragrafnya dengan memetakan kontradisi atau ketegangan sikap
sufistik yang ditempuh KH. Salih Darat. Ketegangan antara arus Ibnu Taimiyah di satu sisi
dengan arus Imam Al Ghazali di sisi lain. Pendahuluan yang ditulis Ali Masud dalam jurnal itu
pasti berbeda dengan pendahuluan yang ditulis dalam versi disertasi doktoralnya.
Sekali lagi perlu ditandaskan pendahuluan di atas sudah menjadi makalah. Namun,
berdasarkan pendahuluan yang disusun Ali Mas’ud di atas, bisa dilacak alur skema kerjanya
sebelum pendahuluan di atas tertulis menjadi laporan penelitian. Terlebih dahulu, ia menemukan
fenomena pemikiran sufi K.H Shalih Darat. Ia tertarik dan meminatinya. Lalu ia meletakkanya
pemikirannya itu dalam konstelasi pemikiran sufi. Ia bandingkan dengan pendulum pemikiran
Islam dari Gazali sampai Ibnu Taimiyah. Dari mana ia bisa mendapatkan data awal? Studi
pendahluan berupa pelacakan riwayat hidup K.H Shalih Darat sampai pada pengkajian pada
pemikirannya, diteruskan dengan memetakan pemikiran sufi dalam Islam. Dengan itu, ia berhasil
memotret peta awal pemkiran K.H Shalih Darat dalam konstelasi pemikiran sufi. Itu semua
adalah alur skema studi pendahuluan.
Untuk melakukan studi pedahuluan, di antara langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah:
1) menemukan dan atau menentukan masalah masalah, 2) melokalisir atau mempertajam
pemahaman tentang masalah baik dengan mengeksplorasi pada data primer yang ada di
lapangan, maupun mendalami dari teori, buku, tulisan tentang masalah itu. 3) merumuskan
masalah. 4) menemukan tujuan dan pentingnya masalah itu untuk diteliti 5) megorganisasi ide,
pikiran, gagasan atau temuan agar menjadi sistematis.[23]
Langah-langkah ini bisa terus diperbaiki dan dikoreksi bersamaan dengan penulisan
proposal Selagi proposal penelitian belum selesai, langkah-langkah studi pendahuluan masih
terbuka untuk terus dilakukan dan diperbaiki untuk memperbaiki rencana penelitian. Salah satu
contoh memperbaiki, misanya, sebagai peneliti awal seringkali kita terpengaruh dengan teori
besar. Saat melakukan kajian pustaka dan menemukan teori-teori yang telah mapan, kita akan
mudah mengekor. Padahal sebagai peneliti kita punya kewenangan untuk mengembangkan buah
pemikiran secara otentis dan kristis asal sesuai dengan asas ilmiah.

KESIMPULAN

Uraian tentang studi pendahuluan di atas menggariskan kesimpulan bahwa studi


pendahuluan penting dilakukan untuk mematangkan peneliti menguasai masalah yang diteliti.
Dengan studi pendahuluan peneliti akan memiliki ancangan penelitiannya. Studi pedahuluan
sebagai ancangan penelitian dilakukan ketika peneliti menemukan fenomena sebagai masalah.
Agar masalah itu semakin tajam, lugas dan spesifik dalam konteks keilmuan, peneliti bisa
melakukan studi pendahuluan pada masalah sampai pada proses perumusan masalah bahkan
sampai penulisan proposal selesai.
Aspek-aspek studi pendahuluan yang perlu dikaji dan dicakup peneliti adalah 1) literatur
yang berkaitan dengan masalah, 2) orang atau atau ahli yang memahami masalah penelitian
sebagai patner berbagi dan berdiskusi tentang isu-isu seputar masalah yang dikaji peneliti. Aspek
3) adalah tempat atau lokasi. Tempat juga penting untuk dikaji telebih jika penelitian yang akan
dilakukan adalah penelitian lapangan, penelitian survei, action reserach misalnya. Untuk
menunjang dan memudahkan dalam mengkaji aspek-aspek itu, pendayagunaan dunia internet
menjadi fital di era teknologi informasi. Akses pada internet akan memudahkan menjangkau
literatur, orang dan lokasi yang akan dikaji dalam studi pendahuluan.
Untuk mensistematisasi aspek-aspek studi pendahuluan dalam pengorganisasian ide dan
gagagsan penelitian, mencermati bab pendahuluan dari sistematika proposal atau laporan
penelitian berikut pedoman penulisan bab pendahuluan itu juga penting. Bagimanapun bab
pendahuluan sebagian besar memuat kontek masalah, rumusan masalah, kajian literatur
(literature reviewing). Bagi pemakalah, pendahuluan, sebagian besar, adalah hasil dari studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti lalu dituliskan dalam proposal atau dalam laporan
penelitian. Bisa jadi sistematika antara jurnal dengan tesis dan disertasi, atau antarlembaga bisa
berbeda. Akan tetapi subtansinya selalu sama.
Berkaitan dengan masalah penelitian, aspek-aspek studi pendahuluan sangat mendukung
masalah penelitian untuk terus dicakup dan dikaji. Aspek-aspek studi pendahuluan
merasionalisasi masalah yang semula abstrak, umum, berada di angan-angan peneliti menjadi
jelas, lugas, relevan dalam pengembangan ilmu dan menjadi konkrit. Aspek-aspek studi
pendahuluan yang didayagunakan akan melandasi masalah penelitian menjadi mangkus atau
tidak. Aspek-aspek tersebut juga akan mengantarkan peneliti sampai pada proses perumusan
masalah sehingga memenuhi kriteria: feasible (keterjangkauan), clear (jelas), significant
(berarti), etichal (sesuai etika).
Langah-langkah yang bisa dilakukan untuk sebuah studi pendahuluan di antaranya
adalah: 1) menemukan dan atau menentukan masalah, 2) melokalisir atau mempertajam
pemahaman tentang masalah baik dengan mengeksplorasi data-data primer yang ada di lapangan,
maupun mendalami dari literatur: buku, jurnal, laporan penelitian berbagai artikel tentang
masalah itu. 3) merumuskan masalah. 4) menunjukkan tujuan dan pentingnya masalah itu untuk
diteliti 5) megorganisasi ide, pikiran, gagasan atau temuan agar menjadi sistematis.
Daftar Pustaka

1. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka
Cipta.
2. Borg, Walter R. 1981. Applying Educational Research: A Practical Guide for Teachers.
Longman.
3. Buku Pedoman Penulisan Makalah, Proposal, Tesis, dan Disertasi IAIN Sunan Ampel
Surabaya. 2011. Surabaya: Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya.
4. Burgess, Terry dan Kyrby, Mikes. 2004. As Level and A Level Sociology. Cambridge.
5. Departemen Pendidikan. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
6. Fauridah. 2012. Pemanfatan Ilkan Drama sebaga Upaya Peningkata Kompetensi Menulis
Drama Siswa SMP Al Hikmah kelas VII. Lomba LKIG LIPI 2012 (Tidak terbit).
7. Fraenkel, Jack R dan Wallen, Norman E. 2009. How to Design and Evaluate Research in
Education. McGraw Hill Companies.
8. Hamera, Judith. “Performance Etnography”. Denzin, Norman K. Dan Loncoln, Yvonna S.
(ed). 2011. The Sage Handbook of Qualitative Research. Sage Publication.
9. Hardjono, Joan. “Envoromental Crisis”. 1986. Prisma. Jakarta: LP3ES.
10. Longman Dictionary of Contemporary English for Advanced Leaner. 2009. Edinburg: Pearson
Education Limited.
11. Masud, Ali. “Ortodoksi Sufisme K.H Shalih Darat”. Islamica: volume 7, nomor 1, September
2012. Surabaya: Pascasarjana IAIN Sunan Ampel.
12. McMillan, James H. 2011. Educational Resaerch (Fifth Edition). Pearson Education
13. Nazir, Moh. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
14. Prastowo, Andi, 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
Jogjakarta: Ar Ruz Media.
15. Riduan, M. 2012. Teknik dan Penulisan Proposal. Bandung: Alfabeta.

[1]Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, eidisi ketiga (Jakarta: Balai Pustaka,
2000), 231.
[2] Longman Dictionary of Contemporary English for Advanced Leaner, fifth edistion (Edinburg:
Pearson Education Limited, 2009), 925.
[3] Joan Hardjono, Environmental Crisis in Java, Prisma, No. 39 Maret 1986 (Jakarta: LP3ES
1986), 3.
[4] James H. McMilland memakai istilah initial reearch problem itu dalam sub judulnya Refining
the Research Problem dalam bab Locating and Reviewing Related Literature. James McMilland,
Educational Research: Fundamental for Consumers, fifth edition (Pearson Education, 2011), 56.
[5] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), 82-86.
[6] Soal eksplorasi dan penemuan sebagaimana dikutip Suharsimi Arikunto dari Winarno
Surakhmad menemukan relevansinya. Ibid.
[7] Christine Pearson Casanave, “Writing Up Your Research”, Juanita Heigham and Robert A.
Croker (ed.), Qualitative Research in Applied Linguistics: A Practical Introduction (Palgrave
Macmillan, 2009), 289.
[8] Jack R Fraenkel and Norman E. Wallen, How to Design and Evaluate Research in Education
(McGraw Hill Companies 2009), Fourth edition, 609.
[9] Strategi penelitian ini diterangkan dalam Andy Barnad, Terry Burgess and Mike Kirby, As
Level and A Level Sociology (Cambridge 2004),. 61.
[10] Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bandung: Alvabeta 2003), hal 478.
[11] James H. McMillan, Educational Research:Fundamentals for The Consumers, 20
[12] Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian
(Jogjakarta: Ar Ruz Media, 2011), 98.
[13] Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, 82-86
[14] Walter R. Borg, Applying Educational Researh: A Practical Guide for Teachers, (Longman,
1981), 35.
[15] Istilah koreografi dalam penelitian ilmiah ini dinukil dari pengistilahan Judith Hamera,
“Performance Ethnography”, Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (ed.), The Sage
Handbook of Qualitative Research (Sage Publication, 2011), 317.
[16] Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia 2002), 478
[17] M. Riduan memberikan contoh-contoh sisitematika proposal yang bebeda-beda
antarberbagai perguruan tinggi di Indonesia. M. Riduan, Teknik dan Metode Penulisan Proposal,
(Bandung: Alfabeta 2012),
[18] Buku Pedoman Penulisan Makalah, Proposal, Tesis, dan Disertasi Program Pascasarjana
IAIN Sunan Ampel Surabaya (Surabaya: Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya,
2011), 1-2.
[19] Jack R Fraenkel and Norman E. Wallen, How to Design and Evaluate Research in
Education, 609.
[20] Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen, How to Design and Evaluate Research in
Education, 30.
[21] Dukutip dari Penelitian Tindakan Kelas karya Fauridah yang diajukan untuk mengikuti
Lomba LKIG LIPI 2012 (Tidak terbit).
[22] Ali Masud, “Ortodoksi Sufisme K.H. Shalih Darat”, Islamica Vol.7, No. 1 (Surabaya:
Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, September 2012), 24-25.
[23] Walter R. Borg, Applying Educational Research: A Practical Guide for Teachers, 12

Anda mungkin juga menyukai