Anda di halaman 1dari 7

KASUS ANALISIS TRANSAKSIONAL EGO ORANG TUA

K1/KO DIALOG VERBATIM TAHAP/TEKNIK

CE “Tok…tok…tok….assalammu’alaikum ibu….” (sambil


mengetuk pintu ruang BK )
CO “Waalaikum salam, oohhh Fatia, ayo sini masuk, Opening
Silahkan duduk Fatia ! ( sambil menunjuk sofa )
CE “Makasih bu “ ( sambil duduk )

CO “Gimana kabarnya Fatia ?” ( sambil duduk )

CE “Alhamdulillah, baik-baik saja bu  ( sambil    menunduk


menyembunyikan sesuattu di wajahnya
CO “Syukurlah kalau semuanya dalam keadaan baik?”
Oh ya sekarang apa kegiatanmu ir ?’
CE “ Sementara ini kegiatan di rumah engga ada bu, tapi kalau Topik netral,
kegiatan di sekolah saya masih ikut ekstrakurikuler PMR masih opening
bu” ( sambil matanya menatap langit-langit ruangan )

CO “Wah itu bagus Fatia, sepertinya kamu senang kegiatan


social ya ?” ( sambil terus memperhatikan reaksi Fatia yang
menyembunyika seseutau )
CE “ Saya senang bu kegiatan PMR karena saya bisa membantu
orang lain dalam kegiatan social”
CO “Bagus sekali jalan pikiranmu Fatia, ngomong-ngomomg Reiforcement
apa cita-citamu nanti kalau sudah lulus SMA?’ ( sambil
memperhatikan bahasa tubuh Fatia yang mulai gelisah )

CE “ Yaaahhh itulah bu..???!!!” ( Fatia menarik nafas berat


sambil menerawang )
CO “lo..lo…kok begitulah…Fatia kan anak yang cerdas dan
selalu mendapatkan peringkat kelas, kenapa Fatia sepertinya
Fatia bingung ?”

CE “nnnggg…. ( menggaruk kepala ), gini bu saya kan


maunya  masuk jurusan IPS tapi……..????” ( mulai
berkaca-kaca matanya ) Mulai menganalisa
CO “Tapi kenapa Fatia, kan sekarang Fatia di jurusan IPA,           kasus 
jurusan yang diidam-idamkan semua orang”

CE “Itulah bu, akhir-akhir ini, saya ada beban pikiran, cemas


dan takut tidak bisa memberikan yang terbaik di jurusan
IPA in sesuai harapan orang tuaku” ( tampak bingung )
“Baiklah Fatia, sebelumnya ibu ucapkan terimakasih Fatia Proses Analisa
CO mau bertemu ibu di ruangan ini yang berarti Fatia percaya
penuh sama ibu untuk membantu mencari jalan keluar, mau Penghargaan akan
menceritakan segala hal yang menjadi beban Fatia, dan ibu kesediaan konseli
akan menjaga kepercayaan ini. Jadi Fatia tidak usah ragu dan menekankan
atau khawatir. Apa yang aka kita bicarakan disini menjadi azas kerahasiaan
rahasia kita, bagaiman Fatia ?” untuk
meningkatkan
kepercayaan
konseli

CE “Ya bu, saya mengerti dan senang kok bisa bercerita sama
ibu” ( ekspresi gembira dengan tersenyum )

CO “Nah Fatia sekarang kita ada waktu sekitar 30 menit, karena


ibu akan masuk kelas juga, jadi kalau belum selesai kita Kontrak
akan meneruskan pada pertemuan berikutnya, bagaimana
Fatia, apa Fatia setuju ?” ( sambil tersenyum menawarkan
rencana)

CE “Ya bu saya setuju, habis ini saya juga ada keperluan dan
janjian dengan guru fisika” ( Fatia tersenyum sambil
membetulkan duduknya )
CO “Hm, baiklah Fatia kita mulai dan kita gunakan waktu yang
tidak banyak ini, sekarang coba ceritakan sama ibu apa
sebenarnya yang mengganjal dan menjadi beban pikiranmu Proses Analisis
saat ini sehingga kamu cemas dan khawatir ?” ( sambil
berdehem )

CE “Begini bu, jurusan yang sekarang saya jalani ini karena


kemauan orang tua saya bukan atas pilihan saya bu.”
( sambil menunduk sedih ) Proses Sintesis
CO “Pilhan orang tuamu ?”

CE “Benar bu, jurusan IPA akan mempermudah saya masuk


fakultas kedokteran katanya, terus orang tua saya juga minta
saya menjadi dokter biar bisa memberikan contoh  adik-
adik saya kan saya anak pertama bu” ( sambil tertunduk
memainkan kerudungnya )

CO “Waaahh, waahh, waaahh banyak sekali ya Ir permintaan


orang tua kamu” ( sambil menggeleng-gelengkan kepala )

CE “Bukan itu saja bu, orang tua saya juga selalu marah-marah
kalau nilai saya turun, pokoknya saya harus belajar dan
belajar, kan capek bu !”
CO “Apa alasannya Fatia, kok orang tuamu memperlakukanmu
seperti itu?”

CE “Kata orang tuaku jurusan IPA itu bagus jadi saya harus
serius dalam belajar, tapi saya nggak nyaman bu di jurusan
IPA” ( sambil menghentakkan kakinya ke lantai )

CO “Pada intinya orang tuamu yang memilihkan dan


menentukan jurusan IPA itu”

CE “Benar bu itu yang menjadi beban pikiran saya karena saya


inginnya masuk jurusan IPS” ( sambil menarik nafas kesal)

CO “Bagaiman dengan nilaimu selama satu semester ini di


jurusan IPA ?”

CE “Nilai saya untuk semester satu lumayan bagus pak,


tapiiii….??” ( menghentikan ucapannya, tanpak ragu-tagu )

CO “Tapi kenapa Fatia, kan nilaimu bagus tadi berarti Fatia


termasuk anak yang pintar dan mampu di jurusan IPA “

CE “Nah itu dia bu, di semester dua ini sepertinya nilai saya
turun, saya enggak suka bu di jurusan yang dipilihkan orang
tua saya ini, saya tidak nyaman ibu !!!” ( emosi tampak
diwajahnya )
CO Reinforcement
“Ohh jadi Fatia merasa tidak suka dan tidak nyaman di
jurusan IPA ini karena bukan pilihan Fatia  sendiri”

CE “Benar bu, bahkan orang tua saya juga sudah memilih


Perguruan Tingginya juga, kan saya cemas bu kalau saya Proses Diagnosa
enggak bias memenuhi harapan itu…..” ( matanya mulai
berkaca-kaca )
CO
“Ohh…….gitu…bukannya nila-nilaimu bagus, ibu yakin
Fatia bisa “

CE “Iya sih bu tapi yang namanya enggak suka ya pasti jadi


jenuh, apalagi pas kuliah nanti disuruh masuk kedokteran Diagnosa
lagi, aduuhhhh enggak deh bu, saya kan juga puya hak
menentukan pilihan bu, tapi saya juga enggak bisa menolak
keinginan orang tua saya “ ( mulai meneteskan air mata )

CO “Hm…ibu mngerti kok Fatia, coba sekarang tarik nafas,


tenangkan diri dulu lalu ceritakan ke bagaimana
hubunganmu dengan orang tuamu ? ( sambil menepuk bahu
Fatia untuk menenangkannya sambil memberinya tissue )

CE “Juga Orang tua saya sangat perhatian bu sama anak-


anaknya, semua kebutuhan kami terpenuhi, falitas rumah
lengkap  bu, secara materi kami tak kurang satu apapun bu,
orang tua kami sangat menyayangi kami, tapi terlalu banyak
menuntut dan mengatur atas nilai dan masa depan kami bu,
bahkan kalau nilai kami jelek, wahh..!!!!”

CO “Loh…kenapa memangnya Ir “
CE “Pasti marah besar bu dan kami enggak boleh keluar
rumah” ( sambil menunduk sedih )

“Seberapa besar sih marahnya orang tuamu kok Fatia


CO takutnya kayak melihat hantu ?” ( sambil tersenyum )
CE “Bukan begitu bu, sebenarnya orang tua saya baik dan
perhatian” ( sambil tersenyum juga )

CO “Nah itu bagus, lalu apa yang harus ditakutkan kalau teryata
orang tuamu baik dan perhatian “

CE “Nggak tahulah bu Fatia hanya merasa ketakutan


aja….adakalanya orang tuaku marah kalau tidak sesuai
dengan kehendaknya” ( sambil tersenyum tipis mengenang
orang tuanya)
CO “Dengan kejadian ini apa yang bisa Fatia lakukan supaya
apa yang kamu cemaskan bias dihindari ?

CE “Gimana ya bu, saya bingung ?” ( sambil menggaruk


kepalanya yang tertutup jilbab )

“Jurusan apa yang benar-benar diminati Fatia ? ( sambil


CO menatap Fatia )

CE “Jelas jurusan IPS bu” ( matanya berbinar )


CO
“Bagaimana dengan nilaimu di bidang IPS?”

CE “Alhamdulillah bagus bu, saya menbidamng dapatkan nilai


sempurna diatasnya nilai IPA, meskipun nilai IPA saya juga
bagus, cuma mulai di semester dua ini turun bu nilai IPA
saya, enggak tahu bu ( menarik nafas ), mungkin karena
saya enggak nyaman tadi kali bu ya “

“Wah awal yang bagus kalau nilaimu sempurna, tapi Fatia


CO harus tetap semangat, optimis dan mencoba menjelaskan ke
orang tua Fatia tentang jurusan IPA ini, tentang kecemasan
Fatia”

CE “Iya bu, saya pernah menyampaikan keluhan saya bahwa


saya tidak suka masuk jurusan IPA, dan saya juga
mengungkapkan kalau saya suka ambil Jurusan IPS karena
saya ingin jadi Akuntan bukan Dokter, tapi…” ( Fatia
menghentikan ucapannya sambil menunduk sedih ingat
masalah tersebut )
CO
“Hm…oohh….trs….?” (sambil menggeser duduknya untuk
lebih dekat dengan Konsele )

CE “Tapi orang tua saya marah-marah bu bahkan ketika saya


tahu nilainya turun, ehhh malah tambah marah dan
menyuruh saya untuk lebih serius belajar enggak boleh
main-main, gitu bu katanya” ( Fatia mengusap air matanya
yang mulai jatuh )

CO “ya sudah…sudah…ibu bisa merasakan betapa berat


tanggung jawab yang harus kamu pikul.” ( sambil mengelus
kepala Fatia )

CE “Makasih bu, tapi saya akan coba lagi bicara dengan orang
tua saya bu, kalau orang tua saya masih tetap bersikeras
dengan kehendaknya, saya enggak tahu harus bagaimana bu
“ ( pecahlah tangis Fatia )

CO (sambil memberikan tissue) “Iya Fatia biar masalahnya


cepat selesai dan tidak berlarut-larut, agar nilai Fatia yang
turun masih bisa diperbaiki”

CE “Ya bu saya akan coba bicara lagi, tapi kira-kira orang


tuaku marah enggak ya bu ?“
CO Reinforcement
“Dicoba aja, ibu doakan moga berhasil “

CE “Baik bu, oh ya bu kira-kira apa yang harus saya lakukan


jika tidak membuahkan hasil ??” ( sambil memainkan
jarinya, pertanda Fatia bimbang )
CO Proses Prognosis
“Fatia harus berani mengambil keputusan yang sama-sama
enak, orang tua Fatia tidak tersinggung dan Fatia juga
nyaman, kapan rencananya Fatia mau bicara dengan orang
tua ? “

CE “InsaAlloh bu nanti malam saya akan bicara dengan orang


tua saya”

CO “Bagus sekali, ibu hargai keberanian Fatia.Untuk


mengingatkan rencana Fatia tadi ini ibu siapkan format
perjanjian beberapa alternative yang kita sepakati “

CE “Tujuannya buat apa bu? ( terlihat heran )


CO “Agar Fatia tidak lupa dengan rencana Fatia “

CE “oh gitu ya bu “

CO “Nah kalau Fatia dapat melaksanakan rencan ini dengan


baik, ibu kasih hadiah khusus buat Fatia, gimana Ir “

CE “Wahh mau bu, siap deh bu “ (sambil tersenyum)”


CO
“Baiklah Fatia sepertinya waktu kita sudah habis sekalai Proses treatment
lagi ibu ingatkan 5kesepakatan kita ya, yang pertama : Fatia ada perjanjian
paham kan kalau semua orang tua pasti menginginkan yang dalam
terbaik untuk anaknya walau terkadang jalan yang diambil pengambilan
salah. keputusan nanti
ke dua: berbicara dengan baik-baik tentang bakat dan
keinginan Fatia untuk ke depannya.
ke tiga: Fatia harus berusaha berbicara dengan sikap yang
dewasa.,, tidak kekanak-kanakkan.
ke empat: Fatia harus paham bahwa jurusan IPA itu Transaksi
kemungkinan pilihan di Perguruan Tinggi lebih luas dan
menjadi pilihan yang didambakan orang.
Yang terakhir: Fatia harus bisa membuktikan kepada orang
tua bahwa jurusan IPSpun baik dan Fatia mampu sertabisa
menjadi akuntan yang suksesdan tidak mengecewakan
orang tuanya, nah giman Fatia sudah paham  yang ibu
maksudkan ?“

CE “Iya bu mudah-mudahan ya bu orang tua saya mau mengerti


jalan pikiran saya’
CO
“Amin, good luck ya Fatia, semangat !!!” (sambil menepuk
nepuk pundak Fatia )

CE “Terimakasih bu “ (sambil tersenyum )


     CO
“Oh ya masih ada yang mau Fatia sampaikan ke ibu ?

CE “Saya rasa tidak ada lagi bu, sudah cukup, terimakasih


banyak ya bu” ( sambil bersalaman )
CO
“Baiklah kalau begitu, Fatia “ ( membalas jabatan tangan
Fatia )

CE “Assalammualaikum bu“ ( sambil meninggalkan ruangan


taman Bimbingan Konseling )
CO
“Wa’alaikumsalam Fatia” ( sambil mengantar sampai  di
pintu ruangan )

Anda mungkin juga menyukai