PAI Pernikahan Dalam Islam - Diskusi Mahasiswa
PAI Pernikahan Dalam Islam - Diskusi Mahasiswa
DALAM ISLAM
QS. Ar-Ruum, 30: 21 Perkawinan merupakan suatu ikatan lahir
Secara bahasa,
batin antara nikah berasal
laki-laki dari akar yang
dan perempuan kata
bahasa Arabdalam
terinstitusi : nakaha – yankihuyang
satu lembaga – bikahan
kokoh,
yang berarti “mengumpulkan”. Sedangkan
Moh. Rifa’I t.t:268 dan
Menurutdiakuipasal
secara1 Undang-Undang
agama maupun hukum. No. 1
secara
Nikah
AlQuran syara’
sebagaiartinya akad
ikatan yang
yang telah dikenal
ditentukan
Tahun
dan 1974menganjurkan
memenuhi tentang rukun
manusia untuk
Perkawinan.
serta syarat (yang
oleh
hidup pembuat
Akad yang hukum sangat syara’
berpasang-pasangan kaut
yang (Allah)
atau
bertujuan
telah
yang
untuk tentu) untuk berkumpul.
memungkinkan
mewujudkan (Moh.bahagia
laki-laki
keluarga yang Rifa’I,
untuk
Undang-Undang No. 1 mitsaqan
“Perkawinan adalah
t.t:268 ghalidlon
ikatan lahir untukdan
Tahun 1974 dan tentram
istimta; .
(mendapat kesenangan seksual)
menaati
batin
Islam
dari
“Dan
antara
menyebut
istri
di
perintah
dan
antara
seorang Allah
perkumpulan
demikian
tanda-tanda
pria
juga,
dan
yangdengan
penuh
bagi
kekuasan-Nya
cinta, kasih,
seorang dan sayang
wanita sebagai tersebut
suami dengan
istri
melaksanakannya
ialah dia
perempuan menciptakan
untuk untukmu dengan
isteri-isteri
mendapatkan
ungkapan
dengan bahasa mawaddah
tujuan membentuk wa keluarga
rahmah.
KHI, 1992: pasal2 ibadah.”
dari jenismu
kesenangan
Dengan (KHI,
sendiri,
nikah, 1992:pasal2)
supaya
seksual
baik kamu cenderung
dari maupun
laki-laki suami
(rumah
dan tangga)
merasa yang
tenteram bahagia dan
kepadanya, kekal
dan
(Wahbah Zuhaili, 1989:61)
perempuan, bisa melaksanakan hal-hal yang
berdasarkan
dijadikan-Nya Ketuhanan
diantaramu Yang
rasaMaha
kasih Esa.”
dan
sebelumnya dilarang oleh Islam, terutama
sayang.
hubungan Sedungguhnya
seksual. (Syafiq pada yang
Hasyim,demikian
2001:
Wahbah Zuhaili, 1989:61 itu benar-benar
148-149) terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir” (QS. Qr-Ruum, 30:21)
Hukum pernikahan
Hadist Rasulullah saw riwayat Ibnu Majah: “Nikah adalah
sunahku, barangsiapa tidak menjalankan sunnahku, dia
bukan umatku.”
2 Orang Saksi Islam, dewasa, sehat akalnya, tidak fasik dan hadir
dalam nikah
MASA ISLAM
Masa pra Islam
Konsep Perwalian
Wali dianggap sebagai pemandu
perempuan Arab pada masa itu yang
kebanyakan masih bodoh, tidak
berpendidikan dan tertinggal dalam segala
bidang
Mahar
Mahar adalah harga seorang perempuan
yang dibeli dari walinya.
Masa Islam
Konsep Perwalian
Kesepakatan jumhur ulama bahwa pernikahan
dipandang sah bila tidak disertai seorang wali (Sadiq
Hasyim, 2001:154)
Dalam istilah fiqih, wali berarti orang yang memiliki
kuasa untuk melakukan tasharruf tanpa tergantung izin
dari orang lain.
Mahar
Isyarat Al-Quran menyebutnya dengan Nihlah atau
Saduqat (pemberian)
Mahar adalah sebagai tanda kesungguhan cinta kasih
yang diberikan oleh laki-laki kepada perempuan, yang
diberikan secara sukarela tidak mengharap imbalan
apapun (An-Nisa,4: 4)
Prinsip-Prinsip Pernikahan
1. Prinsip Kebebasan Memilih
2. Prinsip Mawaddah
3. Prinsip Rahmah
4. Prinsip Amanah/Tanggung Jawab
5. Prinsip Mu’asyarah Bil Ma’
Q.S. An-Nisa (4: 3)
“Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim
(bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-
budak yang kamu miliki, yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya.”
Q.S. An-Nisa (3: 129)
“Dan kamu sekali-kali tidak akan
dapat berlaku adil diantara istri-
istri(mu), walaupun kamu sangat ingin
berbuat demikian, karena itu janganlah
kamu terlalu cenderung (kepada yang
kamu cintai), sehingga kamu biarkan
yang lain terkatung-katung. Dan jika
kamu mengadakan perbaikan dan
memelihara diri (dari kecurangan),
maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Makna yang terkandung dalam surat An-Nisa
ayat 3:
o Untuk memberi bimbingan pada kaum
muslim menghadapi situasi setelah perang
Uhud
o Bilangan dua, tiga, atau empat merupakan
langkah pembatasan sekaligus koreksi atas
tradisi poligami tanpa batas pada waktu itu
o Poligami diperbolehkan daripada
melakukan perbuatan maksiat seperti zina
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974