Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN


Posted on 2 April 2011by desideswita
Gangguan sistem integumen adalah suatu gangguan yang berhubungan dengan
jaringan penutup permukaan tubuh, seperti membran mukosa dan kulit, yang sering
terjadi dan bersifat relatif ringan( Nursalam)
Gangguan sistem integumen ini sering dialami oleh bayi dan anak. Meskipun
sifatnya relatif ringan, apabila tidak ditangani secara serius, maka hal tersebut dapat
memperburuk kondisi kesehatan bayi dan anak.
Adapun yang termasuk dalam gangguan sistem integumen yang sering terjadi pada
masa balita adalah :
• oral trush, ruam popok, impetigo,muntah, regurgitasi, &ikterus fisiologis.

1. ORAL TRUSH
• Konsep dasar penyakit
a. Definisi
Yaitu adanya bercak putih pada lidah, langit-langit dan pipi bagian dalam (Wong,
1995).
Bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan jika dipaksa untuk diambil, maka akan
menyebabkan perdarahan. Oral trush ini sering juga disebut dengan oral candidiasis
atau moniliasis. Oral trush sering terjadi pada masa bayi. Seiring dengan
bertambahnya usia, maka angka kejadian makin jarang.
b. Penyebab
Penyebab oral trush pada umumnya adalah candida albicans. Candida albicans ini
adalah sejenis jamur yang bisa ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama
persalinan (saat bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu dan putting susu
yang tidak bersih atau prosedur cuci tangan yang tidak benar. Oral trush ini sering
menyerang bayi pada 6 bulan kandungan pertama.
c. Tanda dan gejala
Oral trush biasanya ditunjukkan dengan adanya bercak putih, krem atau kuning di
membran mukosa mulut. Bercak-bercak ini kadang terlihat seperti pondok-pondok
keju “cottage cheese”. Dan kadang bercak-bercak ini sulit dibedakan dengan sisa air
susu, terutama pada bayi yang mendapat susu formula. Bedanya, sisa susu yang
berupa lapisan endapan putih tebal dapat dibersihkan dengan kapas lidi yang
dibasahi dengan air hangat, sedangkan oral trush tidak demikian. Bercak pada oral
trush sulit dihilangkan dan bila diambil untuk diperiksa akan menyebabkan
perdarahan. Bercak oral trush bisa ditemukan di pinggir mulut, pada bibir, lidah
atau bagian dalam pipi.
• Asuhan anak dengan oral trush
a) Pengkajian
– Tampak bercak keputihan pada mulut, terutama pada lidah dan pipi bagian dalam
yang sulit dibersihkan.
– Anak kadang-kadang menolak untuk minum.
– Pola kebersihan cenderung kurang. Orang tua jarang mencuci tangan saat merawat
atau menetekkan bayinya. Selain itu, kebersihan botol atau putting ketika menyusui
bayi juga kurang diperhatikan.
b) Masalah
o Infeksi pada mukosa oral
o Gangguan integritas kulit
o Perubahan kenyamaan : nyeri
o Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
o Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
c) Diagnosa
o Gangguan integritas kulit(mukosa oral) b.d infeksi pada mukosa oral
o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat.
d) Perencanaan
Dx : gangguan integritas kulit (mukosa oral) b.d infeksi pada mukosa oral
Kriteria hasil :
anak menunjukkan tanda-tanda penyembuhan mukosa oral
Anak tidak menunjukkan tanda-tanda komplikasi, seperti diare
Ibu menunjukkan cara perawatan putting susu dan botol susu yang tepat
Ibu mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusukan bayi
o Bayi :
– Jaga kebersihan bayi
– Untuk perawatan mulut bayi, bersihkan terlebih dahulu dengan jari yang
dibungkus dengan kain bersih/kassa yang telah dibasahi dengan larutan garam.
Kemudian oleskan gentian violet 0,25% pada mulut dengan kapas lidi.
– Atau bisa juga diberikan oral mycostatin 4xsehari sebanyak 1cc selama 1 minggu
atau sampai gejal hilang.
o Ibu :
– Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
– Ibu yang terinfeksi candida harus diobati untuk mencegah infeksi berulang.
– Jaga kebersihan putting susu.
– Gunakan krem anti fungal pada putting untuk mencegah penyebaran infeksi
antara ibu dengan anak.
– Bersihkan putting susu dengan air hangat setelah menetekkan bayi
– Botol : jaga kebersihan botol.

2. RUAM POPOK
• Konsep dasar penyakit
1. Definisi
Adalah inflamasi pada kulit yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung
oleh pemakaian popok (Wong, 1993). Ruam popok sering disebut juga dengan diaper
rush atau diaper dermatitis.
2. Penyebab
Ada beberapa penyebab ruam popok, diantaranya :
o Iritasi yang lama dari urin dan feses→kulit bayi yang terpapar cukup lama dengan
urin atau feses bisa menimbulkan iritasi pada kulit bayi.
o iritasi dari bahan kimia pencuci popok seperti sabun, detergen, pemutih, pelembut
pakaian.
o Diare.
o Reaksi alergi terhadap bahan popok/ kulit yang sensitif.
o Pengenalan makanan tambahan
Lebih dari separoh bayi berusia 4-15 bulan terjadi ruam popok sedikitnya 1x dalam
2bulan.
3. Tanda dan gejala
Gejala ruam popok sangat bervariasi, mulai dari adanya makula eritematesus pada
kulit yang tertutup popok, sampai adanya papula, vesikel, pustula, dan erosi
superfisial.
Diaper rush ditunjukkan dengan adanya kulit di daerah sekitar bokong, paha,
genitalia bayi yang meradang yang berwarna kemerahan dan agak panas. Bayi akan
kelihatan tidak nyaman, susah tidur, gelisah ketika popoknya diganti. Dan mungkin
bayi akan menangis ketika daerah diaper rush dibersihkan atau disentuh.
• Asuhan anak dengan ruam popok
1. Pengkajian
– Umur
Ruam popok umumnya terjadi pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun. Setelah
umur lebih dari 2 tahun, anak jarang mengalami hal ini.insiden terbanyak pada anak
dengan usia 9-12 bulan.
– Pola kebersihan cenderung kurang terutam pada daerah perianal, bokong dan
perut bagian bawah. Apabila selesai BAB/BAK, daerah pantat tidah dibersihakan
dengan air sebelum diganti dengan popok yang bersih. Selain itu, popok basah
terkena urin/feses yang tidak segera diganti, bahkan sampai kering kembali akan
mempermudah terjadinya ruam popok.Bayi sering menggunakan popok plastik yang
kedap air dan diposible, yang terbuat dari bahan sistesis, dalam waktu lama.
– Perlu dikaji bagaimana cara ibu mencuci pakaian dan popok. Apabila
menggunakan popok disposible, harus diganti setiap beberapa jam. Pencucian yang
tidak bersih dapat menyebabkan terjadinya ruam popok, akibat detergen yang
tertinggal pada pakaian.
– Pada pemeriksaan daerah bokong, terjadi bintik-bintik kemerahan yang kadang
berisi nanah.demikian juga pada daerah perut.
– Anamnesa faktor alergi.
2. Masalah Keperawatan
• Infeksi pada daerah bokong
• Gangguan integritas kulit
• Ganggua rasa nyaman: nteri
• Gangguan pola tidur
3. Diagnosa Keperawatan
o Gangguan integritas kulit b.d infeksi pada daerah bokong
o Gangguan pola tidur b. d nyeri
4. Intervensi
Dx : gangguan integritas kulit b. d infeksi pada daerah bokong
Kriteria hasil :
Anak menunjukkan tanda-tanda penyembuhan ruam pada bokong
Ibu dapat menjaga kulit bayi agar tetap kering
– Hindari penggunaan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat
atau bokong.
– Sebaiknya bunakan kapas dengan air hangat atau kapas dengan minyak untuk
membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK.
– Bila terdapat bintik kemerahan, berikan krem atau salep dan biarkan terbuka
untuk beberapa saat.
– Jaga agar kulit tetap kering dengan cara :
o Apabila menggunakan popok kain, perhatikan agar sirkulasi udara tetap terjaga.
o Apabila menggunakan popok disposible, pilihlah yang menggunakan bahan super
absorbent yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mengandung gel penyerap.
o Hindari menggunakan popok/ celana yang tebuat dari plastik atau karet.
o Berikan posisi tidur yang selang-seling, terutama daerah pantat agar tidak tertekan
dan dapat memberikan kesempatan pada bagian tersebut untuk kontak dengan
udara.
o Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum.
o Biarkan bayi tanpa popok selama beberapa saat.
o Penggunaan bedak talk dapat menjaga kulit bayi tetap kering.
o Pakaian, celana atau popok yang kotor sebelum dicuci, sebaiknya direndam dulu
dengan air yang dicampur acidum boricum, kemudian dibilas, lalu dikeringkan.
Hindari penggunaan detergen ataupun pengharum pakaian.
3. IMPETIGO
 Konsep dasar penyakit
a. Definisi
Impetigo adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri, yang menyebabkan
terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil yang berisi nanah (pustula). Impetigo biasanya
ditemukan di wajah, lengan dan tungkai, namun bisa juga di daerah mana saja pada
kulit. Impetigo paling sering menyerang anak-anak sekolah, sehingga sering disebut
juga “ school sores”.
b. Penyebab
Ada dua bakteri peyebab impetigo adalah, stafilokokus aureus dan sterptokokus.
Penularannya dapat melalui 2 cara, yaitu : kontak langsung dengan penderita dan
kontak tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi seperti pakaian,
handuk, mainan, dll.
c. Tanda dan gejala
Impetigo diawali dengan tunbuhnya bulae (lepuh)berisi nanah berwarna kuning
yang ukurannya mulai dari beberapa milimeter sampai beberapa centimeter.
Impetigo ini mudah pecah dan menjadi luka terbuka yang ukurannya dapat menjadi
lebih besar. Bulae ini akan pecah dalam 1 atau2 hari dengan meninggalkan warna
merah, basah dan tertutup krustae(keropeng), serta dapat menyebar ke bagian kulit
lain.

 Asuhan keperawatan pada anak dengan impetigo


1. Pengkajian
• Usia. Sering terjadi pad anak berusia di bawah 5 tahun.
• Terdapat bulae(lepuh) pada bagian tubuh tertentu. Dalam 1-2 hari lepuh akan
pecah kemudian membentuk krustae (keropeng).
• Pola kebersihan relatif kurang. Orang tua yang mengabaikan masalah kebersihan
merupakan faktor yang mempermudah terjadinya penularan, seperti, pakaian dan
handuk dipakai bersama, serta tidak mencuci tangan sebelumdan sesudah
memegang lepuh/krustae.
2. Masalah
a. Gangguan integritas kulit
b. infeksi
c. Resiko penularan
d. Gangguan rasa nyaman : nyeri
3. diagnosa;
o gangguan integritas kulit b.d infeksi
o resiko penularan b.d adanya agen infeksius pada kulit
4. Intervensi
Dx : gangguan integritas kulit b.d infeksi
Kriteria hasil :
o Anak menunjukkan tanda-tanda penyembuhan impetigo
o Anak mendapat nutrisi yang adekuat
a. Rawat bulae/krustae dengan prinsip aseptik. Untuk melepaskan krustae
(keropeng), basahi dulu bagia tersebut dengan larutan aseptik (misal:savlon). Bila di
rumah tangga bahan tersebut tidak tersedia, maka bisa menggunakan air matang
dan sabun. Jika krustae sudah hilang, oleskan salep antibiotik 2-3 kali sehari.
b. Usahakan agar salep tetap berada pada luka dan anak tidak menggaruknya.
c. Bila tidak ada perbaikan, ajurkan agar anak dibawa kedokter lagi. Kemungkinan
dokter akan mengkultur dan memberikan antibiotik jenis lain.
d. Berikan nutrisi yang cukup.
Dx : resiko penularan b.d adanay agen infeksius pada kulit
Kriteria hasil:
o Anggota keluarga dapat menjaga diri dari penderita impetigo
o Keluarga dapat melakukan perawatan segera pada anak yang menderita impetigo
a) Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan. Pisahkan celana/pakaian yang kotor,
pakaian anak yang menderita impetigo saat mencucinya.
b) Jauhkan kontak dari anak lain untuk sementara. Orang tua harus hati-hati,
hindari kontak dengan anak sehat.
c) Jelaskan tentang impetigo kepada anggota keluarga lain, agar masing-masing
dapat menjaga dirinya sendiri. Apabila ada anggota keluarga yag tertular, segera
rawat dan obati.

4. MUNTAH
 Konsep dasar peyakit
1) Pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi secara paksa melalui mulut, diserati dengan kontraksi lambung dan abdomen
(markum : 1995).
2) Penyebab
Muntah bisa disebabkan karena adanya faktor fisiologis seperti kelainan kongenital
dan infeksi. Selain itu muntah juga disebabkan oleh gangguan psikologis seperti
keadaan tertekan atau cemas, terutama pada anak yang lebih besar.
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah yaitu:
• Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai dengan
sedikit darah. Hal ini kemungkinan terjadi karena iritasi lambung akibat sejumlah
bahan yang tertelan selama proses kelahiran.
• Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumah banyak, tidak
secara proyektil, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya terjadi
akibat dari obstruksi usus halus.
• Muntah yang terjadi secara proyektil (menyemprot) dan tidak berwarna kehijauan
merupakan tanda adanya stenosis pilorus.
• Selain keadaan tersebut diatas, yang juga dapat menjadi salah satu tanda adalah
peningkatan tekanan intra kranial, alergi susu, infeksi , atau gangguan lainnya.
• Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Hal ini terjadi mungkin karena
kesalahan pada teknik pemberian makan atau pada faktor psikososial seperti
gangguan pada hubungan pada ibu dan anak.
 Asuhan keperawatan anak dengan muntah
a. Pengkajian
 Anamnesis tentang waktu terjadinya muntah, sifat muntahan ( misal : proyektil
atau tidak, warna, dan bahan yang keluar.
 Pola makan anak, makanan yang dimakan serta adanya alergi susu atau makanan
tertentu.
 Riwayat penyakit dan kemungkinan penyakit yang menyertainya, seperti obstruksi
usus halus, stenosis pilorus, atau gangguan lainnya.
 Bayi dengan tanda-tanda dehidrasi bila muntahannya hebat.
 Hubungannya dengan orang tua. Pada kondisi tertentu, faktor psikologis bisa
merupakan faktor pencetus muntah.
 Pemeriksaan penunjang.
 Apabila muntah terjadi terus-menerus, maka diperlukan pemeriksaan USG
abdomen dan radiologis. Hal tersebut dimaksudkan untuk memastikan letak
gangguan/ kelainan.
b. Masalah
1. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
3. nyeri
4. obstruksi jalan nafas
c. Diagnosa
o Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d peningkatan pengeluaran cairan
melalui muntah
o Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake akibat
anoreksia
o Kerusakan pertukaran gas b.d obstruksi jalan nafas
o Gangguan rasa nyaman nyeri b.d iritasi pada saluran pencernaan(faring dan
esofagus)
d. Intervensi
Dx : gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d peningkatan pengeluaran
cairan melalui muntah
Kriteria Hasil :
o Gejala muntah berhenti
Pada dasarnya, muntah yang tidak disertai gangguan fisiologis tidak memerlukan
penanganan khusus. Meskipun demikian, muntah tersebut tidak bisa diabaikan
begitu saja. Untuk itu, diperlukan tindakan sebagai berikut :
 Ukur tanda-tanda vital
 Ajarkan pola makan yang benar da hundari makanan yang merangsang serta
menimbulkan alergi. Pemberian makan juga harus disesuaikan dengan usia dan
kebutuhan anak, dengan memperhatikan menu gizi seimbang, yaitu makanan yang
bervariasi dan mengandung serat, protein, vitamin, dan mineral. Protein dan susu
sapi,telor, kacang-kacangan, dan ikan laut kadang-kadang menyebabkan alergi.
Untuk orang tua harus hati-hati dan bila perlu diganti dengan bahan makanan yang
lain.
 Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan saat makan. Hindari anak makan
sambil berbaring atau tergesa-gesa. Agar saluran cerna mempunyai kesempatan
yang cukup untuk mencerna makanan yang masuk.
 Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang
mengabaikan kehadiran anak menciptakan situasi yang menegangkan. Situasi
tersebut merupakan situasi yang tidak menyenangkan bagi anak dan dapat
berdampak bagi fisik anak. Oleh karena itu, kasih sayang yang mencukupi dan
bimbingan yang bijaksana dari orang tua merupakan hal yang sangat diperlukan.
 Lakukan kolaborasi. Apabila muntah disertai dengan gangguan fisiologis, seperti
warna muntah yang kehijauan, muntah secara proyektil, atau gangguan lainnya,
segeralah bawa anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain
itu, pemeriksaan penunjang juga sangat diperlukan.

5. REGURGITASI
 Konsep dasar penyakit
1. Pengertian
Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang ditelan melalui mulut dan
tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu ( Depkes RI, 1999).
Regurgitasi merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi dengan usia di
bawah 6 bulan. Seiring dengan bertambahnya usia diatas 6 bulan, maka regurgitasi
semakin jarang dialami oleh anak. Namun, regurgitasi dianggap abnormal apabila
terjadi terlalu sering atau hampir setiap saat. Juga kalau terjadinya tidak hanya
setelah makan dan minum tapi juga saat tidur. Selain itu juga pada gumoh yang
bercampur darah. Gumoh yang seperti ini tentu saja harus mendapat perhatian agar
tidak berlanjut menjadi kondisi patologis yang diistilahkan dengan refluks esofagus.
Regurgitasi atau gumoh harus dibedakan dengan muntah. Bedanya dengan muntah,
gumoh terjadi secara pasif. Artinya, tak ada usaha si bayi untuk mengeluarkan atau
memuntahkan makanan atau minumannya (artinya: keluar sendiri). Si bayi ketika
gumoh mungkin saja sedang santai dalam gendongan atau dalam keadaan berbaring
atau bermain. Sedangkan muntah terjadi secara aktif. Muntah merupakan aksi reflek
yang dikoordinasi medula oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan
paksa malalui mulut.
2. Penyebab
Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi, yaitu posisi saat menyusui yang tidak
tepat, minum terburu-buru, atau anak sudah kenyang tetapi tetap diberi minum
karena orangtuanya khawatir kalau anaknya kekurangan makan. Bayi gumoh
sesudah biasanya hanya untuk membersihkan sisa susu dari mulutnya. Gumoh
menjadi abnormal bila jumlahnya banyak dan pertambahann berat badan tidak
optimal.
 Asuhan keperawatan anak dengan regurgitasi
1. Pengkajian
• Usia, gumoh sering terjadi pada anak dengan usia di bawah 6 bulan.
• Cara dan bahan makanan yang keuar. Hal ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasiapakah anak mengalami gumoh atau muntah.
• Pola minum yang perlu diperhatikan adalah apakah susu diberikan dengan
menggunakan botol, sendok, atau menetek pada ibunya, sudah benarkah cara
minumnya, serta berapa jumlah dan cara pemberiannya.
• Suasana saat minum, anak yang tergesa-gesa minumnya mudah mengalami
gumoh.
2. Masalah
Resiko refluks gastroesofagus
3. Intervensi
• Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel
pada sebahagian areola dan dagu menempel pada payudara ibu.
• Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur
sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus
masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi.
• Sendawakan bai sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum jangan langsung
ditidurkan, tetapi perlu disendawakan terlebih dahulu. Cara menyendawakan bayi :
1. Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala tersandar pada pundak
ibu. Kemudian punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar suara
bersendawa.
2. Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu.lalu, usap/tepuk, punggung bayi sampai
terengar suaraa bersendawa.
6. IKTERUS FISIOLOGIS
 Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Ikterus fisiologis adalah warna kekuningan pada kulit, yang timbul pada hari ke 2-3
setelah lahir dan tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang dengan
sendirinya pada hari ke10.
2. Penyebab
Penyebaba dari ikterus fisiologis pada bayi adalah karena belum matangnya fungsi
hati pada bayi, sementara bayi memiliki jumlah sel darah merah yang lebih besar
dari pada orang dewasa, (berdasarkan jumlah sel darah merah janin per Kg berat
badan), an umur sel darah merah yang lebih pendek yaitu 40-90 hari dari pada
orang dewasa.
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari hemoglobin yang terlepas saat
pemecahan sel darah merah. Hati mengatur jumlah bilirubin tidak terikat dalam
peredaran darah atau dikenal dengan bilirubin indirect. Bilirubin indirect ini tidak
larut dalam air da hampir seluruhnya terikat dengan albumin(protei plasma)di dalm
sirkulasi. Bilirubin tidak terikat ini bisa meninggalkan sistem peredaran darah dan
memasuki jaringan ekstravaskuler(seperti: kulit, sklera, mukosa mulut).
Di dalam hati, seharusnya bilirubin indirect inibersenyawa dengan protein y dan z
pada sela hati dan dibantu oleh enzim gukorinil transferase untuk menghasilkan
bilirubin direct(bilirubin yang larut dalam air. Namun karena fungsi hati bayi yang
belum matang, maka kemampuan hati untuk melakukan konjugasi dan ekskresi
bilirubin direct kecil. Sehingga sebahagian neonatus mengalami peningkatan
bilirubin indirect. Peningkatan kadar bilirubin ini tak melebihi 10mg/dl pada bayi
cukup bulan dan 12mg/dl pada bayi kurang bulan, yang terjadi pada hari ke 2-3 dan
mencapai puncaknya pada hari ke 5-7, dan kemudian menurun kembali pada hari ke
10-14.
Ikterus fisiologis juga dapat disebabkan oleh pemberian minum yang belum
mencukupi. Semakin banyak jumlah pemberian ASI, semakin rendah kadar bilirubin
bayi, karena kolostrum adalah laksatif alami yang membantu dalam pengeluaran
mekonium. Sebaliknya, jika bayi mendapat asupan ASI yang kurang, maka kadar
bilirubin bayi akan semakin tinggi.
3. Tanda Dan Gejala
Tampak warna kekuningan pada kulit dan sklera bayi.
 Asuhan keperawatan Anak Dengan Ikterus Fisiologis
1. Pengkajian
a. Usia anak 2-3 hari. Kadang-kadang timbul pada hari ke 4-5. apabila kekuningan
timbul pada usia sebelum 2 hari, maka dicurigai adanya ikterus patologis.
b. Tampak warna kekuningan pada tubuh bayi.
c. Minum belum mencukupi, terutama pada bayi prematur yang refleks hisapnya
masih lemah. ASI juga belum keluar terutama pada hari-hari pertama.
d. Riwayat kesehatan. Anak tampak sehat dan tidak terlihat adanya tanda-tanda
ikterus patologik dan kelainan lainnya.
e. Pemeriksaan kadar bilirubin. Kadar bilirubin indirect tdak lebih dari 10mg/dl
pada bayi atrem, dan tidak lebih dari 12,5 mg/dl pada bayi prematur. Sementara
kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1mg/dl.
2. Masalah
 Resiko terjadinya ikterik patologis
3. Intervensi
o Bayi dengan ikterik fisiologis sebenarnya tidak memerlukan penanganan khusus
karena menghilang dengan sendirinya pada hari ke10.
o Segera berikan ASI unutk merangsang pengeluaran mekonium
o Pemberian minum secara mencukupi sengat diperlukan pada bayi karena dapat
membantu hati untuk mengekskresikan bilirubin, oleh karea itu, hindari puasa
panjang pada bayi yang baru lahir.

Anda mungkin juga menyukai