Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
yang berefek pada pikiran, perasaan, dan perilaku manusia. Penderita skizofrenia
mengalami kesulian untuk membedakan hal yang nyata dan imajinasinya, berpikir
Orang dengan skizofrenia menunjukan gejala yang beragam dan tidak semua
Skizofrenia sering terjadi pada orang dewasa dan diderita sekitar 26 juta
orang didunia.3 Di Indonesia, indikator kesehatan jiwa yang dinilai pada Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 antara lain gangguan jiwa berat, gangguan
yang dianalisis adalah 294.959 terdiri dari 1.027.763 anggota rumah tangga yang
berasal dari semua umur. Rumah tangga yang menjawab memiliki anggoota
rumah tangga dengan gangguan jiwa berat sebanyak 1.655, terdiri dari 1.588
rumah tangga dengan 1 orang anggota rumah tangga, 62 rumah tangga memiliki 2
orang anggota rumah tangga, 4 rumah tangga memiliki 3 anggota rumah tangga,
dan 1 rumah tangga dengan 4 orang anggota rumah tangga yang mengalami
gangguan jiwa berat. Jumlah seluruh responden dengan gangguan jiwa berat
berdasarkan data Riskesdas 2013 adalah sebanyak 1.728 orang. Angka prevalensi
1
Kalimantan Tengah mencatat sebanyak 0,9 % per mil. prevalensi psikosis
bahwa sebagian besar penderita skizofrenia berhenti memakai obat dari waktu ke
dalam pengobatan, termasuk hubungan dokter atau tim medis lainnya dengan
pasien yang negatif, ongkos pengobatan, efek samping obat yang dirasakan oleh
pasien, lamanya pengobatan, dan dukungan sosial yang buruk dari keluarga
tinggi, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai gangguan jiwa
skizofrenia secara lebih dalam mulai dari gambaran klinis hingga pengobatan
untuk mengetahui lebih lanjut tentang salah satu gangguan jiwa ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah
psikologikal dikira muncul dari jantung dan uterus, dan berhubungan dengan
pembuluh darah, racun, atau setan. Deskripsi Hindu (1400 SM) dapat ditemukan
di Atharva Veda, salah satu teks pada agama Hindu. Veda ini berisi hymne dan
mantra dari India kuno. Tertulis bahwa kesehatan merupakan hasil dari
Internal Medicine, 1000 SM, menjabarkan gejala kegilaan, demensia, dan kejang.
Setan atau keadaan supernatural sering dikira sebagai penyebab tingkah laku
psikotik.6
Plato, penulis abab ke-5 dan ke-4 SM mendukung konsep yang modern
tentang hubungan antara pikiran dan tubuh. Beliau menemukan ide tentang
ketidaksadaran dan proses mental yang tidak berlogika dan menyatakan bahwa
proses ketidaksadaran sebagai fondasi gangguan mental, dan Freud juga mengutip
3
Hippocrates menyingkirkan ide psikosis karena setan dan menganjurkan
bahwa gangguan seperti epilepsi, kebingungan, dan kegilaan semua berasal dari
otak. Dalam usaha menjelaskan gangguan mental dan fisik, beliau membuat dalil
tentang kehadiran "humors" di tubuh termasuk darah dan empedu. Fungsi mental
dan fisik yang optimal dapat tercapai jika humors ini berada dalam keadaan
psikiatri dalam hal mengidentifikasi skizofrenia. Istilah dasar dari Emil Kraeplin
bahwa penyakit pasien berkembang pada umur yang relatif muda (praecox),
ditambah dengan perjalanan penyakit secara kronik dan tidak memiliki secara
berbagai kondisi psikotik ini merupakan satu kesatuan dari seluruh penyakit ini.
dementia praecox. Pada tahun 1899, di buku Psychiatrie tertulis "...in dementia
praecox, partial damage to, or destruction of, cells of the cerebral cortex must
probably occur, which may be compensated for in some cases, but which mostly
4
Kraepelin membagi dementia prekoks menjadi 4 subtipe: paranoid,
delusi. Individu dengan hebefrenik terdapat tingkah laku bodoh dan pandir. Tanda
khas dari katatonik berupa gejala motorik dimana terdapat peningkatan tonus otot
dan postur yang menetap. Subtipe simpleks menunjukkan apatis dengan penarikan
diri. 7
berasal dari kata Yunani "pecah" dan "pikiran". Berbeda dengan kepribadian yang
Afek tumpul
Asosiasi longgar
Ambivalensi
Autisme
negativisme, dan stupor dikenal sebagai gejala sekunder. Bleuler mencatat bahwa
kedua.
5
Thought withdrawal, insertion dan broadcasting
perasaan yang berubah, emosi yang tumpul, kebingungan, dan ide delusi yang
tiba-tiba. Bila gejala tingkat pertama absen, skizofrenia masih dapat didiagnosis
Disorders (DSM-I), diterbitkan tahun 1952. DSM-II terbit tahun 1968, tetapi tidak
jauh berbeda dengan yang terdahulu. DSM-III terbit tahun 1980, DSM-IV tahun
1994, dan DSM-IV-TR tahun 2000. Edisi ketiga mengalami perubahan yang
sangat besar. Pada DSM-IV, skizofrenia dibagi menjadi 5 subtipe berupa paranoid,
2.2. Definisi
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu Skizo yang artinya retak atau pecah
(split), dan Frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian, seseorang yang menderita
badan hanya sekunder karena gangguan dasar yang psikogenik atau merupakan
6
manifestasi somatis dari gangguan psikogenik. Skizofrenia biasanya ditandai
dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang.6
skizofrenia didefinisikan sebagai sekelompok ciri dari gejala positif dan negatif;
kemampuan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau hubungan antar pribadi dan
tambahan, gangguan skizoafektif dan gangguan afek dengan gejala psikotik tidak
karena efek langsung karena psikologi dari zat atau kondisi medis.8
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai
2.3. Epidemiologi
berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar
dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa.10
7
Data WHO tahun 2000 menunjukan prevalensi skizofrenia adalah 0,5%,
di seluruh dunia adalah sekitar 1,1% dari populasi di atas usia 8 tahun, atau sekitar
51 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia.11 Jika prevalensi jiwa berat
1% berarti ada 220 000 orang penderita gangguan jiwa di Indonesia dan 10%
diperolah dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan
dengan gangguan jiwa berat berdasarkan data Riskesdas 2013 adalah sebanyak
1.728 orang.4
2.4. Etiologi
faktor, yakni13:
a. Neuropatologi
otak. 13
8
Sistem limbik yang berperan dalam pengendalian emosi. Pada
nucleus accumbens.
c. Lobus frontalis
9
2) Peningkatan aliran darah yang lebih kecil ke korteks
psikologis.
skizofrenia.
gejala mimik.
volume otak.
b. Herediter
10
penderita skizofrenia, antara lain 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q, 15q, dan
orang normal.13
pipi menjadi lebih ke lateral, bagian tepi orbita atas menjadi menonjol,
hidung mengecil, bibir yang tebal, dahi yang rendah, dan bagian tengah
brachiosefalika.16
11
d. Teori Biokimia
Hipotesis dopamin
disebabkan oleh :
Hipotesis serotonin
12
yang kuat misalnya clozapine, risperidone, ritanserin). Secara
Hipotesis norepinefrin
13
Neurotransmiter asam amino inhibitor gamma-aminobutyric
Teori Neuropeptide
Teori Glutamat
14
e. Psikoneuroimunologi
terjadi skizofrenia13
f. Psikoneuroendokrinologi
1. Teori Psikoanalitik
15
menyebabkan perkembangan neurosis. Freud juga mendalilkan
2. Teori Psikodinamika
3. Teori Belajar
anak-anak.17
16
2.5. Patofisiologi
17
Pada skizofrenia terdapat penurunan aliran darah dan ambilan glukosa
penurunan sejumlah neuron dan penurunan jumlah substansia grisea. Selain itu,
negatif dan gejala ekstrapiramidal) Reseptor dopamin yang terlibat adalah reseptor
18
Berikut merupakan 4 jalur utama dopamin yang berperan terhadap munculnya
EPS
prolaktin.
19
2.6 Manifestasi Klinis
Ada tiga gejala utama yang menyertai skizofrenia yaitu gejala positif,
gejala negatif dan gejala kognitif. Gejala positif adalah tindakan yang mulai
Gejala negatif berupa tindakan yang tidak membawa dampak merugikan bagi
pergaulan, dan sebagainya. Tidak ada penampilan atau prilaku yang khas.19
isi bicara, afek yang tidak sesuai), tidak ada kemauan-apatis, anhedonia-
c. Gejala kognitif meliputi miskin ide, sulit fokus dan memusatkan perhatian,
dan sulit dalam mengingat sesuatu yang baru atau sesuatu yang telah
dipelajari.
gejala primer yang meliputi gangguan proses pikir, gangguan emosi, gangguan
20
a. Gejala primer
- Gangguan afek dan emosi (afek dan emosi dangkal, acuh tak acuh terjadap
emosi yang baik, dua hal yang berlawanan mungkin terjadi bersama-sama.
lain atau tenaga dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis).
- Gejala psikomotor (gejala katatonik yaitu gerakan kurang luwes), bias sampai
(keanehan cara berjalan dan gaya), gejala katalepsi (bila dalam jangka waktu
lama), flexibilitas cerea (bila anggota gerak dibengkokan terasa ada tahanan
21
diperintahkan), echolalia (meniru kata-kata yang diucapkan orang lain),
b. Gejala sekunder
- Waham (waham primer yang timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa
Paling sering halusinasi auditorik, halusinasi visual jarang, namun bila ada
menakutkan.
22
d. Halusinasi peraba (taktil) : Persepsi yang salah pada sentuhan yang
terbentuk dari bagian tubuh berupa sensasi gerakan yang pelan sekali
diperkosa.
hati nurani.
emosional.19
Gejala yang pertama kali tampak adalah gejala postif. Timbulnya gejala
23
Perjalanan penyakit skizofrenia terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
1. Fase prodromal yaitu fase dimana gejala non spesifik muncul sebelum gejala
psikotik menjadi jelas. Lamanya bisa beberapa minggu, bulan bahkan tahunan.
2. Fase aktif yaitu fase dimana gejala psikotik menjadi jelas seperti perilaku
3. Fase residual yaitu fase yang gejala nya mirip seperti fase prodromal tetapi
a. Skizofrenia paranoid
Sebagai tambahan:
24
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
menonjol;
b. Skizofrenia herbefrenik
Diagnosis hebeferina untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja
diagnosis.
pengamatan kontinu selama dua atau tiga bulan lamanya, untuk memastikan
- Perilaku yang tidak betanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
25
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inaproproate), sering
senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty
umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada teta[i biasanya tidak
perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya
filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan
pikiran pasien.
c. Skizofrenia katatonik
Salah satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya:
26
b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang
berlawanan);
menggerakkan dirinya);
kalimat.
otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga
27
Gambar 4 Contoh perilaku pasien skizofrenia katatonik
d. Skizofrenia simplex
progresif dari;
riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan
skizofrenia lainnya.
e. Skizofrenia residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia
28
keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak
afek datar.
Skizofrenia jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat
F20.x0 Berkelanjutan
F20.x8 Lainnya
29
2.8. Diagnosis Skizofrenia
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
a. thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya
thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya secara jelas merujuk ke
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
30
c. Halusinasi auditorik:
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
pasien
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama
atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
- atau yang paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas yaitu:
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
kandungan afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama
stupor.
31
d. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan
sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non-psikotik
prodromal).
- Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude) dan
adalah DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, edisi 4).
waham tidak diperlukan untuk diagosis skizofrenia karena pasien dapat memenuhi
diagnosis jika mereka memenuhi dua gejala yang dituliskan dalam gejala nomor
Namun demikian kriteria B masih memerlukan gangguan fungsi selama fase aktif
32
penyakit. DSM-IV masih memerlukan gejala minimal 6 bulan dan tidak adanya
untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika
- Waham
- Halusinasi
- Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Catatan: hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah
kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengomentari
perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap
B. Disfungsi sosial atau pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak
onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri adalah jelas dibawah tingkat yang dipakai
sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan
yang diharapkan).
33
C. Durasi. Tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang
jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu gejala fase
aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodormal atau residual. Selama
oleh gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A
karena:
- Tidak ada episode depresi berat, manik, atau campuran yang telah terjadi
- Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya
fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, suatu
2.9. Penatalaksanaan
34
yang tidak dapat disembuhkan lagi atau suatu makluk aneh dan inferior, seperti
A. Farmakoterapi
oleh berbagai penelitian buta ganda terkontrol. Untuk antipsikotik tipikal dan
generasi pertama, tidak ada bukti bahwa obat ini lebih baik daripada yang lain
apakah akut atau kronis. Fase akut biasanya ditandai oleh gejala psikotik (yang
baru dialami atau yang kambuh) yang perlu segera diatasi. Tujuan pengobatan
agresif atau sulit tidur yang parah. Peningkatan dosis yang terlalu cepat akan
tanpa adanya kegunaan dari antipsikotik itu sendiri. Penggunaan obat parenteral
short-acting untuk pasien baru sebaiknya dihindari. Namun terapi dengan obat
long-acting tidak boleh diberikan kecuali pada pasien dengan riwayat tidak
pengobatan skizofrenia akut tidak memberikan hasil yang lebih baik dibanding
35
pemberian antipsikotik akan memberikan outcome yang lebih buruk, diperkirakan
karena beberapa aspek pada psikosis secara biologis toksik terhadap struktur otak.
pertama pengobatan atau bahkan pada hari pertama. Kebanyakan akan tidak
memutuskan obat dan mengganti dengan jenis yang lain sebelum pengobatan
menjadi oral terapi. Pada beberapa kasus bila antipsikotik tidak dapat mengontrol
diberikan.22
Derivat-fenotiazin :
trifluoperazin (Stelazine)
36
Derivat-butirofenon : Haloperidol (Haldol, Serenace)
Quetipine (Seroquel)
37
Fluphenazine- Modecate (B-M- Vial. 25 mg/ml 25 mg/2-4
decanoate Squibb) minggu
5 Levomepromazine Nozinan (Aventis Tab. 25 mg 25-50 mg/h
Pharma)
6 Trifluoperazine Stelazine (Glaxo- Tab. 1 mg 10-15 mg/h
Smith-Kline) 5 mg
7 Thioridazine Melleril Tab. 50 mg 150-600
(Norvatis) 100 mg mg/h
8 Sulpiride Dogmatil Forte Amp. 50 mg/ml 300-600
(Delagrange) Tab. 200 mg mg/h
9 Pimozide Orap Forte Tab. 4 mg 2-4 mg/h
(Jansen)
10 Risperidone Risperdal (Jansen) Tab. 1,2,3 mg Tab.2-6mg/h
Neripros (Pharos) Tab. 1,2,3 mg
Noprenia (Novell) Tab. 1,2,3 mg
Persidal Tab. 1,2,3 mg
(Mersifarma)
Rizodal (Guardian Tab. 1,2,3 mg
Pharmatama)
Zofreda (Kalbe Tab. 1,2,3 mg
Farma)
11 Clozapine Clozaril Tab. 25 mg 25-100 mg/h
(Novartis) 100 mg
12 Quetiapine Seroquel (Astra Tab. 25 mg 50-400 mg/h
Zeneca) 100 mg
200 mg
13 Olanzapine Zyprexa (Eli Lily) Tab. 5 mg 10-20 mg/h
10 mg
mencapai kadar puncak kira-kira 1 jam setelah pemberian, dan memiliki waktu
paruh plasma kira-kira 24 jam. Kadar stabil remoxipride dicapai setelah kira-kira
2 hari pemberian obat, berbeda dengan antipsikosis lain, dimana gangguan hati
38
dapat memiliki efek klinis yang bermakna, gangguan hati memiliki sedikit
Sebagian besar obat antipsikotik memiliki ikatan dengan protein plasma, volume
Farmakodinamik Antipsikosik
tetapi tidak berlaku untuk clozapine yang tampaknya memiliki mekanisme kerja
aktivitas antagonis tambahan dari obat tersebut pada reseptor 5-HT2 untuk
separuh sifat efek sampingnya yang baik. Sebagian besar efek merugikan
39
menghambat reseptor noradrenergik, kolinergik, dan histaminergik, jadi
tersebut.25,26
Pengaturan Dosis
Pemilihan Obat
Apabila ada obat yang tidak memberi respons klinis dalam dosis optimal
setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat lain dengan
Apabila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif maka pilihan obat
Dari antara obat yang sesuai terhadap diagnosis tertentu, obat spesifik harus
dipilih menurut riwayat respons obat pasien (kepatuhan, respons terapetik, dan
yang merugikan).
40
Tabel 2. Daftar obat anti-psikotik, tingkat efek samping sedasi, otonom,
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu
setiap 2-3 hari sampai mencapai “dosis efektif” (mulai timbul peredaran
41
tahun (diselingi “drug holiday” 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan
Efek samping ini ada yang dapat ditolerir oleh pasien, ada yang lambat
anggota gerak, dimana diwaktu tidur gejala tersebut menghilang. Biasanya terjadi
pada jangka panjang dan pada pasien usia lanjut. Bila terjadi gejala tersebut, obat
42
Pada penggunaan obat antipsikosis jangka panjang, secara periodik harus
dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti darah rutin, urin lengkap, fungsi hati,
fungsi ginjal, untuk mendeteksi dini perubahan akibat efek samping obat. Obat
Kontraindikasi26:
memburuk)
A. Antipsikotik tipikal
43
gejala positif dari skizofren sampai 70 %, Namun untuk gejala negatifnya,
antipsikotik tipikal memiliki efek yang kurang, begitu juga efek terhadap
dopamine mesokortikal dan dopamine pada badan nigra pada otak, akan
long-acting. Obat potensi ringan (dosis maksimal 300 mg/ hari seperti CPZ,
lebih sering dibanding dengan potensi rendah. Namun kedua obat ini
digunakan atau dapat diganti obat menjadi obat potensi sedang (seperti
44
a. Chlorpromazine
mengurangi gejala positif dari psikosis. Kombinasi dari blokade Dopamin D2,
Histamin H1, dan kolinergik M1 pada pusat muntah dapat mengurangi gejala
Efek samping dari obat berupa efek samping motorik karena mekanisme
dan sedasi. 25
mengurangi akathisia.25
mengakibatkan efek sedasi lebih kuat dibanding antipsikotik. Pada sediaan ampul
dan vial mengandung sulfites yang dapat memicu alergi terutama pada pasien
asma. Untuk menghentikan obat dilakukan slow down titration (setelah 6-8
45
minggu), penghentian obat oral secara mendadak dapat menyebabkan kambuhnya
jam. 25
b. Haloperidol
sebagai terapi lini kedua pada gangguan kepribadian berat pada anak, gangguan
memperburuk gejala negatif dan kognitif dengan pemberian dalam dosis besar,
Rata-rata dosis yang biasa digunakan adalah 1-40 mg/hari oral. Dosis awal
oral 1-5 mg/hari, dapat diberikan sekali sehari atau terbagi beberapa dosis. Dosis
maksimal tidak boleh lebih dari 100mg/hari. Pada dosis injeksi, dosis awal 2-5
mg, setelah diberikan terapi injeksi pasien dipertimbangkan untuk diganti dengan
terapi oral. Untuk sediaan haloperidol long acting ( injeksi Deconate), diberikan
dosis awal 10-15 kali dari dosis oral awal pada pasien perawatan dengan dosis
rendah. Dosis diberikan 20 kali lipat dari dosis oral sebelumnya ada pasien
46
Pada dosis yang tinggi haloperidol mengakibatkan/perburukan gejala
negatif sebaliknya pada dosis rendah tidak mampu mengurangi gejala skizofrenia.
B. Antipsikotik atipikal
quetiapine, dan ziprazidone. Obat golongan atipikal ini lebih menunjukan efek
a. Clozapine
gejala positif dan menstabilkan gejala afektif, bekerja pada reseptor serotonin 2A
menurunkan gejala motorik. Secara spesifik bekerja pada reseptor 5HT2C dan
reseptor 5HT1A yang memberikan efek pada gejala afektif dan gejala kognitif.
Secara teorinya, obat ini diberikan pada pasien lalu diamati hingga 4-6 minggu
memerlukan 16-2 minggu untuk memberikan efek yang baik, terutama pada kasus
47
Efek samping dari clozapine adalah sedasi, peningkatan berat badan,
gejala motorik.
b. Risperidon
mengurangi gejala positif dan negatif yang lebih baik daripada haloperidol.
Namun tidak terdapat bukti yang menunjukan bahwa risperidon efektif terhadap
pasien yang gagal terapi dengan antipsikotik tipikal. Risperidon juga dapat
mg/hari) namun lebih efektif dibanding dengan obat antipsikotik tipikal dengan
dosis yang sama. Beberapa pasien memberi efek pada dosis 2 mg/hari, namun ada
juga yang memberi respon pada 10 – 16 mg/hari. Pada dosis 2 -4 mg/hari, gejala
namun memiliki efek samping gejala ekstrapiramidal dan gejala negatif sekunder.
48
risperidon meningkatkan serum prolaktin. Tidak ada laporan bahwa risperidon
c. Olanzapine
mejadi antagonis pada reseptor 5HT2C memberikan efek pada gejala kognitif dan
afektif pada beberapa pasien. Dosis yang digunakan 10-20 mg/ hari baik oral atau
intramuskular. Dosis awal diberikan 5-10 mg per hari dosis tunggal, dengan
memiliki waktu paruh 21-54 jam. Olanzapine memiliki struktur yang mirip
dengan clozapin, dan memiliki risiko yang rendah untuk terjadinya gejala
efek minimal terhadap prolaktin. Sama seperti clozapine, respon pengobatan dapat
diskinesia yang lebih ringan dibanding haloperidol. Efek samping dari olanzapin
adalah peningkatan berat badan dan sedasi. Efek samping lainnya adalah
triheksilfenidil.25
49
d. Quetiapine, Sertindole dan Ziprasidone25,26,29
dan olanzapin, ketiga obat ini lebih poten terhadap reseptor 5HT antagonis
tehadap reseptor 5-HT2, α1, dan H1. Quentiapine juga memiliki kemampuan
memblok yang sedang terhadap reseptor D2 dan kemampuan yang kecil pada
konsentrasi puncak di plasma dalam waktu 1,5 jam, dimetabolisme oleh hepar.
Dengan waktu paruh 6 jam yang terdapat di dalam batas dosis klinik yang
memberi hasil dalam mengatasi gejala positif dan negatif. Efek samping utama
dari obat ini adalah rasa mengantuk, mulut kering, peningkatan berat badan,
kuat terhadap reseptor 5-HT2, D2, dan α1. untuk mengurangi gejala positif,
mg/hari. Sertindole pada dosis 20 – 24 mg/hari memiliki efek lebih besar pada
gejala negatif dibanding dengan haloperidol. Efek samping dari obat ini adalah
peningkatan berat badan, kongesti nasal, mual, dan insomnia. Sertindole memiliki
masa kerja yang panjang, yaitu 1 – 4 hari, sehingga dapat diberikan sehari 1x.25
50
Ziprasidone memblokade reseptor Dopamin 2, mengurangi gejala positif
dengan reseptor 5HT2C dan reseptor 5HT1A. Obat ini tidak bekerja dengan baik
atau golongan atipikal dan digunakan untuk mood stabilizer. Dimetabolisme oleh
CYP240 2D6 dan CYP450 3A4 dengan rerata waktu paruh mencapai 75 jam- 94
jam.25 Namun dewasa dini, terdapat pembedaan mekanisme kerja sehingga obat
yang unik dibandingkan dengan obat psikotik D2 yang lain. Obat ini merupakan
dipercaya meningkatkan signal dopamin yang konstan sekitar 35%. Hal ini erat
dopamin, tergantung dari kerja reseptor ariprazole. Namun bukti lain yang
51
Tabel 3. Dosis obat antipsikotik golongan kedua dan ketiga
Seperti juga terapi konvulsi yang lain, cara kerja eletrokonvulsi belum
Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang. Bila
sering terjadi serangan ulang. Akan tetapi, terapi elektrokonvulsi lebih mudah
diberikan, bahaya lebih sedikit, lebih murah, dan tidak memerlukan tenaga yang
khusus seperti pada terapi koma insulin. Terapi elektrokovulsif menunjukkan hasil
52
simplex dan hebefrenik umumnya efeknya mengecewakan, bila gejala hanya
ringan lalu diberi terapi ini kadang-kadang gejala menjadi lebih berat.
Pada permulaan (untuk konvulsi yang pertma kali bagi seorang penderita)
biasanya dipakai 100-150 volt dan 0,2-0,3 detik dengan konvulsator jenis pertama
dan 4 J dengan 2-3 detik dengan konvulsator jenis kedua. Bila tidak terjadi
konvulsi, langsung diulangi dengan voltase yang sama, atau bila sudah terputus
beberapa detik lamanya, dengan voltase yang lebih tinggi. Kita dapat
mengulanginya hingga 3 kali, bila tidak terjadi konvulsi, sebaiknya terapi ditunda
sampai esok harinya. Hanya konvulsi umum yang dapat menimbulkan hasil
yang berbeda, lebih tinggi pada wanita dan pada usia lanjut. Nilai ambang
53
2.9.3. Psikoterapi
seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan
angka kejadian autisme dan isolasi. Yang dapat membantu penderita adalah
Tujuan :
Persuasi
54
Sugesti
Terapi kerja
Psikoterapi kelompok
Terapi perilaku
Terapi sikap
Terapi wawancara
Konseling terapeutik
Terapi somatis
b. Psikoterapi rekonstruktif
Psikoanalisis Freud
Psikoanalisis non-Freudian
1. Terapi perilaku
55
Rencana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan
adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk
hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit.
sosial, terapi dapat secara langsung membantu dan berguna bagi pasien dan
menyangkut hubungan pasien dengan orang lain, termasuk kontak mata yang
buruk, keterlambatan respon yang tidak lazim, ekspresi eajah yang aneh, tidak
adanya spontanitas dalam situasi sosial, dan persepsi yang tidak akurat atau
tidak adanya persepsi emosi terhadap orang lain. Latihan keterampiln perilaku
melibatkan penggunaan kaset video orang lain dan pasien, permainan simulasi
dalam terapi, dan pekerjaan rumah tetang keterampilan yang telah dilakukan.12
manfaat dari terapi keluarga yang singkat tetapi intensif. Pusat dari terapi harus
56
pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari
timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat terapi harus pada pemecahan
masalah secara cepat. Didalam sesion keluarga dengan pasien skizofrenia, ahli
menurunkan relaps.12
3. Terapi kelompok
meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan
skizofrenia.12
57
4. Psikoterapi individual
dan menambah efek terapi farmakologis. Jenis terapi yang ditelita adalah
iktan terapeutik yang baik kemungkinan akan tetap mengikuti psikoterapi, tetap
patuh dengan medikasinya, dan mempunyai hasil akhir yang baik pada
2.10. Prognosis
Tidak ada riwayat keluarga yang Ada riwayat keluarga yang menderita
58
Faktor presipitasi nyata Tak ada faktor presipitasi yang nyata
Gejala kelainan mood terutama kelainan Tanda dan gejala gangguan neurologis
Sering kambuh
Dahulu bila diagnosis skizofrenia telah dibuat maka hal ini sudah tidak ada
harapan lagi bagi orang yang bersangkutan, bahwa kepribadiannya selalu akan
berobat dalam tahu pertama setelah serangan pertama, maka kira0kira sepertiga
dari mereka akan sembuh sempurna (full remision). Sepertiga yang lain dapat
diperiksa rutin. Yang sisanya memiliki prognosis yang buruk, mereka tidak dapat
59
Untuk menentapkan prognosis, harus dipertimbangkan pokok-pokok
dibawah ini:19
b. Bila skizofrenia itu muncul secara akut, maka prognosisnya lebih baik
masyarakat.
60
Untuk menjawab pertanyaan dapatkah penderita skizofrenia kembali
pada pekerjaan sebelum sakit, pindah kebagian lain yang tanggung jawabnya
lebih kurang, atau mungkin harus menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang jauh
lebih sederhana.
61
BAB III
PENUTUP
Skizofrenia merupakan salah satu masalah kesehatan dunia hingga saat ini.
Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai oleh
kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau halusinasi), dalam
mood (contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan
hubungannya dengan dunialuar serta dalam hal tingkah laku. Menurut DSM-IV,
Waham
Halusinasi
inkoheresi)
62
psikoterapi membutuhkan keterlibatan individu, tenaga kesehatan, keluarga dan
onset akut, gejala kelainan mood terutama kelainan depresif, gejala positif
63