Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rapport adalah suatu hubungan (relationship) yang ditandai dengan


keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik. Rapport dimulai
dengan persetujuan, kesejajaran, kesukaan, dan persamaan (Willis, 2004,hlm. 46).
Sedangkan menurut pendapat lain Rapport adalah perasaan sadar terhadap adanya
respon persetujuan, rasa simpati, kepercayaan dan respon yang saling
menguntungkan antara seseorang dengan orang lain dalam proses hubungan
(Cepeda, 2009).

Keberhasilan suatu wawancara sangat ditentukan oleh bagaimana


hubungan antara subjek dan pewawancara (Lerbin,2007). Rapport merupakan
dasar untuk membentuk kepercayaan dan pengertian antara pewawancara dengan
responden. Tanpa rapport yang baik, tidak mungkin dilakukan kerja sama antara
pewawancara dengan responden

Oleh sebab itu, membina hubungan baik dengan responden (Rapport)


penting untuk dilakukan sebelum wawancara berlangsung, hal itu perlu dilakukan
agar responden merasa nyaman sehingga bersedia serta lebih mudah dalam
memberi data serta infromasi yang jelas dan akurat.Dalam melakukan rapport
harus dilakukan dengan teknik-teknik yang benar sehingga tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Apabila pada proses rapport tidak dilakukan secara
berhati-hati dapat mematikan partisipasi responden (Anonim, 2016)

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana langkah-langkah teknik rapport ?
 Bagaimana cara mempraktekkan teknik rapport ?
1.3 Tujuan
 Mahasiswa diharapkan mampu memahami langkah-langkah teknik
rapport
 Mahasiswa diharapkan mampu mempraktekkan teknik rapport

1
1.3 Manfaat

 Mahasiswa dapat memahami langkah-langkah teknik rapport


 Mahasiswa dapat mempraktekkan teknik rapport

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Rapport (dibaca Rapo) berasal dari bahasa perancis. Artinya adalah


hubungan atau dapat diartikan menjalin hubungan, relasi yang hamonis, nyaman,
serasi, percaya satu sama laain. Rapport adalah perasaan sadar terhadap adanya
respon persetujuan, rasa simpati, kepercayaan dan respon yang saling
menguntungkan antara seseorang dengan orang lain dalam proses hubungan
(Cepeda, 2009).

Keterampilan membina rapport ibarat keterampilan membuka pintu


hubungan dan keterlibatan (engagement).Keterlibatan merupakan komponen yg
mendasar dari kesuksesan suatu hubungan wawancara.Kesuksesan dalam
membangun keterlibatan berkorelasi dengan kesuksesan proses. Keterlibatan
sangat tergantung pada upaya membina rapport itu sendiri. Membina hubungan
baik (rapport) dalam wawancara dengan responden dimaksudkan agar responden
dapat terbuka dengan pewawancara (peneliti) hal itu dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi yang sesungguhnya dari responden sehingga dapat
menggambarkan apa yang dikonsumsi oleh responden dan data yang diperolehpun
akan lebih akurat.

Rapport akan membuat wawancara lebih disukai. Proses rapport akan


lebih bermakna manakala dikembangkan dalam bentuk verbal maupun nonverbal.
Yang lebih penting lagi adalah aspek nonverbal. Kehangatan, ekspresi suara yang
bersahabat dan ramah, penerimaan penuh (unconditional positive regard), dan
ketertarikan atas situasi masalah klien merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan. Dalam membangun rapport, faktor yang paling penting dari
keseluruhan di atas, yaitu tingkah laku dan sikap pewawancara (Rahman, 1999).

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses rapport yaitu :

1. Penampilan dari pewawancara (peneliti) harus disesuaikan dengan kondisi


responden. Berpenampilan secara sewajarnya dan sopan, Tidak

3
menggunakan pakaian ataupun barang-barang yang mencolok. Hal itu
perlu dilakukan agar responden menangkap impresi positif.
2. Mengunakan kata-kata yang tepat dan mudah dipahami oleh responden.
Hal itu diperlukan agar tidak terjadi miscommunication antara peneliti
dengan responden
3. Mengusahakan untuk mengetahui terlebih dahulu kondisi awal calon
responden maupun lngkungannya.

Manfaat rapport dalam survey konsumsi pangan adalah untuk mendapatkan


data yang real dari responden, memudahkan dalam membina hubungan baik lebih
lanjut dgn responden. Oleh karena itu, dalam melakukan rapport harus dilakukan
dengan kehati-hatian. Membangun rapport bukanlah hal yang mudah tetapi juga
bukan merupakan hal yang sulit. Agar tidak terjadi kesalahan dalam membangun
rapport, perlu dperhatikan teknik-teknik dalam membangun rapport seperti :

1. Kesesuain (matching) bahasa tubuh (gestur) yg senada dg isi


pembicaraan. Gestures merupakan bentuk perilaku nonverbal pada
gerakan tangan, bahu, jarijari. Kita sering menggunakan gerakan anggota
tubuh secara sadar maupun tidak sadar untuk menekankan suatu pesan
(Anonim,2010)
2. Mempertahan eye contact (tatapan mata dengan responden). Berbagai
studi menunjukkan bahwa orang memandang orang lain disaat percakapan
sekitar 50-60 persen. Bagi pembicara digunakan 40 persen dann bagi
pendengar kira-kira 70 persen penglihatan. Kontak mata sebagai simbol
komunikasi nonverbal mempengaruhi perilaku, kepercayaan dalamm
berkomunikasi (Yanti, 2007)
3. Memadukan breathing rhythm (irama bernafas) dg tepat sesuai isi
pembicaraan

Pada awal dilakukannya rapport dengan responden peneliti terlebih dahulu


harus menjelaskan standar-standar yang harus dimengerti oleh responden, agar
tidak terjadi hal-hal yang merugikan responden. Hal-hal yang harus dilakukan
oleh peneliti dalam membina hubungan dengan responden antara lain :

4
1. Peneliti wajib menyampaikan tujuan penelitian,
2. menjelaskan hak dan kewajiban responden selama peneliti melakukan
penelitian
3. Dampak yang akan muncul dari penelitian
4. Peneliti menjelaskan berapa lama penelitian melibatkan responden dalam
kegiatan penelitian
5. Peneliti harus menjaga kerahasian data, karena hal itu merupakan privacy.

5
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Pelaksanaan Praktikum

Judul praktikum : Membina Hubungan Baik Dengan Responden

Hari/tanggal pelaksanaan : Kamis, 21 September 2018

Pukul : 07.30-09.00 WIB

Tempat : Laboratorium Pendidikan Gizi

Dosen pembimbing : Agustina Endah W., S.Sos. M.Kes.

3.2 Alat dan bahan


1. Lembar Kegiatan Praktek Mahasiswa (BKPM) Survey Konsumsi Pangan
2. Kertas HVS atau Folio
3. Seperangkat alat tulis
3.3 Prosedur Kerja
1. Setiap mahasiswa membuat dialog mengenai rapport dengan responden
sebagai seorang peneliti dengan seorang responden
2. Mahasiswa mempraktekkan hasil dari dialog yang telah dibuat,satu orang
sebagai peneliti dan satu orang lain menjadi responden
3. Masing-masing mahasiswa membuat laporan

pembuatan dialog antara peneliti dengan responden

Memprakekan hasil dari dialog yang dibuat (satu orang


sebagai peneliti dan satu orang lain menjadi responden)

pembuatan laporan

6
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Transkip Dialog dalam Kunjungan Peneliti ke Rumah Responden (waktu


10 menit)

“Konsumsi Asupan Serat Dengan Kejadian Konstipasi Pada Pekerja


Pabrik.”

Peneliti : “ Assalamu’alaikum Wr. Wb.”

Responden : “Wa’alaikum salam Wr. Wb.”

Peneliti :“Perkenalkan nama saya Luthfiyah. Saya adalah mahasiswa di


Politeknik Neger Jember yang sedang menyelesaikan tugas akhir
dengan topik kajian mengenai Konsumsi Asupan Serat Dengan
Kejadian Konstipasi Pada Pekerja Pabrik. Apakah saya boleh
meminta waktu sebentar untuk menanyakan sesuatu kepada Ibu ?.”

Responden :“Oh Iya, Dik, boleh. Silahkan dengan senang hati.”

Peneliti :“Sebelumnya saya ingin berkenalan dengan Ibu. Kalau boleh tau
dengan Ibu siapa ?.”

Responden :“Nama saya Dwi, Dik.”

Peneliti :“Oh Ibu Dwi, sudah berapa lama Ibu Dwi bekerja di Pabrik ?.’

Responden :“Sudah cukup lama, sekitar 7 tahun, Dik.”

Peneliti :“Wah, sudah lumayan lama ya, Bu. Saya disini ingin menggali
lebih dalam mengenai makanan serta minuman apa saja yang Ibu
Dwi konsumsi setiap harinya serta seberapa sering Ibu melakukan
buang air besar.”

Responden :“Oh, Silahkan, Dik.”

Peneliti :“Baik Bu, sebelum saya bertanya lebih lanjut saya akan
menjelaskan terlebih dahulu beberapa hal yang berkaitan dengan

7
penelitian ini. Dalam waktu kurang lebih 25 menit saya akan
menanyakan makanan dan minuman yang Ibu konsumsi dalam
sehari. Selain itu, saya juga akan meminta Ibu untuk mengisi
beberapa pertanyaan mengenai intensitas buang air besar Ibu Dwi.
Saya membutuhkan minimal 5 kali pertemuan dengan Ibu. Saya
akan kembali lusa dan akan mengunjungi Ibu 2 hari sekali. Apakah
Ibu keberatan ?.”

Responden : “Oh tidak, Dik. Saya tidak keberatan. Tetapi saya hanya bisa pada
sore hari.”

Peneliti :“Baik, Bu tidak apa-apa. Nanti hasil-hasil yang terakit dengan


wawancara tidak akan saya publikasikan secara individu. Untuk itu
nama Ibu akan saya samarkan . Sehubungan dengan hal tersebut
saya ingin ibu menandatangani lembar kesediaan terlibat dalam
penelitian ini.”

Responden :“Baik, Dik saya bersedia menandatangani lembar kesediaan


tersebut.”

Peneliti :“Terimakasih, Bu. Saya akan datang lagi pada hari Senin,
Wassalamualaikum Wr. Wb.”

Responden :“Wa’alaikumsalam Wr. Wb

Dalam transkrip dialog yang telah terlampir diatas peneliti melakukan


penelitian dengan topik Konsumsi Asupan Serat Dengan Kejadian Konstipasi
Pada Pekerja Pabrik. Dengan sasaran responden adalah pegawai yang bekerja di
pabrik udang yang berada di Kabupaten Lamongan yang bernama PT. Bumi
Menara . Pemilihan topik tersebut tentunya didasarkan oleh beberapa hal yang
menjadi pemikiran saya selama ini, alasan saya menggunakan topik ini akan
dijelaskan dibawah ini.
Indonesia merupakan negara berkembang yang turut bersaing dalam dunia
industri secara global. Tiap tahun angka pekerja terus meningkat yaitu pada tahun
1995 jumlah pekerja sekitar 88,5 juta dan pada tahun 2003 menjadi 100 juta lebih

8
(BPS, 2003). Jumlah pekerja tersebut terdiri atas 64,63% pekerja laki-laki dan
35,37% pekerja perempuan yang terbagi dalam beberapa lapangan usaha utama
atau jenis industri utama yaitu pertanian 46,67%, perdagangan 17,90%, industri
pengolahan 11,8% dan jasa 10,98%. Pekerja industri merupakan kelompok
masyarakat yang penting dan produktif dalam menjalankan roda industri di
Indonesia (BPS, 2002).

Dalam era milenium ini tiap negara dituntut untuk meningkatkan Sumber
Daya Manusia yang berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tinggi
sehingga mampu meningkatkan kesejatraan dan daya saing. Dampak dari
peningkatan produktivitas membawa dampak baik dan buruk. Salah satu dampak
yang terjadi adalah tidak terkontrolnya asupan makanan dari pekerja. Masalah
kesehatan yang sering diderita para pekerja adalah penyakit gastrointestinal,
konstipasi, diare, gangguan menelan,heartburn dan magh (Anonim, 2013)
Penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh pola makan pekerja yang buruk
seperti makan yang terlalu terburu-buru, makanan yang kurang bergizi, dll.

Kebanyakan pekerja tidak mempunyai waktu yang cukup untuk makan


dikarenakan sempitnya waktu istirahat yang diberikan oleh instansi, hal itu
mengakibatkan para pekerja makan dengan terburu-buru. Makan dengan terburu-
buru menyebabkan makanan yang kita kunyah berperan dalam penyumbatan usus,
dan bersama dengan asupan serat yang tidak memadai, dapat menyebabkan gas
terjebak dan konstipasi. Makanan yang tidak dikunyah dengan baik dapat
membuat potensi konstipasi meningkat. Selain itu, karena kesibukan para pekerja
sehingga tidak sempat untuk memperhatikan apa yang dikonsumsinya termasuk
konsumsi serat dari perkeja yang kurang diperhatikan. Salah satu bahaya yang
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan ditempat kerja adalah bahaya yang
berkaitan dengan pola hidup tidak sehat. Hal ini meliputi konsumsi makanan yang
rendah serat namun tinggi lemak. Asupan serat yang rendah dapat mengakibatkan
terjadinya konstipasi.(Mayriza, 2016) Hal-hal tersebut yang mendorong saya
untuk mengambil topik mengenai “Konsumsi Asupan Serat Dengan Kejadian
Konstipasi Pada Pekerja Pabrik.”

9
Sebelum menggali lebih dalam mengenai reponden, terlebih dahulu saya
membina rapport dengan responden. Hal itu diperlukan untuk mendapatkan data
yang real dari responden, memudahkan dalam membina hubungan baik lebih
lanjut dgn responden. Tanpa adanya rapport yang baik tidak akan terjalin
hubungan yang baik dengan responden, hal itu tentu berdampak pada keterlibatan
responden dalam penelitian tersebut.

Pada transkrip dialog yang telah terpapar diatas, saya melakukan rapport
dengan seorang pegawai pabrik bernama Ibu Dwi, beliau sudah bekerja selama 7
tahun. Dalam memulai rapport terlebih dahulu saya (peneliti) harus
mengucapkan salam kepada yang bersangkutan, Hal itu penting dilakukan karena
dalam membangun rapport, faktor yang paling penting dari keseluruhan di atas,
yaitu tingkah laku dan sikap pewawancara (Rahman, 1999).

Dalam transkrip rapport yang terpapar peneliti berusaha menggunakan


kata-kata yang mudah dipahami oleh responden, Dilanjutkan dengan perkenalan
diri peneliti, serta menyampaikan tujuan penelitian tersebut. Dalam teks dialog
tersebut peneliti memperkenalkan diri serta berasal dari instansi Politeknik
Negeri Jember yang sedang melakukan penyusunan tugas akhir. Tidak lupa
peneliti juga menjelaskan tujuan peneliti datang yaitu ingin melakukan penelitian
dengan topik kajian mengenai Konsumsi Asupan Serat Dengan Kejadian
Konstipasi Pada Pekerja Pabrik. Penyampaian tujuan tersebut sangat penting
dilakukan. Selain itu, dalam dialog tersebut peneliti menjelaskan hak dan
kewajiban responden selama penelitian tersebut berlangsung. Tidak lupa peneliti
juga menjelaskan berapa lama akan melibatkan responden dalam kegiatan
penelitian, dalam dialog tersebut peneliti menjelaskan bahwa peneliti
membutuhkan sekitar 5 kali pertemuan.

Dalam melakukan wawancara seharusnya respondenlah yang menentukan


waktu dan tempatnya, karena didalam penelitian ini peneliti yang membutuhkan
responden, bukan sebaliknya. Dalam dialog tersebut responden meminta agar
dikunjungi pada sore hari saja, dan penelitipun menyanggupi hal tersebut. Selain
itu dalam dialog tersebut peneliti menjelaskan berapa kali kunjungan yang akan
dilakukan, dan meminta persetujuan dari responden, apakah reponden keberatan

10
atau tidak, dan dalam dialog tersebut responden tidak keberatan. Kunjungan yang
dilakukan peneliti dalam dialog tersebut adalah kurang lebih 5 kali pertemuan,
karena peneliti akan mengumpulkan data melalui re-call dan agar data yang
didapat lebih akurat peneliti akan melakukan kunjungan kurang lebih 5 kali
pertemuan dan akan dilakukan setiap 2 hari sekali. hal itu dilakukan agar
responden tidak merasa terbebani, bosan ataupung tertekan. Selain itu dalam
melakukan kunjungan nanti responden diminta untuk mengisi beberapa
pertanyaan mengenai intensitas buang air besar yang dilakukan oleh responden.

Kerahasiaan data juga dijelaskan dalam dialog tersebut, peneliti akan


menjaga kerahasiaan data tersebut dan nama dari responden akan disamarkan.
Menjaga kerhasiaan data perlu dilakukan agar responden tidak khawatir akan
data-data rahasianya selain itu menjaga kerahasiaan data merupakan etika dalam
melakukan penelitian. Dalam dialog tersebut peneliti juga meminta agar
responden menandatangani lembar kesediaan terlibat dalam penelitian, dan
respondenpun menyetujuinya. Hal itu berarti responden bersedia terlibat dalam
penelitian.

11
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Rapport (dibaca Rapo) berasal dari bahasa perancis. Artinya adalah
hubungan atau dapat diartikan menjalin hubungan, relasi yang
hamonis, nyaman, serasi, percaya satu sama laain. Rapport adalah
perasaan sadar terhadap adanya respon persetujuan, rasa simpati,
kepercayaan dan respon yang saling menguntungkan antara seseorang
dengan orang lain dalam proses hubungan (Cepeda, 2009).
- Kebanyakan pekerja tidak mempunyai waktu yang cukup untuk makan
dikarenakan sempitnya waktu istirahat yang diberikan oleh instansi,
hal itu mengakibatkan para pekerja makan dengan terburu-buru.
Makanan yang tidak dikunyah dengan baik dapat membuat potensi
konstipasi meningkat Asupan serat yang rendah dapat mengakibatkan
terjadinya konstipasi (Mayriza, 2016).
- Dalam penelitian tersebut telah dijelaskan tujuan penelitian, hak dan
kewajiban responden selama penelitian, waktu untuk melakukan
penelitian, serta menjaga kerhasiaan data.
5.2 Saran
- Dalam membina rapport dengan responden, hendaknya dilakukan
dengan bahasa yang sopan serta mudah dimengerti oleh responden.
Sopan dan santun merupakan hal yang paling penting dalam membina
rapport.

12

Anda mungkin juga menyukai