I. PENDAHULUAN
Glukosa merupakan bahan bakar utama metabolisme untuk otak. Otak
hanya menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dalam jumlah yang sangat
sedikit. Fungsi otak yang normal sangat tergantung asupan glukosa dari
sirkulasi. Gangguan asupan glukosa yang berlangsung lebih dari beberapa
menit dapat menimbulkan disfungsi sistem sarag pusat, gangguan kognitif
dan koma.
V. TATALAKSANA HIPOGLIKEMI
1. Glukosa oral
Setelah dignosa hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa
darah kapiler, berikan 10-20 gram glukosa oral. Dapat berupa roti, pisang
atau karbohidrat kompleks lainnya. Pada penderita yang sulit menelan
dapat diberikan madu atau gel glukosa pada mukosa mulut.
2. Glukosa intravena
Pada pasien koma hipoglikemi diberikan injeksi glukosa 40% intravena 25
mL yang diencerkan 2 kali
3. Bila belum sadar, dilanjutkan infus maltosa 10% atau glukosa 10%
kemudian diulang 25 cc glukosa 40% sampai penderita sadar.
4. Injeksi metil prednisolon 62,5 – 125 mg intravena dan dapat diulang.
Dapat dikombinasi dengan injeksi fenitoin 3 x 100 mg intravena atau
fenitoin oral 3 x 100 mg sebelum makan.
5. Injeksi efedrin 25 -50 mg (bila tidak ada kontra indikasi) atau injeksi
glukagon 1 mg intramuskular. Kecepatan kerja glukagon sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila penderita sudah sadar dengan
pemberian glukagon, berikan 20 gram glukosa oral dan dilanjutkan dengan
40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung untuk mempertahankan
pemulihan.
Farmakodinamik
Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian
sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin di pankreas.
Farmakokinetik
Absorpsi sulfonilurea melalui usus baik sehingga dapat diberikan per
oral. Setelah absorpsi, obat ini akan tersebar ke seluruh cairan ekstrasel.
Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama albumin.
Glibenklamid dimetabolisme di hati, hanya 25% metabolit diekskresi
melalui urin dan sisanya diekskresikan melalui empedu dan tinja.
Glibenklamid efektif denga pemberian dosis tunggal. Bila pemberian
dihentikan, obat akan bersih dari serum sesudah 36 jam.
Efek samping
Hipoglikemia merupakan efek samping utama dari pemakaian
glibenklamid. Pasien usia lanjut dan pasien dengan gangguan hati
memiliki resiko lebih besar terjadi hipoglikemi dengan terapi
glibenklamid. Hipoglikemi akibat penggunaan glibenklamid dapat timbul
pada dosis berapapun dengan gejala yang sangat bervariasi. Keluhan
hipoglikemia pada usia lanjut sering tidak diketahui dan mungkin
dianggap sebagai keluhan-keluhan pusing atau transient ischemia attact.
Hipoglikemi akibat sulfonilurea tidak jarang terutama sulfonilurea yang
bekerja lama seperti glibenklamid. Pada usia lanjut respon otonomik
cenderung turun dan sensitifitas perifer epinefrin juga berkurang. Pada
otak yang menua gangguan kognitif meungkin terjadi pada hipoglikemia
yang ringan.
Dosis
Dosis awal glibenklamid 2,5-5 mg/hari, dosis maksimal 20 mg/hari.
Interaksi obat
Obat yang dapat meningkatkan resiko hipoglikemia sewaktu
pemberian sulfonilurea adalah insulin, alkohol, fenformin, sulfonamid,
salisilat dosis besar, fenilbutazon, oksibutazon, probenesid, dikumarol,
kloramfenikol.
Propanolol dan obat penghambat adrenoseptor akan menghambat
reaksi takikardi, berkeringat dan tremor pada hipoglikemia sehingga
keadaan hipoglikemi memberat tanpa diketahui.