Anda di halaman 1dari 28

1

PERADABAN ISLAM DI INDONESIA


Makalah ini
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Dosen Pengampu : Anthin Latifah, M.Ag.

Disusun oleh :

M. Yakub Mubarok (092111101)

KONSENTRASI ILMU FALAK


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
2

PERADABAN ISLAM DI INDONESIA

A. Pendahuluan

Indonesia sampai saat ini dikenal sebagai negara berpenduduk muslim


terbanyak di dunia. Penyebaran agama Islam di Indonesia tentunya merupakan
hal yang menarik untuk dikaji. Mengingat wilayah Indonesia yang berupa
kepulauan yang letaknya jauh dari sumber lahirnya Islam (Jazirah Arab), selain
itu satu hal lain yang perlu diingat bahwa sebelum Islam datang, masyarakat
Indonesia telah berabad-abad mengenal ajaran Hindu dan Budha. Jika melihat
keadaan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa bukanlah dengan cara
sembarang Islam berhasil disebarkan di Indonesia hingga bisa berkembang
pesat dan tetap bertahan hingga saat ini.

Pembahasan mengenai penyebaran Islam di Indonesia tentunya tidak


cukup hanya dengan mempelajari metode dakwah dan penyebaran Islam yang
dilakukan oleh para ulama Islam ketika awal penyebaran saja. Namun juga
berkenaan dengan sifat, tingkah laku dan keadaan masyarakat Indonesia pada
saat itu. Mengenai hal-hal yang menjadi penyebab mereka memilih berpindah
ke agama Islam alih-alih tetap mempertahankan ajaran agama sebelumnya.

Salah satu cara yang paling mudah untuk mengetahui proses


penyebaran Islam di Indonesia serta hal-hal yang menjadi penyebab sebagian
masyarakat Indonesia beralih ke agama Islam adalah dengan mengetahui
sejarah-sejarah awal peradaban Islam dimulai. Untuk itu, dalam makalah ini
penulis berusaha mengungkapkan sederet bukti sejarah peradaban Islam pada
masa awal penyebaran Islam di Nusantara khususnya pada masa kerajaan-
kerajaan Islam di Nusantara.

B. Pembahasan

1. Awal mula masuknya Islam di Indonesia

Sejarah awal mulanya terbentuknya peradaban Islam di Indonesia


cukup rumit. Banyak sarjana yang saling berbeda pendapat kapan Islam
3

mulai muncul di Indonesia. Apabila digolongkan, setidaknya terdapat tiga


(3) pendapat yang mewakili pendapat-pendapat para sarjana sejarah
mengenai awal masuknya Islam di Indonesia:1

a. Pendapat pertama, yaitu pendapat para orientalis Barat, diantaranya


Snouck Hurgonje yang berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia
pada abad ke-13 dari negeri Gujarat dan bukan dari Arab langsung.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya Makam Sultan Malik al-
Saleh penguasa pertama Samudra Pasai, kerajaan Islam pertama
(menurut Snouck Hurgonje). Selanjutnya menurutnya Malik al-Saleh
adalah merupakan keturunan Gujarat.

b. Pendapat kedua dikemukan oleh para Sarjana Muslim, diantaranya


yaitu Prof. Hamka. Hamka dan teman-temannya berpendapat bahwa
Islam sudah mulai masuk Indonesia pada abad ke-1 H atau sekitar
abad ke-7 M. Buktinya yaitu bahwa jalur pelayaran dari Arab, India,
melalui selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Umayah dengan
Kekaisaran Dinasti Tang di China dan Sriwijaya di Asia Tenggara,
telah ramai dan bersifat internasional, sejak abad ke-7 M, jauh
sebelum Samudra Pasai berdiri.

c. Pendapat ketiga berasal dari para Sarjana Muslim kontemporer


seperti Taufik Abdullah, yang berusaha mengkompromikan keduanya.
Menurutnya memang benar apabila dikatakan Islam telah masuk ke
wilayah Indonesia sejak abad ke-7 M, tetapi masih dianut oleh
sebagian orang yang berdomisili disekitar pelabuhan. Barulah Islam
masuk secara besar-besaran dan memiliki kekuatan politik pada
sekitar abad ke-13 yaitu pada masa kerajaan Samudra Pasai.

Kenyataannya dalam perkembangan sejarah Indonesia dari ketiga


pendapat para sarjana sejarah tersebut, pendapat kedualah yang paling
mendekati kebenaran. Hal ini dibuktikan dengan diketemukan bukti
1
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Pers: Jakarta,
2005, hlm. 8-9
4

sejarah mengenai kerajaan Perlak yang sudah berdiri sejak permulaan abad
ke-9 M, jauh sebelum Samudra Pasai lahir. Bahkan bisa dibilang hampir
bersamaan dengan Imperium penguasa Asia Tenggara pada masa itu,
kerajaan Sriwijaya.

Berkenaan dengan proses penyebaran Islam di Indonesia, hampir


seluruh sarjana sejarah sepakat bahwa awal mula penyebaran Islam adalah
melalui jalan damai bukan dengan jalan ekspansi sebagaimana yang terjadi
di Timur Tengah kala itu.

Setidaknya terdapat enam (6) saluran yang dijadikan oleh para da’i
muslim dalam menyebarkan agamanya:2

a. Perdagangan, hal ini yang biasanya dilakukan oleh pedagang


muslim baik dari Arab, Maroko, Mesir maupun Gujarat. Mereka
mengenalkan agama (Islam) mereka kepada para penduduk lokal
tempat mereka berlabuh. Sikap yang menjadi ciri pedagang muslim
pada waktu itu adalah jujur dan amanah, sehingga berhasil menarik
simpati banyak penduduk lokal.

b. Dakwah/tabligh, yaitu yang sering kali dilakukan oleh para


pengembara muslim. Mereka biasanya ikut serta dengan rombongan
pedagang untuk kemudian selanjutnya mengembara ke tempat lain
kemudian disana mereka akan memperkenalkan agama Islam kepada
penduduk setempat.

c. Perkawinan, sebagian pedagang muslim biasanya akan ada yang


menetap di suatu tempat dan mulai mempunyai pengaruh dalam
perdagangan di wilayah tersebut. Kemudian karena kedudukkan
mereka tersebut, banyak pedagang muslim yang dapat menikahi
keturunan para bangsawan bahkan keluarga kerajaan, tentunya setelah
sebelumnya masuk Islam terlebih dahulu. Dengan demikian lambat
laun pengaruh kekuasaan dapat didominasi oleh keturunan muslim.
2
Ibid, hlm. 10-11
5

d. Pendidikan, setelah kedudukan umat Islam mantap, dan menguasai


kekuatan ekonomi. Selanjutnya pusat pendidikan Islamlah yang
selanjutnya mengambil peran penting dalam penyebaran dakwah
Islam. Sebut saja Samudra Pasai yang pada masa jayanya dijadikan
pusat pendidikan agama Islam sekaligus pusat dakwah pertama yang
didatangi oleh santri-santri lokal. Selain itu pesantren/pusat
pendidikan Islam pada kala itu juga digunakan sebagai wadah
penggemblengan kader-kader politik selain sebagai tempat
pembelajaran bagi masyarakat muslim. Sebut saja pesantren-pesantren
di Jawa seperti; Pesantren Gunung Jati, yang menelorkan Sunan
Gunungjati, pendiri Kerajaan Cirebon; Pesantren Ampel Denta yang
mendidik Raden Patah, sehingga berhasil mendirikan Kerajaan Islam
Pertama di tanah Jawa; dan pesantren Giri, yang berhasil mendidik
Sultan Zainal Abidin, penguasa Gowa-Tallo (Makassar).

e. Tasawuf dan Tarekat, ajaran tasawuf/tarekat sangat identik dengan


ajaran teosofi yang bercampur dengan hal-hal magis serta amalan-
amalan tertentu.3 Hal ini banyak memiliki persamaan dengan ajaran
masyarakat Indonesia pada kala itu yaitu ajaran Hindu dan Budha.
Sehingga ajaran agama baru tersebut (Islam versi sufi) lebih mudah
diterima oleh mereka, disamping kelebihan agama Islam yang mana
tidak mengenal kasta, tidak seperti agama mereka sebelum mereka
yang mengenal kasta. Pada perkembangan selanjutnya, beberapa sufi
akhirnya mendapat kedudukan sebagai penasehat kerajaan.

f. Kesenian, sarana dakwah yang satu ini merupakan yang paling


sering dipakai terutama di pulau Jawa. Walisongo sebagai penyebar
agama Islam di Jawa paling sering memakai sarana kesenian sebagai
alat dakwah mereka. Sebut saja Sunan Kalijaga dengan wayang kulit
dan syair Ilir-ilirnya dan Sunang Bonang dengan Gamelannya.

3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Pers: Jakarta, 2010,
hlm. 203
6

Keenam saluran tersebut merupakan saluran-saluran yang paling


banyak dipakai oleh da’i dan ulama muslim dalam menyebarkan agama
Islam pada masa permulaan Islam di Indonesia. Namun tidak dipungkiri
bahwa dalam perkembangan selanjutnya banyak kerajaan Islam yang
melakukan perluasan Islam dengan cara kekerasan (perang).

2. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ternyata telah mulai berdiri


sejak abad ke-9. Jauh ketika kerajaan raksasa Sriwijaya masih menguasai
wilayah Asia Tenggara. Berikut beberapa kerajaan besar Islam yang berdiri
selama kurun waktu antara abad ke 9 hingga abad ke 19, kerajaan-kerajaan
tersebut antara lain:

a. Kerajaan Perlak

Kesultanan Perlak merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.


Kesultanan Perlak berdiri dari selama kurang lebih 4,5 (empat setengah)
abad yaitu dari tahun 840 - 1292 M, sebelum akhirnya bergabung dengan
kerajaan Samudra Pasai.4 Sebenarnya jauh sebelum Kesultanan Perlak
berdiri, di wilayah tersebut telah berdiri kerajaan/negeri Perlak yang mana
raja dan rakyatnya merupakan keturunan dari Maharaja Pho He La dan
para pengikutnya.5

Pada awal abad ke-9 M, rombongan berjumlah 100 orang dari


Timur Tengah menuju pantai Sumatera yang dipimpin oleh Nakhoda
Khilafah. Rombongan ini bertujuan untuk berdagang sekaligus membawa
sejumlah da'i yang bertugas untuk membawa dan menyebarkan Islam ke
Perlak. Dalam waktu kurang dari setengah abad, raja dan rakyat Perlak
meninggalkan agama lama mereka (Hindu dan Buddha), yang kemudian
secara sukarela berbondong-bondong memeluk Islam.6

4
http://melayuonline.com/ind/history/dig/371 25 Desember 2011 pukul
20.34
5
Ibid
7

Perkembangan selanjutnya sebagian besar rombongan dakwah


tersebut menetap dan menikah dengan penduduk setempat. Salah satunya
yaitu Sayyid Ali bin Muhammad bin Ja'far Shadiq, prajurit keturunan
Quraisy yang dinikahkan dengan seorang Putri Makhdum Tansyuri, salah
satu adik dari Meurah Perlak yang bernama Syahir Nuwi. Dari Perkawinan
tersebut lahirlah Sayid Abdul Aziz, yang kemudian hari menjadi sultan
pertama dari Kesultanan Perlak pada tahun 840 M dengan gelar Sultan
Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Shah (840-864 M).7

Kesultanan Perlak pada awal berdirinya adalah menganut aliran


Syiah. Selama berpuluh-puluh tahun kesultanan Perlak mendapat
dukungan penuh dari Dinasti Fatimiah di Mesir. Barulah pada awal abad
ke-12 ketika dinasti Fatimiah telah hancur dan dinasti Mamaluk berkuasa,
pengaruh Syiah di Perlak semakin tergeser dengan Aliran Sunni.8

Mengenai aliran Sunni, aliran ini baru masuk ke Perlak pada masa
pemerintahan sultan ke-3 Perlak yaitu Sultan Alaiddin Syed Maulana
Abbas Shah (888-913 M). Setelah sultan tersebut meninggal terjadilah
pergolakkan antara Syiah dan Sunni dalam perebutan kekuasaan di Perlak.
Sehingga sejak tahun 913 M hingga tahun 983 M kekuasaan Kesultanan
Perlak silih berganti antara Sunni dan Syiah. Baru pada tahun 983 M
setelah sultan ke- 7 Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan
Berdaulat meninggal, kerajaan Perlak dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Sayid Maulana Shah
(986 – 988) M dan Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023 M).9

Kesultanan Perlak kembali bersatu ketika terjadi penyerangan oleh


kerajaan Sriwijaya pada tahun 988 M yang menewaskan di Sultan

6
http://acehpedia.org/Kerajaan_Perlak , 25 Desember 2011 pukul
20:34
7
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Amzah: Jakarta, 2009,
hlm. 331
8
Op. Cit, http://acehpedia.org/
9
Ibid
8

Alaiddin Sayid Maulana Shah (Perak Pesisir/Syiah). Rakyat Perlak bersatu


melawan Kerajaan Sriwijaya dibawah pimpinan Sultan Makhdum
Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (Sunni) dan berhasil
mengalahkan dan mengusir pasukan Sriwijaya pada tahun 1006 M.
Selanjutnya kekuasaan kesultanan Perlak hingga sultan terakhir (1292 M)
secara turun temurun dipegang oleh keturunan Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat yang beraliran Sunni.10

Selama Kurang lebih 4,5 abad berdiri, kesultanan Perlak telah


dipimpin oleh 18 sultan, urutan sultan-sultan Perlak tersebut yaitu:11

1) Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah (840-864)


2) Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (864-888)
3) Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888-913)
4) Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah (915-918)
5) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat
(928-932)
6) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan
Berdaulat (932-956)
7) Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (956-
983)
8) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986-
1023)
9) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat
(1023-1059)
10) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan Berdaulat (1059-
1078)
11) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat
(1078-1109)
12) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan Berdaulat (1109-
1135)
13) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat
(1135-1160)

10
Ibid
11
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Perlak, 25 Desember 20:40
9

14) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan Berdaulat (1160-
1173)
15) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan Berdaulat
(1173-1200)
16) Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan Berdaulat (1200-
1230)
17) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan
Berdaulat (1230-1267)
18) Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267-
1292)
Kesultanan Perlak berakhir setelah Sultan yang ke-18, Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal pada
tahun 1292. Kesultanan Perlak kemudian menyatu dengan Kerajaan
Samudera Pasai di bawah kekuasaan Sultan Muhammad Malik Al Zahir
putera dari al-Malik al-Saleh juga merupakan cucu dari Sultan Makhdum
Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat. Setelah
sebelumnya sultan Perlak yang ke-17 Sultan Makhdum Alaiddin Malik
Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (1230-1267), menikahkan
salah satu putrinya dengan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, Sultan
al-Malik al-Saleh.12

b. Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai, adalah kerajaan kedua yang berdiri di


Indonesia. Sebelumnya dalam beberapa sumber sejarah dikatakan bahwa
Samudra Pasai merupakan Kerajaan Islam Pertama. Pernyataan tersebut
merunut kepada pendapat para ahli sejarah dan para orientalis pada akhir
abad 19 hingga awal abad 20, sebelum bukti-bukti mengenai kerajaan
Perlak ditemukan. Hal tersebut dapat di maklum, dikarenakan pada masa
itu bukti-bukti sejarah masih relatif terbatas sedangkan peninggalan
kerajaan Perlak sebanyak kerajaan Samudra Pasai yang lebih maju dan
lebih banyak meninggalkan bukti-bukti sejarah.

12
Op.cit, http://acehpedia.org/
10

Kerajaan Samudra Pasai didirikan oleh Meurah Selu yang


sebelumnya beragama Hindu, kemudian memeluk Islam setelah menerima
dakwah dari para ulama Syiah dari wilayah Perlak. Meurah Selu adalah
putra dari Meurah Gajah, penguasa wilayah Pasai pada sebelumnya.13
Meurah Selu kemudian menganut ke aliran Sunni Syafi’iyah setelah
bertemu dengan Syaikh Ismail, utusan penguasa Dinasti Mamaluk pada
masa itu, yang di utus untuk meluruskan ajaran Syiah sisa peninggalan
Dinasti Fatimiah ke ajaran Sunni. Setelah pertemuan tersebut, kemudian
ia mengganti namanya dengan gelar pemberian Syaikh Ismail yaitu Malik
Al-Saleh.14

Malik Al-Saleh memerintah kerajaan Samudra Pasai kurang lebih


29 tahun. Setelah menganut Islam Sunni beliau merupakan raja yang
paling gencar memerangi Syiah pada masa itu. Selanjutnya Malik Al-Saleh
menikahi Putri Ganggang Sari, Putri dari Sultan Perlak ke-17 Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat.
Dari pernikahan tersebut kemudian lahirlah raja Pasai berikutnya yaitu
Mahmud Malik Al-Dzahir.

Pada masa Mahmud Malik Al-Dzahir, Samudra Pasai mengalami


perkembangan yang cukup pesat. Selain perdagangan yang semakin
maju,pada masa Mahmud Malik Al-Dzahir juga berhasil menguasai
wilayah-wilayah lain disekitar Pasai. Salah satu perluasan wilayah yang
cukup berpengaruh yaitu ketika kesultanan Perlak, kesultanan milik
kakeknya sendiri, menyerahkan diri kepada Samudra Pasai setelah Sultan
terakhir mereka Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan
Berdaulat meninggal dunia.15 Dengan demikian Wilayah Samudra Pasai
pada masa itu telah meliputi Pasai, Perlak dan negeri-negeri kecil disekitar
keduanya.

13
Op.cit, Badri Yatim, hlm. 206
14
Op.cit, http://acehpedia.org/
15
Ibid
11

Sekitar tahun 1345 M , pada masa pemerintahan Manshur Malik


Al-Dzahir (raja pasai ke-3), Samudra Pasai mendapat Serangan dari
Majapahit. Serangan tersebut menyebabkan Manshur Malik Al-Dzahir
tewas dan keluarga kerajaan terpaksa melarikan diri dari ibukota. Baru
pada tahun 1350 M invansi militer Majapahit dapat dipadamkan oleh
Ahmad Malik Al-Dzahir. 16

Kerajaan Samudra Pasai kembali bangkit ketika masa


pemerintahan Zainal Abidin Malik Al-Dzahir. Namun pada tahun 1405 M,
Zainal Abidin Malik Al-Dzahir tewas terbunuh oleh Raja dari kerajaan
Nakur ketika terjadi penyerangan. Selanjutnya pemerintahan diambil alih
oleh istrinya Ratu Nahrasiyah.17

Selama hampir 2,5 abad Kerajaan Samudra Pasai Berdiri, kerajaan


ini telah dipimpin oleh 11 Raja dan seorang Ratu, Raja-raja Pasai tersebut
secara urut yaitu:18

1) Malik al-Saleh (1297 - 1326 M)

2) Mahmud Malik Al-Dzahir (1326 - 1345 M)

3) Manshur Malik Al-Dzahir (1345 – 1346 M)

4) Ahmad Malik Al-Dzahir (1346-1383 M)

5) Zainal Abidin Malik Al-Dzahir (1383 – 1405 M)

6) Nahrasiyah (1405 – 1409 M) Janda dari Zainal Abidin Malik Al-Dzahir

7) Sultan Salah ad-Din (1409-1412 M) Menikah dengan Nahrasiyah19

8) Abu Zaid Malik Al-Dzahir (1412-1455 M)

16
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Samudera_Pasai, 26
Desember 2011 06:55
17
Ibid
18
Op.cit, http://id.wikipedia.org/
19
Ibid
12

9) Mahmud Malik Al-Dzahir II (1455-1477 M)

10) Sultan Zainal Abidin (1455-1500 M)

11) Abdullah Malik Al-Dzahir (1500-1513 M)

12) Sultan Zainal Abidin II (1513-1524)

Kerajaan Samudra Pasai berdiri hingga tahun 1524 M. Pada tahun


1521 M, kerajaan ini berhasil dikuasai Portugis selama kurang lebih 3
tahun. Selanjutnya pada tahun 1524 M Wilayah Samudra Pasai dapat
direbut kembali oleh Kerajaan Aceh Darussalam dari tangan Portugis.
Samudra Pasai setelah itu menjadi wilayah Kerajaan Aceh Darussalam di
bawah pemerintahan Sultan Ali Mughayatsyah.20

c. Kerajaan Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan


Kabupaten Aceh Besar. Kerajaan Aceh berdiri pada saat Kerajaan
Samudra Pasai telah diambang kehancuran. Kerajaan Aceh mulai dirintis
oleh Sultan Ali Mughayatsyah sejak tahun 1497 H diatas bekas kerajaan
Lamuri dan Kerajaan Dar al-Kamal.21 Pada tahun 1509 Ali Mughayatsyah
menobatkan diri sebagai Raja kerajaan Aceh Darussalam.22

Selama masa pemerintahannya Ali Mughayatsyah terus menerus


mengadakan perluasan wilayahnya. Terbesar yaitu ketika Kerajaan Aceh
Darussallam berhasil mengambil alih kekuasaan atas Samudra Pasai dari
tangan Portugis yaitu pada tahun 1524 M.

Kerajaan Aceh semakin kuat ketika dipimpin oleh Sultan Alauddin


Riayat Syah, anak Ali Mugahyatsyah yang menggantikan Sultan
Salahuddin yang telah mengundurkan diri sebelumnya. Ia menjalin

20
Op. Cit, Badri Yatim, Hlm. 208
21
Ibid, hlm. 208-209
22
http://melayuonline.com/ind/history/dig/337, 25 Desember 2011
22:05
13

hubungan dengan kerajaan Turki Usmani dalam bidang militer, sehingga


kekuatan militer kerajaan Aceh pada masa itu amat disegani.23

Puncak kejayaan Aceh terjadi pada masa Sultan Iskandar Muda


(1608-1637 M), pada masa itu Kerajaan Aceh wilayah kekuasaannya
meliputi wilayah pesisir Timur dan Barat Sumatra, dari Aceh, Tanah Gayo
dan Minangkabau.24

Setelah Iskandar Muda meninggal dunia kepemimpinan diganti


oleh Iskandar Tsani. Berbeda dengan Iskandar muda, Iskandar Tsani
dinilai kurang cakap dalam memimpin wilayah kerajaan yang cukup besar
pada masa itu. Selanjutnya sepeninggalan Iskandar Tsani lambat laun
kerajaan Aceh mengalami kemunduran, bahkan menjelang abad ke-18 M
kerajaan Aceh merupakan bayangan belaka dari masa silamnya.25

d. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di pulau Jawa.


Kerajaan Demak berdiri ketika kekuasaan kerajaan Majapahit semakin
melemah. Hal ini memberi peluang bagi penguasa-penguasa di luar pusat
kekuasaan Majapahit, terutama di wilayah pesisir, untuk mendirikan pusat-
pusat kekuasaan yang independen.26 Salah satu contohnya yaitu Kerajaan
Demak. Dengan dukungan penuh Sunan Ampel dan Walisongo penguasai
wilayah pesisir utara pulau Jawa, Raden Patah, murid Sunan Ampel,
diangkat sebagai Raja Pertama kerajaan Demak.

Terdapat banyak versi cerita mengenai asal-usul Raden Patah.


Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Patah adalah merupakan anak dari
Prabu Brawijaya, Raja Majapahit terakhir versi Babad Tanah Jawi, dengan
Selir Keturunan Cina. Karena Permaisuri merasa cemburu dengan Selir

23
Op.Cit, Badri Yatim
24
Ibid, hlm. 210
25
Ibid
26
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Rizki Putra:
Semarang, 2010, hlm. 205
14

tersebut, maka Selir Cina tersebut diasingkan ke Palembang ketika sedang


27
hamil. Di negeri Palembang itulah Raden Patah dilahirkan. Selanjutnya
setelah besar Raden Patah berguru kepada Sunan Ampel. Kemudian
diangkat oleh Brawijaya sebagai menjadi penguasa di daerah Bintoro
(Demak) setelah berhasil membuka hutan Glagahwangi menjadi sebuah
pesantren. Sejak saat itu pula Raden Patah diakui sebagai putra oleh Prabu
Brawijaya.28

Atas dukungan dan bimbingan Walisongo khususnya gurunya,


Sunan Ampel, Raden Patah akhirnya memimpin Demak menjadi kerajaan
Islam yang berdiri sendiri. Dan diberi gelar oleh Senopati Jimbun
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.

Raden Patah memerintah Demak hingga tahun 1507. Kemudian


digantikan oleh anaknya, Pangeran Sabrang Lor yang bergelar Pati Unus.

Selanjutnya pada tahun 1524 Pati Unus digantikan oleh Sultan


Trenggono yang diangkat oleh Sunan Gunung Jati. Sultan Trenggono
memerintah hingga tahun 1546 M. Pada masa ini, penyebaran dakwah
Islam mengalami perkembangan pesat. Islam dikembangkan keseluruh
wilayah Jawa bahkan hingga Kalimantan Selatan. Pada tahun 1527
diadakan penaklukan Sunda Kelapa yang dipimpin oleh Fatahilah, dan
pada tahun itu pula kerajaan Majapahit berhasil ditaklukan. 29

Sultan Trenggono tewas dalam penyerangan ke wilayah


Blambangan kemudian digantikan oleh anak sulungnya yaitu Sunan
Prawoto. Pemerintahan Sunan Prawoto tidak berlangsung lama karena
Sunan Prawoto dibunuh oleh Aria Panangsang, adipati Jipang
(Bojonegoro), pada saat terjadi pemberontakan tahun 1549. Tak lama
kemudian Aria Panangsang berhasil dibunuh oleh Raden Mas Karebet

27
id.wikipedia.org/wiki/Raden_Patah, 24 Desember 2011, 11:07
28
http://tokohsufi.wordpress.com/2009/11/20/raden-patah/, 25
Desember 2011, 20:00
29
Op.cit, Badri yatim, hlm. 211
15

(Jaka Tingkir). Selanjutnya oleh Jaka Tingkir Pemerintahan Demak


dipindah ke Pajang.30

e. Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang adalah dianggap sebagai penerus kekuasaan


Kerajaan Demak. Raja Pertamanya yaitu Raden Mas Karebet atau lebih
dikenal dengan nama Jaka Tingkir merupakan menantu dari Sultan
Trenggono, yang dipercayai memimpin wilayah Pajang. Menurut beberapa
sumber ia merupakan keturunan dari Raja Majapahit Lembu Peteng, yang
kemudian nantinya akan menurunkan keturunan yang merupakan salah
satu ulama besar pada zaman kemerdekaan Indonesia KH. Abdul Wahab
Hasbullah.31

Setelah kematian Sultan Trenggono, ibu kota kerajaan Demak


mengalami kekacauan. Terjadi beberapa pemberontakan yang dilakukan
oleh para adipati. Puncak dari pemberontakan tersebut yaitu dengan
terbunuhnya Sunan Prawoto, Raja Demak setelah Sultan Trenggono, di
tangan Aria Panangsang. Mendengar kabar tersebut Jaka Tingkir yang
merupakan adik ipar dari Sunan Prawoto, segera turun tangan. Akhir Aria
Panangsang dapat dibunuh oleh Jaka Tingkir.

Setelah itu, Jaka Tingkir sebagai pewaris tahta kerajaan Demak


sepeninggalannya Sunan Prawoto akhirnya memerintahkan agar seluruh
harta pusaka kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang. Dengan demikian
berakhirlah pemerintahan kerajaan Demak dan secara resmi berdirilah
kerajaan Demak.

Setelah menjadi raja yang berpengaruh di wilayah Jawa, Jaka


Tingkir kemudian bergelar Sultan Adiwijaya.

30
Ibid, hlm. 212
31
Muhammad Rifai, KH. Wahab Hasbullah Biografi Singkat 1888-1971,
Garasi: Yogyakarta hlm. 22
16

Sultan Adiwijaya meninggal pada tahun 1587 dan digantikan oleh


menantunya, Aria Pangiri, putra dari Sunan Prawoto. Selama 38 tahun
masa pemerintahannya banyak perkembangan yang dilakukannya, seperti;
perluasan wilayah hingga daerah Madiun, Blora dan Kediri. Juga
berkembangnya kesenian dan kesustraan daerah pesisir di wilayah
pedalaman Jawa.32

Aria Pangiri tidak berkuasa lama, karena harus rela diusir oleh
Pangeran Benawa, putra Sultan Adiwijaya yang tidak puas hanya
dijadikan Adipati Jipang. Pangeran Benawa mengambil alih kekuasaan
Pajang pada tahun 1588 M dengan bantuan Senopati Mataram Islam.
Sebagai ganti atas bantuannya, Senopati Mataram meminta “Pusaka
Kerajaan” Pajang. Dengan demikian secara tidak langsung kerajaan
Pajang telah menyerahkan kekuasaannya kepada kerajaan Mataram,
Pangeran Benawa masih diangkat menjadi raja pada saat itu. Selanjutnya
kerajaan Pajang tetap berdiri hingga tahun 1618 ketika kerajaan ini
melakukan pemberontakan terhadap Mataram dan berhasil dipadamkan
oleh Sultan Agung.33

f. Kerajaan Mataram

Awal berdirinya kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya


meminta bantuan kepada Ki Ageng Pamanahan untuk menumpas
pemberontak yang didalangi Aria Panangsang. Sebagai hadiah atas
perjuangannya tersebut, sultan menghadiahkan wilayah Mataram kepada
Ki Ageng Pamanahan. Beliau itulah yang nantinya akan menurunkan raja-
raja Mataram.34

Setelah wafatnya Ki Ageng Pamanahan pada tahun 1584, beliau


digantikan oleh Senopati, putranya. Senopatilah yang dipandang sebagai
Sultan pertama kerajaan Mataram. Kedudukkannya diperkuat ketika

32
Op.cit, Badri Yatim, hlm. 213
33
Ibid, hlm. 214
34
Ibid
17

Kerajaan Pajang pada masa pemerintahan Pangeran Benawa, mengakui


berada dibawah kekuasaan Mataram.35

Senopati kemudian berkeingin mengusai seluruh kerajaan yang


dahulu berada kekuasaan Demak dan Pajang. Namun keinginannya
tersebut tidak dapat terpenuhi karena para raja-raja dari kerajaan tersebut
enggan mengakuinya sebagai penguasa pengganti Demak dan Pajang.
Oleh karena itu, melalui peperangan panjang akhirnya beliau dapat
menguasai sebagian dari kerajaan-kerajaan tersebut.36

Senopati meninggal pada tahun 1601 dan digantikan oleh putranya


Pangeran Seda Ing Krapyak.

Kerajaan Mataram mengalami kejayaan pada masa Sultan Agung,


putra Pangeran Seda Ing Krapyak. Pada tahun 1619 seluruh Wilayah Jawa
Timur telah tunduk dibawah kekuasaannya. Pada masa ini pula kontak
senjata dengan VOC mulai terjadi.

Sultan Agung wafat pada tahun 1646 dan digantikan oleh


Amangkurat I. Berbeda dengan ayahnya, karena dinilai tidak cukup cakap,
pada masa pemerintahnya Sultan Amangkurat I tidak pernah sepi dari
konflik, terutama dengan para ulama dan golongan pesantren. Puncak
konflik tersebut yaitu ketika Amangkurat I membunuh kurang lebih 6000
ulama beserta para pengikutnya pada tahun 1647.37 Pemberontakan dari
pihak kemudian terus menerus bermunculan hingga akhir hayatnya.
Konflik yang berkepanjangan tersebut dan juga keikutsertaan VOC dalam
pemerintahan yang menyebabkan kerajaan Mataram semakin terpuruk,
yang berakhir dengan terpecahnya Mataram menjadi dua yaitu Kraton
Yogyakarta Hadiningrat dan dan Kraton Surakarta.

g. Kerajaan Cirebon

35
Ibid
36
Ibid. Hlm. 215
37
Ibid
18

Kerajaan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di wilayah Jawa


Barat. Didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan Sunan
Gunung Jati. Pada awalnya Cirebon sendiri merupakan wilayah dari
kerajaan Padjajaran yang pada saat itu rajanya belum memeluk Islam.
Wilayah Cirebon pada awalnya dibesarkan oleh Pangeran
Walangsungsang/Pangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari istri
keduanya Putri Subanglarang, anak Ki gendeng Tapa perintis wilayah
Cirebon. Pada mulanya Pangeran Walangsungsang adalah merupakan
putera mahkota Kerajaan Pajajaran, namun karena beliau memeluk Islam
maka beliau hanya diberi hak untuk mengelola wilayah Cirebon saja.38

Selanjutnya setelah Pangeran Walangsungsang meninggal dunia,


digantikan oleh keponakannya, Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati.
Pada masa kekuasaan Sunan Gunung Jati inilah Cirebon berhasil
membebaskan diri dari wilayah Pajajaran.

Sunan Gunung Jati adalah anak dari Larasantang (adik dari


Pangeran Walangsungsang dan juga putri dari Prabu Siliwangi) yang
menikah dengan Syarif Abdullah, keturunan Bani Hasyim, pada saat naik
haji.39

Pada masa pemerintahannya Sunan Gunung Jati mengembangkan


wilayah kekuasaannya ke beberapa daerah lain di wilayah Jawa Barat
seperti; Majalengka, Kuningan, Kawali, Banten dan Sunda Kelapa.

Pada 1524 Sunan Gunung Jati menguasai Banten dan


menjadikannya sebagai pusat perdagangan muslim di Jawa. Setelah
kembali ke Cirebon, Banten kemudian diserahkan kepada anaknya Sultan
Hasanuddin.

38
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon, 26 Desember 2011,
10:23
39
Op.cit, Badri Yatim, hlm. 216
19

Selanjutnya pada tahun 1527 M atas prakasa Sunan Gunung Jati,


Kerajaan Cirebon beserta Kerajaan Demak Bintoro dan Kerajaan Banten
dibawah pimpinan Fatahillah berhasil menaklukan Sunda Kelapa.

Sunan Gunung Jati wafat tahun 1658 pada usia 120 tahun dan
digantikan oleh Panembahan Ratu I (cucu Sunan Gunung Jati), setelah
sebelumnya selama dua tahun diwakili oleh Fatahillah, dan kemudian
Panembahan Ratu II (cicit Sunan Gunung Jati). Selanjutnya setelah
Panembahan Ratu II, Cirebon dipimpin oleh putranya Panembahan
Girilaya. 40

Sepeninggalan Girilaya Cirebon dipimpin oleh dua Raja yaitu


Martawijaya/panembahan Sepuh dan Kartawijaya Panembahan Anom,
masing-masing memimpin Kasepuhan dengan gelar Samsudin dan
Kanoman dengan gelar Badrudin.41

h. Kerajaan Banten

Kerajaan Banten didirikan oleh Sunan Gunung Jati pada tahun


1527. Pada awal pendiriannya Banten difungsikan sebagai pelabuhan dan
pusat perdagangan Islam di wilayah Jawa Barat pada masa itu. Raja
pertamanya yaitu Sultan Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati. Ia
meneruskan perjuangan ayahnya, dan berhasil memperluas wilayah Islam
hingga daerah lampung dan wilayah Sumatera Selatan.

Setelah Sultan Hasanuddin wafat (1570), pemerintahan Banten


beralih kepada Sultan Yusuf. Pada masa pemerintahan Sultan Yusuf,
tepatnya tahun 1579, Banten berhasil menaklukkan Kerajaan Pajajaran.
Sejak saat itu secara otomatis sebagian besar wilayah pedalaman Jawa
Barat masuk kedalam wilayah Banten.

40
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon, 26 Desember 2011,
15.30
41
Op.cit, Badri Yatim, hlm. 217
20

Pada tahun 1580 Sultan Yusuf meninggal dunia dan digantikan


oleh Sultan Muhammad yang saat itu masih kecil. Oleh karena itu,
Sebelum Sultan Muhammad dewasa roda pemerintahan Banten diwakili
oleh seorang Kali/Qadhi.42

Sultan Muhammad gugur pada usia 25 tahun pada saat


penyerangan ke Palembang. Beliau meninggalkan seorang putra yang
masih berusia 5 bulan, Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir.
Sebagaimana keadaan ayahnya sewaktu masih kecil, sang sultan pun
diwakili oleh Kali hingga menginjak dewasa. Baru pada tahun 1626 sultan
Abdul Mafakhir mulai aktif memegang kekuasaan.43

Pada masa pemerintahan Abulfath Abdulfath, pengganti Sultan


Abdul Mafakhir, kerajaan Banten mengalami beberapa kali peperangan
melawan VOC yang berakhir ketika diadakan perjanjian damai pada tahun
1659.44

i. Kerajaan Banjar

Kerajaan Banjar terletak di daerah Kalimantan Selatan. Kerajaan


Banjar merupakan kelanjutan dari kerajaan Daha yang beragama Hindu.
Awal mula kerajaan ini yaitu ketika terjadi konflik dalam keluarga
kerajaan. Raja Daha pada waktu itu Raja Sukarama ketika menjelang
ajalnya berwasiat agar yang menggantikannya adalah cucunya Pangeran
Samudra, yang pada saat itu masih berusia 7 tahun.Wasiat Raja Sukarama
tersebut membuat kaget dan tidak dapat diterima oleh keempat putranya.
Setelah Raja Sukarama mangkat, tahta kerajaan dipegang oleh putra
tertuanya Mangkubumi. Namun Mangkubumi tidak berkuasa, karena dia
berhasil dibunuh oleh orang suruhan Tumanggung. Akhirnya
Tumanggunglah yang menjadi penguasa Daha setelah itu.

42
Ibid, hlm. 219
43
Ibid
44
Ibid
21

Sementara itu, Pangeran Samudra mengasingkan diri wilayah


muara, kemudian dia diasuh oleh seorang Patih bernama Masih. Bersama
dengan sang Patih, Pangeran Samudra menghimpun kekuatan untuk
melakukan perlawanan. Dalam serangan pertamanya pasukannya berhasil
menguasai Muara Bahan, pelabuhan strategis yang sering dikunjungi oleh
pedagang luar.

Merasa perlawananannya semakin berat, atas usul sang patih,


Pangeran Samudra akhirnya meminta bantuan dari Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak yang pada saat itu dipimpin oleh Sultan Trenggono
bersedia membantunya dengan syarat bahwa setelah kemenangan diraih
Pangeran Samudra masuk Islam. Persyaratan tersebut kemudian disetujui
Pangeran Samudra, kemudian dikirimlah seribu tentara kerajaan Demak
dan seorang penghulu bernama Khatib Dayan sebagai juru dakwah ke
wilayah Kalimantan Selatan tersebut.45

Pangeran Samudra akhirnya memperoleh kemenangan dan sesuai


janjinya dirinya beserta kerabat kerajaan dan para penduduknya dengan
sukarela memeluk agama Islam. Setelah masuk Islam beliau diberi gelar
Sultan Suryanullah/Suriansyah, sejak saat itu pula beliau menjadi
penguasa pertama kerajaan Banjar.46

Sultan Suryanullah kemudian digantikan oleh putranya, Sultan


Rahmatullah, kemudian Sultan Hidayatullah dan Sultan Musta’inullah/
Marhum Panembahan.

j. Kerajaan Sukadana47

Kerajaan Sukadana terletak di Kalimantan Barat. Sejak tahun 1590


telah berada dibawah kekuasaan kerajaan Demak Bintoro. Raja Sukadana
yang pertama kali memeluk Islam adalah raja Giri Kusuma, beliau sangat
berjasa dalam penyebaran Islam di Kalimantan Barat. Selain Giri Kusuma,
45
Ibid, hlm. 221
46
Ibid
47
Op.cit, Samsul Munir, hlm, 339-340
22

Sultan Muhammad Safruddin (wafat 1677) juga dikenal banyak


melakukan aktifitas dakwah Islam.

Kerajaan Sukadana memisahkan diri dari Demak pada tahun 1725


M, dan runtuh pada tahun 1787 M setelah dikalahkan oleh Belanda
(VOC).

k. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai Kartanegara merupakan kerajaan yang didirikan


oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti pada tahun 1300 M. Terletak di daerah
Kalimantan Timur. Pada Abad ke-13, kerajaan Kutai Kertanegara,
dibawah pimpinan Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa berhasil
menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura, kerajaan tertua di Indonesia
yang berdiri sejak abad ke-6. Sejak saat itu nama nama kerajaan tersebut
diganti dengan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.48

Pada abad 16 Islam masuk wilayah Kutai dibawa oleh Tuan


Tunggang Parangan dan Dato’ Ri Bandang. Pada saat itu juga raja Aji
Raja Mahkota Mulia alam, raja Kutai pada saat itu, menyatakan diri masuk
Islam. Setelah sang raja masuk Islam, tidak lama kemudian para kerabat
raja, petugas kerajaan dan rakyat biasa masuk Islam. Sejak saat itu pula
raja-raja Kutai berusaha keras menyebarkan Islam ke wilayah sekitar
Kutai hingga Muara Kaman.49

l. Kerajaan Ternate50

Kerajaan Ternate berdiri sejak abad 13, sejak saat itu pula Kota
Ternate ramai dikunjungi para pedagang dari luar daerah, terutama dari
Melayu, Gujarat dan Arab. Tidak diketahui kapan tepatnya Islam mulai
muncul di wilayah ini. Namun rajanya yang bergelar Gapi Buguna (1465-

48
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Kutai_Kartanegara, 25
Desember 2011, 12:21
49
Op.cit, Badri Yatim, hlm. 222
50
Op.cit, Samsul Munir, hlm, 341-342
23

1486) merupakan raja pertamanya yang memeluk Islam setelah menerima


ajakan dari Maulana Husain. Setelah wafat beliau lebih dikenal dengan
Kolona Marhum.

Kolona Marhum digantikan oleh putranya Zainal Abidin (1486-


1500). Pada tahun 1495 Zainal Abidin pergi ke tanah Jawa dan berguru
kepada Sunan Giri sementara urusan pemerintahan diserahkan kepada
wakilnya.

Sepulang dari Giri, Zainal Abidin dengan mengajak sahabatnya


Tuhubahahul gencar mendakwahkan Islam. Beliau mendakwahkan Islam
ke kerajaan-kerajaan lain di wilayah Maluku seperti Tidore, Bacan,
Jailolo, Obi dan Loloda. Beliau juga melakukan dakwah ke wilayah
Gowa-Tallo di Makassar yang pada saat itu telah bersahabat baik dengan
kerajaannya.

Sejak pemerintahan Sultan Khairun, kerajaan Ternate terus


menerus melakukan peperangan melawan Portugis. Dimulai ketika Sultan
Khairun menandatangani kesepakatan aliansi kepada Portugis pada tahun
1564. Namun perjanjian tersebut dilanggar sendiri oleh gubernur Portugis
untuk Ternate de Mesquita dengan bertindak semena-mena terhadap
rakyat Ternate. Pada tahun 1565 Sultan Khairun memaklumkan perang
Sabil melawan Portugis. Sultan Khairun terbunuh ketika Portugis
menjebaknya dengan mengundangnya untuk melakukan perundingan.

Pengganti Sultan Khairun, Sultan Babullah (1570-1583) secara


total memerangi Portugis dan berhasil mendapatkan kemenangan pada
tahun 1575 M.

m. Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan Gowa telah berdiri sejak abad ke 14 M, yang didirikan


oleh seorang raja yang bernama To Manurung. Kemudian bergabung
menjadi satu dengan wilayah Tallo pada masa Tumapa'risi' Kallonna (awal
24

abad 16).51 Sejak abad 15 M kerajaan ini telah berkembang pesat sebagai
pusat perdagangan laut di wilayah Nusantara bagian tengah, sejak saat itu
pula kerajaan ini telah sering mendapat ajakan dari Raja-raja Ternate yang
memang telah lama menjalin hubungan baik dengan mereka. Namun
dakwah dari raja-raja Ternate belum berhasil. Baru pada waktu Dato’ Ri
Bandang datang ke wilayah Gowa Tallo, Islam mulai diterima oleh para
penduduk dan para kerabat kerajaan. Akhirnya pada tahun 1605 Tuminang
ri Gaukanna, raja Gowa-Tallo yang ke-1452 memeluk Islam dan bergelar
Sultan Alaudin.

Pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Islam disebarkan dengan


cepat, sebagaimana tradisi keturunan To Manurung untuk menyampaikan
kabar baik kepada yang lain. Kerajaan ini segera memberitakan tentang
Islam kepada kerajaan-kerajaan lain yaitu; Luwu, Wajo, Soppeng dan
Bone. Luwu menerima dakwah Islam dengan baik. Sedangkan kerajaan
Wajo, Soppeng dan Bone baru memeluk Islam setelah ditaklukkan terlebih
dahulu.53

Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1669 M)


kerajaan Gowa berkembang meliputi wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara dan pulau-pulau sekitarnya termasuk Sumbawa. Pada masa
pemerintahannya ini pula kerajaan Gowa-Tallo tidak pernah sepi dari
peperangan dengan Belanda, hingga akhirnya pada tahun 1669 M Sultan
Hasanuddin turun Tahta setelah menandatangani perjanjian dengan pihak
Belanda54 dan digantikan oleh anaknya Mapasomba/Sultan Amir
Hamzah.55

Selanjutnya kerajaan Gowa-Tallo hanyalah berupa kerajaan


bayangan dibawah kekuasaan Belanda hingga kemerdekaan Republik
51
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa, 24 Desember 2011
23:20
52
Ibid
53
Op.cit, Badri Yatim, hlm. 224
54
Op.cit, Samsul Munir Amin, hlm. 341
55
Op,cit, http://id.wikipedia.org/
25

Indonesia. Selama kurun waktu 3 abad setelah itu, hanya sedikit


perlawanan kecil yang dilakukan oleh beberapa raja Gowa-Tallo. Raja
terakhir Gowa-Tallo yaitu Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin, wafat
tahun 1960.56

C. Kesimpulan

Para sarjana sejarah berbeda pendapat dalam menentukan kapan


agama Islam mulai menyebar di Indonesia. Setidaknya terdapat tiga pendapat
mengenai hal tersebut:

1. Pertama, pendapat orientalis barat yang mengatakan bahwa Islam masuk


ke Indonesia pada abad ke-13, di bawa oleh para pedagang dari Gujarat
dan raja Pasai pertama Malik al-Saleh merupakan keturunan Gujarat.

2. Kedua, dari para sarjana muslim yang yakin bahwa Islam masuk Indonesia
pada abad ke-7 M/ 1 H, dibawa oleh para pedagang Bani Umayah.

3. Ketiga, pendapat sarjana muslim kontemporer yang mengatakan bahwa


mungkin saja Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. Namun,
perkembangan kebudayaan Islam baru menemukan momentumnya pada
abad ke-13 M.

Berdasarkan perkembangan penelitian sejarah saat ini, belakangan ini


diketahui bahwa pendapat kedualah yang paling kuat. Dibuktikan dengan
ditemukan bekas kerajaan Perlak yang berdiri sejak abad ke-9, jauh sebelum
Samudra Pasai berdiri. Bahkan ketika kerajaan Sriwijaya masih berdiri kokoh
dan menguasai hampir seluruh wilayah Asia Tenggara.

Mengenai penyebaran Islam di Indonesia pada awal kedatangannya,


diketahui bahwa para da’i dan ulama pada masa itu menggunakan enam (6)
saluran sebagai alat penyebaran Islam dengan cara damai. Keenam saluran
tersebut yaitu:

56
Ibid
26

1. Perdagangan.

2. Dakwah/tabligh.

3. Perkawinan.

4. Pendidikan.

5. Tasawuf dan Tarekat.

6. Kesenian.

Selanjutnya dalam perkembangannya setelah banyak kerajaan-


kerajaan Islam menjadi kerajaan yang kuat, penyebaran Islam juga dilakukan
dengan jalan Ekspansi dan Invansi ke daerah-daerah sekitar wilayah kerajaan.

Kerajaan Islam yang berdiri pada sekitar abad 9 M hingga abad ke-19
antara lain yaitu:

1. Kerajaan Perlak

2. Kerajaan Samudra Pasai

3. Kerajaan Aceh Darussalam

4. Kerajaan Demak

5. Kerajaan Pajang

6. Kerajaan Mataram

7. Kerajaan Cirebon

8. Kerajaan Banten

9. Kerajaan Banjar

10. Kerajaan Sukadana

11. Kerajaan Kutai


27

12. Kerajaan Ternate.

13. Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan-kerajaan kecil lainnya yang tidak tercantum dalam daftar


kerajaan diatas dikarenakan kerajaan tersebut telah tunduk dibawah
kekuasaan negeri/kerajaan lain seperti kerajaan Tidore, Bacan, Jailolo, Obi
dan Loloda yang berada dibawah kekuasaan Ternate, dan Kerajaan Bugis
(Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone) termasuk wilayah kerajaan Gowa-Tallo.,
dan masih banyak lagi kerajaan dibawah kekuasaan Demak Bintoro.

Berdasarkan proses berdirinya kerajaan-kerajaan Islam yang tersebut


diatas, secara garis besar kerajaan-kerajaan Islam tersebut dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:57

1. Pola Sentralisasi, yaitu kerajaan Islam yang berdiri dari hasil


persatuan beberapa komunitas muslim yang bersepakat untuk mendirikan
kerajaan Islam, sebagai contoh Kerajaan Perlak, Samudra Pasai dan Aceh
Darussalam.

2. Pola Konversi agama, yaitu kerajaan yang telah mapan dan telah
ada jauh sebelum Islam datang, kemudian sang raja memeluk agama Islam
dan oleh sang raja kerajaan dirubah menjadi Kesultanan. Contohnya yaitu:
Kerajaan Banjar, Kerajaan Kutai, Kerajaan Gowa-Tallo, Kerajaan Tidore.

3. Pola Separatis, yaitu kerajaan yang berada di bawah struktur


kekuasaan yang mapan. Kemudian membebaskan diri ketika kekuasaan
diatasnya mengalami pelemahan. Contohnya yaitu kerajaan-kerajaan di
Pulau Jawa, seperti: Demak, Cirebon, Banten dan Mataram.

57
Op.cit, Badri Yatim, hlm. 226-227
28

D. Daftar Bacaan

Amin, Samsul Munir, 2009, Sejarah Peradaban Islam, Amzah: Jakarta.


Hasymy, Ahmad, 1989, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia,
PT al-Ma’arif.
http://acehpedia.org/Kerajaan_Perlak , 25 Desember 2011 pukul 20:34
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon, 26 Desember 2011, 10:23
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon, 26 Desember 2011, 15.30
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa, 24 Desember 2011 23:20
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Kutai_Kartanegara, 25 Desember 2011,
12:21
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Perlak, 25 Desember 20:40
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Samudera_Pasai, 26 Desember 2011
06:55
http://melayuonline.com/ind/history/dig/337, 25 Desember 2011 22:05
http://melayuonline.com/ind/history/dig/371 25 Desember 2011 pukul 20.34
http://tokohsufi.wordpress.com/2009/11/20/raden-patah/, 25 Desember 2011,
20:00
Karim, Abdul, 2009, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Pustaka Book
Publisher: Yogyakarta.
Rifai, Muhammad 2010, KH. Wahab Hasbullah Biografi Singkat 1888-1971,
Garasi: Yogyakarta.
Sunanto, Musyrifah, 2005, Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Pers: Jakarta.
Syukur, Fatah, 2010, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Rizki Putra: Semarang.
id.wikipedia.org/wiki/Raden_Patah, 24 Desember 2011, 11:07
Yatim, Badri , 2010. Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Pers: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai