Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenilpropanoid merupakan suatu kelompok senyawa fenolik alam yg berasal dari asam
amino aromatik fenilalanin dan tirosin. Golongan senyawa ini adalah zat antara dari jalur
biosintesis asam sikimat. Berdasarkan strukturnya, fenilpropanoid memiliki cincin fenil yang
menjadi tempat melekatnya rantai samping 3C. Senyawa fenilpropanoid adalah senyawa
memiliki kerangka aromatik fenil (C6) dengan rantai samping propanoid (C3), sehingga
jumlah total karbonnya adalah 9 dan disebut C9 atau fenil propanoid dan kelipatannya.
Fenilpropanoid juga dapat mengandung satu atau lebih residu C6-C3. Karakteristik lainnya
adalah tidak mengandung atom nitrogen dan terdapat satu atau beberapa gugus hidroksil yang
melekat pada rantai aromatik, sehingga memiliki sifat fenolik. Karenanya, golongan
fenilpropanoid disebut pula sebagai fenolik tumbuhan. Keberadaannya berlimpah pada
tumbuhan namun terbatas pada jamur dan belum ditemukan pada manusia atau vertebrata.

B. Rumusan Masalah
1. Jalur Asam Sikimat
2. Jalur biosintesis fenilpropanoid
3. Penggolongan fenilpropanid
4. Manfaat fenilpropanoid
5. Isolasi fenil propanoid

C. Tujuan
Maklah ini bertujuan ntuk mengetahui jalur sikimat biosintesis fenilpropanoid dan
penggolongannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jalur Sikimat
1. Pengertian Jalur Shikimat

Suatu senyawa yang tak terduga pentingnya, diisolasi pada tahun 1885 dari buah Illicium
religiosum.Senyawa itu diberi nama asam shikimat(shikimic acid), suatu nama yang berasal
dari kata shikimi-no-ki, yaotu suatu jenis tanaman dalam bahasa jepang. Asam shikimat
didapatkan dari suatu penyelidikan yang mendalam oleh para peneloti setelah itu, dan itu
merupakan suatu zat antara kunci dalam biosintesis asam – asam amino aromtik, L-
fenilalanin, L- tirosin dan L- triptofan, pada tanaman dan mikroorganisme (hewan tingkat
tinggi tidak dapat mensintesis de novo melalui alur ini).

Jalur asam sikimat merupakan jalur alternative menuju senyawa aromatic, utamanya L-
fenilalanin, L-tyrosin, L-triptofan. Jalur ini berlangsung dalam mikroorganisme dan
tumbuhan.

Alur biosintetik melalui asam shikimat ke asam-asam amino aromatic, diperlihatkan


dalam skema (asamnya disajikan sebagai anion) dan disebut jalur asam shikimat atau alur
shikimat. Asalnya adalah metabolisme karbohidrat dengan beberapa sifat yang menarik, yang
sebagian besar diketahui dari penyelidikan yang rinci atas tahap-tahap yang dilalui.

2. Tahap- tahap Jalur Asam Shikimat

Tahap pertama adalah kondensasi tipe aldo stereospesifik antara fosfoenolpirupat dan D-
eritrose-4-fosfat yang menghasilkan 3-deoksi-D-arabinoheptulosonat 7-fosfat(5.3;DAHP), di
mana penambahan terjadi pada muka- si dari ikatan rangkap dan muka- re dari gugus
karbonil. Penutupan cincin pada DAHP menghasilkan dehydroquinic acid (DHQ). Dimana
disamping reduksi dan oksidasi, terjadi eliminasi- syn fosfat anorganik, dan pada langkah
terakhir diikuti dengan suatu reaksi aldol intramolekuler, melalui suatu suatu status transisi
mirip “kursi”. DHQ mengalami dehidrasi reversible dan menghasilkan asam dehidrosikhimat.
Penambahan dan eliminasi air berlangsung secara cis yang tidak lazim dan dipostulasikan
terjadi dalam urutan dua langkah, yang melibatkan enamin, yang dibentuk melalui gugus-
keto dalam.

Terdapat dua langkah dari asam shikimat ke 3-fosfat. kondensasi dengan fosfoenolpiruvat
menghasilkan EPSP. Jenis reaksi biologis ini sifatnya unik, karena hanya satu contoh lain
saja yang diketahui. Dari penyelidikan pelabelan diperoleh hasil bahwa reaksi penambahan
mempunyai sterokimia yang berlawan dengan langkah eliminasi yang terakhir.
Eliminasi 1,4- konjugat asam fosfor mengubah EPSP menjadi khorismat suatu reaksi
yang telah ditunjukan melibatkan eliminasi trans dari dua gugus yang hilang [hilangnya (6-
pro-R)-hidrogen].
Jalur shikimat juga disebut alur khorismat (chorismate), karena pada asam
khorismatlah garis tunggal biosintesis terpecah menjadi beberapa garis yang terminalnya
adalah asam – asam amino aromatic vital dan senyawa – senyawa yang beragam lainnya.
Namun tampaknya biosintesis beberapa metabolit microbial tertentu dapat bergeser dari
garis utama, pada suatu tahapan yang dekat dengan asam dehidrokuinat.
3. Pembentukan Asam shikimat

Pembentukan asam shikimat diawali dengan kondensasi aldol antara eritrosa dan
asam fosfoenolpiruvat. Pada kondensasi ini, gugus metilen C=CH2dari asam
fosfoenolpiruvat berlaku sebagai nukleofil dan mengadisi gugus karbonil C=O eritrosa,
menghasilkan gula dengan 7 unit atom karbon. Selanjutnya reaksi yang analog
(intramolekuler) menghasilkan asam 5-dehidrokuinat yang mempunyai lingkar
sikloheksana, yang kemudian diubah menjadi asam shikimat. Asam prefenat terbentuk
oleh adisi asam fosfoenolpiruvat terhadap asam shikimat.

Selanjutnya, aromatisasi dari asam prefenat menghasilkan asam fenil piruvat yang
merupakan prekusor dari fenilalanin melalui reaksi reduktif aminasi, produk deaminasi
fenilalanin menghasilkan asam sinamat.

Metabolit sekunder yang disintesis melalui jalur asam shikimat diantaranya adalah :

1. Asam sinamat,

2. Fenol,

3. Asam benzoic,
4. Lignin,

5. Koumarin,

6. Tanin,

7. Asam amino benzoic dan,

8. Quinon.

4. Penggolongan Shikimat

Senyawa fenilpropanoid adalah senyawa memiliki kerangka aromatik fenil (C6) dengan
rantai samping propanoid (C3) sehingga jumlah total karbonnya adalah 9 dan disebut C9 atau
fenil propanoid dan kelipatannya. Senyawa fenil propanoid terbentuk dari asam sikimat.
Selain fenil propanoid, jalur asam sikimat dihipotesiskan membentuk building block C7.
Berbagai senyawa golongan lignin, stilben, kumarin memiliki kerangka C9. asam galat,
struktur benzoik, berbagai polifenol (bukan jalur tunggal) terbentuk dari struktur C7.

5. Ciri-ciri senyawa fenil propanoid dan fenil metanoid:


a. Selalu memiliki kerangka inti fenil dan propanoid sehingga disebut C9 dan
kelipatannya misalnya 2 x C9, 3 x C9 dst. Jika C7 maka memiliki kerangka
benzil dan 1 rantai karbon samping
b. Pada kerangka aromatik jika memiliki gugus hidroksil (-OH) atau alkoksi (-
OR) biasanya akan berada pada posisi para terhadap rantai samping
propanoidnya.
c. Jika terdapat lebih dari satu alkoksi (-OR) atau hidroksil (-OH) maka akan
berposisi orto.

B. Jalur Biosintesis Fenilpropanoid


Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan atau disintesa pada sel dan
group taksonomi tertentu pada tingkat pertumbuhan atau stress tertentu. Senyawa ini
diproduksi hanya dalam jumlah sedikit tidak terus-menerus untuk mempertahankan diri dari
habitatnya dan tidak berperan penting dalam proses metabolism utama (primer). Pada
tanaman, senyawa metabolit sekunder memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai atraktan
(menarik serangga penyerbuk), melindungi dari stress lingkungan, pelindung dari serangan
hama/penyakit (phytoaleksin), pelindung terhadap sinar ultra violet, sebagai zat pengatur
tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain (alelopati).

Berdasarkan jalur biosintesis, metabolit sekunder digolongkan menjadi:


1. Golongan asetat (C2): poliketida dan asam lemak.
2. Golongan mevalonat dan deoksisilulosa (C5): terpenoid
3. Golongan sikimat: fenil matanoid (C7) dan fenilpropanoid (C9)
4. Golongan alkaloid
5. Golongan campuran: kombinasi antar metabolit sekunder atau metabolit sekunder
dengan metabolit primer.
COOH

HO OH
OH
Gambar 1. Strukur Fenilpropanoid

Senyawa fenilpropanoid terbentuk dari asam sikimat. Selain fenil propanoid, jalur
asam sikimat dihipotesiskan membentuk building block C7. Berbagai senyawa
golonganlignin, stilben, kumarin memiliki kerangka C9. Sedangkan asamgalat, struktur
benzoik, berbagai polifenol (bukan jalur tunggal) terbentuk dari struktur C7. Golongan ini
melewati starting material asam amino L-tirosin dan L- fenilalalin yang merupakan asam
amino esensial (manusia tidak memiliki jalur biosintesis ini), sehingga potensi toksisitasnya
kecil pada manusia.
Golongan fenil propanoid adalah senyawa yang memiliki aktifitas farmakologi luas
seperti antikanker (podofilotoksin), filantin berefek sebagai hepatoprotektor dan stimulan
kekebalan dalam tanaman meniran (Phyllanthus niruri), antiaterosklerosis (stilebenoid, dan
resveratrol), antidiabetes (sinamaldehide, yang terkandung dalam kulit kayu manis
(Cinnamomum burmani)), dan eugenol yang merupakan bahan antiseptik gigi yang diperoleh
dari kuncup bunga cengkeh (Syzygium aromaticum). Berbagai bahan parfum atau aroma
aromaterapi juga merupakan senyawa fenilpropanoid. Hal ini dikarenakan minyak atsiri
disusun oleh golongan monoterpen, seskuiterpen, dan fenilpropanoid
Perintis senyawa fenilpropanoid awal adalah asam sinamat dan asam p-hidroksinamat,
yang juga dikenal dengan nama asam p-kumarat. Dalam tumbuhan, senyawa ini dibuat dari
asam aromatis amino fenilalanin dan tirosin, secara bergantian, dan tersintesis melalui jalur
asam sikimat.
Biosintesa senyawa fenilpropanoida yang dari jalur shikimat pertama kali ditemukan
dalam mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan ragi. Sedangkan asam shikimat pertama
kali ditemukan pada tahun 1885 dari tumbuhan lillicium religiosum dan kemudian ditemukan
dalam banyak tumbuhan. Pokok reaksi biosintesa dari jalur shikimat adalah sebagai berikut:
Pembentukan asam shikimat diawali dengan kondensasi aldol antara eritrosa dan asam
fosfoenol piruvat. Pada kondensasi ini, gugus metilen (C=CH2) dari asam fosfoenolpiruvat
berlaku sebagai nukleofil dan mengadisi gugus karbonil C=O eritrosa, menghasilkan gula
dengan 7 unit atom karbon. Selanjutnya reaksi yang analog (intramolekuler) menghasilkan
asam 5 dehidrokuinat yang mempunyai lingkar sikloheksana, yang kemudian diubah menjadi
asam shikimat.

Gambar 2. biosintesa fenilpropanoid

Asam sikimat melalui serangkaian reaksi terfosforilasi, menghasilkan asam korismat yang
merupakan titik percabangan yang penting dalam biosintesis. Satu cabang menghasilkan
asam anthranilat dan kemudian menjadi triptofan. Sedangkan cabang yang lain menimbulkan
asam prefenat, senyawa non aromatis terakhir dalam rangkaian tersebut. Asam prefenat
terbentuk oleh adisi asam fosfoenolpiruvat terhadap asam shikimat. Asam prevenat dapat
diaromatisasi dengan dua cara. Pertama diproses dengan dehidrasi dan dekarboksilasi
simultan sehingga menghasilkan asam fenilpiruvat, yang bisa menghasilkan fenilalanin.Yang
kedua muncul dengan dehidrogenasi dan dekarboksilasi menghasilkan asam p-hidroski
fenilpiruvat, asal mula tirosin.

C. Penggolongan Fenilpropanoid

Fenilpropanoid dapat diklasifikasikan berdasarkan gugus kimia dasarnya, yaitu:


1. Asam hidroksisinamat
a. asam para kumarat

Karakteristik asam p-kumarat adalah sebagai berikut:


• Sinonim : asam p-hidroksisinamat
• Sumber : Aloe barbadensis (Aloe barbados), Euphorbia lathyris (Mole plant),
Hura crepitans (Sandhox tree), Melilotus officinalis (Yellow Sweetlover),
Trifolium pratense (Red clover)
• Pemerian : Berbentuk jarum
• Dapat dikristalkan dalam bentuk anhidrat dari larutan air panas pekat
• Praktis tidak larut dalam benzena, sukar larut dalam air dingin, mudah larut dalam etanol,
eter dan air panas.

b. asam kafeat

Karakteristik asam kafeat adalah sebagai berikut:


• Sinonim : asam 3,4-dihidroksisinamat
• Sumber : Aconitum napellus (Aconite), Arctium lappa (Lappa), Cinnamomum
camphora (Kamfor), Citrullus colocynthis (Colocynth), Digitalis purpurea
(Digitalis)
• Terdapat pada tumbuhan hanya dalam bentuk terkonjugasi, misalnya Asam klorogenat
• Pembuatan : isolasi dari kopi hijau dan kopi panggang, hidrolisis asam klorogenat dalam
media asam
• Pemerian : Berupa kristal kuning dari larutan air pekat dan monohidrat dari larutan
encer
c. Asam Ferulat

Karakteristik asam ferulat adalah sebagai berikut:


• Sinonim : asam kafeat 3-metil eter, asam 4-hidroksi-3- metoksisinamat
• Sumber : Biji Citrullus colocynthis (Colocynth),daun Digitalis purpurea, pucuk muda
Equisetum hyemale, daun Euphorbia lathyris, herba kering Euphrasia
officinalis, gom-resin Ferula assafoetida, MA Gaultheria procumbens
• Pembuatan : Isolasi dari Ferula foetida dan Pinus laricio; reaksi antara vanillin, asam
malonat, dan piperidin dalam piridin selama 3 minggu dan endapkan asam
ferulat dengan HCl encer
Bentuk cis : minyak kuning
Bentuk trans : jarum ortorombik
• Uji identifikasi : asam ferulat degan lartan NaOH membentuk garam Na sehigga kelarutan
meningkat
• Kegunaan : pengawet produk makanan.

d. Asam sinapat

Karakteristik asam sinapat adalah sebagai berikut:


• Sumber : daun dan ranting Viscum album
• Pembuatan : hidrolisis ester kolin asam sinapat dari biji mustard hitam Brassica nigra,
baik dlm media asam ataupun dg hidrolisis enzimatik
• Kegunaan :Antiseptik, antispasmodik,emetik, arteriosklerosis, stimulan jantung, kanker,
hepatosis, hipertensi, epilepsi, histeria,dan debilitas saraf

2. Fenilpropena
Karakteristik fenilpropena adalah sebagai berikut:
• Umumnya diisolasi dalam komponen minyak atsiri bersama dengan terpena atsiri
• Larut dalam lemak
• Contoh : eugenol, anetol, miristisin
Eugenol dan isoeugenol selalu berada bersama-sama dalam tumbuhan, misalnya Cananga
odorata (Ylang ylang), dan Myristica fragrans (nutmeg)
• Sinonim : sinamal, fenilakrolein, sinamat aldehid
• Sumber : minyak Ceylon Cinnamon-Cinnamomum verum, Myroxylon balsamum (Balsam
Peru), Syzygium aromaticum (Clover)
• Pembuatan : Minyak kasia (Cinnamomum cassia) mengandung minyak atsiri (1-2%).
Minyak atsiri mengandung sinamaldehid (80-85%) yang diisolasi melalui distilasi
fraksional dalam vakum
• Pemerian : sinamaldehid berupa cairan berminyak kekuningan yang memiliki bau kayu
manis tajam larut dalam sekitar 700 bagian air dan dalam 7 bagian etanol 60%, tetapi tidak
larut dalam etanol, eter, kloroform dan minyak
• Uji kimia : 1 tetes larutan FeCl3 1% + beberapa tetes sinamaldehid → coklat khas
• Kegunaan : industri parfum, aroma makmin

3. Kumarin
a. Kumarin
Karakteristik kumarin adalah sebagai berikut:
• Sinonim : asam cis-o-lakton kumarinat, kumarinat anhidrat
• Sumber : Acacia farnesiana (Cassie), Apium graviolens (celery), Cinnamomum verum
(Ceylon Cinnamomum), Myroxylon balsamum (Balsam Peru), Pimpinella anisum
(Anisi)
• Pemerian : kristal rektangular, bau mirip biji vanili, rasa terbakar
• Kegunaan : Pemberi aroma pada sediaan obat

b. Hidroksikumarin
Contoh : Umbelliferon (7-hidroksi kumarin), aeskuletin (6,7- dihidroksi kumarin), skopoletin
(6-metoksi-7-hidroksi kumarin)
i. Umbeliferon

Karakteristik umbelliferon adalah sebagai berikut:


• Sinonim : Hidrangin, Skimmetin
• Sumber : Apium graviolens, Artemisia abronatum, Lavandule angustifolia, Matricaria
chamomilla, Pimpinella anisum
• Pembuatan : Asam ferulat + HCl → asam umbelat → umbelliferon
• Distilasi resin dari Umbeliferae
• Pemerian : Bentuk jarum; dengan pemanasan, baunya meningkat; menyublim; larutannya
berfluoresensi biru
• Kegunaan : komponen lotion dan krim tabir surya
ii. Eskuletin
Karakteristik eskuletin adalah sebagai berikut:
• Sinonim : Aeskuletin, Chicorigenin, 6,7-dihidroksi kumarin
• Sumber : kulit kayu Cratageus oxycantha dan bunga Centarea cyanus
• Merupakan glikosida yang jika dihidrolisis akan menghasilkan aglukon eskuletin
• Juga diperoleh dari sikorlin pada bunga Cichorium intybus
• Pembuatannya mll hidrolisis 2 glikosida berikut :
- Dari eskulin
- Dari sikorlin
Sikorlin → eskuletin + glukosa
• Pemerian : eskuletin berbentuk prisma dari as asetat glasial dan berbentuk helaian mll
sublimasi vakum
• Kegunaan : penyaring sinar UV
iii. Skopoletin
Karakteristik skopoletin adalah sebagai berikut:
• Sinonim : asam krisatropat, asam gelseminat, 6-metoksiumbelliferon, β-metil-eskuletin, 7-
hidroksi-6- metoksikumarin
• Sumber : akar Arnica montana, daun Artemisia abrotanum, akar dan daun Atropa
belladona, buah Capsicum annum
• Pembuatan :

• Pemerian : berbentuk prisma atau jarum


• Uji identifikasi :
1. Larutkan dan hangatkan 0,1 g zat dlm etanol dg WB → fluoresensi biru
2. Larutkan 0,1 g zat dlm 3 ml etanol panas utk mereduksi lart Fehling → endapan merah
bata CuO
iv. Dafentin

Karakteristik dafentin adalah sebagai berikut:


• Sinonim : 7,8-dihidroksi kumarin
• Sumber : biji dan buah Daphne mezereum, biji Euphorbia lathyris.
• Pembuatan : diperoleh dari glukosida dafnin melalui pemanasan dengan asam mineral
encer, hidrolisis enzimatik, dan sublimasi
• Pemerian : kristal yang menyublim dengan pemanasan
• Uji identifikasi :
1. Larutan air dafentin + larutan FeCl3 → hijau Larutan air dafentin + Na2CO3 → merah
2. Larutan alkali dafentin + alkali karbonat/alkali → kuning
v. Fraksetin
Karakteristik fraksetin adalah sebagai berikut:
• Sinonim : 7,8-dihidroksi-6-metoksikumarin
• Sumber : biji Aeschulus hippocastanum
• Pembuatan :
• Pemerian : berbentuk plat. Pada 150 °C berubah menjadi kuning dan pada 228 °C (TL)
menjadi coklat
c. Furokumarin
i. Psoralen

Karakteristik psoralen adalah sebagai berikut:


• Sinonim : Fikusin, asam 6-hidroksi-5-benzofuranakrilat δ, furo (3,2-δ)-kumarin
• Sumber : Rutaceae (Bergamot, limau, cengkeh), Umbelliferae (seledri), Leguminosae
(Psoralen coryfolia), Moraceae (daun ara), minyak Ruta graveolens, daun Ficus carica
• Pemerian : kristal
• Uji identifikasi :
1. 1 mg psoralen + 5 ml EtOH +15 ml campuran dari3 bagian propilen glikol, 5 bagian
asam asetat, dan 43 bagian air → + UV → fluoresensi biru terang 2. 1 mg psoralen + 2 ml
EtOH + 2 tetes NaOH → + UV → fluoresensi kuning
• Kegunaan :
1. Pengobatan leukoderma
2. Fotokemoterapi pada vitiligo, psoriasis, dan mikosis fungoides

ii. Metosalen

Karakteristik metoksalen adalah sebagai berikut:


• Sinonim : Xantotoksin, meloksin, ammoidin, meladinin, 8-metoksipsoralen, oksoralen
• Sumber : buah Fragara xanthoxysiloides dan Ammi majus, herba Ruta graveolens
• Pemerian : jarum, kristal, tdk berbau, rasa pahit
• Uji identifikasi :
1. + sedikit H2SO4 → jingga-kuning → hijau terang
2. Uji pelarut Wagner → endapan
3. Uji HNO3 → kuning terang
• Kegunaan :
Pengobatan leukoderma, zat pigmentasi, perawatan psoriasis dan mikosis fungoides

iii. Bergapten

Karakteristik bergapten adalah sebagai berikut:


• Sinonim : Heraklin, Majudin, Psoraderm, 5-metoksipsoralen
• Sumber : Akar dan buah Angelica archangelica, biji Apium graveolens, daun, batang
dan buah Petroselinum crispum, minyak Ruta graveolens
• Pemerian : kristal jarum, menyublim pd pemanasan
• Uji identifikasi : + H2SO4 pekat → kuing-emas terang
• Kegunaan : fotokemoterapi psoriasis, formulasi krim/lotion tabir surya

iv. Imperatorin

Karakteristik imperatorin adalah sebagai berikut:


• Sinonim : amidin, pentosalen, marmelosin
• Sumber : akar dan buah Angelica archangelica, akar Imperatoria osthruthium, buah
Pastinaea sativa, buah Ammi majus
• Pemerian : prisma dan jarum panjang halus
• Uji identifikasi :
1. Uji H2SO4 → jingga tua → coklat
2. Reagen Marqui → jingga → coklat
3. Reagen Tollen → cermin perak
4. Uji Fehling → endapan merah bata CuO
5. Uji HNO3 → kuning terang pada pendidihan dengan HNO3 encer → ungu bila + basa
ku
4. fenilpropanoid rantai pendek
Ciri dari fenilpropanoid rantai pendek, antara lain:
• Selalu berupa asam dan fenol, jarang alkohol dan aldehid
• Klasifikasi:
i. Tidak memiliki rantai samping
Katekol

Karakteristik katekol adalah sebagai berikut:


• Sinonim : pirokatekol, pirokatekin, 1,2-dihidrobenzen, 1,2-benzendiol
• Sumber : Anandenathera peregrina, korteks Melia azedaraeh, Rumex crispus
• Pembuatan : ekstrak air + basa encer → garam Na dinetralkan
• Pemerian : tablet atau prisma, berubah warna bila terpapar udara
• Uji identifikasi : 0,2 g katekol dlm ait + lart air FeCl3 → hijau
• Kegunaan : antiseptik, bahan fotografi, pewarnaan bulu Binatang

ii. Memiliki rantai samping dengan 1 atom C


Asam Benzoat

Karakteristik asam benzoat adalah sebagai berikut:


• Sinonim : asam drasiklik, asam fenilformat, asam benzena karboksilat
• Sumber : Aecia farnesia, minyak Cananga odorata, getah Daemonorops draco, Illicium
verum, MA Narcissus tazetta, Piper methysticum, Plantago major, gom Styrax benzoin,
kelopak Vanilla planifolia
• Pembuatan : ekstrak alkohol dipekatkan, didinginkan, ditambahkan asam mineral encer.
Residu padat yang dihasilkan direkristalisasi dari alkohol panas
• Pemerian : plat, tablet, helaian
• Uji identifikasi : garam kalsium benzoat trihidrat menghasilkan kristal dan serbuk
dengan densitas 1,44. Sangat larut dalam air mendidih, namun agak sukar larut dalam air
dingin (1 g/25 ml)
• Kegunaan : 1. Antijamur topikal bersama asam salisilat 2. Pengawet makanan, lemak,
jus buah, larutan alkaloid, tembakau
Asam galat

Karakteristik asam galat adalah sebagai berikut:


• Sinonim : asam 3,4,5-trihidroksi benzoat
• Sumber : biji Abrus precatorius, buah buni Aretostaphylos uva-ursi, biji Cimicifuga
recemosa, buah Coriaria thymifolia, rimpang Cypripedium sp., ranting hijau Ephedra
geradiana
• Pembuatan :
1. Hidrolisis asam atau basa tanin dari Nutgall
2. Hidrolisis enzimatik dari kaldu bekas Penicillium glaucum dan A. niger yg mgd enzim
tanase
• Pemerian : jarum, menyublim pada 210 °C
• Uji identifikasi :

• Kegunaan : astringen
Salisin

Karakteristik salisin adalah sebagai berikut:


• Sinonim : Salikosida, salisil alkohol glikosida, saligenin- β-D-glukopiranosida
• Sumber : minyak atsiri Filipendula ulmaria
• Pembuatan : ekstrak air panas dari kulit kayu willow atau kulit kayu akar Viburnum
prunifolium
• Pemerian : kristal
• Kegunaan : analgesik, substrat standar utk evaluasi sediaan enzim yg mgd β-glukosida
Vanilin

Karakteristik vanilin adalah sebagai berikut:


• Sinonim : aldehida vanilat, 3-metoksi-4- hidroksidabenzaldehida, 4-hidroksi-3-
metoksibenzaldehida
• Sumber : minyak atsiri Croton eleutheria, oleo-gum-resin Ferula asafoetida, pucuk bunga
Filipendula ulmaria, daun Ilex paragua-riensis, biji Myroxylon balsamum, minyak atsiri
Serenoa repens, daun Tilia europaea
• Pembuatan : hidrolisis valinosida dari buah vanila mentah
• Pemerian : jarum putuh/kuning terang
• Uji kimia : + reagen Tollen menghasilkan cermin perak bila dihangatkan (aldehid)
• Kegunaan : pemberi aroma pada minuman, makanan-susu beragi, gula-gula, minyak wangi,
dan sediaan obat
iii. 3. Memiliki rantai samping dengan 2 atom C
Fenil etanol

Karakteristik fenil etanol adalah sebagai berikut:


• Sinonim : 2-feniletanol, β-feniletil alkohol, benzil karbinol, β-hidroksietil benzen,
benzenetanol
• Sumber : minyak atsiri Tilia europaea dan minyak atsiri lainnya seperti mawar, anyelir,
sitrus, geranium, cempaka, neroli
• Pembuatan : distilasi fraksi minyak atsiri, reduksi fenileti asetat dengan adanya Na dan
EtOH
• Pemerian : cairan tidak berwarna
• Kegunaan : pemberi aroma pada makmin, parfum, bahan aditif untuk infeksi mikroba
5. Turunan bifenil propanoid
a. Lignan
Lignan merupakan penggabungan oksidatif unit-unit parahidroksifenilpropena yang
dihubungkan jembatan oksigen
Karakteristik lignan adalah sebagai berikut:
• Unit prekursor : asam sinamat, sinamil alkohol, propenil benzena, alilbenzena
• Lignan/Haworth Lignan : senyawa yg dihasilkan mll penggabungan asam/alkohol scr
khusus
• Neolignan : senyawa hasil penggandengan turunan propenil dan/atau alil
• Sumber : akar, heart wood, daun, buah, eksudat, resin tumbuhan, manusia dan hewan.
α-lignan tdp pd akar dan rimpang Podophyllum hexandrum
• Pemerian : enantiomer tunggal (d- atau l- isomer), rasemik dl-
i. Etoposida
Karakteristik etoposida adalah sebagai berikut:
• Sinonim : lastet, vapesid
• Pemerian : kristal
• Kegunaan : dengan zat kemoterapetik lain untuk pengobatan tumor testikular
refraktori, pengobatan pertama karsinoma sel kecil paru, leukimia nonlimfositik akut,
limfoma non Hodgin, dan-lain.

ii. teniposida
Karakteristik teniposida adalah sebagai berikut:
• Sinonim : Vumon, ETP, VM-26, 4’-dimetillepipodofilotoksin- β-D-tenilidena glukosida
• Pemerian : kristal, memiliki cincin tenilidena tambahan pada cincin glukopiranosida, pKa
lbh tinggi dp etoposida
• Penggunaan : antineoplastik pada leukimia limfoblastik akut anak
iii. flavonoid
Silibin
Karakteristik silibin adalah sebagai berikut:

• Sinonim : silimarin, apihepar, laragon, silarin, pluropon, silepan, silirex, silliver, silmar
• Sumber : biji Silybum marianum
• Pemerian : kristal monohidrat, larut dlm aseton, etil asetat, metanol, etanol, agak sukar larut
dlm kloroform
• Kegunaan :
1. Perlindungan sel hati atau sel yang belum rusak dengan bekerja langsung pada membran
sel, sehingga mencegah masuknya senyawa toksik
2. Meningkatkan dan menstimulasi sintesis protein sehingga mempercepat proses regenerasi
dan produksi hepatosit
3. Pengobatan penunjang pada radang kronik hati dan sirosis
6. Fenilpropanoid dengan Berat Molekul Tinggi
a. lignin
Karakteristik lignin adalah sebagai berikut:
• Merupakan faktor tunggal dalam memperkuat dinding sel sehingga penting dalam sintesis
dinding sel
• Penentu dalam adaptasi lingkungan karena dinding sel yang mengandung lignin membantu
dalam membangun batang yang kuat dan kaku pada tumbuhan berkayu dan pohon pada
umumnya
• Komposisi : koniferil, p-kumaril, sinapil alkohol
• Kegunaan : 1. Sumber vanilin, aldehid siringat, dan dimetil sulfoksida
2. Pengembang plastik fenolik
3. Memperkuat karet sol sepatu
4. Penstabil emulsi aspal
5. Mengendapkan protein
b. tanin
Karakteristik tanin adalah sebagai berikut:
• Sinonim : asam tanat, galotanin, asam galotanat, Acidum tannicum
• Sumber : Akar Cimicifuga racemosa, buah kering Coffea arabica, kulit kayu Carnus
florida, Equisetum arrense, akar Glychirrhiza glabra, daun Eupatorium perfoliatum, biji
Frangula alnus, akar Paeonia officinalis, daun Pilocarpus spp.
• Pemerian : massa serbuk ruahan atau serpihan atau spons berwarna putih kekuningan
hingga coklat terang, aroma tidak enak dengan rasa kelat yang khas.
• Jika terpapar udara dan cahaya, cenderung menggelap Perlahan

• Uji identifikasi :
1. Jika dipanaskan 210-215 °C, asam tanat terurai menjadi pirogalol dan CO2
2. Asam tanat dengan albumin, pati, gelatin, alkaloid, dan garam logam menghasilkan
endapan tidak larut
3. Asam tanat dengan garam ferri, misalnya FeCl3 membentuk warna hitam kebiruan atau
endapan
• Penyimpanan : wadah tertutup, terlindung dari cahaya
• Kegunaan : 1. Asam tanat + faram ferri : pembuatan tinta
2. Penyamakan : kulit sapi, kambing, domba, kerbau
3. Astringent, antiseptik
4. Mordan dalam pewarnaan
5. Lem kertas, sutera, pencetakan kain
6. Penjernihan bir dan anggur
7. Koagulan pd produksi karet
8. Produksi asam galat dan pirogalol skala besar

D. Manfaat Senyawa fenilpropanoid

Adapun beberapa manfaat dari senyawa fenil propanoid yaitu sebagai berikut:
1. Tiga contoh senyawa fenil propanoid yaitu sinamaldehida, eugenol dan apiel berperan
penting dalam memberi ciri bau-rasa dan bau khas berbagai jamu dan rempah-rempah yang
berharga.

2. Sinamaldehida yang terkandung pada kayu manis bermanfaat untuk menurunkan resiko
stroke dan aterosklerosis.

3. Asam sinamat bisa berfungsi untuk melindungi kulit dari sinar matahari karena senyawa
ini dapat berpotensi sebagai bahan kosmetik.

4. Lignan (gabungan antara dua fenil propanoid melalui rantai samping alifatiknya) pada
manusia digunakan secara niaga sebagai antioksidan dalam makanan dengan berhasil baik,
walaupun terbatas. Sedangkan untuk tumbuhan lignan memberikan sumbangan pada
penguatan dinding sel.

5. Dalam beberapa jenis tumbuhan paku yang mengandung senyawa fenil propanoid bisa
digunakan sebagai obat kanker.

6. Tanin (salah satu jenis senyawa fenil propanoid yang terkandung dalam tumbuhan) bagi
manusia berfungsi untuk menghambat pertumbuhan tumor, sedangkan fungsinya bagi
tumbuhan itu sendiri ialah sebagai pertahanan yaitu untuk mengusir hewan pemangsa
tumbuhan.

7. Eugenol dan senyawa turunannya memiliki berbagai manfaat dalam bidang industri,
seperti industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, pestisida nabati, perikanan,
pertambangan, kemasan aktif dan industri kimia lainnya.

8. Kumarin bermanfaat sebagai antioksidan alami.

E. Contoh Isolasi Fenilpropanoid

Isolasi kumarin dari biji pinang

Pinang yang digunakan buahnya sebagai ramuan pemakan sirih dikenal dengan nama latin
Areca catechu L. Buah pinang mudah dikunyah dan airnya ditelan untuk mengobati darah
dalam air kencing. Jus pinang muda digunakan sebagai obat luar untuk rabun bila diteteskan
pada kornea, ditelan untuk demam, histeria, dan disentri. Biji pinang muda bila dibuat jus
dengan telur itik dan susu dapat digunakan untuk peningkatan stamina lelaki. Abu pinang
digunakan untuk mencuci gigi, tetapi jika terlalu banyak akan merusak gigi. Jus pucuk pinang
dan Euphorbia linta digunakan tiga hari setelah bersalin. Akar pinang juga digunakan untuk
memperbanyak kencing dan mengobati sakit perut. Campuran daunnya digunakan untuk
memandikan anak-anak yang sering mengalami sakit perut. Serbuk pinang bisa membuang
cacing gelang. Pada penelitian ini akan dilaporkan kandungan kumarin dari biji pinang sirih
yang muda dengan cara maserasi dan karakterisasi hasil dengan cara kimia, spektroskopi dan
kromatografi. Berikut tahapan isolasinya:

Persiapan alat dan bahan


Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat destilasi, rotary evaporator Heidolph WB
2000, Spektrometer Ultraviolet Secoman S1000 PC, Spektrometer IR (Perkin Elmer FTIR
1600 series), Spektrometer 13C-NMR Bruker WP pada 100 MHz, Spektrometer 1H-NMR
Bruker WP pada 500 MHz, Spektrometer Massa (Micromas VG 70-250S), Elemental
analysis apparatus, Fisher melting point apparatus, lampu UV λ = 254 dan 356 nm, corong
Buchner, kolom kromatografi dengan diameter 5,0 dengan panjang 48 cm, penangas listrik,
oven, pipa kapiler, kertas saring, plat KLT, alumunium foil, serta perlatan gelas yang umum
digunakan di laboratorium.

Sampel yang berupa biji pinang sirih yang masih muda (Areca catechu L) diambil di Tanah
Sirah Kalumbuk Kota Padang, dan diidentifikasi di Herbarium Universitas Andalas Padang
(ANDA) oleh Rusdi Tamin.

Ektraksi dan fraksinasi

Sampel kering biji pinang muda Areca catechu L. yang dimaserasi dengan metanol. Dari 2,95
kg sampel kering biji pinang muda Areca catechu L. yang dimaserasi dengan metanol
didapatkan ekstrak pekat sebanyak 511,36 g. Selanjutnya ekstrak pekat metanol tadi
dilarutkan dalam metanol : air (1 : 1) kemudian difraksinasi dengan pelarut etilasetat. Fraksi
etilasetat dipekatkan dengan rotary evaporator dan didapatkan ekstrak pekat fraksi etil asetat
sebanyak 75,75 g. Kemudian fraksi etilasetat dikromatografi kolom sehingga didapatkan satu
noda tunggal. Noda tunggal dimonitor dengan kromatografi lapisan tipis dengan
menggunakan pelarut n-heksan : aseton (4 : 6) dan dilihat di bawah lampu UV.

Pemurnian dan rekristalisasi

Pemurnian dilakukan dengan menggunakan pelarut yang berbeda kelarutannya, yaitu EtOAc,
aseton dan MeOH. Ketiga fraksi ini dimonitor dengan KLT menggunakan pelarut n-heksan :
aseton (4 : 6). Hasil KLT dari fraksi aseton memperlihatkan noda tunggal di bawah lampu
UV sebagai penampak noda. Kemudian dilakukan rekristalisasi terhadap fraksi aseton dengan
menggunakan pelarut MeOH dan Aseton, sehingga didapatkan kristal kumarin yang
berwarna putih. Kristal tersebut memiliki titik leleh 184 – 185°C dan Rf 0,60 dengan pelarut
n-heksan : aseton (4 : 6). Kristal murni yang didapat dilakukan analisa unsur, penarikan
spektrum ultraviolet, spektrum inframerah, spektrum massa, spektrum NMR baik 1H dan
13C. Karena rekristalisasi terhadap fraksi aseton menggunakan pelarut MeOH dan Aseton,
sehingga didapatkan kristal kumarin yang berwarna putih.

Karakterisasi

Selanjutnya karakterisasi senyawa golongan kumarin ini dilakukan dengan menggunakan


spektrometer UV-Vis Secomam S.1000. Spektrum UV yang dihasilkan oleh senyawa
kumarin hasil isolasi dengan pelarut MeOH memberikan 3 pita serapan maksimum 208,6 nm;
219,6 nm; dan 323,6 nm. Berdasarkan pengukuran serapan UV tersebut dapat disarankan
bahwa senyawa hasil isolasi termasuk dalam senyawa golongan kumarin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan jalur biosintesis, metabolit sekunder digolongkan menjadi:


1. Golongan asetat (C2): poliketida dan asam lemak.
2. Golongan mevalonat dan deoksisilulosa (C5): terpenoid
3. Golongan sikimat: fenil matanoid (C7) dan fenilpropanoid (C9)
4. Golongan alkaloid
5. Golongan campuran: kombinasi antar metabolit sekunder atau metabolit sekunder
dengan metabolit primer

Senyawa fenilpropanoid terbentuk dari asam sikimat. Selain fenil propanoid, jalur asam
sikimat dihipotesiskan membentuk building block C7. Berbagai senyawa golonganlignin,
stilben, kumarin memiliki kerangka C9. Sedangkan asamgalat, struktur benzoik, berbagai
polifenol (bukan jalur tunggal) terbentuk dari struktur C7. Golongan ini melewati starting
material asam amino L-tirosin dan L- fenilalalin yang merupakan asam amino esensial
(manusia tidak memiliki jalur biosintesis ini), sehingga potensi toksisitasnya kecil pada
manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Bruneton, J, 1995, Pharmacognosy, Phytochemistry, Medicinal Plants, Paris: Lavoiser Publ.


Claus, EP, Varro, ET, 1973, Pharmacognosy, 6th Ed., Philadelphia: Lea & Febiger.
Depkes RI, 1978, Materia Medika, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI, 1993, Standard of Asean Herbal Medicine, Vol. 1, Jakarta: Aksara Buana.
DirJen POM, 1999, Peraturan Perundang – Undangan di Bidang Obat Tradisional, Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Kar, A, 2013, Farmakognosi & Farmakobioteknologi, Edisi 2, Vol. 1, Jakarta: EGC
Kedokteran.
Saifudin, A, 2014, Senyawa Alam Metabolit Sekunder: Teori, Konsep, dan Teknik
Pemurnian, Edisi 1, Cetakan 1, Yogyakarta: Deepublish
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
penyusun bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Fenilpropanoid .Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Fitokimia .

Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu bagi kita semua.

Bukittinggi, 10 April 2018

Penyusun
JALUR SHIKIMAT
FENIL PROPANOID C9

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Fitokimia

Oleh :

Annisa Fauziah Em ( 2016.01.00.02.020)


Marnovi Yanti (2016.01.00.02.030)

Dosen :

Rahma Yulia, Marm., Apt


Prodi S1 Farmasi
UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR
BUKITTINGGI
2018
Jl. Tan Malaka Belakang Balok Bukittinggi
E-mail : umn.yarsi@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai