Anda di halaman 1dari 23

BAB VII

PENGENDALIAN WAKTU PELAKSANAAN KONTRAK

7.1 Tujuan Instruksional Khusus

Pengendalian waktu pelaksanaan koktrak bertujuan untuk memantau

kemajuan Pekerjaan kontraktor dilapangan, menjadi rujukan bagi pembayaran

eskalasi/de-eskalasi harga, memdukung pengelolaan anggaran biaya,

mempertimbangkan permintaan tambahan biaya akibat perubahan pekerjaan dan

mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

7.2 Pendahuluan
Waktu pelaksanaan kontrak merupakan jangka waktu yang telah

ditentukan dalam syarat-syarat khusus kontark, dihitung sejak tanggal mulai kerja

yang tercantum dalam Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Waktu pelaksanaan

yang telah disepakati dalam kontrak, penyedia jasa atas persetujuan pengguna jasa

membuat sebuah rencana kerja yang sering disebut dengan skema pekerjaan atau

skema waktu, dalam pelaksanaan dilapangan lebih dikenal dengan “Time

Schedule Pelaksanaan Proyek”. Time schedule pelaksanaan proyek merupakan

bagian terpenting dari rencana pengendalian wkatu pelaksanaan kontrak yang

dipersiapkan Kontraktor sebagai bagian dari pengajuan penawaran pada waktu

pelelangan. Time schedule pelaksanaan yang dibuat oleh kontraktor disampaikan

kepada konsultan supervisi untuk dievaluasi dan selanjut nya untuk mendapatkan

89
persetujuan penguna jasa. Time Schedule yang telah mendapat persetujuan ketiga

pihak tersebut menjadi acuan pelaksanaan ketiga pihak (Kontraktor, konsultan

supervise dan boher).

7.3 Penjadwalan Waktu Pelaksanaan

Pembuatan penjadwalan waktu pelaksanaan sebagai bagian dari pengajuan

penawaran pada waktu pelelangan dengan mempertimbangkan 3 aspek yaitu;

aspek perncanaan, aspek analisa dan aspek pemilihan jenis cara penjadawalan.

7.3.1 Aspek perencanaan

Dalam pembuatan Time Schedule perlu mempertimbangkan aspek

perencanaan menyangkut penentuan dari :

 Apa yang harus dikerjakan

 Kapan harus dikerjakan

 Bagaimana cara mngerjakannya

 Siapa yang harus mengerjakan

 Berapa biaya yang harus dikeluarkan

Semua pertanyaan di atas dianalisa, hasil analisis terhadap “Apa” akan

menunjukkan bahwa proyek terdiri dari sejumlah kegiatan yang berurutan (mudah

dikenal sebagai sejumlah elemen pekerjaan, mengandung kesulitan dan resiko

dalam menyelesaikannya).

90
Pertanyaan terhadap “Kapan” setiap elemen pekerjaan harus ditentukan

posisinya sebagai bagian dari jadwal yang telah ditentukan untuk penyelesaian

proyek. Sedangkan terhadap pertanyaan “Bagaimana” dan “Siapa” perlu

ditentukan dengan cara perencanaan pemanfaatan tenaga kerja, peralatan dan

bahan secara optimal.

Atas dasar pertimbangan tersebut di atas baru dapat diperhitungkan

“Berapa” biaya yang harus dikeluarkan.

Pembuatan Time Schedule ditinjau dari aspek perencanaan memerlukan

penyiapan tata cara kerja yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

Melakukan penelaahan awal kontrak

Melakukan penelitaian lapangan secara rinci untuk menguji lokasi

sumberdaya yang tersedia dan menentukan tingkat kesulitan yang

terkait pada pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Melakukan pengkajian daftar kuantitas secara terperinci

Melakukan pengkajian gambar rencana secara rinci

Menguji spesifikasi

Menguji syarat-syarat kontrak

Menganalisa pekerjaan yang diperlukan untuk setiap kegiatan

Menentukan urutan pekerjaan

Menentukan biaya proyek

91
7.3.2 Aspek Analisa

Aspek analisa dilakukan setelah mempertimbangkan langkah-langkah

yang tersebut di atas dan ditindak lanjuti terhadap beberapa hal, yaitu :

 Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan setiap

kegiatan

 Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan

 Urutan setiap kegiatan

 Metoda kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan

 Sumberdaya yang diperlukan

 Resiko yang terkait

 Biaya yang sbenarnya untuk menyelesaikan setiap kegiatan

 Nilai pekerjaan yang diselasaikan

7.3.3 Pemilihan jenis dan cara penjadwalan

Pemilihan jenis dan cara penjadwalan dilakukan setelah langkah-langkah

perencanaan dan analisis terhadap pelaksanaan pekerjaan. Selanjutnya kontraktor

perlu mempersiapkan beberapa jadwal dasar sebagai acuan jadwal perencanaan

kerja, selanjutnya didalam pelaksanaan konstruksi secara umum biasanya akan

memerlukan perubahan-perubahan dan disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Untuk mengantisipasi perubahan-perubahan terhadap kondisi lapangan maka

kontraktor perlu menyiapkan penjadwalan secara cermat. Penjadwalan tersebut,

yaitu :

92
 Penjadwalan kegiatan, menentukan secara terperinci dan jelas

kerangka waktu untuk setiap elemen pekerjaan.

 Penjadwalan sumber daya, menentukan secara terperinci dan jelas

rencana ketersediaan tenaga kerja peralatan dan bahan.

 Penjadwalan kemajuan keuangan yang dibuat dalam bentuk “Kurva

S” , menentukan secara jelas rencana kemajuan pekerjaan dan

keuangan proyek.

 Penjadwalan cash flow keuangan, menentukan keadaan pemasukan

dan pengeluaran keuangan proyek.

7.3.4 Jenis Penjawadwalan

Penjadwalan yang digunakan tergantung kebutuhan dari proyek, antara

lain yaitu :

 Jaringan Kerja (Net Work Planning)

 Bagan Balak atau Bagan ganth (Bar Charts)

 Jadwal Kemajuan Keuangan-Kurva S (Financial Progress Schedule –

S Curve)

Penjadwalan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

A. Jaringan kerja (Network Planning)

Secara terperinci metoda jaringan kerja dapat dipelajari pada modul

tentang Network Planning (NWP) pada matakuliah manajemen rekayasa

93
konstruksi transportasi. Untuk mengingat kembali di di bawah ini ditampilkan

sepintas aplikasi network planning.

A E
3 11 5 17 I
3 11 6 17
D 4 8
25 L 30
1 0 B 2 7 F 6 13 H 8 9
0 7 7 6 17 8 25 5 30
K
C 7 G 7 12
4 4 11 5 16 9

Gambar 8.1 Perhitungan waktu

Berdasarkan analisa perhitungan dengan menggunakan rumus dimana ada


peristiwa-peristiwa yang bernilai EET = LET atau EET – LET = 0.
Sebagaimana halnya pada perhitungan EET, pada LET juga mempunya 5
lintasan. Dari 5 lintasan, ternyata ada lintasan-lintasan yang dilalui oleh
peristiwa-peristiwa kritis dan kegiatan kritis, yaitu :
1. Peristiwa : 1, 2, 3, 5, 8 dan 9
2. Kegiatan : B, D, E, I dan L
3. Jadi lintasan kritsi adalah :
Lintasan yang dilalui oleh peristiwa-peristiwa kritis dan kegiatan
kritis.

Kegiatan C bukan kegiatan kritis, sebab meskipun peristiwa awalnya


kritis (EET 1 = LET 1 = 0 ), tetapi peristiwa akhirnya bukan peristiwa kritis
yaitu peristiwa nomor 4 (EET 4 ≠ LET4, 7 ≠ 11).

94
Kegiatan G bukan kegiatan kritis sebab meskipun peristiwa awalnya kritis,
yaitu peristiwa nomor 2 (EET 2 = LET 2 = 7 ), tetapi peristiwa akhirnya
bukan peristiwa kritis, yaitu peristiwa nomor 6 ( EET 6 ≠ LET 6 , 13 ≠ ).

Kegiatan Dummy bukan kegiatan kritis, sebab meskipun peristiwa


awalnya kritis, yaitu peristiwa nomor 2 (EET 2 = LET 2 = 7), tetapi
peristiwa nomor 4 bukan peristiwa kritis (EET 4 ≠ LET 4, 7 ≠ 11 ).

Kegiatan H bukan kegiatan kritis, sebab meskipun peristiwa akhirnya


kritis yaitu peristiwa nomor 8 ( EET 8 = LET 8, 25 = 25 ), tetapi peristiwa
awalnya tidak kritis yaitu peristiwa 6 ( EET 6 ≠ LET 6 , 13 ≠ 17).

Kegiatan K bukan kegiatan kritis, sebab meskipun peristiwa akhirnya


kritis yaitu peristiwa nomor 8 ( EET 8 = LET 8, 25 = 25 ), tetapi peristiwa
awalnya tidak kritis yaitu peristiwa 7 ( EET 7 ≠ LET 7 , 12 ≠ 16).

Lintasan Kritis
Lintasan kritis dalam sebuah network planning adalah “ lintasan yang
dilalui oleh
peristiwa-peristiwa kritis dan kegiatan-kegiatan kritis “.Tujuannya sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui dengan cepat tingkat kepekaannya yang paling
tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan, sehingga setiap saat dapat
ditentukan tingkat prioritas kebijaksanaan penyelenggaraan proyek,
yaitu terhadap kegiatan-kegiatan kritis dan hampir kritis.
2. Untuk mengetahui lintasan terpanjang yang dilalui oleh kegiatan-
kegiatan dan peristiwa dalam sebuah network diagram.
3. Untuk mengetahui umur proyek
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa :

95
1. Lintasan kritis merupakan lintasa yang terlama/terpanjang dalam
sebuah network planning.
2. Lintasan kritis adalah lintasan yang menentukan umur pelaksanaan
pekerjaan/ proyek.

SLACK DAN FLOOT

Slack dan floot adalah waktu untuk penundaan atau waktu untuk bisa
terlambat. Untuk menjelaskannya dapat diperjelakan dengan gambar di
bawah ini :
4 F 20
2 18 15 5 33
A 4 C
D 6 3

0 0 B 3 8 G 6 20 H 9 36
0 8 8 12 20 10 36
7 E J
4 7 K 7 20 L 8 31 5
11 9 20 11 31

Dari gambar NWP di atas terlihat ada yang EET = LET dan EET ≠ LET.

Event Slack.
Perbedaan antara LET dan EET pada satu lingkaran peristiwa dinamakan
Event Slack.
Jadi : “ Event slack dapat didefinisikan sebagai berikut : “ Sejumlah waktu
yang menyatakan daerah waktu dimana kejadian (peristiwa) itu

96
dapat atau boleh terjadi tanpa mempengaruhi selesainya pekerjaan/
proyek.

Lintasan – lintasan pada network planning di atas adalah sebagai berikut :


1. Lintasan yang dilalui oleh kegiatan-kegiatan ; A, F, dan C = 22
2. Lintasan yang dilalui oleh kegiatan-kegiatan ; B, D, dan C = 17
3. Lintasan yang dilalui oleh kegiatan-kegiatan ; B, G, dummy dan = 36
4. Lintasan yang dilalui oleh kegiatan-kegiatan ; B, G dan H = 30
5. Lintasan yang dilalui oleh kegiatan-kegiatan, E, K, L dan J = 32

Activitas Float
Waktu penundaan atau waktu untuk bisa terlambat dari suatu kegiatan.
 Jadi Float hanya terdapat pada kegiatan-kegiatan yang tidak kritis
Ada 3 macam tipe dari Floet, yaitu :
 Total Float (TF)
 Free Float (FF)
 Idependen Float (IF)
Kita tinjau satu persatu
1. Total Float (TF)
Float ini didefinisikan sebagai : sejumlah waktu untuk
penundaan atau waktu untuk terlambat yang terdapat pada
suatu kegiatan dimana kegiatan tersebut dapat terlambat atau
diperlambat
pelaksanaannya tanpa mempengaruhi selesainya
pekerjaan/proyek keseluruhan.
2. Free Float (FF)
Free Float adalah sejumlah penundaan atau waktu untuk bisa
terlambat, atau diperlambatkannya kegiatan tersebut tanpa

97
mempengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung
mengikutinya.
3. Idependen Float (IF)
Adalah sebuah kegiatan yang jangka waktu atau saat paling
awal peristiwa akhir (EETj) kegiatan yang bersangkutan
dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila
kegiatan tersebut dimulai pada saat paling lambat peristiwa
awal (LET i) nya.

EET i X (i – j ) EET j

i LET i D (i – j ) j LET j

EET i EET i
EET j LET j

D (i-j)

D(i-j) D (i-j)

ESX EFX LSX LFX

Gambar G. 12 Diagram Independen Fload

Gambar di atas menunjukkan :

98
X = Nomor kegiatan
i = Nomor peristiwa awal
j = Nomor peristiwa akhir
D (i-j) = Lama waktu (Daration) pelaksanaan kegiatan (i-j)
EETi = Earlist Event Time (saat paling awal) peristiwa i
LETj = Latest Event Time (saat paling akhir) Peristiwa i
EETj = Earlist Even Time (saat paling awal) peristiwa j
LETj = Latest Event Time (saat paling akhir) Peristiwa j
ESX = Earlist start dari kegiatan (i-j) ](artinya saat paling awal dapat
dimulainya kegiatan (i-j) ]
LFX = Earlist Finish dari kegiatan (i-j) ](artinya saat paling akhir dapat
dimulainya kegiatan (i-j) ]
LSX = Latest start dari kegiatan (i-j) ](artinya saat paling awal dapat
dimulainya kegiatan (i-j) ]
LEX = Latest Finish dari kegiatan (i-j) [ artinya : saat paling lambat
selesainya. Kegiatan (i-j) tampa mempengaruhi selesainya
waktu pelaksanaan seluruh pekerjaan/proyek).

Perhitungan Free Fload Dan Total Fload

Rumusnya adalah sebagai berikut :

FFij = EET j - EETi - Dij


TFij = LETj - EETi - Dij
IFij = LETj - Dij - LETi

Total Fload
Total Flood adalah sejumlah waktu bisa terlambat, tanpa mempengaruhi
penyelesaian proyek secara keseluruhan. Selanjutnya untuk menjelaskan TF

99
dalam network planning di atas dapat dijelaskan dengan gambar diagram Total
Flood sebagai berikut :

TFD

FFD FFG
A D G G’
B E
C F

0 5 9 11 12 17 24 35
Hari

Untuk memudahkan masing-masing Free Float dari kegiatan tersebut


dapat disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini :

Aktivit Daration (waktu


as/kegi pelaksanaan) LETi EETi D(i-j) TF Keterangan
atan (hari)
A 5 22 0 5 17 TFA = 17
B 9 20 0 9 11 TFB = 11
C 12 12 0 12 0 TFC = 0
D 6 28 5 6 6 TFD = 6
E 8 28 9 8 11 TFE = 11
F 23 35 35 12 0 TFF = 0
G 7 35 35 17 11 TFG = 11

Jadi berdaskan tabel di atas kegiatan-kegiatan yang mempunyai tenggang


waktu terhadap penyelesaian pekerjaan/proyek (Total Float) adalah kegiatan A

100
sebanyak 17 hari, B 11 hari, D sebanyak 6 hari, E sebanyak 11 dan kegiatan G
mempunyai tenggang waktu sebanyak 11 hari.

FLOAT NEGATIF
Float Negatif dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Lintasan kritis tidak boleh terlambat (Float nya nol)
2. Lintasan-lintasan yang mempunyai float negatif, yaitu lintasan yang
melalui kegiatan – kegiatan yang kalau kegiatan-kegiatan tadi tidak
dipercepat maka proyek akan terlambat. Jadi disini dapat kita lihat bahwa
masing-masing kegiatan, “ Skala satu “atau lebih dari satu kegiatan yang
mempunyai float negatif harus dipercepat.
Lebih lanjut kegiatan-kegiatan yang mempunyai float negatif dapat
dijelaskan berdasarkan network planning dimana hubungan saling
ketergantungan antar kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut ini :

5 D 17
2 6 5
22 28
9 E
A 3 8 G
5 B 20 7
9

1 0 C 4 12 F 35
0 12 12 23 6
35

Dari network planning di atas diperoleh, bahwa :


a. Lintasan kritis adalah lintasan yang dilalui oleh kegiatan-kegiatan C dan
F dalam hal ini digambarkan dengan garis tebal dan hasil perhitungan
diperoleh waktu adalah 35 hari.

101
b. Network planning di atas lintasan-lintasannya adalah sebagai berikut :
o Lintasan: A, D dan G mempunyai panjang lintasan=5+6+7 = 18 hari
o Lintasan : B, E, dan G mempunyai panjang lintasan = 9+8+7=24 hari
o Lintasan : C dan F mempunyai panjang lintasn = 12 + 23 = 35 hari
Ternyata NWP di atas mempunya 3 lintasan dengan panjang lintasan
masing-masing 18 hari, 24 hari dan 35 hari. Dari 3 lintasan tersebut yang
terpanjang adalah lintasan C dan F dengan panjang lintasan adalah 35 hari
dan merupakan lintasan kritis.

7.3.5. DAMPAK KETERLAMBATAN SEBUAH KEGIATAN

Dalam pelaksanaan penyelengaraan kegiatan sebuah proyek kemungkinan


akan terjadi penyimpangan dari penjadawalan yang telah diprogramkan sebelum
kegiatan pekerjaan dikerjakan. Bila keterlambatan terjadi, berdampak terhap
manfaatan proyek, yaitu tertundanya keinginan pemilik (User) untuk
mengoperasionalkannya.
Untuk menilai keterlambatan suatu kegiatan proyek, perlu dianalisis
terhadap unsur-unsur dalam penyelenggaraan proyek, yaitu : umur proyek,
lintasan kritis, saat mulai dan kebutuhan sumberdaya.

7.3.6 Pengertian Unsur-unsur


Keterlambatan kegiatan (Kk), dapat diartikan sebagai rentang waktu
antara realisasi dengan perencanaan waktu yang telah direncanakan dari sebuah
kegiatan tertentu.
Kegiatan pengikut (Kp) dimaksudkan kegiatan yang langsung mengikuti
kegiatan yang terlambat penyelesaiannya dalam hal ini kegiatan pendahulu.
Umur proyek (Up), adalah waktu terpanjang yang dibutuhkan oleh sebuah
proyek secara keseluruhan.

102
Lintasan Kritis (Lk), adalah lintasan yang dilalui oleh kegiatan-kegiatan
yang kritis dan merupakan lintasan yang terpanjang.
Sumber daya (Resources), adalah semua kebutuhan masukan (input) yang
dibutuhkan dalam proses penyelesaian pelaksanaan sebuah kegiatan. Sumber daya
(resources) terdiri dari ; Tenaga kerja (man power), peralatan (matchin), bahan
(material), biaya (money) dan metoda (method) dalam hal ini disingkatkan
dengan 5 M (M1, M2, M3, M4, M5) dan di tambah dengan tersedianya ruang
(space) dan waktu (time) yang cukup.

7.3.7 Keterlambatan sebuah kegiatan

Sebuah kegiatan dapat dikatakan terlambat bila terpenuhi beberapa unsur :


i. Telah tersedianya network planning yang lengkap, benar dan
diketahuinya waktu saat paling pagi (earlist event time) serta saat paling
lambat (latest event time).
ii. Telah dihitung tenggang waktu untuk semua kegiatan, yaitu; Total Float
(TF), Free Float (FF) dan Inde penden Float (IF).
iii. Telah diketahui jumlah waktu terlambat untuk setiap kegiatan.

7.3.8 Menilai keterlambatan sebuah kegiatan


Sebuah kegiatan dikatakan terlambat bila :
a. keterlambatan kegiatan (Kk) ≤ FF dengan ketentuan :
 Umur proyek tidak berubah (tetap)
 Lintasan kritis tidak berubah (tetap)
 Saat mulai kegiatan yang mengikutinya/pengikut tidak berubah
(tetap)
 Pengelolaan sumberdaya berubah
b. keterlambatan kegiatan dalam hal ini Kk > FF, dan Kk < FF dengan
ketentuan :

103
 Umur proyek tidak berubah (tetap)
 Lintasan kritis tidak berubah (tetap)
 Saat mulai kegiatan yang mengikutinya/pengikut tidak berubah
 Pengelolaan sumberdaya berubah
c. keterlambatan kegiatan Kk = TF dengan ketentuan :
 Umur proyek tidak berubah (tetap)
 Lintasan kritis tidak berubah (tetap)
 Saat mulai kegiatan yang mengikutinya/pengikut tidak berubah
(tetap)
 Pengelolaan sumberdaya berubah
d. keterlambatan kegiatan Kk lebih besar dari total float (Kk > TF) dengan
ketentuan :
 Umur proyek bertambah
 Lintasan kritis tetap
 Saat mulai kegiatan yang mengikutinya/pengikut ditunda
 Pengelolaan sumberdaya berubah

Dari beberapa pernyataan di atas dapat diambil beberpa kesimpulan:


a) Bila keterlambatan satu kegiatan atau beberapa kegiatan :
o Belum tentu merubah umur proyek
o Sudah tentu mengubah pola penggunaan sumber daya
b) Terjadi perubahan kebutuhan sumber daya :
o Akan terjadinya perlambatan satu kegiatan atau beberpa
kegiatan
o Umur proyek belum tentu akan berubah
c). Umur proyek akan bertambah bila ada satu atau beberapa kegiatan
terlambat Kk > TF.

104
7.3.9. Mempercepat Penyelesaian Proyek
Untuk mempercepat penyelesaian proyek harus memenuhi syarat-syarat
berikut ini :
Syarat yang harus dipenuhi dalam mempercepat penyelesaian proyek
adalah sebagai berikut :
a. Network planning harus sudah ada dan benar
b. Rencana waktu masing-masing kegiatan telah ditentukan
c. Berdasarkan ketentuan yang telah ada, dihitung EET dan LET
d. Ditentukan umur perencanaan proyek

7.3.10 Langkah-langkah Mempercepat Umur Proyek


Untuk mempercepal umur proyek perlu ditempuh langkah-langkah berikut
ini:
1. Tersedianya NWP dan telah dihitung semua peristiwa, yaitu EET dan
LET
2. Dengan dasar peristiwa awal, EET 1 = 0, maka dihitung peristiwa awal
lainya.
3. Berdasarkan saat paling lambat peristiwa akhir network planning
(LETj) = umur proyek yang direncanakan, dihitung saat paling lambat
semua peristiwa.
4. Dihitung Total Float (TF) semua kegiatan yang ada, bila hasil
perhitungan tidak ada TF yang berharga negatif perhitungan
dihentikan. Bila masih ada TF yang berharga negatif, perhitungan
dilanjutkan.
5. Cari lintasan atau lintasan-lintasan yang mempunyai TF kegiatan-
kegiatan yang besarnya masing adalah sebagai berukut :

105
Total Float (TF) = UR – UP
= LET j – EETj Harga
negatif
= LET 1 – EET 1

6. Lama kegiatan dari kegiatan tersebut di atas Dij dan n adalah nomor
urut
Kegiatan tersebut dalam satu lintasan, n = 1, 2, 3, ...dst.
7. Hitung lama kegiatan baru dan kegiatan tersebut di atas (langkah ke 5
dan 6) dengan menggunakan rumus :
D(i-j) baru = D(i-j) lama + D(i-j) lama X ( UR – UP )
D(i-j) kegiatan yg dipercepat

D(i-j) baru = Lama kegiatan baru


D(i-j) lama = Lama kegiatan lama
D(i-j) kegiatan yg dipercepat = Jumlah lama kegiatan-kegiatan pada satu
lintasan harus dipercepat:

UR = Umur rencana proyek


UP = Umur perkiraan proyek

7.4 Contoh Soal

1. Contoh :
Diketeahui
1. Network planning di bawah ini
2. Waktu rencana pelaksanaan tiap kegiatan (D ij )
3. Saat paling awal atau Ealist Event Time (EET) dan saat paling
lambat atau Latest Event Time (LET) masing-masing peristiwa

106
6 D 32
2 22 11 5 33
A I
6 F 24 3

0 0 B 3 8 G 6 20 J 9 36
0 8 8 12 20 10 36
7 C L
4 7 H 7 20 K 8 31 5
11 9 20 11 31

Diminta :
Berikan penilaian terhadap pengaruh keterlambatan D terhadap
penyelesaian proyek, bila terjadinya keterlambatan sebagai berikut :
1 Bila keterlambatan kegiatan D tiga hari
2. Bila keterlambatan kegiatan D lima hari
3. Bila keterlambatan kegiatan D tujuh hari
4. Bila keterlambatan kegiatan D sepuluh hari
Sedangkan kegiatan-kegiatan lainnya tidak terlambat

7.5 Jawab :
Dari networ planning di atas diketahui kegiatan D adalah sebagai berikut :
a. Lama kegiatan rencana Dij = 11 hari
b. Saat paling awal peris awal, EETi = EET 2 = 6 hari
c. Saat paling lambat peristiwa awal, LET j = LET 2 = 22 hari
d. Saat paling awal peristiwa akhir, EET i = EET 5 = 32 hari
e. Saat paling lambat peristiwa akhir, LET j = LET 5 = 33 hari
Berdasarkan perhitungan di atas, maka didapat :

107
a. Total Float (TF) = LET 5 - D(2-5) – EET 2
= 33 - 11 – 6
= 16 hari
b. Free Float (FF) = EET 5 – D (2-5) – EET 2
= 32 – 11 – 6
= 15 hari
c. Independen Float (IF) = EET 5 – D (2-5) – LET 2
= 32 – 11 – 22
= -1
Kasus 1. Kegiatan D terlambat 3 hari, lama kegiatan rencana menjadi 8 hari

sehingga lebih kecil dai Free Float D (FF D ) = 15 hari..

Akibat perubahan rencana waktu dari kegiatan D dapat dilihat pada

gambar NWP di bawah ini :

6 D 32
2 22 11 5 33
A I
6 F 24 3

0 0 B 3 8 G 6 20 J 9 36
0 8 8 12 20 10 36
7 C L
4 7 H 7 20 K 8 31 5
11 9 20 11 31

2. EET 9 = LET = 36 hari, jadi tidak terjadi perubahan penyelesaian


proyek
3. Sebelum perubahan EET 5 = 32, setelah perubahan tetap 32

108
4. Tidak terjadinya perubahan pada kegiatan berikutnya yaitu I, sehingga
kegiatan kritis tidak berubah.
5. Akan terjadi perubahan pola penggunaan sumberdaya
Selanjutnya dengan cara yang sama dapat ditinjau kasus-kasus lain.

7.6 Rangkuman

Pengajuan penawaran pada waktu pelelangan dengan mempertimbangkan

3 aspek yaitu; aspek perncanaan, aspek analisa dan aspek pemilihan jenis

penjadawalan.

Penjadwalan yang digunakan tergantung kebutuhan dari proyek, antara

lain yaitu :

 Jaringan Kerja (Net Work Planning)

 Bagan Balak atau Bagan ganth (Bar Charts)

 Jadwal Kemajuan Keuangan-Kurva S (Financial Progress Schedule –

S Curve)

Salah satu metoda penjadwalan dalam hal ini untuk melakukan

pengendalian proyek digunakan network planning.

A. Jaringan kerja (Network Planning)

Secara terperinci metoda jaringan kerja dapat dipelajari pada modul

tentang Network Planning (NWP) pada mata kuliah manajemen rekayasa

109
konstruksi transportasi. Untuk mengingat kembali di di bawah ini ditampilkan

sepintas aplikasi network planning.

B. SLACK DAN FLOOT


Slack dan floot adalah waktu untuk penundaan atau waktu untuk bisa terlambat.

C. Event Slack.
Perbedaan antara LET dan EET pada satu lingkaran peristiwa dinamakan
Event Slack. Jadi : “ Event slack dapat didefinisikan sebagai berikut : “ Sejumlah
waktu yang menyatakan daerah waktu dimana kejadian (peristiwa) itu dapat atau
boleh terjadi tanpa mempengaruhi selesainya pekerjaan/ proyek.
Lintasan – lintasan pada network planning di atas adalah sebagai berikut :

D. Activitas Float
Waktu penundaan atau waktu untuk bisa terlambat dari suatu kegiatan.
 Jadi Float hanya terdapat pada kegiatan-kegiatan yang tidak kritis
Ada 3 macam tipe dari Floet, yaitu :
 Total Float (TF)
 Free Float (FF)
 Idependen Float (IF)

E. FLOAT NEGATIF
Float Negatif dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Lintasan kritis tidak boleh terlambat (Float nya nol)
2. Lintasan-lintasan yang mempunyai float negatif, yaitu lintasan yang
melalui kegiatan – kegiatan yang kalau kegiatan-kegiatan tadi tidak
dipercepat maka proyek akan terlambat. Jadi disini dapat kita lihat bahwa

110
masing-masing kegiatan, “ Skala satu “atau lebih dari satu kegiatan yang
mempunyai float negatif harus dipercepat.

7.7 Latihan-latihan
Diketahui :
1. Sebuah network planning suatu proyek yang telah dilengkapi dengan
waktu perkiraan (UP) seperti yang diperlihatkan pada gambar adalah 36
hari.
2. Karena suatu dan lain hal proyek tersebut harus dipercepat
penyelesaiannya, sehingga umur rencana proyek (UR) = 30 hari.

6 D 32
2 22 11 5 33
A I
6 F 24 3

0 0 B 3 8 G 6 20 J 9 36
0 8 8 12 20 10 36
7 C L
4 7 H 7 20 K 8 31 5
11 9 20 11 31

Diminta: Kegiatan-kegiatan mana saja yang harus dipercepat waktu


pengerjaannya agar proyek dapat diselesaikan dalam waktu 30 hari?

111

Anda mungkin juga menyukai