PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca
khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara umum agar dapat
mengetahui dan memahami manajemen anestesi pada seksio sesarea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.1.4 Anatomi
Terdapat 33 ruas tulang vertebra, yaitu 7 servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5
sakral dan 4 coccygeal. Medulla spinalis berakhir di vertebra L2, karena ditakutkan
menusuk medulla spinalis saat penyuntikan, maka spinal anestesi umumnya
dilakukan setinggi L4-L5, L3-L4, L2-L3. Ruangan epidural berakhir di vertebra S2.6.
Ligamen-ligamen yang memegang kolumna vertebralis dan melindungi
medulla spinalis, dari luar ke dalam adalah sebagai berikut7:
1. Ligamentum supraspinosum.
2. Ligamentum interspinosum.
3. Ligamentum flavum.
4. Ligamentum longitudinale posterior.
5. Ligamentum longitudinale anterior.
A. IDENTITAS
Nama : Ny. D
Umur : 31 Tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Berat Badan : 66 kg
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Ds.Beka, Kec.Marawola
No. Rekam Medik : 517451
Tanggal Operasi : 18 Juli 2018
B. S-O-A-P
1. SUBJECTIVE :
Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama : Nyeri perut
2. Riwayat penyakit sekarang : pasien datang ke RS Undata dengan G2P1A0
usia 31 tahun hamil 40-41 minggu, mengeluh nyeri bagian perut.
3. Riwayat penyakit dahulu:
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat penyakit hipertensi(-)
- Riwayat penyakit asma (-)
- Riwayat alergi obat dan makanan(-)
- Riwayat diabetes melitus (-)
- Riwayat trauma atau kecelakaan (-)
e. Riwayat penyakit keluarga :
- Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
- Riwayat penyakit DM : disangkal
- Riwayat penyakit alergi : disangkal
- Riwayat penyakit asma : disangkal
2. OBJEKTIVE :
PEMERIKSAAN FISIK : (B1-B6)
B1 (Breath):Airway :
• Inspeksi : Pengembangan dada simetris,
retraksi (-)
• Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri
• Perkusi : Sonor kiri sama dengan kanan
• Auskultasi :Bunyi napas vesikuler (+/+), Rhonki
(-/-), Wheezing (-/-)
• RR : 20 x/menit.
- B2 (Blood):
- TD : 172/117 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula (S)
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultasi:S1 dan S2 murni regular, bising (-)
- B3 (Brain):kesadaran : CM ( Compos Mentis )
- Mata : Mata cekung (-/-),Conjungtivaanemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil
isokor diameter± 2.5 mm.
- Telinga : Discharge (-)
- Hidung : Discharge (-), epistaksis (-)
- Mulut : Sianosis (-) bibir kering (+), mukosa membran
kering (+), pembesaran tonsil (-), skor
Mallampati 2.
- Pemeriksaan leher : simetris,tidak ada deviasi trakea, pembesaran
kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar
tiroid (-).
B4 (Bladder):BAK via kateter (+), warna :kuning muda
B5 (bowel)
PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAF
Synus rhythm, Heart rate 100 x/menit, gelombang P normal, axis normal, PR
interval 0,16 detik, LVH (-)
3. ASSESMENT
- Status fisik ASA II
- Observasi urin dan TTV
- Acc. Anestesi
- Diagnosis pra-bedah : G2P1A0 +Gravid 40-41 minggu + inpartu kala
1 gagal induksi
4. PLAN
Jenis anestesi : Regional Anastesi
Teknik anestesi : SAB (Subarachnoid Block Anastesi)
Jenis pembedahan :seksio secaria transperitoneal profunda
HASIL MONITORING INTRAOPERATIF
Monitoring Anestesi
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Pukul (WITA)
12.00 12.05 12.10 12.15 12.20 12.25 12.30 12.35 12.40 12.45 12.50 12.55 13.00
Keterangan:
: Mulai anestesi
: Mulai operasi
: Operasi selesai
: Anestesi selesai (sign out)
LAPORAN ANESTESI
a) Diagnosis pra-bedah : G2P1A0 +gravid 40-41 minggu + inpartu kala I+
gagal induksi
b) Diagnosis post-bedah : Post tindakan seksio sesaria
c) Jenis pembedahan : seksio sesaria
Persiapan anestesi : Informed consent
Jenis anestesi : Regional Anastesi
Teknik anestesi : SAB
Premedikasi anestesi : Ranitidin 50 mg
Ondansentron 4 mg
Bupivacain 0,5% 12,5 mg
Medikasi tambahan : Ketorolac 30 mg
asam traneksamat 1 mg
oxytosin 20 mg
Maintenance : O2 4 lpm. Efedrin saat TD <25%
Posisi : Supinasi
Respirasi : Spontan
Anestesi mulai : 12.00 WITA
Operasi mulai : 12.10 WITA
Lama operasi : 50 menit
Lama anestesi : 60 menit
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien pada kasus ini, dilakukan tindakan bedah berupa Operasi seksio sesaria.
Sebelum dilakukan tindakan operasi, dilakukan pemeriksaan pre-op yang meliputi
anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan status
fisik ASA dan risiko operasi. Pada pasien ini termasuk ASA II, karena pasien datang
dengan penyakit ringan yang di derita, score mallapati 2.
Proses persalinan dengan cara sectio caesarea dapat menggunakan anestesi
umum dan regional. Jenis anestesi yang dipilih pasa pasien ini adalah regional
anestesi teknik SAB. Anestesi spinal merupakan teknik anestesi yang aman, terutama
pada operasi di daerah umbilikus ke bawah. Teknik anestesi ini memiliki kelebihan
dari anestesi umum, yaitu kemudahan dalam tindakan, peralatan yang minimal, efek
samping yang minimal pada biokimia darah, pasien tetap sadar dan jalan nafas
terjaga, serta penanganan post operatif dan analgesia yang minimal.
Pada pasien ini obat anestesi yang digunakan adalah bupivakain hyperbaric
0,5% dengan dosis 12,5 mg. Bupivakain bekerja menstabilkan membran neuron
dengan cara menginhibisi perubahan ionik secara terus menerus yang diperlukan
dalam memulai dan menghantarkan impuls. Kemajuan anestesi yang berhubungan
dengan diameter, mielinisasi, dan kecepatan hantaran dari serat saraf yang terkena
menunjukkan urutan kehilangan fungsi sebagai berikut : otonomik, nyeri, suhu, raba,
propriosepsi, tonus otot skelet. Eliminasi bupivakain terjadi di hati dan melalui
pernafasan (paru-paru).
Obat bupivakain segera setelah penyuntikan subarakhnoid akan mengalami
penurunan konsentrasi dengan secara bertahap karena terjadinya: dilusi dan
pencampuran di liquor serebro spinalis, difusi dan distribusi oleh jaringan saraf,
uptake dan fiksasi oleh jaringan saraf, absorbsi dan eliminasi oleh pembuluh darah.
Didalam ruang subarakhnoid obat akan kontak dengan struktur jaringan saraf dan
obat ini akan memblokade transmisi impuls serabut-serabut saraf. Aktivitas anestesi
lokal dalam ruang subarakhnoid yang penting di akar-akar saraf di medula spinalis
(primer), ganglia dorsalis dan sinap-sinap di kornu anterior dan posterior (sekunder)
dan traktus asenden dan desenden parenkim di medula spinalis.
Saat bayi telah dilahirkan dan plasenta diklem diberikan oxytocin 20 IU (2
ampul), 10 UI diberikan secara bolus IV dan 10 IU diberikan per-drip. Pemberian
oksitosin bertujuan untuk mencegah perdarahan dengan merangsang kontraksi uterus
secara ritmik atau untuk mempertahankan tonus uterus post partum, dengan waktu
partus 3-5 menit .
Pada pasien ini berikan cairan infus RL sebagai cairan fisiologis untuk mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang. Geosulfin juga diberikan untuk mempertahankan
circulating blood volume. Pasien sudah tidak makan dan minum ± 8jam, maka
kebutuhan cairan pada pasien ini :
BB = 66 kg
Pemberian Cairan :
1 jam pertama = (50 % X pengganti puasa ) + maintenance + stress operasi + jumlah
perdarahan
= 1556 cc
= ( 25 % X 792 ) + 132
= 330 cc
Lama operasi berlangsung 50 menit,anastesi berlangsung selama 60 menit,
setelah operasi selesai, pasien dibawa ke recovery room dan observasi tanda vital
seperti tekanan darah dan saturasi pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
2. Dobson MB. Penuntun Praktis Anestesi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:
1988.