Anda di halaman 1dari 3

PATOFISIOLOGI

Batuk adalah bentuk refleks pertahanan tubuh yang penting untuk meningkatkan
pengeluaran sekresi mukus dan partikel lain dari jalan pernafasan serta melindungi
terjadinya aspirasi terhadap masuknya benda asing. Setiap batuk terjadi melalui
stimulasi refleks arkus yang kompleks. Hal ini diprakarsai oleh reseptor batuk yang
berada pada trakea, carina, titik percabangan saluran udara besar, dan saluran udara
yang lebih kecil di bagian distal, serta dalam faring. Laring dan reseptor
tracheobronchial memiliki respon yang baik terhadap rangsangan mekanis dan
kimia. Reseptor kimia yang peka terhadap panas, asam dan senyawa capsaicin akan
memicu refleks batuk melalui aktivasi reseptor tipe 1 vanilloid (capsaicin). Impuls
dari reseptor batuk yang telah dirangsang akan melintasi jalur aferen melalui saraf
vagus ke „pusat batuk‟ di medula. Pusat batuk akan menghasilkan sinyal eferen yang
bergerak menuruni vugus, saraf frenikus dan saraf motorik tulang belakang untuk
mengaktifkan otot-otot ekspirasi yang berguna membantu batuk.
KLASIFIKASI

Bila berdasarkan tanda klinisnya, batuk dibedakan menjadi batuk kering dan
batuk berdahak. Batuk kering merupakan batuk yang tidak dimaksudkan untuk
membersihkan saluran nafas, biasanya karena rangsangan dari luar. Sedangkan
batuk berdahak merupakan batuk yang timbul karena mekanisme pengeluaran
mukus atau benda asing di saluran nafas (Ikawati, 2009).
PENGOBATAN
Terdapat beberapa jenis obat batuk yaitu antitusif, ekspektoran dan mukolitik.
Obat antitusif merupakan obat yang ditujukan untuk menekan batuk. Ketiganya
merupakan obat golongan narkotik.
Obat antitusif terbagi menjadi dua kelas yaitu obat perifer dan sentral. Obat
perifer bekerja dengan menurunkan sensitifitas reseptor batuk di paru. Bentuk yang
paling umum pada golongan ini adalah antihistamin. Difenhidramin paling sering
digunakan dan ditemukan dalam beberapa sediaan obat batuk yang dijual bebas.
Obat yang bekerja sentral bekerja pada pusat batuk yang berlokasi di medulla. Obat
ini menghilangkan batuk dengan menurunkan stimulus batuk. Dua obat-obatan yang
sering digunakan yaitu kodein dan dekstrometorfan. Keduanya sangat efektif untuk
mengurangi batuk. Dekstrometorfan sama efektifnya dengan kodein, tetapi bukan
merupakan golongan narkotik dan oleh karena itu tidak menimbulkan habituasi atau
ketergantungan. Antitusif yang menekan batuk dengan mekanisme sentral
contohnya adalah kodein, dekstrometorfan, difenhidramin, hidrokodon, dan
hidromorfon.
Obat ekspektoran digunakan untuk mengencerkan dahak sehingga batuk dapat
lebih produktif dan memudahkan ekspektorasi. Mekanismenya adalah dengan
meransang reseptor-reseptor di mukosa lambung yang kemudian meningkatkan
kegiatan kelenjar-sekresi dari saluran lambung-usus dan sebagai refleks
memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada di saluran napas. Contoh obat-
obatan ini adalah gliseril guaiakolat, succus liquiriteae dan ammonium chloride.
Obat mukolitik merupakan obat yang berfungsi mempercepat ekspektorasi dan
mengurangi viskositas sputum. Golongan obat yang bekerja dengan cara memecah
ikatan kimia mukoprotein dan mukopolisakarida pada dahak sehingga dahak
menjadi lebih encer dan tidak lengket, hal ini kemudian akan mempermudah
pengeluaran dahak dari saluran napas. Obat mukolitik dapat membantu meredakan
gejala pasien-pasien dengan batuk berdahak kronis yang kesulitan untuk
mengeluarkan dahak, misalnya pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis
dan kistik fibrosis. Contoh obat mukolitik adalah ambroxol, erdosteine, bromheksin,
acetylcysteine, dan carbocysteine. (Ikawati, 2009).
BAHAN ALAM
1. BUNGA KEMBANG SEPATU (HIBISCUS ROSA-SINENSIS L.)
VARIETAS WARNA MERAH MUDA
Salah satu tanaman yang potensial sebagai obat adalah bunga kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L.). Bagian bunganya berkhasiat sebagai peluruh
dahak (Departemen Kesehatan, 1985). Penelitian Murrukmihadi (2010)
menyebutkan bahwa ekstrak etanolik bunga kembang sepatu varietas warna
merah berefek sebagai mukolitik dan mengandung alkaloid yang larut dalam
air sebagai senyawa penanda. Ekstrak etanolik bunga kembang sepatu merah
muda (Hibiscus rosa-sinensis L.) yang bermanfaat sebagai mukolitik
dilakukan secara in vitro. Sirup ekstrak etanolik bunga kembang sepatu warna
merah muda konsentrasi 1,5%-2,0% secara in vitro menunjukkan adanya
aktivitas pengenceran mukus pada mukus saluran pernafasan sapi sebanding
dengan aktivitas pengenceran mukus oleh sirup asetilsistein 0,1%. Semakin
tinggi konsentrasi ekstrak etanolik bunga kembang sepatu yang ditambahkan
pada sirup maka aktivitas pengenceran mukus sirup semakin tinggi sebanding
dengan aktivitas pengenceran pada penambahan kontrol positif asetilsistein
0,1%.
2. DAUN DELIMA (Punica Granatum )
Delima (Punica granatum L.) sering digunakan sebagai tanaman hias dan
tanaman obat. Masyarakat sering menggunakan daun delima sebagai obat
tradisional khususnya obat ekspektoran. (Dalimartha,2003). Berdasarkan hal
tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas mukolitik
dari perasan daun delima secara in vitro. hasil identifikasi golongan metabolit
sekunder pada perasan daun delima yang diujikan mengandung fenol, alkaloid,
dan tanin pada perasan daun delima. Hal ini sesuai seperti yang telah
dilaporkan oleh Nawwar (1997), yang menyatakan bahwa ekstrak daun delima
mengandung tanin dan ellagitanin. Adanya aktifitas mukolitik pada daun
delima dilihat dari kandungan metabolit sekunder yaitu berupa alkaloid, tannin
dan fenolik. Didapatkan konsentrasi efektif perasan daun delima sebagai
mukolitik yaitu 4%. Perasan daun delima memiliki aktivitas mukolitik yang
sangat kuat. Hal ini dapat dilihat dari nilai viskositas mukus usus sapi sebelum
ditambahkan perasan daun delima sebelum ditambahkan perasan daun delima
dari 18,115 cp menjadi 3,73 cp pada konsentrasi 4%. Hal ini berarti bahwa
perasan daun delima memiliki aktivitas mukolitik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikawati, Z., 2009, Bahan Ajar Kuliah Materi Batuk, Fakultas Farmasi Universitas.
Gadjah Mada, Yogyakarta
2. Judith Hopfer Deglin, PharmD, April Hazard Vallerand, PhD, RN (2005). Pedoman
Obat untuk Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokeran EGC.
3. Departemen Kesehatan, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, 9, 755,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
4. Departemen Kesehatan, 1985, Tanaman Obat Indonesia, Jilid Pertama, 44,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
5. Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik,
69-71, Kelompok Kerja Ilmiah
6. Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica, Jakarta.
7. Handoko, H.B., 2008, Meredakan Batuk dengan Pemanfaatan Bunga Kembang
Sepatu, http://www.haryobagushandokonews.com,
8. Murrukmihadi, M, 2010, Optimasi dan Uji Mukolitik Secara In vitro Sediaan Sirup
Estrak Etanolik Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.), Hibah Penelitian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
9. Steenis, C.G.G.J.V., Hoed, D.D., Bloembergen, S., and Eyma, P.J., 1975, Flora untuk
Sekolah di Indonesia, diterjemahkan oleh Moeso Surjowinoto, Soenarto
Hardjosuwarno, Soerjo Sodo Adisewojo, Wibisono,
10. Margono Partodidjojo, Soemantri Wirjahardja, Cetakan Ketujuh, 35-37, 48-55, 276,
277, 280, PT Pradnya Pramita, Jakarta.
11. Alam, G., Mufidah, Massi, N., Rahim, A., usmar., 2012, Skrining Komponen Kimia
dan uji Aktivitas Mukolitik ekstrak Rimpang Bangle (zingiber purpureum Roxb)
terhadap Mukosa Usus Sapi Secara In Vitro, Majalah Farmasi dan Farmakologi,16
(3), 123-126
12. Dalimartha. 2003. Atlat Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II. Trubus Agriwidya :
Jakarta
13. Douye V.Zige., Elizah I Ohimah and Medubari B.Nodu. 2013. Natibacteria Activog
Ethianol, Crude and Water Extract of Chromolaena Odorata Leaves on S. Typy and
E.coli. Greener Journal of Microbiology and Antimicrobials. Vol.1 (2).p
14. Herborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penentuan Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Terbitan U. Bandung : ITB Bandung
15. Nawwar, M. A. M. dkk., 1997. Tanin romthe leaves of punica granatum.
Phytochemistry. Vol. 45. No. 4. Pp. 8199 823. Karya ilmiah, FMIPA Universitas
Sumatra Utara
16. Damayanti, Dewi. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. PT Agromedia Pustaka : Jakarta
17. Setyawati, D.R., 2004, UJi Aktivitas Mukolitik Larut air dan Larut Etanol 70% dan
Identifikasi Senyawa Kulit Akar Senggugu (Clerodendrum Serratum (L) Moon),
Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai