ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang dapmak hukum kepailitan yang dialami oleh perusahaan
induk terhadap perusahaan cabang yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami mengenai
pengaruh yang kemungkinan akan dialami oleh perusahaan cabang jika perusahaan induk pailit.
Serta pula untuk mengetahui dan memahami menngenai prosedur pembubaran perusahaan
cabang terkait dengan kepailitan perusahaan induk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu metode normatif, dimana penelitian didasarkan pada tinjauan dari perautran perundang
undangan. Kemudian hasil dari penelitian ini adalah bahwa penulis mengetahui prosedur
pembubaran perusahaan cabang sebagai dampak bilamana perusahaan induk mengalami
kepailitan. Selanjutnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat suatu hubungan antara
perusahaan induk dengan anak perusahaan yang mana memiliki pengaruh yang siginifikan dalam
perusahaan cabang jika perusahaan induk telah resmi dinyatakan pailit secara hukum. Hal ini
yang kemudian berdampak pada pembubaran yang harus dalam proses di ruang peradilan.
PENDAHULUAN
Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia mempunyai keinginan yang kuat
untuk melaksanakan pembangunan terutama di bidang perekonomian 1. akan tetapi keinginan ini
sering tidak didukung oleh kecukupan tersedianya sumber-sumber pembiayaan dalam negeri 2,
sehingga ketidak mampu menyediakan sumber pembiayaan harus dicarikan dari sumber yang
berasal dari luar negara3. Dalam mengupayakan sumber-sumber dana tersebut, Pemerintah
1
Sherlin Indarwati, “ASPEK HUKUM KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI,” Legal Opinion 3, no. 5 (2015): 1–11.
2
Kedudukan Hukum et al., “Kedudukan Hukum Induk Perusahaan Terhadap Anak Perusahaan ( LEGAL POSITION OF
THE BANKCRUPT HOLDING COMPANY OF THE SUBSIDIARIES ) Abstrak Pendahuluan,” 2014.
3
Bagus Sujatmiko and Anita Afriana, “Perlindungan Hukum Investor Pasar Modal Akibat Kepailitan Perusahaan
Terbuka Di Njau Dari Hukum Kepailitan Dan Hukum Perusahaan Indonesia” 2, no. 35 (n.d.): 250–68.
Indonesia menyediakan wadah untuk penanaman modal dengan didirikannya Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM).4
Sehingga perusahaan cabang bisa melakukan perkembangan juga7. Namun hal ini juga
berlaku jika perusahaan induk yang mengalami kerugian. dimana jika perusahaan induk
dinyatakan pailit, maka stabilitas perusahaan tersebut menjadi goyah 8. Ketidak stabilan
perusahaan induk sebagai pemegang kontrol ini yang kemudian memiliki dampak hukum bagi
perusahaan cabang. Jadi perusahaan induk sangat berpenggaruh dengan berkembangnya
perusahaan cabang.
METODE
Metode yang digunakan adalah mengunakan metode normative dengan pendekatan Undang –
undang nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang terkait dengan kepailitan
perusahaan induk terhadap anak perusahaan cabang.
RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
4
Maya S Karundeng, “Akibat Hukum Terhadap Penjatuhan Pailit Pada Perseroan Terbatas (PT),” Lex et Societats III,
no. 4 (2015): 181–91.
5
Moch. Fauzan Zarkasi, “Tinjauan Yuridis Terhadap Pembentukan Komisi Pengendalian Percepatan Program
Strategis (Kp3s) Di Kota Makassar,” 2016.
6
Putu Harini et al., “Tanggung Jawab Induk Perusahaan Dalam Perusahaan Kelompok,” n.d., 1–7.
7
Sulistyowati, “Pengelolaan Perusahaan Grup : Tanggung Jawab Dan Perlindungan Hukum” 31 No. 3 T (n.d.): 5.
8
Disca Triana Dewi, “Kedudukan Hukum Induk Perusahaan Yang Pailit Terhadap Anak Perusahaan Legal Position Of
The Bankcrupt Holding Company Of The Subsidiaries,” Skripsi, 2014.
Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha yang pertanggung jawabannya bersifat
terbatas9. Perseroan juga mempermudah bagi pemegang saham untuk mengalihkan
perusahaannya kepada setiap orang dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada
perusahaan tersebut10. Suatu perseroan itu merupakan persekutuan perdata 11. Suatu persekutuan
perdata pasti terdiri lebih dari satu orang12. Ada beberapa jenis persekutuan perdata. Namun jenis
perseroan terbatas merupakan jenis yang berkumlnya para pendiri itu dinilai dari modal yang
mereka bawa.Kata “perseroan” merujuk kepada modal yang terdiri atas saham sedangkan
“terbatas” menujuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal
saham yang diambil bagian yang dimungkinkan berdasarkan perundang – undangan Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.13
Hubungan hukum antara induk perusahaan dengan anak perusahaan dalam perusahaan
kelompok dan tanggung jawab induk perusahaan terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh
anak perusahaan terhadap pihak ketiga dalam perusahaan kelompok . Hubungan hukum
kontraktual antara induk perusahaan sebagai pemegang saham mayoritas sehingga demikian
induk perusahaan dapat menggontrol jalannya perusahaan dengan kepemilikan saham. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa jika terjadi kepeilitan dalam perusahaan induk sanggat berpengaruh
dengan perusahaan cabang14
Menurut pasal 142 ayat (1) Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas
(UU PT) berakhirnya Perseroan Terbatas Karena :
1. Berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham
2. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir
3. Berdasarkan penetapan penadilan pengadilan
9
Kurniawan, “Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif,” Fakultas Hukum
Universitas Mataram, 2014.
10
Ada penelitian yang menyebutkan bahwa jual beli saham merupakan transaksi yang sering dilakukan, sehingga
dapat disimpulkan saham itu merupakan sesuatu l
11
Yohanes Yanuarius Panggo et al., “PERUSAHAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37” 3 (2014): 1–17.
12
“Www.hukumonline.com,” 2007.
13
Terbuka Akibat and Putusan Pailit, “Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas Perusahaan Terbuka Akibat
Putusan Pailit *,” no. November 2014 (n.d.).
14
Ida Bagus Yoga Adi Putra and I Wayan Novy Purwanto, “Akibat Hukum Putusan Pailit Terhadap Debitor Yang
Melakukan Perjanjian Pemisahaan Harta Perkawinan,” no. 37 (2004): 1–5.
4. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, harta pailit perseroan tidak cukup untuk
membayar biaya kepailitannya.15
Pembubaran perseroan terjadi karena pencabutan kepailitan. Dalam undang -undang tentang
kepailitan pengadilan negri dapat membubarkan perseroan dengan alasan.16 :
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan hukum induk perusahaan
dengan anak perusahan yaitu hubungan kontraktual. Hal ini berarti bahwa kedudukan perusahaan
induk sebagai pemegang mayoritas saham dapat mengontrol jalannya anak perusahaan. Dan jika
terjadi keipilitan di ruang perusahaan induk, akan terjadi kelabilan keuangan. Sehingga
kemudian berarti bahwa kepailitan perusahaan induk sangat berpengaruh terhadap perusahaan
cabang.
Jika perusahaan induk telah secara hokum dinyatakan pailit dan dibubarkan, maka
pembubaran itu dilakukan oleh pengadilan negeri. Pembubaran yang dilakukan oleh pengadilan
negeri tersebut dilakukan jika terdapat permohonan dari kejaksaan yang mendasar pada bukti
bahwa perusahaan melakukan pelanggaran terhadap perundang-undangan. Dan dilakukan jika
permohonan diajukan sendiri oleh pemilik perusahaan dengan alasan telah cacat hokum. Serta
dapat dibubarkan oleh pengadilan negeri jika permohonan dilakukan oleh pemegang saham.
DAFTAR PUSTAKA
Akibat, Terbuka, and Putusan Pailit. “Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas
Perusahaan Terbuka Akibat Putusan Pailit *,” no. November 2014 (n.d.).
Anton dinata i ketut wesra. “Kepailitan Perusahaan Induk Terhadap Perusahaan Anak Dalam
21
Ardy Billy Lumowa, “Tanggung Jawab Perusahaan Yang Dinyatakan Pailit Terhadap Pihak Ketiga,” Lex Privatum 1,
no. 3 (2013): 18–27.
22
Vida Rianita Ginting, “Analisi Terhadap Penolakan Perdamaian Pada Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) Oleh Kreditur Separatis Dalam Perkara Kepailitan” II (2015): 1–15.
23
Grup,” n.d., 1–5.
Dewi, Disca Triana. “Kedudukan Hukum Induk Perusahaan Yang Pailit Terhadap Anak
Perusahaan Legal Position Of The Bankcrupt Holding Company Of The Subsidiaries.”
Skripsi, 2014.
Ginting, Vida Rianita. “Analisi Terhadap Penolakan Perdamaian Pada Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) Oleh Kreditur Separatis Dalam Perkara Kepailitan” II (2015):
1–15.
Harini, Putu, Desak Putu, Dewi Kasih, Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana,
and Parent Company. “Tanggung Jawab Induk Perusahaan Dalam Perusahaan Kelompok,”
n.d., 1–7.
Hukum, Kedudukan, Induk Perusahaan, Yang Pailit, and Terhadap Anak. “Kedudukan Hukum
Induk Perusahaan Terhadap Anak Perusahaan ( LEGAL POSITION OF THE
BANKCRUPT HOLDING COMPANY OF THE SUBSIDIARIES ) Abstrak Pendahuluan,”
2014.
Karundeng, Maya S. “Akibat Hukum Terhadap Penjatuhan Pailit Pada Perseroan Terbatas (PT).”
Lex et Societatis III, no. 4 (2015): 181–91.
Kurniawan. “Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif.”
Fakultas Hukum Universitas Mataram, 2014.
Lumowa, Ardy Billy. “Tanggung Jawab Perusahaan Yang Dinyatakan Pailit Terhadap Pihak
Ketiga.” Lex Privatum 1, no. 3 (2013): 18–27.
Panggo, Yohanes Yanuarius, Nur Arifudin, Berdasarkan Pembahasan, Penundaan Kewajiban, and
Pembayaran Utang. “PERUSAHAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR
37” 3 (2014): 1–17.
Pemerintah RI. “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen,”
2002, 18. doi:10.1007/s13398-014-0173-7.2.
Pita Permatasari. “Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas Perusahaan Terbuka Akibat
Putusan Pailit *,” 2014.
Putra, Ida Bagus Yoga Adi, and I Wayan Novy Purwanto. “Akibat Hukum Putusan Pailit
Terhadap Debitor Yang Melakukan Perjanjian Pemisahaan Harta Perkawinan,” no. 37
(2004): 1–5.
Rumiasih, Trias. “Analisis Yuridis Terhadap Peraturan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
Dalam Perkara Kepailitan Perusahaan Penerbangan,” 2014.
Sujatmiko, Bagus, and Anita Afriana. “Perlindungan Hukum Investor Pasar Modal Akibat
Kepailitan Perusahaan Terbuka Di Njau Dari Hukum Kepailitan Dan Hukum Perusahaan
Indonesia” 2, no. 35 (n.d.): 250–68.
“Www.hukumonline.com,” 2007.