Dokumen - Tips Persiapan-Anestesidocx
Dokumen - Tips Persiapan-Anestesidocx
Pendahuluan ..................................................................................................... 2
Pembahasan ..................................................................................................... 4
Preoperative visit ............................................................................................. 4
Pemeriksaan pre operatif .................................................................................. 4
Anamnesa ........................................................................................................ 5
Pemeriksaan fisik ............................................................................................ 7
Pemeriksaan penunjang ................................................................................... 10
Menentukan prognosis .................................................................................... 11
Persiapan pada hari operasi ............................................................................. 11
Kesimpulan ..................................................................................................... 12
Daftar pustaka ................................................................................................. 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Anestesiologi sering disebut toksikologi terkendali. Hal ini karena dalam
melakukan anestesia atau analgesia, kita akan mempergunakan obat-obatan yang
toksik. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa farmakologi adalah
yang mendasari anestesiologi. Selain farmakologi, fisiologi juga merupakan
dasar anestesiologi. Mengetahui faal organ-organ tubuh manusia sangat dalam
melakukan anestesia atau analgesia.
Pasien yang akan menjalani anestesia dan pembedahan baik elektif
maupun harus dipersiapkan dengan baik. Persiapan pra anestesia pada operasi I
sebaiknya dilakukan 1-2 hari sebelum operasi (pre-operative visit) dan
pada operasi darurat persiapan pra anestesia dilakukan seoptimal mungkin dalam
yang singkat. Keberhasilan anestesia dan pembedahan sangat dipengaruhi
oleh persiapan pra anestesia. Persiapan yang kurang memadai dapat meningkatkan
tejadinya kecelakaan anestesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1.2 Anamnesa
Anamnesa dapat dilakukan secara langsung pada pasien
(autoanamnesa) dengan keluarga pasien (hetero anamnesa) yang harus
diperhatikan dalam adalah :
1. Identitas pasien
Segala sesuatu mengenai pasien misalnya : nama, usia, jenis kelamin,
alamat. pekeiaan, dll.
2. Riwavat penyakit pasien sekarang
Penyakit yang sedang diderita pasien dan penyakit penyerta yang dapat
menjadi penyulit anestesi misalnya : penyakit kardiovaskular, penyakit
metabolik, penyakit respiratorik, dll.
3. Riwaat penyakit terdahulu
Penyakit yang pernah diderita pasien yang dapat mempengaruhi
anestesi misalnya : asthma, diabetes.
4. Riwayat penyakit keluarga yang bersifat herediter
5. Riwayat alergi
Apakah pasien mempunyai riwayat alergi baik alergi obat, makanan
ataupun alat yang akan dipakai saat anestesi.
6. Riwayat kemungkinan adanya kehamilan
Pada pasien yang hamil pemilihan cara dan obat anestesi harus sangat
hati-hati karena dapat berpengaruh pada kehamilan dan janin.
7. Riwayat anestesi sebelumnya
Apakan pasien pemah dianestesi sebelumnya dan apakah ada masalah
dengan cara atau obat anestesi pada anestesi sebelumnya.
8. Riwayat kebiasaan
Banyak kebiasaan yang akan berpengaruh pada anestesi dan bahkan bisa
menjadi penyulit dalam anestesi misalnya:
Rokok
Pasien yang memiliki kebiasaan merokok berat dapat menimbulkan
pengaruh dalam anestesi seperti merangsang batuk, merangsang
5
sekret pada jalan nafas, memicu atelektasis dan pneumoni pasca
bedah, oleh karena itu sebelum dilakukan anestesi dan pembedahan
rokok harus dihentikan minimal 24 jam sebelumnya.
Alkohol
Kebiasaan mengkonsums alkohol pada umumnya akan menimbulkan
resistensi terhadap obat-obat anestesi terutama golongan barbiturat
sehingga jumlah obat yang diberikan harus di sesuaikan.
Obat-obat yang dikonsumsi
Obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh pasien dapat berpengaruh
pada anestesi sehingga hams diperiksa apakah obatobatan tersebut
dapat terus dikonsumsi atau harus dihentikan sementara.
6
Untuk memeriksa rongga mulut biasanya digunakan pemeriksaan
Mallampati, yaitu dengan mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan.
Pemeriksaan Mallampati ini dibagi menjadi beberapa derajat, antara lain:
Derajat I : Uvula terlihat semua
Derajat II : Uvula terlihat sebagian
Derajat III : Uvula tidak terlihat tetapi palatum molle terlihat
Derajat IV : Hanya terlihat palatum durum
7
Jika pasien dalam keadaan hamil harus diperhatikan obat-obat
yang akan diberikan karena dapat berpengaruh pada kehamilan dan
janin.
Blader (produksi urine)
Periksa fungsi ginjal apakah ada gangguan atau tidak, misalnya
gagal ginjal akut. Secara umum urine dapat menggambarkan :
Fungsi ginjal dan salurannya
Kemodinamik penderita
Hidrasi
Hormonal
Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa :
Produksi urine
Harus dinilai produksi urine apakah normal atau tidak
Normal 0,5-1 ml/kg BB/jam
Anuri : 20m1/24jam
Oliguri : 25m1/jamatau400ml/24jam
Poliuri 2500 ml/24 jm
Serum kreatinin
BUN
Sedimen urine
Bone (kelainan postur tubuh, kelainan neuro muskuler, patah tulang)
Kelainan postur tubuh dapat mempengaruhi fungsi tubuh dan
menjadi penyulit saat anestesi. Bentuk tulang belakang yang abnormal
dapat mempengaruhi anatomi tubuh, misalnya trakhea menjadi tertarik
ke lateral sehingga mempersulit intubasi.
Patah tulang leher terutama C2 menyebabkan tetraplegi dan
kelumpuhan otot diafragma. Patah tulang terbuka ataupun tertutup dapat
menyebabkan syok hipovolemik karena perdarahan. Patah tulang
panjang dapat menyebabkan emboli lemak.
8
2.14 Pemeriksaan Penunjang (laboratorium)
Setelah melakukan pemeriksaan fisik dapat diketahui apakah
terdapat atau tidak. Namun, jika dirasa masih meragukan maka untuk
mendapat kepastian dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan radiologi, EKG atau pemeriksaan laboratorium.
Ada pemeriksaaan penunjang yang rutin harus dilakukan ada juga
yang kan jika ada indikasi untuk pemeriksaan penunjang. Adapun indikasi
kukan pemeriksaan penunjang antara lain : usia, penyakit yang sedang
diderita, penyakit penyerta, penyakit dahulu, penyakit keluarga yang
herediter, kehamilan, dll
Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin darah (Hb, leukosit, trombosit, hematokrit)
Pemeriksaan Kimia Klinik
o Fungsi hepar (SGOT, SGPT, albumin)
o Fungsi ginjal (Urine lengkap, BUN, Serum kreatinin)
o Faal hemostasis
o Serum elektrolit (Na. K, Cl)
Pemeriksaan berdasarkan indikasi
Radiologi (foto thoraks, BOF, CT Scan, USG, dll)
Laboratorium (gula darah)
EKG. Echocardiogram, treadmil, dll
Setelah pemeriksaan pre operatif dilakukan dan memperoleh
gambaran tentang keadaan fisik dan mental pasien beserta rnasalah-masalah
yang ada, 1anjutnya dibuat rencana mengenai obat dan teknik anestesia yang
akan digunakan.
9
ASA 1 : Pasien dalam keadaan sehat organik, fisiologik,
biokimia dan psikiatrik yang memerlukan operasi.
ASA 2 : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai
sedang.
ASA 3 : Pasien dengan kelainan sistemik berat sehingga
aktivitas rutin terbatas.
ASA 4 : Pasien dengan penyakit sistenik berat tak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya
merupakan ancaman bagi
kehidupannya setiap saat.
ASA 5 : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
Pada pasien cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E.
10
mempengaruhi pemeriksaan selama anestesi, misalnya dapat
mengaburkan tanda-tanda sianotik.
Mengosongkan vesika urinaria, pasien disuruh miksi habis pada pagi
harinya. Bila perlu dipasang kateter.
Untuk membersihkan jalan napas, pasien dapat disuruh batuk-batuk
beberapa kali.
Mengganti pakaian penderita dengan pakaian khusus, dapat diberi label
identifikasi.
Mengulang pemeriksaan fisik, pastikan tidak ada perubahan yang
bermakna yang dapat menyulitkan perjalanan anestesi, misalnya
hipertensi mendadak, febris mendadak, dehidrasi, atau serangan akut
asthma.
11
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Arief Mansjoer, Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan.
Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta: 2000.
2. Latief, Said, 5, Kartini, R, Dahian. Petunjuk Praktis Anestesiologi.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2001
3. G. Edward Morgan, Jr., Mageds, Mikhail. ClinicalAnesthesiology. Mc
Graw-Hill Companies New york: 2002, Hal : 932-949.
4. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S. Dahian, R. Anestesiologi. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: 1989.
13