Anda di halaman 1dari 4

Gigi Tiruan Lengkap (GTL)

Posted by drg. Adi Pratama

» Prostodontik

» Sabtu, 15 Maret 2014

Gigi Tiruan Lengkap (GTL)


Gigi tiruan lengkap merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi asli
beserta bagian jaringan gusi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan lengkap memiliki beberapa
tujuan, yaitu untuk merehabilitasi seluruh gigi yang hilang serta jaringannya sehingga dapat
memperbaiki atau mengembalikan fungsi pengunyahan, bicara, estetis, dan psikis, serta
memperbaiki kelainan, gangguan, dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous.

Swenson (1979) menyatakan bahwa pada orang yang telah kehilangan gigi-geliginya,
dimensi vertikal akan berkurang dan otot pipi akan turun karena tidak adanya penyangga.
Selama berfungsi, rahang bawah berusaha berkontak dengan rahang atas, sehingga dengan
tidak adanya gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah akan menyebabkan hilangnya posisi
sentrik dan mandibula menjadi protrusif, yang dapat menyebabkan malposisi temporomandibular
joint.

Hilangnya gigi akan menyebabkan processus alveolaris gigi tersebut mengalami penyusutan.
Processus alveolaris yang telah mengalami penyusutan tersebut disebut residual ridge. Penyusutan
processus alveolaris umumnya berjalan 2-3 minggu setelah hilangnya gigi, namun pada beberapa orang
dapat berlangsung selama beberapa bulan.

Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap


(1) adanya kehilangan seluruh gigi karena dicabut atau tanggal, atau masih mempunyai beberapa
gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak mungkin diperbaiki,
(2) keadaan processus alveolaris masih baik,
(3) kondisi mulut pasien baik,
(4) keadaan umum pasien baik, dan
(5) pasien bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap.
Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap (GTL) akan mencegah pengerutan/atropi processus
alveolaris (residual ridge) dan berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan turunnya otot-otot pipi
karena tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik. Tujuan pembuatan gigi tiruan lengkap adalah
untuk merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki dan mengembalikan fungsi
bicara, pengunyahan, estetis dan psikis serta memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang
disebabkan oleh keadaan edentulous.

Pembuatan gigi tiruan lengkap diharapkan dapat menggantikan fungsi dari gigi asli yang telah
hilang dan jaringan gigi. Keberhasilan dari pembuatan gigi tiruan lengkaptergantung dari retensi yang
dapat menimbulkan efek psikologis dan dukungan dari jaringan sekitarnya sehingga dapat dipertahankan
keadaan jaringan yang normal. Hal ini mencakup (1) kondisi mulut edentulous berupa: processus
alveolaris, saliva, batas mukosa bergerak dan tidak bergerak, kompresibilitas jaringan mukosa, bentuk dan
gerakan otot-otot muka serta bentuk dan gerakan lidah, (2) ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang
cocok, (3) penetapan/pengaturan gigi yang benar, yaitu: posisi dan bentuk lengkung deretan gigi, posisi
individual gigi, dan relasi gigi yang terjadi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang atas dengan
gigi-gigi rahang bawah, dan sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut.

Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan bagi gigi tiruan lengkap.
Batas antara jaringan yang bergerak dan tidak bergerak disebut mucobuccal fold dan fornik. Batas ini harus
diteliti dengan seksama untuk mengetahui batas yang tepat dari gigi tiruan lengkap yang akan dibuat.

Syarat gigi tiruan yang baik adalah (1) material tidak berbau, berasa, halus, bersih,dan tidak
mengiritasi, ukuran dan bentuk harus sesuai, serta mempunyai retensi dan stabilisasi waktu dipakai dan
berfungsi sehingga enak dipakai, (2) dapat berfungsi untuk mengunyah makanan, mengucapkan
kata dengan jelas, gerakan seperti tertawa, menguap, batuk, minum dan lain-lain, (3) estetis dalam ukuran,
bentuk, warna gigi dan gusi, (4) tidak menimbulkan gangguan atau kelainan dan rasa sakit, dan juga (5)
cukup kuat terhadap tekanan pengunyahan dan pengaruh zat dalam makanan, minuman, cairan ludah dan
obat.

Gigi tiruan lengkap yang baik harus memiliki retensi dan stabilitasasi yang baik. Retensi adalah
ketahanan dari suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam.
Stabilisasi adalah ketahanan suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi (adanya
tekanan fungsional). Menurut Soelarko dan Wahchijati (1980), retensi didapat dari gravitasi, adhesi,
tekanan atmosfer, dan surface tension, sedangkan faktor stabilisasi GTL didapat dari pemasangan gigi-gigi
pada processus alveolaris, tekanan yang merata, balanced occlution, relief area, sliding, over jet dan over
bite. Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan gigi tiruan lengkap.
Menurut Basker dkk. (1996), kekuatan retentif mencegah pengungkitan gigi tiruan dari mukosa
pendukung dan bekerja melalui 3 permukaan gigi tiruan, yaitu:
1. Permukaan oklusal (occlusal surface), yaitu bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak atau hampir
berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigi tiruan lawan atau gigi asli.
2. Permukaan poles (polishing surface), yaitu bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari tepi gigi
tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya
dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan permukaan ini berkontak dengan bibir,
pipi, dan lidah.
3. Permukaan cetakan (finishing surface), yaitu bagian permukaaan gigi tiruan yang konturnya ditentukan oleh
cetakan.

Gigi tiruan dapat berfungsi secara efisien apabila memenuhi empat faktor. Menurut Watt dan
MacGregor (1992) keempat faktor itu adalah:
1. Jaringan pendukung: adalah jaringan yang merupakan tempat gigi tiruan bertumpu, terdiri dari jaringan
yang menerima beban pengunyahan yang jatuh pada gigi tiruan.
2. Retensi: adalah ketahan gigi tiruan untuk melawan upaya penglepasannya dari mulut.
3. Seimbang dengan otot: berarti bahwa tekanan otot-otot lidah, bibir dan pipi, yang bekerja pada gigi tiruan
selama gerakan fungsional dengan gigi-gigi tidak dalam keadaan berkontak, tidak menyebabkan
terlepasnya gigi tiruan.
4. Keseimbangan oklusi: diartikan apabila tekanan yang dikeluarkan oleh gigi tiruan yang satu kepada gigi
tiruan lawannya selama gerak fungsional dengan gigi-giginya dalam keadaan berkontak tidak
menyebabkan terlepasnya gigi tiruan tersebut.

Tekanan retentif yang berperan terhadap semua permukaan tersebut adalah tekanan otot dan
tekanan fisik. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi gigi tiruan lengkap, terutama pada rahang atas,
yaitu:

1. Faktor fisis
a. Peripheral seal
Efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi dari tekanan atmosfer.
Posisi terbaik peripherial seal adalah disekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal
gigi tiruan atas, pada permukaan bukal gigi tiruan bawah. Peripherial seal bersambung dengan
postdam pada rahang atas menjadi sirkular seal. Sirkular seal ini berfungsi membendung agar
udara dari luar tidak dapat masuk ke dalam basis gigi tiruan (fitting surface) dan mukosa
sehingga tekanan atmosfer di dalamnya tetap terjaga. Apabila pada sirkular seal terdapat
kebocoran (seal tidak utuh/terputus) maka protesa akan mudah terlepas. Hal inilah yang harus
dihindari dan menjadi penyebab utama terjadi kegagalan dalam pembuatan protesa gigi tiruan
lengkap.

b. Postdam
Postdam atau posterior palatal seal (khusus pada rahang atas), diletakkan tepat disebelah
anterior vibrating line dari palatum molle dekat fovea palatina.

2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan
dengan mukosa mulut tergantung pada efektivitas gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi, yang bersama-
sama dikenal sebagai adhesi selektif.

3. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface). Retensi gigi tiruan berbanding
langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh basis gigi tiruan.

4. Residual ridge, karena tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan terutama pada rahang atas.

5. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk menghindari rasa sakit dan terlepasnya
gigi tiruan saat berfungsi.

Daftar Pustaka:

Basker RM, Davenport JC, Tomlin HR. 1996. Perawatan Prostodontik bagi Pasien
Tak Bergigi (terj.). Ed III. EGC: Jakarta.
Devlin H. 2002. Complete Dentures: A Clinical Manual for the General Dental Practicioner. Springer-Verlag:
Berlin.
Gehl DH, Dressen, OM. 1959. Complete Denture Prothesis. 4th ed. W. B. Saunders Co.: London.
Harshanur IW. 1993. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan. EGC: Jakarta.
Hickey JC, Zarb GA. 1980. Boucher’s Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients. Missoury: Mosby
Company.
Itjiningsih WH. 1996. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. EGC: Jakarta.
Itjiningsih WH. 1993. Dental Teknologi. FKG Universitas Trisakti: Jakarta.
Seki T, Suzuki T, dan Hayakawa I. 2006. Influence of Midline Position and Incisal Inclination on Esthetic
Evaluation of Complete Denture Wearers. Prosthodont Res Pract 5: 150-6.
Sharry JJ. 1968. Complete Denture Prosthodontics. 2nd ed. McGraw-Hill Company: New York.
Soelarko dan Herman W. 1980. Diktat Prostodonsia Full Denture. FKG Unpad: Bandung.
Swenson MG. 1960. Complete Denture. 5th ed. C. V. Mosby Co.: St. Louis.
Utari RI. 1994. Desain dan Tehnik Mencetak pada Pembuatan Geligi Tiruan Lengkap. Hipokrates: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai