Anda di halaman 1dari 4

Keluarga Disfungsional : Penyebab, Akibat dan

Peran BK dalam Penanganannya

Azzah Tahani Haura (16006059)

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang

Abstratc
Today many found troubled children from a troubled family. A common problem in a family is due to
family dysfunction. Dysfunction in the family can be caused one of them by toxic parent.
Dysfunctional family children will experience many problems in their life. Therefore, special care is
needed for parents and children from dysfunctional families. One of them is assistance by BK.

Keyword: toxic parent, child, the role of BK

PENDAHULUAN
Dewasa ini Indonesia rentan terhadap penyakit sosial yang salah satunya adalah keluarga
difungsional. Parillo (2008) (dalam Indrawati, Hyoscyamina, Qonitatin, & Abidin : 2014) menyebutkan
bahwa keluarga disfungsional mengacu pada “keluarga yang secara umum polanya diasosiasikan
memiliki kesehatan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan pengaruh-pengaruh positif yang rendah
dibandingkan dengan keluarga pada umumnya”. Keluarga tidak hanya pencetus masalah sosial, namun
secara khusus dapat menyebabkan masalah rumit dalam keluarga. Keluarga yang mengalami masalah
disfungsional akan menderita baik secara fisik maupun psikologisnya. Keluarga disfungsional dicirikan
dengan adanya beberapa hal seperti kekerasan dalam rumah tangga (fisik, seksual, dan emosional),
penggunaan obat-obatan dan alkohol yang kronis, kemiskinan, stres tinggi, konflik antar anggota, dan
perceraian; yang semua itu menyakiti anak secara fisik maupun psikis.
Keluarga disfungsional memiliki banyak dampak buruk seperti yang tertera diatas. Namun yang
paling kronis ialah, seorang yang berasal dari keluarga disfungsional semulanya menjadi korban akan
menurunkan gaya hidupnya kelak ketika berkeluarga. Dan pada akhirnya akan membangun keluarga
disfungsional pula.

KAJIAN LITERATUR
A. Pengertian Keluarga Disfungsional
Menurut Benton (1977) (dalam Indrawati, Hyoscyamina, Qonitatin, & Abidin : 2014)
keluarga disfungsional adalah kondisi apapun yang mengganggu sebuah keluarga berfungsi.
Setiap keluarga akan mengalami masalah yang dapat menjadikan menggoncang keluarga tersebut.
Hanya saja keluarga normal akan mamapu mengatasi masalah tersebut. Lain halnya dengan
keluarga disfungsional yang ketika menghadapi masalah, maka masalah tersebut akan cenderung
berlarut - larut sehingga anak tidak mendapat pemenuhan kebutuhan seperti semestinya.
Selanjtnya, istilah keluarga disfungsional sering disamakan dengan keluarga yang
bermasalah pada sosial dan psikologisnya. Dimana hal ini dinyatan oleh Kementrian Sosial RI
merupakan salah satu dari 22 penyandang masalah kesejahteraan sosial (Kementrian Sosial RI,
2009). keluarga bermasalah sosial dan psikologis indentik dengan keluarga yang hubungan
terutama suami - istri didalamnya tidak harmonis sehingga cenderung tidak menjalankan tugas -
tugasnya dengan semestinya.
Lebih lanjut Indrawati, Hyoscyamina, Qonitatin, & Abidin (2014) merujuk dari definisi
keluaga disfungsional tersebut menjabarkan indikator perilaku dari keluarga disfungsional, yaitu:
1) Adanya kekerasan, emosional, fisik, atau seksual dan penelantaran anak dalam rumah tangga
(child abuse), atau kekerasa terhadap pasangan (spouse abuse), yang melukai emosi dam fisik
korban dan menjadikan keluarga sebagai lingkungan tempat tinggal yang mengancam bagi
anak.
2) Adanya penyalahgunaan narkotika yang kronis. Hal ini berdampak pada tingginya angka
kekerasan dalam rumah tangga dan rendahnya kualitas hubungan antara anak dengan orangtua.
Dampak selanjutnya yaitu rendahnya tingkat penghargaan diri (self - esteem) dan prestasi anak.
3) Masalah ekonomi yang sangat kronis yang menyebabkan kemiskinan yang tidak dapat diatasi
lagi. Hal ini menutup kemungkinan untuk individu meningkatkan kesejahteraan baik dari segi
ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian semakin memperkuat kemungkinan
kemiskinan kedepannya dan melakukan tindak kriminal di kemuadian hari.
B. Tipe - tipe Keluarga Disfungsional
Menurut Benton (1997) ((dalam Indrawati, Hyoscyamina, Qonitatin, & Abidin : 2014)
terdapat beberapa tipe keluarga disfungsional, yaitu :
1) Underfunction parents, yaitu orangtua yang tidak menjalankan tugas dan kewajibannya dan
membiarkan anaknya menghidupi dirinya sendiri
2) Overfunction parents, yaitu orangtua yang berlebihan dan sangat kaku, sehingga
menghambat perkembangan anak
3) Orangtua yang tidak konsisten, dalam perlakuannya sering melakukan tindakan yang
melanggar batas dan tidak dilakukan orangtua pada anak
C. Penyebab Terbentuknya Keluarga Disfungsional
Foward (1989) (dalam Indrawati, Hyoscyamina, Qonitatin, & Abidin : 2014) mengistilahkan
orangtua penyebab keluarga disfungsional sebagai “toxic parent”. Toxic parent cenderung
menyakiti, mencelakakan dan menjahati anaknya sendiri yang kelak menimbulkan luka fisik
maupun psikis yang menyebabakan taumatis pada anak. Toxic parent kebanyakan juga
merupakan anak korban disfungsional family yang menerapkan kembali apa yang ia dapatkan dari
orangtuanya dulu.
Menurut Foward (1989) (dalam Indrawati, Hyoscyamina, Qonitatin, & Abidin : 2014) toxic
parent ada beberapa tipe, yaitu :
1) Orangtua yang tidak adekuat, merupakan orangtua yang tidak melakukan tugas dan fungsi
mereka secara semestinya. Contohnya tidak memenuhi kebutuhan anak, sehingga anak
memenuhi kebutuhannya sendiri.
2) Orangtua pengontrol, adalah orangtua yang melakukan hal - hal seperti menanamkan pola
pikir yangs alah sehingga anak menjadi tergantung pada orangtua dan terhambat proses
perkembangannya.
3) Orangtua alkoholic atau pengguna obat - obatan terlarang, jelas saja menjadi toxic parent,
karena anak dari orangtua pecandu akan merasa malu dan cenderung mengisolasi diri mereka
sendiri. Selanjutnya orangtua pecandu juga tidak akan sanggup melakukan tugas dan
fungsinya secara semestinya.
4) Orangtua pelaku kekerasan, orangtua yang menggunakan cara kekerasan dalam keluarga baik
itu secara verbal, fisik, maupun seksual akan menyebabkan sakit secara fisik maupun psikis
pada anak dan menimbulkan efek traumatis pada anak di kemudian hari.
D. Dampak Keluarga Disfungsional
Dalam jurnalnya Indrawati, Hyoscyamina, Qonitatin, & Abidin (2014) mengungkapkan
bahwa penelitian-penelitian tentang keluarga disfungsional atau keluarga berisiko memberikan
banyak kontribusi bagi para praktisi kesehatan, terutama yang menggeluti bidang psikologi
kesehatan. Keluarga yang disfungsional berperan sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner
(Loucks, Almeida, Taylor, & Matthews, 2011), berhubungan positif dengan kemunculan simtom
depresi (Taylor dkk, 2006), dan mempengaruhi fungsi metabolisme individu ketika dewasa
(Lehman, Taylor, Kiefe, & Seeman, 2005). Penelitian tersebut mendukung pandangan yang
menyatakan bahwa “kesehatan yang baik dimulai sejak awal kehidupan”, kesehatan yang buruk
juga demikian.
Dalam keluarga yang sehat, anak-anak belajar bahwa mereka dapat mengandalkan lingkungan
mereka untuk mendapatkan keamanan emosional dan fisik, serta kesejahteraan. Mereka pun belajar
caranya memelihara kesehatan fisik dan psikis mereka sendiri, mandiri dari para pengasuhnya.
Sebaliknya, dalam keluarga yang berisiko, dinamika yang sehat tersebut tidak terjadi dan justru
men-ciptakan kerentanan dan konsekuensi-konsekuensi negatif pada perilaku dan kesehatan
(Repetti, Taylor, & Seeman,2002)
E. Peran Konselor dalam Penangan Keluarga Disfungsional
Dalam penangan keluarga disfungsional dapat dilakukan konseling keluarga. Konseling
keluarga atau family counseling menurut Sofyan (2008:83) adalah upaya pemberian bantuan yang
diberikan kepada individu dalam keluarga dengan melakukan pembenahan komunikasi dalam
keluarga sehingga potensi individu tersebut berkembang dengan baik dan masalahnya terentaskan.
Dalam hal ini Elis & Yusria (2013:154)) menyatakan bahwa tujuan umum konseling
keluarga: (a) Membantu, anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai secara emosional
bahwa dinamika keluarga adalah kait-mengait diantara anggota keluarga. (b) Untuk membantu
anggota keluarga agar menyadari tentang fakta jika satu anggota keluarga bermasalah, maka akan
mempengaruhi kepada persepsi, ekspektasi, dan interaksi anggota-anggota lain. (c) Agar tercapai
keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan dan peningkatan setiap anggota. (d) Untuk
mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari hubungan parental.
PEMBAHASAN
Keluarga disfungsional adlah kondisi khusus yang tidak dapat diatasi dengan usaha yang biasa -
biasa saja. Hal ini dikarenakan banyak hal yang menjadi penyebab maupun akibat yang akan terus
menjadi dark circle. Maksudnya adalah penyebab dan akibat tersebut akan terulang. Dimaka anak yang
menjadi korban disfungsional keluarga akan menjadi orangtua dan mempraktekkan apa yang ia terima
semasa menjadi korban dan menjadikan anaknya kelak juga menjadi korban disfungsional keluarga.
Banyak hal yang akan menjadikan hal ini perlu penanganan khusus. Penangan khusus yang dapat
dilakukan oleh seorang konselor adalah melakukan konseling keluarga dan menggandengkannya
dengan Loving Kindness Meditation (LKM).
Loving Kindness Meditation (LKM) adalah praktek meditasi yang digunakan untuk
menumbuhkan perasaan kasih sayang dan cinta kasih. LKM mulai dikenal dan digunakan banyak
orang sejak tahun 2000 sebagai terapi untuk depresi, meningkatkan empati, dan meningkatkan
hubungan. Meditasi secara umum telah terbukti efektif dalam membantu orang dari stres, kecemasan
dan berbagai penyakit, tetapi LKM adalah khusus untuk mengarahkan perasaan kasih sayang terhadap
diri mereka sendiri dan terhadap orang lain, serta secara hati terbuka dan terfokus (Elis & Yusria
2013:157).
Loving Kindness Meditation (LKM) dapat dikatakan cocok untuk menangani Toxic Parent karena
secara psikologis, perlakuan buruk yang diterima oleh Toxic Parent dapat menghancurkan penghargaan
diri mereka dan mengarahkan mereka pada perilaku self-destructive. Mereka merasa tidak berharga,
tidak dicintai, dan tidak adekuat. Perasaan ini dapat berlanjut sampai mereka dewasa, menjadikan
mereka sangat sulit untuk mewujudkan gambaran diri yang positif, kepercayaan diri, dan penilaian diri
yang baik, dan mewarnai seluruh aspek kehidupannya. Untuk itu perlulah Loving Kindness Meditation
(LKM) yang dikhususkan untuk mengarahkan perasaan kasih sayang terhadap diri mereka sendiri dan
terhadap orang lain, serta secara hati terbuka dan terfokus.
KESIMPULAN
Keluarga disfungsional merupakan kondisi apa saja yang mengganggu keberfungsian yang sehat dari
sebuah keluarga dan memiliki kecenderungan untuk menjadikan setiap permasalahan yang ada menjadi
kronis sehingga anak-anak tidak mendapatkan pemeliharaan dan pemenuhan kebutuhan yang
seharusnya.
Keluarga disfungsional dapat disebabkan oleh Toxic Parent yang menggerogoti kebahagiaan anggota
keluarga terutama anak keluarga tersebut. Dampak dari keluarga disfungsional dapat terjadi pada fisik
maupun psikis tiap anggota keluarga yang terjangkit. Untuk itu perlu penangan serius dari berbagai pihak
terutama konselor.
Konselor dapat melakukan konseling keluarga disertai dengan disertai Loving Kindness Meditation
(LKM). Kedua kegiatan ini sangat cocok dalam penangan keluarga disfungsional. Utuk itu konselor
mestinya menguasai kedua kegiatan ini agar nantinya mampu mamberikan bantuan pada tiap keluarga
disfungsional.
KEPUSTAKAAN
Dodge, K. A. & Pettit, G. S. (2003). A Biopsychosocial Model Of The Development Of Chronic
Conduct Problems In Adolescence. Develop-Mental Psychology,39(2): 349–371.

Elis Muawanah & Yusria Ningsih. 2013. Bimbingan Dan Konseling Keluarga Dengan Loving
Kindness Therapy Dalam Meningkatkan Regulasi Emosi. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam.
Volume 03 No. 02 Hal : 152-162

Endang Sri Indrawati, Dorosy Endah Hyosyamina, Novi Qonitatin, Zanal Abidin. 2014. Profil
Keluarga Disfungsional Pada Penyandang Masalah Sosial Di Kota Semarang. Jurnal Psikologi UNDIP.
Volume 13 No. 2 Hal: 120 – 132

Felitti, V. J., Anda, R. F., Nordenberg, D., Williamson, D. F., Spitz, A. M., Edwards, V., Koss, M. P.,
& Marks, J. S. (1998). Relationship Of Childhood Abuse And Household Dysfunction To Many Of
The Leading Causes Of Death In Adults:The Adverse Childhood Experiences (ACE) Study. American
Journal Of Preventive Medicine,14(4), 245-258.

Forward, S. (1989). Toxic Parents: Overcoming Their Hurtful Legacy And Reclaiming Your Life.New
York: Bantam Books.

Kementerian Sosial. (2009). Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Potensi Dan
Kesejahteraan Sosial (PSKS) Tahun 2009. Diakses Dari:
Http://Database.Depsos.Go.Id/Modules.Php?Name=Pmks2009&Opsi=Pmks2009

Parillo, V. N. (2008). Encyclopedia Of Social Problems. Thousand Oaks:SAGE Publication

Repetti, R. L., Taylor, S. E., & Seeman, T. E. (2002). Risky Families: Family Social Environments
And The Mental And Physical Health Of Offspring. Psychological Bulletin

Sofyan S. Willis. 2008. Konseling Kluarga (Family Counseling). Bandung : Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai