Anda di halaman 1dari 9

NEURITIS RETROBULBAR

I. PENDAHULUAN

Neuritis optikus merupakan salah satu penyebab umum kehilangan


penglihatan unilateral pada orang dewasa. Berdasarkan kategori klinik dan
pemeriksaan opthalmoskopis terbagi menjadi papilitis dan neuritis retrobulbar.
Papilitis adalah inflamasi yang mengenai serabut retina nervus optikus yang
masuk pada papil nervus optikus di dalam bola mata, dengan pemeriksaan
opthalmoskopis di diskus optikus akan tampak kelainannya sedangkan pada
neuritis retrobulbar inflamasinya mengenai nervus yang terletak di belakang
bola mata dan terletak jauh dari diskus optikus sehingga perubahan-perubahan
dini di diskus optikus tidak tampak dengan pemeriksaan opthamoskopis,
ketajaman penglihatan dapat menurun. (1)

Kerusakkan saraf terjadi pada bagian saraf optik yang letaknya di belakang
bola mata dan disebut juga neuritis retrobulbar serta sering dikaitkan dengan
penyakit sklerosis multipel. Peradangan saraf optik dan edema (pembengkakan)
terjadi akibat tekanan intrakranial pada tempat dimana saraf masuk ke dalam bola
mata. Peradangan di tempat tersebut disebut papilitis.(2)

Insidensi neuritis optikus dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per


100.000 sedangkan prevalensinya 115 per 100.000. Sebagian besar mengenai
usia 20 sampai dengan 40 tahun. Wanita lebih umum terkena daripada pria.
Berdasarkan data The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) 77% adalah
wanita, 85% kulit putih dan usia rata-rata 32 ± 7 tahun. Sebagian besar kasus
patogenesisnya disebabkan inflamasi demielinisasi dengan atau tanpa sklerosis

1
multipel. Pada sebagian besar kasus neuritis optikus monosimptomatik
merupakan manifestasi awal sklerosis multipel.(1)

II. ANATOMI

Gambar 1: Anatomi mata(3)

Saraf terdiri atas 3 lapisan, yaitu :lapisan neuroepithel retina, lapisan


ganglion retina dan lapisan ganglion pada saraf optik yang merupakan lapisan
saraf multipolar. Akson membentuk saraf optik. Dengan demikian, sel-sel sen-
sorik retina tidak menghadapi cahaya yang masuk dengan reseptor sel sensorik
retina , tetapi terlindungi oleh neuron dan serat saraf. Hal ini dikenal sebagai
inversi retina.(4)

2
Gambar 2: (A) Nervus optik, (B) axon pada potongan frontal(5)
.
Permukaan bagian dalam retina dipisahkan dari korpus vitreus oleh
membran basal internal.Sebuah membran glial, membatasi membran eksternal ,
dan memisahkan bagian reseptor sel sensorik dari epitel saraf. Kedua membran
memanjang dengan bantuan sel Müller.(4)

3
Lapisan neuroepithelial : neural epitelium mempunyai dua jenis sel
fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut.Sel-sel batang adalah untuk terang-
gelap persepsi dalam cahaya redup (night vision), sedangkan sel-sel kerucut yang
berfungsi untuk persepsi warna dalam cahaya terang (visi warna) dan visual ketaja-
man (teori duplicity). Fotoreseptor merupakan neuron pertama pada jalur
penglihatan.(4)

Gambar 3 : Bagian kepala nervus optik(5)

Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa dua jenis
serabut saraf yaitu : saraf penglihatan dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf
optik yang menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau
tidak langsung terhadap saraf optik perubahan toksik anoksik yang
mempengaruhi penyaluran aliran listrik.(6)

III. PATOFISIOLOGI

Neuritis retrobulbar adalah salah satu bentuk neuritis optikus dimana


inflamasi mengenai nervus yang terletak di belakang mata. Daerah inflamasi
terletak di antara belakang mata dan otak. Nervus optikus mengandung serabut-
serabut syaraf yang mengantarkan informasi visual dari sel-sel nervus retina ke

4
dalam sel-sel nervus di otak. Retina mengandung sel fotoreseptor, merupakan
suatu sel yang diaktivasi oleh cahaya dan menghubungkan ke sel-sel retina lain
disebut sel ganglion. Kemudian mengirimkan sinyal proyeksi yang disebut akson
ke dalam otak. Melalui rute ini, nervus optikus mengirimkan impuls visual ke
otak. Sehingga ketika nervus tersebut inflamasi, sinyal visual yang dihantarkan
ke otak menjadi terganggu dan pandangan menjadi lemah.(1,2,6)

IV. ETIOLOGI

1. Inflamasi lokal
a. Uveitis dan retinitis
b. Oftalmia simpatika
c. Meningitis
d. Penyakit sinus dan infeksi orbita.( 1)

2. Inflamasi umum.
a. Infeksi syaraf pusat

b. Multipel sklerosis
c. Acute disseminated encephalomyelitis
d. Neuromyelitis optic (Devic disease)
e. Encephalitis periaxial diffusa of Schilder
f. Herpes zoster
g. Encephalitis epidemic, poliomyelitis, inokulasi rabies
h. Syphilis
i. Tuberkulosis.(1)

3. Toksin endogen

5
a. Penyakit infeksi akut, seperti influenza, malaria, measles, mumps,
pneumonia

b. Fokus septik pada gigi, tonsil, infeksi fokal

c. Penyakit metabolik: diabetes, anemia, kehamilan, avitaminosis(1)

5. Intoksikasi racun eksogen seperti tobacco,etil alcohol, metil alkohol. .( 1)

Faktor resiko neuritis optikus termasuk:

1.Usia
Neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun; usia
rata-rata terkena sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat terkena
juga tetapi frekuensinya lebih sedikit

2.Jenis kelamin
Wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada laki-laki5.

3.Ras
Neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang kulit putih daripada ras yang lain.
(1,2)

V. DIAGNOSIS BANDING

a. Papilitis
Papilitis adalah inflamasi yang mengenai nervus optikus di dalam bola
mata, merupakan salah satu tipe neuritis optikus yang sering terjadi pada anak-

6
anak, memiliki gejala yang sama dengan neuritis retrobulbar tetapi pada
pemeriksaan dengan opthalmoskopis dapat ditemukan pembengkakan pada
diskus optikus, hiperemi, tepi kabur dan semua pembuluh darah dilatasi.(6)

b. Compressive optic neuropathy

Terdapat kehilangan penglihatan akut. Pola kehilangan lapang pandang


menunjukkan penyebabnya non inflamasi, misalnya ditemukan kehilangan
penglihatan pada mata lainnya. CT Scan atau MRI dapat mengidentifikasi lesi
kompresif pada orbita dan khiasma. Pada Compressive optic neuropathy tidak
terdapat pemulihan penglihatan.(1)

c. Nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy

Terdapatnya nyeri terutama pada pergerakan mata (meskipun tidak mutlak)


secara klinis dapat membedakan neuritis optikus dengan nonarteritic anterior
ischemic optic neuropathy.( 1)

V. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan tergantung dari gangguan yang ditimbulkan, neuritis optik


retrobulbar yang mengakbatkan penurunan visus bisa diterapi dengan steroid
dosis tinggi 1000 mg prednisolone oral selama 3 hari. Dan 1 mg/kgbb untuk oral
prednisolone untuk hari ke 4-14.(1)

Pada keadaan akut, apabila visus sama atau lebih baik dari 20/40 dilakukan
pengamatan saja. Dan apabila visus sama atau kurang dari 20/50 dilakukan
pengamatan dan metilprednison 250 mg intravena, disusul dengan prednison
tablet. (6)

7
VI. KOMPILKASI

1) penglihatan kabur
2) bintik/bercak buta, terutama pertengahan lapang pandang
3) nyeri saat pergerakkan bola mata
4) sakit kepala
5) buta warna mendadak
6) gangguan penglihatan pada malam hari
7) gangguan ketajaman penglihatan(2)

VII. PROGNOSIS
Gangguan penglihatan yang disebabkan karena neuritis optik biasanya
bersifat sementara. Remisi (penyembuhan) spontan terjadi dalam dua hingga lima
minggu. Saat masa pemulihan, 65% - 80% ketajaman penglihatan penderita men-
jadi lebih baik. Prognosis jangka panjang tergantung pada penyebab yang men-
dasarinya. Jika serangan ini ditimbulkan oleh infeksi virus maka akan mengalami
penyembuhan sendiri tanpa meninggalkan efek samping. Jika neuritis optik
dipicu oleh sklerosis multipel, maka serangan berikutnya harus dihindari. Tigapu-
luh tiga persen penderita neuritis optik akan kambuh dalam lima tahun. Tiap
kekambuhan menyebabkan pemulihannya tidak sempurna bahkan memperburuk
penglihatan seseorang. Ada hubungan yang kuat antara neuritis optik dengan
sklerosis multipel. Pada orang yang tidak mengalami sklerosis multipel maka
separuh dari mereka yang mengalami gangguan penglihatan akibat neuritis optik
akan menderita penyakit ini dalam 15 tahun(2)

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Lang G. “Optic Nerve”, in Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas Second


Edition, p.386-8, Stuttgart, New York, 2006.

2. Anonim. Neuritis Optik. Maret, 2010 [cited 2010 Nov 13].Available:


http://www.dokter/neuritisoptik.com
3. Anonim. The Online Atlas of Ophtalmologic. Feb 14, 2005 [cited 2010
Nov 13].Available: http://www.eyeatlas.com
4. Kahle W. “The Eye”, in Color Atlas And Textbook of Human Anatomy ,
p.348, Stuttgart, Germany, 2003.

5. Dunitz, M. Anatomy, Physiology, and Patophysiology : Handbook of


Glaucoma. Second Edition. Taylor and Francis: London; 2003.p.11-13
6. Sidarta I. Glaukoma. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2007.p.10;181-2

Anda mungkin juga menyukai