Anda di halaman 1dari 4

Dr.

John Sung (China)


Gelar PhD di perolehnya dalam 1 tahun dan hanya 9 bulan sesudah mencapai ijasah
sarjananya. Tapi pada waktu ia sedang mengenang kampung halamannya seolah-olah Allah
berkata kepadanya "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan
nyawa?" dan esoknya seorang Pendeta berkata kepadanya "Anda tahu, anda tidak punya
tampang ahli Fisika, anda lebih mirip pengkhotbah".
1926 dari Sung Msc, PhD didaftarkan sebagai mahasiswa di Union Theological Seminary.
Akhir triwulan nilainya sangat tinggi, tetapi dia kehilangan kepercayaannya dan mulai
menghina pendeta-pendeta. Kepercayaan pada Firman Allah goncang sampai ke dasar-
dasarnya. Doa tidak berkuasa lagi dalam hidupnya, meskipun dia setia berdoa namun doanya
hanya lahiriah. Dia berbalik ke agama-agama kuno di Timur, dalam perpustakaan STT dia
membaca buku-buku tentang agama Budha dan Tao dan mengharap mendapat keselamatan
dengan jalan penyangkalan diri, tetapi hatinya tetap gelap.
Khotbah seorang gadis 15 th menyadarkan dia dan dia mencari Alkitab yang telah disia-
siakan dan mulai membacanya setelah ber bulan-bulan lamanya. Bacaan Lukas 23 telah
membuat dia menangis dan berdoa minta pengampunan, kemudian dia mendengar suara
"AnakKu dosamu sudah diampuni lalu dia langsung melompat dan berteriak Haleluya sambil
berseru memuji Allah, mulai saat itu namanya diganti John menurut John The Baptist. Ia
mengesampingkan semua buku teologinya dan mulai menyelidiki Alkitab dan menghafal
sejumlah ayat.
1927 Ketegangan jiwa yang hebat, belajar sungguh-sungguh melampaui batas kewajaran dan
konflik rohani yang bertahun-tahun mengakibatkan pikiran John Sung terganggu sehingga dia
harus dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa. Dia berhasil melarikan diri tetapi tertangkap lagi.
Tetapi di dalam RSJ dia membaca Alkitabnya 40 kali dari awal sampai akhir dengan metode
telaah yang berbeda dan mencatat apa yang ia temukan, Jadi RSJ menjadi Sekolah Teologi
baginya. Tepat 193 hari sejak ia masuk RSJ, bulan Februari dia dilepaskan dan ia merasa
itulah penerimaan ijasah yang paling tinggi baginya.
4 Oktober ia berlayar pulang ke Hinghwa dan di tengah perjalanan di atas kapal dia
membuang semua ijasah dan medali-medalinya kecuali ijasah doktornya untuk
menyenangkan ayahnya. Ia serahkan dan tinggalkan demi kemuliaan Allah. Dia tiba di
Hinghwa dan disambut oleh keluarganya setelah 7 tahun tidak pulang, dan mereka semua
sudah mendengar tentang kehebatan dia di luar jadi ayahnya meminta dia untuk bekerja di
suatu universitas pemerintah untuk membantu biaya adik-adiknya tetapi John berkata kepada
ayahnya "Ayah aku telah mengabdikan hidupku untuk mengabarkan Injil", semua terkejut,
menangis dan kecewa dan mereka mengira John belum sembuh sakit jiwanya. tetapi setelah
mereka mengamati perilakunya yang kebanyakan berdoa dan menelaah Alkitab, dengan
segan mereka menerima keputusan itu dan mengucapkan selamat kepada dia saat ia mulai
hidupnya untuk Tuhan Yesus Kristus.
John Sung bekerja sebagai sukarelawan ia tidak menerima gaji dan persediaan makan
keluarganya sering sangat memprihatinkan dan dalam ketidaksabarannya ia hampir saja
menerima satu dari sekian jabatan empuk yang disodorkan kepadanya. Tapi pada saat itu ia
diserang bisul-bisul di seluruh badan karena ia masih tergoda dan Tuhan menahan dia dengan
penyakit kolera. Dengan malu dan takluk John Sung menyerahkan hidupnya tanpa syarat dan
Allah menerima penyerahan itu.
Setelah John Sung sembuh Ny Sung (istri yang dijodohkan oleh orangtuanya dari kecil) dan
bayinya 3 bulan sakit dan yang mengakibatkan bayi itu mati. 3 Hari setelah dikuburnya bayi
itu John Sung pergi ke Shanghai karena Tuhan memberi perintah untuk pergi ke suatu tempat
yang sudah ditunjukkan. Ia meninggalkan istrinya yang masih tergeletak di ranjang karena
sakit dan berduka cita.
Setelah melalui kehidupan yang cukup sulit beberapa tahun lamanya, John Sung berangkat ke
Shanghai, sebuah kota yang besar di Cina. Di sana ia mengadakan kebaktian-kebaktian yang
penting dan ribuan orang maju ke depan dengan penyesalan yang mendalam akan dosa-dosa
mereka. Dari Shanghai ia ke Nanking. Ia sangat lelah dan mendapat sakit jantung sehingga
hanya sanggup berkhotbah 1 kali sehari. Tapi 200 juru rawat bolos hanya untuk
mendengarkan khotbahnya, 110 jururawat bertobat dan membentuk persekutuan doa mohon
pertobatan.
John ikut regu Betel ke Tiongkok Utara, tapi ketika di Tahsingting pikirannya kacau sehingga
ia tidak ingin berkhotbah dan ia hanya mendengarkan Adariew Gih. Regu Betel bergerak ke
Tsinan di sana John berkhotbah lalu dilanjutkan ke Taian dimana di sana Iblis telah
membinasakan Gereja. Gedung gereja dihancurkan sekolah kristen dipaksa tutup, beberapa
Pendeta lari dengan keluarganya dan orang-orang kristen sangat putus asa. Tapi di tempat itu
John Sung digunakan Allah dengan baik 103 orang bertobat, lalu mereka bergerak ke
Tenghsian yang merupakan pusat pendidikan yang terkenal. Situasi sekolah pemerintahan
yang anti Kristen datang mengacau tetapi mereka berbalik, insaf dan bertobat sungguh-
sungguh. 300 orang berusaha untuk beroleh kedamaian dengan Allah.
Dari Tenghsien dia kembali ke Shanghai lalu pergi ke Mancuria untuk bekerja bersama
Andariew Gih dan rombongannya. Mereka meneruskan perjalanan ke Mukden ketika tentara
Jepang merebut kota itu dan pecah perang dengan Jepang. Dalam perang tersebut regu
penginjil itu didesak supaya pulang tetapi mereka menjawab TIDAK. Mancuria kemudian
direbut dan diduduki Jepang.
Tahun 1939 John Sung datang ke Indonesia. Di Surabaya ia melayani selama 7 hari. Pada
malam hari orang yang datang penuh sesak dan mereka menangis dan bertobat kembali
kepada Tuhan. Yang menakjubkan orang-orang inipun rela menutup toko dan datang ke
gereja setiap hari! Nyata sekali kuasa Allah sedang bekerja. Setelah itu ia melanjutkan
pelayanan ke kota Madiun, Solo, Bandung dan Jakarta. Sebanyak 1000 orang hadir dalam
kebaktian itu, bahkan di Jakarta orang yang hadir sejumlah 2000 orang.
Di Bogor, karena tidak ada gedung gereja yang cukup besar, orang sampai mendirikan tenda
di lapangan tenis untuk memberi duduk 2000 orang. Lalu disambung ke Cirebon, Semarang,
Magelang dan Purworejo. Kebaktian selanjutnya di Solo dan Jogja lalu kembali ke Surabaya.
Beberapa waktu kemudian dia diundang ke Ujung Pandang dan Ambon dan membawa berkat
melimpah untuk gereja di sana.
Kesehatan hamba Tuhan yang setia ini makin lama makin buruk. Waktu di Surabaya ia
berkhotbah sambil berlutut untuk meringankan sakitnya. Dengan segera ia kembali ke
negerinya dan dibedah serta diobati. Selanjutnya ia tidak dapat memimpin kebaktian, tetapi
dalam kelemahannya ia tetap menerima orang-orang yang datang berkunjung. Awal tahun
1944, sakitnya makin bertambah sehingga ia diangkut ke rumah sakit di Peking. Selama 1/2
tahun dirawat, akhirnya ia pulang untuk berkumpul dengan keluarganya pada hari-hari
terakhir. Meskipun sakit yang ditanggung makin berat, John Sung tetap setia membaca
Alkitab dan berdoa.
Pada tanggal 16 Agustus 1944, tubuhnya tambah lemah. Ia merasa sudah hampir meninggal.
Malam itu John Sung tidak sadarkan diri. Tapi esoknya ia masih bangun dan menyanyikan 3
lagu pujian bagi Tuhan. Hari itu dilaluinya dengan sukacita dan damai. Pada pukul 7.07 pada
tanggal 18 Agustus, John Sung menghembuskan nafas terakhirnya. Ia dipanggil Tuhan pada
usia 42 tahun. Itulah saat yang paling bahagia untuknya, bertemu dengan Juruselamat dan
bersama Kristus untuk selamanya.
TUGAS AGAMA KRISTEN
TENTANG PERTOBATAN
Dr. John Sung (China)

OLEH :

SMA NEGERI 3 KOTA SORONG


2018

Anda mungkin juga menyukai