Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH GENGGAM BOLA KARET

TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT ASIEN STROKE


DI RSUD KAB. TEMANGGUNG

Evidence Base Practice Case Report

Disusun Oleh :

Dewi Yeni Irmawati P1337420918030


Firman Dwi Cahyo P1337420918055
Rosi Widyarini P1337420918127
Deti Rizka Utami P1337420918027
Virgiana P1337420918147
Vulki Rizka Anninda P1337420918149
Rosalina Dyah P1337420918126
Regina Ega P P1337420918117
Lizzatul Munajah A P1337420918081
Hana Muzdalifah P1337420918062

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2018

HALAMAN PENGESAHAN

i
Laporan Evidence Base Practice Case Report tentang Pengaruh Genggam
Bola Karet Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke di RSUD Kab.
Temanggung dalam Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah di Ruang
Flamboyan 2 RSUD Temanggung Periode 12 November Sampai Dengan 22
Desember 2018. Telah disetujui untuk di Presentasikan pada hari Kamis tanggal 20
bulan Desember tahun 2018.

Pembimbing Klinik
Ruang Flamboyan 2 RSUD Temanggung

Ns. Nur Latifah, S.Kep

Mengetahui,

Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II

Heru Supriyatno, MN Dwi Ari Murti Widigdo, MN

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................i


DAFTAR ISI......................................................... Error! Bookmark not defined.i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ivi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ................ Error! Bookmark not defined.
A. Definisi Rehabilitasi .................................................................................. 4
B. Tujuan Rehabilitasi .................................................................................... 4
C. Rehabilitasi Pasca Stroke........................................................................... 4
D. Klasifikasi Rehabilitasi Pasca Stroke ........................................................ 5
E. Tujuan Rehabilitasi Pasca Stroke .............................................................. 6
F. Prinsip Rehabilitasi Pasca Stroke .............................................................. 6
G. Program Rehabilitasi Pasca Stroke ............................................................ 8
H. Jenis Rehabilitasi Pasca Stroke ................................................................ 8
I. Hasil Rehabilitasi Pasca Stroke …………………………………......… 22

J. Jurnal Terkait Rehabilitasi Stroke ………...………………………..… 22

BAB III STUDI KASUS ...................................................................................... 25


BAB IV KEJADIAN DAN FENOMENA ............................................................ 66
BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................... 67
BAB VI PENUTUP ............................................................................................... 69
A. Kesimpulan .............................................................................................. 69
B. Saran ........................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................iv
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingan-Nya kami dapat meyelesaikan Laporan Panel Expert Praktik Klinik
Keperawatan Medikal Bedah Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Semarang di Ruang
Flamboyan 2 RSUD Temanggung.
Terlaksananya praktek klinik maternitas dan selesainya laporan ini adalah
berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Bapak Heru Supriyatno, MN., selaku Pembimbing Akademik
2. Bapak Dwi Ari Murti Widigdo, MN., selaku Pembimbing Akademik
3. Bapak Shobirun, MN., selaku Koordinator Praktik Klinik Stase Keperawatan
Medikal Bedah Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Semarang
4. Ibu Ns. Nur Latifah, S.Kep., selaku Pembimbing Klinik di Ruang Flamboyan
2 RSUD Kab. Temanggung
5. Ibu Siti Mursidah, S.Kep. Ners., selaku Pembimbing Klinik di Ruang
Cempaka 2 RSUD Kab. Temanggung.
6. Ibu Hening Kristiyani, AMK., selaku Kepala Ruangan Flamboyan 2 RSUD
Kab. Temanggung
7. Ibu Ns. Hartanti, S.Kep, MM., selaku Kasi Diklat dan Keperawatan Rawat
Inap
8. Seluruh tim pembimbing akademik atau dosen keperawatan medikal bedah
yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan dan dukungan moril
selama praktek klinik stase keperawatan medikal bedah
9. Seluruh perawat yang telah banyak membantu kami selama praktek klinik
keperawatan medikal bedah di RSUD Kab. Temanggung.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan, dukungan dan bantuan pada kami selama melaksanakan
praktek klinik maternitas hingga terselesainya laporan ini. Kami menyadari
laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu berbagai masukan dan kritik
sangat kami harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami khususnya.
Temanggung, 28 November 2018

Penyusun

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan kegawatdaruratan di bidang neurologi. Otak secara


mendadak kehilangan fungsi akibat gangguan suplai darah ke bagian otak.
(Smeltzer et al, 2010). Dimana terjadi gangguan fungsi otak tersebut baik
sebagian atau menyeluruh oleh karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah
tertentu di otak sehingga menyebabkan sel-sel otak kekurangan darah, oksigen
atau zat - zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut
dalam waktu relatif singkat. (Supardjo, 2009).
Stroke merupakan kejadian mendadak dari setiap gangguan neurologi,
termasuk kelemahan atau baal pada ekstremitas, gangguan berbicara, hilangnya
penglihatan, atau gangguan keseimbangan. Stroke menurut World Health
Organization (WHO) adalah sindrom klinis yang terdiri dari tandatanda
terjadinya gangguan fokal atau global fungsi otak dan dapat mengarah pada
kematian tanpa penyebab lain selain vaskular. (Tyrrell P, Rudd A, Cullen K, et
al, 2008).
Menurut WHO (2015), kasus stroke di seluruh dunia diperkirakan
mencapai 50 juta jiwa, dan 9 juta diantaranya menderita kecacatan berat, yang
lebih memprihatinkan lagi 10 persen diantaranya mereka yang terserang stroke
mengalami kematian. Tingginya angka kejadian stroke bukan hanya dinegara
maju saja, tetapi juga menyerang negara berkembang seperti Indonesia karena
perubahan tingkah laku dan pola hidup masyarakat.
Di Asia khususnya Indonesia kasus stroke menduduki peringkat pertama,
setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang mengalami serangan stroke. Sekitar
28.5% penderita stroke di Indonesia meninggal dunia dan diperkirakan tahun
2020 penyakit jantung dan stroke menjadi penyebab utama kematian didunia
(Yayasan Stroke Indonesia, 2010).
Kecenderungan prevalensi stroke berdasarkan wawancara menunjukkan
kenaikan dari 8,3 per 1000 penduduk pada tahun 2007 menjadi 12,1 per 1000
penduduk pada tahun 2013. Prevalensi stroke di Indonesia tahun 2013
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per 1000 penduduk. Jadi,
57,9% penyakit stroke telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi

5
stroke meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur ≥75
tahun, pada masyarakat dengan pendidikan rendah, di kota, dan pada yang tidak
bekerja. Selain angka kejadian yang makin tinggi, stroke adalah penyebab
kecacatan utama dan data Riskesdas 2007 menunjukkan stroke merupakan
penyebab kematian tertinggi di Indonesia. (Riskesdas, 2013).
Di Jawa Tengah, data statistik menunjukkan terdapat kecenderungan
meningkatnya jumlah penderita stroke. Prevalensi stroke di Jawa tengah pada
tahun 2016 adalah 36.933 jiwa, 9.631 jiwa untuk penderita stroke Hemoragic
dan 27.302 jiwa untuk penderita Non Hemoragik. Sedangkan prevalensi untuk
Kabupaten Temanggung sebesar 279 jiwa, 66 untuk penderita Stroke
Hemoragik dan 213 jiwa untuk penderita Stroke Non Hemoragik (Profil
Kesehatan Jawa Tengah 2012).
Pada tahun 2014, berdasarkan catatan rekam medis di RSUD
Temanggung didapatkan data bahwa pasien yang mengalami stroke sebanyak
213 orang menjalani rawat inap, sedangkan yang menjalani rawat jalan
sebanyak 495 orang. Data kejadian terbaru di Ruang Flamboyan 2 RSUD
Temanggung selama kurun waktu 2 bulan terakhir pada bulan Oktober dan
November total kejadian stroke yang dirawat adalah sebanyak 39 orang, dan
selama kelompok melakukan praktik klinik stase keperawatan medikal bedah
selama 3 minggu dari tanggal 12 November – 1 Desember 2018 mendapati
sebanyak 12 kasus pasien yang mengalami stroke.
Sebagai upaya mengembalikan kemampuan motorik dan meningkatkan
kualitas hidup, penderita stroke dapat menjalani program rehabilitasi neurologis
dengan dipandu oleh tenaga kesehatan interdisiplin.
Terapi yang dilakukan pada pasien stroke ditujukan untuk
mengembangkan, memlihara dan memulihkan gerak dengan cara latihan
motorik, merangsang tangan dalam melakukan suatu pergerakan atau kontraksi
otot, sehingga membantu fungsi motorik ekstermitas atas yang hilang (Tegar,
2011)
Latihan gerak aktif menggenggam bola karet adalah bentuk latihan terapi
yang merupakan bagian dari latihan gerak aktif asitif ditujukan kepada pasien
yang mengalami serangan stroke non hemoragik tujuannya adalah untuk
merangsang tangan dalam melakukan suatu pergerakan atau kontraksi otot,
sehingga kemampuan motorik ekstermitas atas yang hilang dapat kembali

6
seperti sedia kala (Tegar, 2011). Dari latar belakang diatas dirumuskan masalah
peningkatan kekuatan motorik pasien stroke non hemoragik dengan latihan
menggenggam bola karet di Ruang Flamboyan 2 dan Cempaka 2 RSUD Kab.
Temanggung.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adakah pengaruh genggam bola karet terhadap
peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke di Ruang Flamboyan 2 RSUD
Kab. Temanggung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kekuatan mototrik pasien stroke non hemoragik
sebelum dilakukan latihan menggenggam bola karet di Ruang
Falmboyan 2 RSUD Kab. Temanggung
b. Mengidentifikasi peningkatan kekuatan mototrik pasien stroke non
hemot=ragik sesudah dilakukan latihan menggenggam bola karet di
Ruang Falmboyan 2 RSUD Kab. Temanggung
c. Mengidentifikasi peningkaan kekuatan mototrik pasien stroke non
hemoragik sebelum dan sesudah latihan menggenggam bola karet di
Ruang Falmboyan 2 RSUD Kab. Temanggung

C. Manfaat
1. Maanfaat Teoritis
Sebagai bahan dalam pengembangan [engetahuan dan kemampuan dalam
intervensi dan implementasi keperawatan yang didalam penerapannya
berbasis bukti ilmiah.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Ruang
Mampu menjadi masukan bagi ruangan maupun rumah sakit
untuk diterapkan dalam pelayanan perawatan mengenai terapi
komplementer untuk mengatasi masalah stroke serta dengan
membuatkan SOP tentang intervensi penerapan menggenggam bola
karet.

7
b. Bagi Pasien
Pasien mampu memahami pentingnya penanganan pasien stroke
dengan intervensi penerapan menggenggam bola karet dan mampu
melakukan secara mandiri maupun dengan keluarga sebagai upaya
nonfarmakologis pendamping terapi medis untuk mengatasi kelemahan
otot pada pasien stroke.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Strike Non Hemoragik


1. Definisi
Adanya emboli dan trombosis sereberal menimbulkan hipoksia yang dapat
memicu edema sekunder tetapi kesadaran umum pasien tidak mengalami
penurunan atau bisa dikatakan baik. Stroke iskemik biasanya terjadi karena
adanya penumpukan lemak diartreri karotis, arteri serebri, sehingga
mengkibatkan sumbatan yang dapat mengakibatkan kematian jaringan otak
(Wijaya dan Mariza, 2013:32).
2. Klasifikasi Stroke non Hemoragik
Penggolongan stroke non hemoragik atau infark menurut Wijaya dan
Mariza, (2013:32) diklasifikasikan sebagai berikut:
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
Gangguan neurologis setempat yang terjadi dalam waktu 24 jam,
dimana gejala ini akan hilang dan timbul dengan spontan.
b. Stroke komplit
Gejala neurologis fokal terus berkembang. Terlihat semakin berat dan
memburuk setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul
berlangsung secara bertahap hingga menjadi berat.
3. Etiologi Stroke non Hemoragik
Stroke disebabkan oleh beberapa faktor yaitu trombosis serebri, dan
emboli serebri. Pada umumnya aterosklerosis menyebabkan embolisme
serebri yang dapat memicu perwujutan penyakit jantung. (Wijaya dan
Mariza, 2013:32).
4. Patologis Stroke non Hemoragik
Stroke non Hemoragik dapat terjadi karena trombus (terjadinya bekuan
darah pada arteri serebri) atau embolus (terjadinya bekuan darah yang
berjalan menuju otak dari tempat lain tubuh). Stroke trombolitik
mengakibatkan oklusi pada aliran darah, yang disebabkan oleh
arterosklerosis berat. TIA adalah gangguan pada fungsi otak yang terjadi
secara singkat bersifat reversibel akibat hipoksia serebral. TIA dapat
terjadi karena pembuluh darah mengalami arterosklerotik yang

9
menyebabkan spasme, sehingga kebutuhan oksigen meningkat namun
tidak dapat dipenuhi oleh karena arterosklerosis yang berat. Stroke
embolik berkembang setelah terjadi oklusi pada arteri yang terbentuk
diluar otak akibat embolus. Penyebab lain embolus yang mencetuskan
terjadinya stroke adalah jantung setelah miokardium atau fibrilasi atrium
dan embolus yang merusak aorta (Bakara dan Warsito, 2016:9).
5. Manifestasi Klinik
Terdapat emboli yang cukup besar, hilangnya sensabilitas, perubahan
mendadak status mental dan afasia. Gejala khusus pada pasien stroke
adalah kehilangan motorik yang dapat menyebabkan kehilangan volunter
seperti hemiplegia dan hemiparesis (Wijaya dan Mariza, 2013:35).
6. Penatalaksanaan Stroke non Hemoragik
Penatalaksanaan penderita stroke fase akut bila terjadi koma saat masuk
rumah sakit dapat dipertimbangkan memiliki prognosis yang buruk. Pada
Fase akut yang menjadi prioritas adalah mempertahankan jalan nafas dan
ventilasi yang adekut, biasanya fase akut berakhir selama 48 sampai 72
jam.
a. Penderita ditempatkan pada posisi lateral dengan posisi tempat tidur
bagian kepala agak ditinggikan sampai tekanan serebral berkurang.
b. Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu dilakukan untuk
penderita stroke massif, karena henti nafas menjadi faktor yang
mengancam kehidupan pada fase ini.
c. Pantau adanya kompliaksi pulmonal seperti aspirasi, atelaktasis,
pneumonia yang berkaitan dengan ketidakefektifan jalan nafas,
imobilitas atau hipoventilasi.
d. Pemeriksaan jantung untuk mengetahui ada tidaknya abnormalitas
Antikoagulan diresepkan untuk mencegah pembentukan trombus dan
emboli dalam sistem jantung. Setelah fase akut dan kondisi pasien
stroke stabil serta jalan nafas adekuat pasien dapat diberikan
tindakan rehabilitasi dini atau terapi latihan untuk mencegah
terjadinya kekakuan pada sendi dan otot tujuannya untuk
memperbaiki fungsi mototrik dan sensorik yang telah mengalami
gangguan serta untuk mencegah terjadinya komplikasi (Bakara dan
Warsito, 2016:14).

10
B. Konsep Motorik
1. Fisiologi pengaturan motorik
Daya gerakan dihasilkan oleh kegiatan motorik bawah sadar yang di
integrasikan dalam medula spinalis dan batang otak. Gerakan volunter
sederhana atau kompleks dilaksanakan oleh struktur motor di otak besar
terutama area korteks. Kecelakaan atau trauma berat pada korda spinalis
akan menyebabkan gangguan kendali motorik otot yang diinervasi oleh
segmen saraf ditempat yang mengalami kerusakan khususnya pada
kemampuan menggerakkan anggota tubuh atas dan bawah. Neuron motorik
atau neuron eferen membawa instruksi-instruksi dari SSP menuju efektor
perifer. Jaringan perifer, organ dan sistem organ akan mendapatkan stimulus
dari neuron motorik yang nantinya memodifikasi semua aktivitas tersebut
(Muttaqin, 2009:5).
Serebelum adalah pusat refleks yang mengkoordinasi dan
memperhalus gerakan otot untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap
tubuh. Fungsi dari serebelum adalah mengatur otot- otot postural tubuh.
Selain itu serebelum juga bertugas untuk mengkoordinasi penyesuaian
secara cepat dan otomatis dengan memelihara keseimbangan tubuh.
Melakukan program akan gerakan-gerakan pada keadaan sadar dan bawah
sadar. Korteks motorik sering rusak akibat suatu kelainan yang terjadi pada
otak salah satu penyebabnya adalah stroke karena hilangnya suplai darah ke
kortek. Gangguan fungsi yang mengenai ganglia basalis dan korteks motorik
akan mengakibatkan spasme otot pada sisi tubuh yang berlawanan
(Syaifudin, 2009:207). Serangan stroke mengakibatkan kemampuan motorik
pasien mengalami kelemahan, atau hemiparesis (Nasir, 2017:87). Hal ini
disebabkan karena adanya atropi pada otot sehingga mengakibatkan
penurunan fungsi otot. Otot yang mengecil karena atropi lambat laun akan
kehilangan kemampuan berkontraksi. Apabila tidak segera mendapatkan
terapi akan memicu terjadinya kelemahan hingga kelumpuhan yang dapat
menyebabkan otot kehilangan fungsi motorik (Bakara dan Warsito,
2016:13).

11
2. Otot-otot yang menggerakkan pergelangan tangan
Otot-otot yang berfungsi untuk menggerakkan pergelangan
tangan menurut (Evelyn, 2009)
a. Fleksi : Otot-otot panjang yang melintasi sebelah delapan pergelangan
tangan.
b. Ekstensi : semua yang melintasi sebelah belakang sendi
c. Aduksi : fleksor karpal dan ekstensor di sisi ulna pergelangan tangan
d. Abduksi : fleksor karpal dan ekstensor di sebelah radial
3. Delapan pola gerakan utama hand grip
Pola gerakan hand grip terbagi menjadi delapan macam menurut Sollerman
(Test, 1995:168):
a. Pulp pinch
Gerakan (mencubit) merupakan gerakan dimana objek berada diporos
antara jari tangan dan ditahan oleh ibu jari dimana kelima jari tangan
saling berpengaruh dalam menahan benda agar tidak jatuh.
b. Lateral pinch
Gerakan pada objek dimana benda diapit oleh ibu jari dan jari telunjuk
(mengarah ke depan) sedangkan ketiga jari mengarah ke belakang.
c. Tripod pinch
Gerakan menahan objek yang berada diantara jari telunjuk dan ditahan
oleh ibu jari dengan arah gerakan semua jari berada ditengah (menulis).
d. Five finger pinch
Gerakan keempat jari mengambil beban yang diberikan secara bersama
tapi tidak ada kontak dengan telapak tangan.
e. Diagonal volar grip
Gerakan memegang objek dengan posisi benda jatuh ke bawah (berada
pada di telapak tangan).
f. Transverse volar grip
Gerakan ini hampir sama dengan gerakan nomor lima hanya saja gerakan
ini memotong poros objek sebagai pegangan.

12
g. Spherical volar grip
Gerakan menggenggam objek dengan benda kerja ditahan oleh kelima
jari seperti tangan digunakan untuk menggenggam benda berbentuk bola.
h. Ekstension grip
Gerakan mengapit objek diantara keempat jari adanya kontak dengan
interphalangeal joint, tanpa berporos pada telapak tangan.

C. Konsep Latihan Menggenggam Bola Karet


1. Definisi
Latihan menggenggam bola merupakan bentuk latihan gerak aktif
asitif yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri dengan bantuan gaya dari
luar seperti terapis, dan alat mekanis (Tegar, 2011:41). Tujuan dari latihan
ini adalah untuk mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah adanya suatu
komplikasi akibat kelemahan pada ekstremitas atas (Chaidir Reny, 2014:2).
Bola karet digunakan sebagai media karena berpengaruh untuk
meningkatkan kekuatan otot pada ekstremitas atas yang mengalami
kelemahan melalui rangsangan latihan menggenggam sehingga dapat
meningkatkan kekuatan motorik pasien stroke (Adi dan Kartika, 2017:2).
2. Tujuan latihan menggenggam bola karet
Tujuan terapi latihan menggenggam bola karet menurut (Adi dan Kartika,
2017:3) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kekutan otot
b. Memperbaiki tonus otot serta refleks tendon yang mengalami
kelemahan
c. Menstimulasi saraf motorik pada tangan yang akan diteruskan ke otak
3. Prosedur Pelaksanaan Latihan Menggengam Bola Karet
Prosedur pelaksanaan terapi latihan menggenggam bola karet menurut (Adi
dan Kartika, 2017:3) adalah sebagai berikut :
a. Posisikan klien senyaman mungkin
b. Letakkan bola karet diatas telapak tangan klien yang mengalami
kelemahan
c. Instruksikan klien untuk menggenggam atau mencengkeram bola karet
d. Kemudian kendurkan genggaman atau cengkraman tangan

13
e. Instruksikan klien untuk mengulangi menggenggam atau mencengkram
bola karet, lakukan secara berulang ulang selama durasi satu sampai dua
menit.
f. Setelah selesai instruksikan klien untuk melepaskan genggaman atau
cengkraman bola karet pada tangan
4. Lama Latihan Menggenggam Bola Karet
Rekomendasi dasar dalam melakukan latihan neuromotor yang melibatkan
keterampilan motorik seperti latihan keseimbangan, latihan gerak,
koordinasi dan gaya berjalan frekuensinya yang ideal adalah 2 sampai 3
kali perminggu, dengan waktu 15-20 menit selama sesi latihan (Chaidir,
2014).
5. Patofisiologi Menggenggam Bola Karet
Gerakan yang terjadi pada latihan gerak aktif diawali dengan adanya
perintah untuk bekerja yang diaktifkan oleh sinyal dari otak yang diawali
oleh korteks serebri yang dicapai ketika korteks mengaktifkan pola fungsi
yang tersimpan pada area otak yang lebih rendah yaitu medula spinalis,
batang otak, ganglia basalis dan serebelum yang kemudian mengirimkan
banyak sinyal pengaktivasi spesifik ke otot dan memicu banyak aktivitas
motorik normal terutama untuk pergerakan menurut (Gayton dan Hall,
2007:21).
6. Indikasi Dan Kontra Indikasi
a. Pasien yang masih dapat melakukan kontraksi otot baik dengan bantuan
atau tidak.
b. Pasien yang memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan
persendian sepenuhnya, membutuhkan bantuan melalui gaya dari luar
secara manual atau mekanik.
c. Tidak boleh diberikan apabila mengganggu proses penyembuhan
d. Pada keadaan setelah infark miokard,operasi arteri koronaria dan lain-
lain.
e. Adanya peningkatan rasa nyeri dan peradangan Menurut
(Suwartana,2012:3).

14
7. Peningkatan kemampuan motorik pasien stroke non hemoragik dengan
latihan menggenggam bola karet
Stroke menyebabkan ketidakmampuan melakukan gerak atau motorik
pada beberapa bagian anggota tubuh (Prok, 2016:72). Jika terus dibiarkan
akan mengakibatkan kelemahan pada sendi yang dapat menyebabkan
kekakuan otot atau atrofi otot sehingga pasien tidak akan mampu
menggerakkan tangannya.
Kekuatan adalah suatu kemampuan dari sistem neromuskular untuk
menghasilakan sejumlah tenaga sehingga mampu melawan tahanan dari
luar atau eksterna menurut (Lubis, 2012:39). Daya gerakan yang dihasilkan
oleh kegiatan motorik bawah sadar yang di integrasikan dalam medula
spinalis dan batang otak akan menghasilkan suatu gerakan volunter yang
dikoordinasikan secara cepat dan otomatis oleh serebelum.
Latihan gerak aktif menggenggam bola karet merupakan salah satu
program latihan gerak aktif asitif yang diberikan kepada pasien stroke non
hemoragik yang bertujuan untuk merangsang tangan dalam melakukan
suatu pergerakan atau kontraksi otot, yang dapat membantu mengembalikan
kemampuan fungsional motorik ekstremitas atas yang hilang sehingga
membangkitkan kembali kendali otak terhadap otot tersebut (Adi dan
Kartika, 2017:3).

15
D. Prosedur Instrumen (SOP)

PENERAPAN TERAPI GENGGAM MENGGUNAKAN BOLA


KARET
Pengertian Terapi Genggam Bola Karet adalah salah satu
terapi ROM (non farmakologi) untuk
meningkatkan kekuatan otot ekstremitas atas.
Tujuan 1. Meningkatkan kekuatan otot ekstremitas atas
2. Memperbaiki tonus otot maupun refleks
tendon yang mengalami kelemahan
3. Menstimulasi saraf motorik pada tangan yang
akan diteruskan ke otak
4. Membantu menstimulus kembali kendali otak
terhadap otot-otot tersebut
Indikasi Pasien dengan stroke non hemoragik
Alat Bola karet
Prosedur A. Tahap Pra-interaksi
pelaksanaan 1. Menyiapkan SOP Penerapan Terapi Genggam
Bola Karet
2. Menyiapan Alat
3. Melihat data atau status klien
4. Melihat intervensi keperawatan yang telah
diberikan oleh perawat
5. Mengkaji kesiapan klien untuk melakukan
Terapi Genggam menggunakan bola karet
6. Menyiapkan ruangan yang tenang dan nyaman
7. Mencuci tangan
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan identitas pasien dan kontrak waktu
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
C. Tahap kerja
1. Posisikan klien senyaman mungkin
2. Letakkan Bola Karet diatas telapak tangan
yang mengalami kelemahan.
3. Instruksikan klien untuk menggenggam/ Bola
Karet selama 5 menit
4. Kendurkan genggaman kemudian
Instruksikan kembali klien untuk
menggenggam Bola Karet selama 5 menit
(dalam satu sesi latihan gerakan diulangi
selama 2 kali)
Sumber : (Adi dan Kartika, 2017:88).

16
BAB III
PELAKSANAAN TINDAKAN

A. Waktu
Pelaksanaan penerapan terapi menggenggam bola karet untuk meningkatkan
kekuatan otot pada pasien stroke dilakukan pada Praktik Klinik Keperawatan
Medikal Bedah Profesi Ners minggu ke 6 Pada tanggal 17 s/d 19 Desember
2018.

B. Sasaran
Pasien Stroke Non Hemoragik

C. Tempat
Pelaksanaan dilakukan di Ruang Flamboyan 2 RSUD Kab. Temanggung

D. Setting
1. Persiapan Pelaksanaan
a. Menentukan rencana kegiatan
b. Mengajukan proposal kegiatan
c. Melakukan konsultasi, perbaikan proposal, dan kegiatan yang akan
dilaksanakan
d. Menentukan waktu kegiatan dan mempersiapkan alatyang akan
digunakan dalam pelaksanaan
e. Mengumpulan data tentang pasien dengan keluhan nyeri
2. Pelaksanaan
a. Meminta izin kepada kepala ruangan ataupun CI sebelum
melaksanakan intervensi pada pasien
b. Mahasiswa menemui pasien, mengucapkan salam, mengevaluasi
keadaan pasien, menjelaskan tentang tujuan, manfaat posisi pronasi
c. Melakukan pengkajian data fokus
d. Mengimplementasikan terapi menggenggam bola karet sesuai dengan
SOP
e. Melakukan evaluasi tindakan
f. Catat pada pelaporan tindakan / catatan perkembangan

17
E. Instrumen
1. Alat dan bahan pengumpulan data
a. Lembar Observasi
b. Rekam medis pasien
c. Format evaluasi tindakan
2. Alat dan bahan pelaksanaan
a. Bola Karet
b. SOP Bola Karet
c. Lembar catatan perkembangan

F. Prosedur
1. Tahap Pra-interaksi
a. Menyiapkan SOP Penerapan Terapi Genggam Bola Karet
b. Menyiapan Alat
c. Melihat data atau status klien
d. Melihat intervensi keperawatan yang telah diberikan oleh perawat
e. Mengkaji kesiapan klien untuk melakukan Terapi Genggam
menggunakan bola karet
f. Menyiapkan ruangan yang tenang dan nyaman
g. Mencuci tangan
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
b. Menanyakan identitas pasien dan kontrak waktu
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur
d. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
3. Tahap kerja
a. Posisikan klien senyaman mungkin
b. Letakkan Bola Karet diatas telapak tangan yang mengalami
kelemahan.
c. Instruksikan klien untuk menggenggam/ Bola Karet selama 5 menit
d. Kendurkan genggaman kemudian Instruksikan kembali klien untuk
menggenggam Bola Karet selama 5 menit (dalam satu sesi latihan
gerakan diulangi selama 2 kali)

18
DAFTAR PUSTAKA

Adi, D.dirga dan Kartika, R. dwi (2017) ‘Pengaruh Terapi Aktif Menggenggam
Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di
wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta'.

Angliadi, L.S. (1986) 'Pengaruh Mobilisasi Dan Rangsangan Taktil Secara


Bersamaan Terhadap Pemulihan Motorik Anggota Gerak Atas Pada Pasien
Stroke' pp. 197–202.

Bakara,D.M. dan Warsito, S. (2016) ‘Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif


Terhadap Rentang Sendi Pasien Pasca Stroke Exercise Range of Motion
(ROM) Passive to Increase Joint Range of Post-Stroke Patients’, Idea
Nursing Journal, VII(2).

Chaidir Reny, Z. M. I. (2014) ‘Dengan Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Pasien
Stroke Non Hemoragi Di Ruang Rawat Stroke Rssn Bukittinggi Tahun
2012’, Afiyah, 1(1), pp. 1–6.

Evelyn, P. C. (2009) Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. 30th edn. Edited by
H. Y. Sri. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340

Muttaqin, A. (2009) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persyarafan. Edited by A. Novianti. Jakarta: Gramedia.

Nasir, M. (2017) ‘Global Health Science, Volume 2 Issue 3 , September 2017 ISSN
2503-5088 Global Health Science,
Http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs Global Health Science, Volume 2
Issue 3 , September 2017 ISSN 2503-5088 Global Health Science
http://jurnal’, 2(3), pp. 283–290.

Prok, W. (2016) ‘Pengaruh Latihan Gerak Aktif Menggenggam Bola Pada Pasien
Stroke diukur dengan Handgrip Dynamometer’, Jurnal e-Clinic, 4(1), pp.
71– 75.

Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2010). Brunner and
Suddarth’s textbook of medical-surgical nursing. (12th ed.). Philadelphia:
Wolters Kluwer Health / Lippincott Williams & Wilkins

Soepardjo. (2009). Sekilas tentang Stroke. Jakarta: Yayasan Stroke Indonesia.

19
Sollerman, C. and Ejeskar, A. (1995) ‘Sollerman Hand Function Test’, Scand J
Reconstr Hand Surg, (22), pp. 167–176.

Tegar, D. A. R. (2011) ‘Pengaruh Latihan Bola Karet terhapa kekuatan Otot,


Fakultas Ilmu Kesehatan , UMP ,2017’, pp. 9–49.

Tyrrell P, Rudd A, Cullen K, et al. (2008). Stroke, National Clinical Guideline for
Diagnosis and Initial Management of Acute Stroke and Transient Ischemic
Attack (TIA). Royal College Physicians

Wijaya, A. saferi and Mariza, P. yessie (2013) Keperawatan Medikal Bedah.


pertama. Yogyakarta: Nuha Medika.

20

Anda mungkin juga menyukai