Ebp Bola Karet
Ebp Bola Karet
Disusun Oleh :
HALAMAN PENGESAHAN
i
Laporan Evidence Base Practice Case Report tentang Pengaruh Genggam
Bola Karet Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke di RSUD Kab.
Temanggung dalam Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah di Ruang
Flamboyan 2 RSUD Temanggung Periode 12 November Sampai Dengan 22
Desember 2018. Telah disetujui untuk di Presentasikan pada hari Kamis tanggal 20
bulan Desember tahun 2018.
Pembimbing Klinik
Ruang Flamboyan 2 RSUD Temanggung
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingan-Nya kami dapat meyelesaikan Laporan Panel Expert Praktik Klinik
Keperawatan Medikal Bedah Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Semarang di Ruang
Flamboyan 2 RSUD Temanggung.
Terlaksananya praktek klinik maternitas dan selesainya laporan ini adalah
berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Bapak Heru Supriyatno, MN., selaku Pembimbing Akademik
2. Bapak Dwi Ari Murti Widigdo, MN., selaku Pembimbing Akademik
3. Bapak Shobirun, MN., selaku Koordinator Praktik Klinik Stase Keperawatan
Medikal Bedah Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Semarang
4. Ibu Ns. Nur Latifah, S.Kep., selaku Pembimbing Klinik di Ruang Flamboyan
2 RSUD Kab. Temanggung
5. Ibu Siti Mursidah, S.Kep. Ners., selaku Pembimbing Klinik di Ruang
Cempaka 2 RSUD Kab. Temanggung.
6. Ibu Hening Kristiyani, AMK., selaku Kepala Ruangan Flamboyan 2 RSUD
Kab. Temanggung
7. Ibu Ns. Hartanti, S.Kep, MM., selaku Kasi Diklat dan Keperawatan Rawat
Inap
8. Seluruh tim pembimbing akademik atau dosen keperawatan medikal bedah
yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan dan dukungan moril
selama praktek klinik stase keperawatan medikal bedah
9. Seluruh perawat yang telah banyak membantu kami selama praktek klinik
keperawatan medikal bedah di RSUD Kab. Temanggung.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan, dukungan dan bantuan pada kami selama melaksanakan
praktek klinik maternitas hingga terselesainya laporan ini. Kami menyadari
laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu berbagai masukan dan kritik
sangat kami harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami khususnya.
Temanggung, 28 November 2018
Penyusun
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
stroke meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur ≥75
tahun, pada masyarakat dengan pendidikan rendah, di kota, dan pada yang tidak
bekerja. Selain angka kejadian yang makin tinggi, stroke adalah penyebab
kecacatan utama dan data Riskesdas 2007 menunjukkan stroke merupakan
penyebab kematian tertinggi di Indonesia. (Riskesdas, 2013).
Di Jawa Tengah, data statistik menunjukkan terdapat kecenderungan
meningkatnya jumlah penderita stroke. Prevalensi stroke di Jawa tengah pada
tahun 2016 adalah 36.933 jiwa, 9.631 jiwa untuk penderita stroke Hemoragic
dan 27.302 jiwa untuk penderita Non Hemoragik. Sedangkan prevalensi untuk
Kabupaten Temanggung sebesar 279 jiwa, 66 untuk penderita Stroke
Hemoragik dan 213 jiwa untuk penderita Stroke Non Hemoragik (Profil
Kesehatan Jawa Tengah 2012).
Pada tahun 2014, berdasarkan catatan rekam medis di RSUD
Temanggung didapatkan data bahwa pasien yang mengalami stroke sebanyak
213 orang menjalani rawat inap, sedangkan yang menjalani rawat jalan
sebanyak 495 orang. Data kejadian terbaru di Ruang Flamboyan 2 RSUD
Temanggung selama kurun waktu 2 bulan terakhir pada bulan Oktober dan
November total kejadian stroke yang dirawat adalah sebanyak 39 orang, dan
selama kelompok melakukan praktik klinik stase keperawatan medikal bedah
selama 3 minggu dari tanggal 12 November – 1 Desember 2018 mendapati
sebanyak 12 kasus pasien yang mengalami stroke.
Sebagai upaya mengembalikan kemampuan motorik dan meningkatkan
kualitas hidup, penderita stroke dapat menjalani program rehabilitasi neurologis
dengan dipandu oleh tenaga kesehatan interdisiplin.
Terapi yang dilakukan pada pasien stroke ditujukan untuk
mengembangkan, memlihara dan memulihkan gerak dengan cara latihan
motorik, merangsang tangan dalam melakukan suatu pergerakan atau kontraksi
otot, sehingga membantu fungsi motorik ekstermitas atas yang hilang (Tegar,
2011)
Latihan gerak aktif menggenggam bola karet adalah bentuk latihan terapi
yang merupakan bagian dari latihan gerak aktif asitif ditujukan kepada pasien
yang mengalami serangan stroke non hemoragik tujuannya adalah untuk
merangsang tangan dalam melakukan suatu pergerakan atau kontraksi otot,
sehingga kemampuan motorik ekstermitas atas yang hilang dapat kembali
6
seperti sedia kala (Tegar, 2011). Dari latar belakang diatas dirumuskan masalah
peningkatan kekuatan motorik pasien stroke non hemoragik dengan latihan
menggenggam bola karet di Ruang Flamboyan 2 dan Cempaka 2 RSUD Kab.
Temanggung.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adakah pengaruh genggam bola karet terhadap
peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke di Ruang Flamboyan 2 RSUD
Kab. Temanggung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kekuatan mototrik pasien stroke non hemoragik
sebelum dilakukan latihan menggenggam bola karet di Ruang
Falmboyan 2 RSUD Kab. Temanggung
b. Mengidentifikasi peningkatan kekuatan mototrik pasien stroke non
hemot=ragik sesudah dilakukan latihan menggenggam bola karet di
Ruang Falmboyan 2 RSUD Kab. Temanggung
c. Mengidentifikasi peningkaan kekuatan mototrik pasien stroke non
hemoragik sebelum dan sesudah latihan menggenggam bola karet di
Ruang Falmboyan 2 RSUD Kab. Temanggung
C. Manfaat
1. Maanfaat Teoritis
Sebagai bahan dalam pengembangan [engetahuan dan kemampuan dalam
intervensi dan implementasi keperawatan yang didalam penerapannya
berbasis bukti ilmiah.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Ruang
Mampu menjadi masukan bagi ruangan maupun rumah sakit
untuk diterapkan dalam pelayanan perawatan mengenai terapi
komplementer untuk mengatasi masalah stroke serta dengan
membuatkan SOP tentang intervensi penerapan menggenggam bola
karet.
7
b. Bagi Pasien
Pasien mampu memahami pentingnya penanganan pasien stroke
dengan intervensi penerapan menggenggam bola karet dan mampu
melakukan secara mandiri maupun dengan keluarga sebagai upaya
nonfarmakologis pendamping terapi medis untuk mengatasi kelemahan
otot pada pasien stroke.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
menyebabkan spasme, sehingga kebutuhan oksigen meningkat namun
tidak dapat dipenuhi oleh karena arterosklerosis yang berat. Stroke
embolik berkembang setelah terjadi oklusi pada arteri yang terbentuk
diluar otak akibat embolus. Penyebab lain embolus yang mencetuskan
terjadinya stroke adalah jantung setelah miokardium atau fibrilasi atrium
dan embolus yang merusak aorta (Bakara dan Warsito, 2016:9).
5. Manifestasi Klinik
Terdapat emboli yang cukup besar, hilangnya sensabilitas, perubahan
mendadak status mental dan afasia. Gejala khusus pada pasien stroke
adalah kehilangan motorik yang dapat menyebabkan kehilangan volunter
seperti hemiplegia dan hemiparesis (Wijaya dan Mariza, 2013:35).
6. Penatalaksanaan Stroke non Hemoragik
Penatalaksanaan penderita stroke fase akut bila terjadi koma saat masuk
rumah sakit dapat dipertimbangkan memiliki prognosis yang buruk. Pada
Fase akut yang menjadi prioritas adalah mempertahankan jalan nafas dan
ventilasi yang adekut, biasanya fase akut berakhir selama 48 sampai 72
jam.
a. Penderita ditempatkan pada posisi lateral dengan posisi tempat tidur
bagian kepala agak ditinggikan sampai tekanan serebral berkurang.
b. Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu dilakukan untuk
penderita stroke massif, karena henti nafas menjadi faktor yang
mengancam kehidupan pada fase ini.
c. Pantau adanya kompliaksi pulmonal seperti aspirasi, atelaktasis,
pneumonia yang berkaitan dengan ketidakefektifan jalan nafas,
imobilitas atau hipoventilasi.
d. Pemeriksaan jantung untuk mengetahui ada tidaknya abnormalitas
Antikoagulan diresepkan untuk mencegah pembentukan trombus dan
emboli dalam sistem jantung. Setelah fase akut dan kondisi pasien
stroke stabil serta jalan nafas adekuat pasien dapat diberikan
tindakan rehabilitasi dini atau terapi latihan untuk mencegah
terjadinya kekakuan pada sendi dan otot tujuannya untuk
memperbaiki fungsi mototrik dan sensorik yang telah mengalami
gangguan serta untuk mencegah terjadinya komplikasi (Bakara dan
Warsito, 2016:14).
10
B. Konsep Motorik
1. Fisiologi pengaturan motorik
Daya gerakan dihasilkan oleh kegiatan motorik bawah sadar yang di
integrasikan dalam medula spinalis dan batang otak. Gerakan volunter
sederhana atau kompleks dilaksanakan oleh struktur motor di otak besar
terutama area korteks. Kecelakaan atau trauma berat pada korda spinalis
akan menyebabkan gangguan kendali motorik otot yang diinervasi oleh
segmen saraf ditempat yang mengalami kerusakan khususnya pada
kemampuan menggerakkan anggota tubuh atas dan bawah. Neuron motorik
atau neuron eferen membawa instruksi-instruksi dari SSP menuju efektor
perifer. Jaringan perifer, organ dan sistem organ akan mendapatkan stimulus
dari neuron motorik yang nantinya memodifikasi semua aktivitas tersebut
(Muttaqin, 2009:5).
Serebelum adalah pusat refleks yang mengkoordinasi dan
memperhalus gerakan otot untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap
tubuh. Fungsi dari serebelum adalah mengatur otot- otot postural tubuh.
Selain itu serebelum juga bertugas untuk mengkoordinasi penyesuaian
secara cepat dan otomatis dengan memelihara keseimbangan tubuh.
Melakukan program akan gerakan-gerakan pada keadaan sadar dan bawah
sadar. Korteks motorik sering rusak akibat suatu kelainan yang terjadi pada
otak salah satu penyebabnya adalah stroke karena hilangnya suplai darah ke
kortek. Gangguan fungsi yang mengenai ganglia basalis dan korteks motorik
akan mengakibatkan spasme otot pada sisi tubuh yang berlawanan
(Syaifudin, 2009:207). Serangan stroke mengakibatkan kemampuan motorik
pasien mengalami kelemahan, atau hemiparesis (Nasir, 2017:87). Hal ini
disebabkan karena adanya atropi pada otot sehingga mengakibatkan
penurunan fungsi otot. Otot yang mengecil karena atropi lambat laun akan
kehilangan kemampuan berkontraksi. Apabila tidak segera mendapatkan
terapi akan memicu terjadinya kelemahan hingga kelumpuhan yang dapat
menyebabkan otot kehilangan fungsi motorik (Bakara dan Warsito,
2016:13).
11
2. Otot-otot yang menggerakkan pergelangan tangan
Otot-otot yang berfungsi untuk menggerakkan pergelangan
tangan menurut (Evelyn, 2009)
a. Fleksi : Otot-otot panjang yang melintasi sebelah delapan pergelangan
tangan.
b. Ekstensi : semua yang melintasi sebelah belakang sendi
c. Aduksi : fleksor karpal dan ekstensor di sisi ulna pergelangan tangan
d. Abduksi : fleksor karpal dan ekstensor di sebelah radial
3. Delapan pola gerakan utama hand grip
Pola gerakan hand grip terbagi menjadi delapan macam menurut Sollerman
(Test, 1995:168):
a. Pulp pinch
Gerakan (mencubit) merupakan gerakan dimana objek berada diporos
antara jari tangan dan ditahan oleh ibu jari dimana kelima jari tangan
saling berpengaruh dalam menahan benda agar tidak jatuh.
b. Lateral pinch
Gerakan pada objek dimana benda diapit oleh ibu jari dan jari telunjuk
(mengarah ke depan) sedangkan ketiga jari mengarah ke belakang.
c. Tripod pinch
Gerakan menahan objek yang berada diantara jari telunjuk dan ditahan
oleh ibu jari dengan arah gerakan semua jari berada ditengah (menulis).
d. Five finger pinch
Gerakan keempat jari mengambil beban yang diberikan secara bersama
tapi tidak ada kontak dengan telapak tangan.
e. Diagonal volar grip
Gerakan memegang objek dengan posisi benda jatuh ke bawah (berada
pada di telapak tangan).
f. Transverse volar grip
Gerakan ini hampir sama dengan gerakan nomor lima hanya saja gerakan
ini memotong poros objek sebagai pegangan.
12
g. Spherical volar grip
Gerakan menggenggam objek dengan benda kerja ditahan oleh kelima
jari seperti tangan digunakan untuk menggenggam benda berbentuk bola.
h. Ekstension grip
Gerakan mengapit objek diantara keempat jari adanya kontak dengan
interphalangeal joint, tanpa berporos pada telapak tangan.
13
e. Instruksikan klien untuk mengulangi menggenggam atau mencengkram
bola karet, lakukan secara berulang ulang selama durasi satu sampai dua
menit.
f. Setelah selesai instruksikan klien untuk melepaskan genggaman atau
cengkraman bola karet pada tangan
4. Lama Latihan Menggenggam Bola Karet
Rekomendasi dasar dalam melakukan latihan neuromotor yang melibatkan
keterampilan motorik seperti latihan keseimbangan, latihan gerak,
koordinasi dan gaya berjalan frekuensinya yang ideal adalah 2 sampai 3
kali perminggu, dengan waktu 15-20 menit selama sesi latihan (Chaidir,
2014).
5. Patofisiologi Menggenggam Bola Karet
Gerakan yang terjadi pada latihan gerak aktif diawali dengan adanya
perintah untuk bekerja yang diaktifkan oleh sinyal dari otak yang diawali
oleh korteks serebri yang dicapai ketika korteks mengaktifkan pola fungsi
yang tersimpan pada area otak yang lebih rendah yaitu medula spinalis,
batang otak, ganglia basalis dan serebelum yang kemudian mengirimkan
banyak sinyal pengaktivasi spesifik ke otot dan memicu banyak aktivitas
motorik normal terutama untuk pergerakan menurut (Gayton dan Hall,
2007:21).
6. Indikasi Dan Kontra Indikasi
a. Pasien yang masih dapat melakukan kontraksi otot baik dengan bantuan
atau tidak.
b. Pasien yang memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan
persendian sepenuhnya, membutuhkan bantuan melalui gaya dari luar
secara manual atau mekanik.
c. Tidak boleh diberikan apabila mengganggu proses penyembuhan
d. Pada keadaan setelah infark miokard,operasi arteri koronaria dan lain-
lain.
e. Adanya peningkatan rasa nyeri dan peradangan Menurut
(Suwartana,2012:3).
14
7. Peningkatan kemampuan motorik pasien stroke non hemoragik dengan
latihan menggenggam bola karet
Stroke menyebabkan ketidakmampuan melakukan gerak atau motorik
pada beberapa bagian anggota tubuh (Prok, 2016:72). Jika terus dibiarkan
akan mengakibatkan kelemahan pada sendi yang dapat menyebabkan
kekakuan otot atau atrofi otot sehingga pasien tidak akan mampu
menggerakkan tangannya.
Kekuatan adalah suatu kemampuan dari sistem neromuskular untuk
menghasilakan sejumlah tenaga sehingga mampu melawan tahanan dari
luar atau eksterna menurut (Lubis, 2012:39). Daya gerakan yang dihasilkan
oleh kegiatan motorik bawah sadar yang di integrasikan dalam medula
spinalis dan batang otak akan menghasilkan suatu gerakan volunter yang
dikoordinasikan secara cepat dan otomatis oleh serebelum.
Latihan gerak aktif menggenggam bola karet merupakan salah satu
program latihan gerak aktif asitif yang diberikan kepada pasien stroke non
hemoragik yang bertujuan untuk merangsang tangan dalam melakukan
suatu pergerakan atau kontraksi otot, yang dapat membantu mengembalikan
kemampuan fungsional motorik ekstremitas atas yang hilang sehingga
membangkitkan kembali kendali otak terhadap otot tersebut (Adi dan
Kartika, 2017:3).
15
D. Prosedur Instrumen (SOP)
16
BAB III
PELAKSANAAN TINDAKAN
A. Waktu
Pelaksanaan penerapan terapi menggenggam bola karet untuk meningkatkan
kekuatan otot pada pasien stroke dilakukan pada Praktik Klinik Keperawatan
Medikal Bedah Profesi Ners minggu ke 6 Pada tanggal 17 s/d 19 Desember
2018.
B. Sasaran
Pasien Stroke Non Hemoragik
C. Tempat
Pelaksanaan dilakukan di Ruang Flamboyan 2 RSUD Kab. Temanggung
D. Setting
1. Persiapan Pelaksanaan
a. Menentukan rencana kegiatan
b. Mengajukan proposal kegiatan
c. Melakukan konsultasi, perbaikan proposal, dan kegiatan yang akan
dilaksanakan
d. Menentukan waktu kegiatan dan mempersiapkan alatyang akan
digunakan dalam pelaksanaan
e. Mengumpulan data tentang pasien dengan keluhan nyeri
2. Pelaksanaan
a. Meminta izin kepada kepala ruangan ataupun CI sebelum
melaksanakan intervensi pada pasien
b. Mahasiswa menemui pasien, mengucapkan salam, mengevaluasi
keadaan pasien, menjelaskan tentang tujuan, manfaat posisi pronasi
c. Melakukan pengkajian data fokus
d. Mengimplementasikan terapi menggenggam bola karet sesuai dengan
SOP
e. Melakukan evaluasi tindakan
f. Catat pada pelaporan tindakan / catatan perkembangan
17
E. Instrumen
1. Alat dan bahan pengumpulan data
a. Lembar Observasi
b. Rekam medis pasien
c. Format evaluasi tindakan
2. Alat dan bahan pelaksanaan
a. Bola Karet
b. SOP Bola Karet
c. Lembar catatan perkembangan
F. Prosedur
1. Tahap Pra-interaksi
a. Menyiapkan SOP Penerapan Terapi Genggam Bola Karet
b. Menyiapan Alat
c. Melihat data atau status klien
d. Melihat intervensi keperawatan yang telah diberikan oleh perawat
e. Mengkaji kesiapan klien untuk melakukan Terapi Genggam
menggunakan bola karet
f. Menyiapkan ruangan yang tenang dan nyaman
g. Mencuci tangan
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
b. Menanyakan identitas pasien dan kontrak waktu
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur
d. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
3. Tahap kerja
a. Posisikan klien senyaman mungkin
b. Letakkan Bola Karet diatas telapak tangan yang mengalami
kelemahan.
c. Instruksikan klien untuk menggenggam/ Bola Karet selama 5 menit
d. Kendurkan genggaman kemudian Instruksikan kembali klien untuk
menggenggam Bola Karet selama 5 menit (dalam satu sesi latihan
gerakan diulangi selama 2 kali)
18
DAFTAR PUSTAKA
Adi, D.dirga dan Kartika, R. dwi (2017) ‘Pengaruh Terapi Aktif Menggenggam
Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di
wilayah Kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo Yogyakarta'.
Chaidir Reny, Z. M. I. (2014) ‘Dengan Bola Karet Terhadap Kekuatan Otot Pasien
Stroke Non Hemoragi Di Ruang Rawat Stroke Rssn Bukittinggi Tahun
2012’, Afiyah, 1(1), pp. 1–6.
Evelyn, P. C. (2009) Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. 30th edn. Edited by
H. Y. Sri. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340
Nasir, M. (2017) ‘Global Health Science, Volume 2 Issue 3 , September 2017 ISSN
2503-5088 Global Health Science,
Http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs Global Health Science, Volume 2
Issue 3 , September 2017 ISSN 2503-5088 Global Health Science
http://jurnal’, 2(3), pp. 283–290.
Prok, W. (2016) ‘Pengaruh Latihan Gerak Aktif Menggenggam Bola Pada Pasien
Stroke diukur dengan Handgrip Dynamometer’, Jurnal e-Clinic, 4(1), pp.
71– 75.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2010). Brunner and
Suddarth’s textbook of medical-surgical nursing. (12th ed.). Philadelphia:
Wolters Kluwer Health / Lippincott Williams & Wilkins
19
Sollerman, C. and Ejeskar, A. (1995) ‘Sollerman Hand Function Test’, Scand J
Reconstr Hand Surg, (22), pp. 167–176.
Tyrrell P, Rudd A, Cullen K, et al. (2008). Stroke, National Clinical Guideline for
Diagnosis and Initial Management of Acute Stroke and Transient Ischemic
Attack (TIA). Royal College Physicians
20