Anda di halaman 1dari 35

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS POLA SPASIAL PENGGUNAAN LAHAN


PADA KAWASAN AEROTROPOLIS BANDARA
INTERNASIONAL KERTAJATI TERHADAP
ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN

OLIVIA PANDORA
08211640000110

Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2018
1
METODE PENELITIAN

ANALISIS POLA SPASIAL PENGGUNAAN LAHAN PADA KAWASAN


AEROTROPOLIS BANDARA INTERNASIONAL KERTAJATI TERHADAP
ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN

OLIVIA PANDORA 08211640000110

Dosen Pembimbing:
Ir. Putu Rudy Setiawan, M.Sc
Andi Irawan, Ph.D

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


Fakultas Arsitektur Desain dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2018

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Metode Penelitian dengan judul “Analisis Pola
Spasial Penggunaan Lahan Pada Kawasan Aerotropolis Bandara Internasional Kertajati
Terhadap Arahan Pengembangan Kawasan”. Dalam penyelesaiannya, tentu mendapatkan
banyak dukungan dan bantuan yang bernilai positif dari berbagai pihak. Oleh karenanya,
penulis bermaksud mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Putu Rudy Setiawan, M.Sc sebagai Dosen Mata Kuliah Metode Penelitian
atas materi serta bimbingan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
metode penelitian ini.
2. Bapak Andi Irawan, Ph.D sebagai Dosen Mata Kuliah Metode Penelitian atas materi
serta bimbingan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan metode
penelitian ini.
3. Bapak Fendy Firmansyah, ST., MT., yang telah banyak membantu dan membuka
wawasan penulis terutama dalam bidang spasial.
4. Teman- teman PWK ITS 2016 yang telah saling menyemangati.
5. Pihak lain yang ikut mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga Allah SWT memberikan karunianya dan membalas semua kebaikan yang
telah dilakukan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan
metode penelitian ini dan masih jauh dari kesempurnaan, yang dikarenakan penulis
masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan
untuk kesempurnaan laporan mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Surabaya, Desember 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….…………. 3
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..……..…. 4
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………,….……... 5
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………………,…...…..… 5
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………,……...……. 7
1.3. Tujuan dan Sasaran………………………………………………….…………….…….....… 7
1.4. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………….…………….….…….… 7
1.5. Manfaat Penelitian……………………………………………………………………..…….. 9
1.6. Sistematika Penulisan……………………………..…………………………………….…….9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………..……………….…………………….…………….. 11
2.1. Penggunaan Lahan………………..…….……………………………….……………….…....11
2.1.1. Lahan………………..……………………………………………………………….….…. 11
2.1.2. Penggunaan Lahan………………..………………………………………………….….…. 11
2.1.3. Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan………………..…………………….…….12
2.1.4. Pola Spasial Penggunaan Lahan………………..…………………………………….……..13
2.1.5. Sistem Informasi Geografis dalam Penggunaan Lahan……………………………………..13
2.2. Kawasan Aerotropolis………………..…………………………………….………………… 14
2.2.1. Pengertian Kawasan Aerotropolis………………..…………………………………….….. 14
2.2.2. Kawasan Aerotropolis Kertajati………………..…………………………………….……..14
2.2.3. Skenario Pembangunan Kawasan Aerotropolis Kertajati………………..…………………15
2.2.4. Regresi Linier Berganda………………..………………………………………...….…….. 16
2.2.5. Penggunaan Regresi Linier Berganda dalam Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan….. 17
2.3. Sintesa Pustaka………………..……………………….……………………………….……. 17
BAB III METODE PENELITIAN………………..……………...…………………………….……. 20
3.2. Jenis Penelitian………………..……………………………………….……………….……. 20
3.3. Variabel Penelitian………………..…………………………………………………….……. 20
3.4. Definisi Operasional………………..………………………….……………………….……. 21
3.5. Populasi dan Sampel………………..…………………………….…………………….……. 23
3.6. Metode Pengumpulan Data………………..…………………………………...……….……. 23
3.7. Metode dan Teknik Analisa………………..…………………..……………………….……. 25
DAFTAR PUSTAKA……………………………..……………...…………………………….……. 35

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan pembangunan pada dasarnya merupakan pengendalian dan pengaturan


perekonomian dengan sengaja oleh suatu penguasa (pemerintah) pusat untuk mencapai suatu
sasaran dan tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula (Jhingan, 1984). Perencanaan
pembangunan harus memperhatikan faktor-faktor yang bersangkutan secara keseluruhan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan pembangunan adalah fenomena spasial dari waktu ke waktu. Analisa spasial
menunjukkan fungsi suatu wilayah yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
perencanaan wilayah dan manajemen permasalahan keruangan yang terjadi. Analisis spasial
telah digunakan dan dikembangkan untuk analisis berbasis lokasi menggunakan informasi
digital yang dapat dilakukan dengan GIS (Geographic Information System). Analisis tersebut
dapat menampilkan surface (penampakan tiga dimensi) dan menganalisa karakteristik
berdasarkan data yang dimasukkan. Adapun output dari analisa spasial berbasis GIS adalah
model spasial berupa gambaran sifat dasar dan proses untuk satu set fitur spasial yang
ditampilkan dalam bentuk peta, chart, diagram, dan lainnya. Model perubahan lahan
merupakan salah satu model spasial yang kerapkali digunakan dalam analisis tersebut.

Pemodelan penggunaan lahan bersifat dinamis dari waktu ke waktu. Perubahan guna
lahan dapat terjadi karena faktor yang dominan dalam mempengaruhinya (Bourne, 1982).
Perubahan tersebut terjadi seiring meningkatnya kebutuhan manusia akan lahan untuk
kepentingan hidup mereka. Kompleksitas perubahan lahan dapat diamati dengan analisis
spasial secara multi temporal. Pemodelan ini menggunakan sistem yang dinamis, sehingga
dapat memodelkan kondisi lampau dan sekarang serta mengamati perubahannya dengan hasil
secara spasial.Penggunaan model berbasis komputer dari perubahan penggunaan lahan dan
pertumbuhan perkotaan menjadi sarana penting dalam mendukung perencanaan dan
manajemen perkotaan (Gustafson, 1998; Herold, Couclelis, & Clarke, 2003). Salah satu
penyebab perubahan penggunaan lahan adalah aktivitas kegiatan di suatu kawasan atau
wilayah.

Kawasan aerotropolis adalah sebuah kawasan dengan tata letak, infrastruktur dan sektor
ekonomi berpusat pada bandar udara (bandara) sebagai kota bandara. Peningkatan aktivitas di

5
kawasan aerotropolis akan diiringi peningkatan volume bisnis dan komersial sehingga menjadi
destinasi baru, dimana wisatawan dan penduduk sekitar melakukan interaksi seperti bertemu,
berbisnis, dan mencari hiburan. Provinsi Jawa Barat menetapkan pengembangan bandara
Internasional Jawa Barat di Kertajati Kabupaten Majalengka. Bandara Kertajati merupakan
bandara taraf internasional dibangun di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa
Barat. Hal tersebut didukung dengan skenario WKPP III Wilayah Cirebon dalam RPJMD
Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018, dimana salah satu skenario adalah mengembangkan
Metropolitan Cirebon Raya serta Kawasan BIJB dan Aerocity Kertajati. Berdasarkan Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat 2009-2029 dan RTRW Kabupaten
Majalengka 2003-2013, pengembangan kawasan Kertajati Aerocity telah ditetapkan sebagai
Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dengan bandar udara sebagai infrastruktur strategis yang
terdapat didalamnya. Bandara ini termasuk dalam Kawasan Bandara Internasional Jawa Barat
(BIJB) yang merupakan salah satu bentuk realisasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam
pengembangan wilayah Metropolitan Cirebon Raya (MCR). Pembangunan bandara ini
bertujuan mengurangi disparitas pembangunan wilayah Bogor, Depok, Bekasi Karawang dan
Purwakarta (Bodebekapur) dan Bandung Raya, dimana Bandara Kertajati terhubung ke dua
kawasan bandara lainnya di Jawa Barat yaitu Bodebek-karpur dan The Greater Bandung
(Bandara Internasional Husein Sastranegara) oleh Jalan Tol Cipali dan Cisumdawu, sebagai
bagian dari Trans Java Toll Road.

Keberadaan Bandara Kertajati menyebabkan berkembangnya aktivitas kawasan


aerotropolis yang berasosiasi dengan operasional bandar udara seperti hotel, perkantoran,
kegiatan komersial, pusat logistik, dan sebagainya. Luas lahan sawah yang telah mengalami
alih fungsi lahan seluas 7.500 Ha dan landasan pacu seluas 1.800 Ha, kawasan aerotropolis
seluas 3.480 Ha dan daerah pengembangan seluas 2.500 Ha (Hidayat, 2017). Adapun
pengembangan kegiatan pendukung aktivitas bandara seperti pembangunan Aerospace Park,
Logistic Hub, Energy Center, Creative Tech Center, Residential Township dan lainnya (BIJB
Airport and Aerocity Investment Company, 2017). Pembangunan tersebut menunjukkan
bahwa kegiatan dan infrastruktur yang mengarah ke kawasan aerotropolis telah banyak
menimbulkan perubahan penggunaan lahan.

Jika dikaitkan dengan kondisi lokasi, perubahan lahan dari waktu ke waktu akan
membentuk tren dan lahan akan terus mengalami perkembangan. Hal tersebut didukung
dengan fungsi lahan yang sangat vital bagi aktivitas masyarakat, baik bertempat tinggal,
berinteraksi sosial, ataupun melakukan aktivitas pekerjaan. sehingga dibutuhkan penilaian

6
lahan secara spasial dengan pendekatan yang tepat mengenai perubahan lahan tersebut.
Analisis pola spasial penggunaan lahan dapat dimanfaatkan sebagai input untuk arahan
pengembangan di Kawasan Aerotropolis Bandara Internasional Kertajati, faktor-faktor yang
mempengaruhi, serta keterkaitan antar faktor tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Pembangunan Bandara Internasional Kertajati mengakibatkan perubahan pemanfaatan
lahan pada pembangunan kawasan mengarah pada konsep aerotropolis yang berasosiasi
dengan operasional bandar udara seperti hotel, perkantoran, kegiatan komersial, pusat
logistik, dan sebagainya. Analisa spasial diperlukan dalam perencanaan seperti pola
perubahan pemanfaatan lahan. Analisa tersebut dapat digunakan untuk mengetahui tren
perkembangan untuk arahan pengembangan Kawasan Aerotropolis Bandara Internasional
Kertajati. Sehingga, Pertanyaan dari penelitian ini adalah “bagaimana pola perubahan
spasial penggunaan lahan dan arahan pengembangan kawasan aerotropolis bandar udara
Internasional Kertajati serta faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perubahan
perubahan lahan tersebut?”

1.3 Tujuan dan Sasaran


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola
perubahan spasial kawasan aerotropolis Bandar Udara Internasional Kertajati sebagai
arahan pengembangan kawasan, serta mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dan
keterkaitan antar faktor tersebut. Adapun untuk mencapai tujuan maka dirumuskan
sasaran-sasaran sebagai berikut.
i. Menganalisis perubahan spasial penggunaan lahan kawasan aerotropolis Bandara
Internasional Kertajati sebelum dan sesudah pembangunan (tren pemanfaatan
lahan).
ii. Mengklasifikasikan bagian-bagian dari kawasan aerotropolis sebagai arahan
pengembangan, serta pengaruh antar klasifikasi tersebut.
iii. Mengidentifikasi faktor-faktor penentu peruntukkan lahan dan keterkaitan antar
faktor tersebut.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

7
Lingkup dari wilayah penelitian ini adalah Kawasan Aerotropolis Bandara
Internasional Kertajati di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa
Barat, yang membentang antara 6° 39’ 6.048” LS, dan 108° 10’ 9.391” BT. Kawasan
ini terdiri dari enam kelurahan yaitu Desa Kertajati, Desa Kertasari, Desa Bantarjati,
Desa Sukamulya, Desa Babakan, dan Desa Sukakerta dengan total luas wilayah 127,8
km2. Batas administrasi wilayah penelitian adalah sebagai berikut.
1. Sebelah utara : Desa Mekarmulya
2. Sebelah barat : Desa Pasiripis
3. Sebelah selatan : Kabupaten Sumedang
4. Sebelah timur : Desa Jatitujuh

Peta Kawasan Aerotropolis Bandara Internasional Kertajati


Sumber : Pemerintah Kabupaten Majalengka

1.4.2 Ruang Lingkup Substansial


Ruang lingkup substansi meliputi substansi ilmu yang digunakan sebagai landasan teori
maupun konsep-konsep yang memiliki pengaruh terhadap penelitian. Lingkup substansi
yang akan dibahas adalah mengenai analisis perubahan penggunaan lahan dan pola spasial
penggunaan lahan menggunakan GIS, dengan substansi pada penelitian dikaji melalui
aspek fisik dan keruangan. Selain itu, penelitian ini melibatkan teori-teori pertanahan.

1.4.3 Ruang Lingkup Pembahasan

8
Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah mengenai analisis pada
penggunaan lahan terbatas pada segi spasial pada level class (setiap jenis penggunaan lahan)
dan faktor-faktor terkait yang mempengaruhinya. Penggunaan lahan yang diidentifikasi
adalah kawasan terdampak pembangunan Bandara Internasional Kertajati baik sebelum atau
sesudah pembangunan bandara. Kemudian dilakukan analisis pola spasial yang terjadi untuk
mengetahui tren, arah pengembangan, dan faktor-faktor penentu peruntukkan lahan serta
keterkaitan antar faktornya. Adapun batasan dalam penelitian ini tidak membahas mengenai
aspek hukum, klimatologi, dan sosial demografi, namun berfokus pada peruntukkan atau
tata guna lahan.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi pada pengembangan
ilmu perencanaan wilayah dan kota, terutama aspek tata guna lahan. Dalam penelitian akan
dibahas metode untuk mengidentifikasi pola spasial Kawasan Aerotropolis Bandara
Internasional Kertajati, yang nantinya dapat menjadi referensi dalam perumusan pola
spasial kota khususnya di Indonesia, dan dikembangkan menjadi penelitian-penelitian
lainnya.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi
stakeholder terkait dalam perencanaan pengembangan Kawasan Aerotropolis Bandara
Internasional Kertajati. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan para
akademisi dan pengambilan kebijakan terkait manajemen perubahan penggunaan lahan di
wilayah penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan


Secara sistematis penulisan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian,
ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

9
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan atau dijadikan pedoman dalam
melakukan proses analisis untuk mencapai tujuan penelitian, dimana teori-teori yang akan
dibahas adalah teori tata guna lahan, nilai dan harga lahan, dan pemodelan lahan, serta
teori tentang investasi dan perekonomian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai pendekatan yang digunakan dalam proses penelitian
nantinya, terutama dalam melakukan analisis, teknik pengumpulan data serta tahapan
analisis yang digunakan dalam penelitian nantinya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai gambaran umum dalam menjelaskan kondisi yang terjadi pada
wilayah penelitian kaitannya dengan permasalahan yang terjadi serta pembahasan melalui
kegiatan analisis berdasarkan metode yang telah dibahas sebelumnya sesuai dengan
sasaran penelitian yang ditentukan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi mengenai kesimpulan yang merupakan hasil dari analisis yang telah
dilakukan dalam menjawab rumusan permasalahan agar tujuan penelitian dapat tercapai.
Selain itu penelitian ini juga dilengkapi dengan rekomendasi dan saran untuk kajian
lanjutan.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggunaan Lahan


2.1.1. Lahan
Salah satu aspek penting dalam perencanaan adalah lahan. Lahan menjadi bagian dari
ruang dimana sudah ada pemanfaatan dan peruntukkannya (Amin, 2008). Lahan adalah suatu
lingkungan fisik terdiri atas tanah, iklim, relief, hidrologi, vegetasi dan benda-benda yang
diatasnya yang selanjutnya semua faktor-faktor tersebut mempengaruhi penggunaan lahan,
termasuk didalamnya juga hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun sekarang (FAO
1975, dalam Arsyad 1989). Muhammad Utomo (1992) menyatakan bahwa lahan sebagai modal
alami yang melandasi kegiatan kehidupan dan penghidupan, memiliki dua fungsi dasar, yaitu:
1. Fungsi kegiatan budaya, yaitu suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
penggunaan, seperti permukiman, baik sebagai kawasan perkotaan atau pedesaan,
perkebunan hutan produksi dan lain-lain.
2. Fungsi lindung, yaitu kawasan yang ditetapkan fungsi utamanya untuk melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang ada, mencakup sumberdaya alam, seumberdaya buatan,
dan nilai sejarah serta budaya bangsa yang bisa menunjang pemanfaatan budidaya.

2.1.2. Penggunaan Lahan


Lahan memiliki penggunaannya masing-masing. Penggunaan lahan (landuse) diartikan
sebagai campur tangan manusia terhadap lahan, baik secara menetap maupun berkala untuk
memenuhi kebutuhan masing-masing (Arsyad, 2011). Campur tangan manusia ini sangat jelas
terutama dalam memanipulasi kondisi ataupun proses-proses ekologi dalam suatu areal.
Penggunaan lahan umumnya meliputi segala jenis kenampakan dan dikaitkan dengan aktivitas
manusia dalam memanfaatkan lahan. Penggunaan lahan mengacu pada pemanfaatan pada masa
kini. Aktivitas manusia di bumi selalu berubah-ubah seiring waktu, yang berdampak pula pada
lahan yang digunakannya. Sehingga, perubahan penggunaan lahan dalam proses pelaksanaan
pembangunan tidak dapat dihindari, dimana perubahan tersebut dapat terjadi karena dua hal,
pertama karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin
meningkat jumlahnya, dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu
kehidupan yang lebih baik. Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya merupakan peralihan
fungsi lahan yang tadinya untuk peruntukkan tertentu berubah menjadi peruntukkan lain.

11
Dengan adanya perubahan penggunaan lahan, daerah atau kawasan mengalami perkembangan,
yang berdampak pada kegiatan sosial dan ekonomi masyarakatnya. Oleh karena itu,
penggunaan lahan bersifat dinamis dan dapat terus berubah tergantung dari faktor-faktor
penyebabnya (Pratomoatmojo, 2012). Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi secara
sistematik dan non-sistematik. Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena
berulang pada lokasi yang sama, dimana fenomena yang ada dapat dipetakan berdasarkan seri
waktu. Sedangkan, perubahan non-sistematik terjadi karena kenampakan luasan lahan yang
mungkin bertambah, berkurang, ataupun tetam. Perubahan tersebut umumnya tidak bersifat
linear karena kenampakannya berubah-ubah, baik penutup lahan maupun lokasinya
(Murcharke, 1990).

2.1.3. Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan


Lahan akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring berkembangnya
pemanfaatan lahan oleh manusia. Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi akibat faktor
dominan yang mempengaruhinya. Dinamika tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor manusia
dan fisik seperti topografi di wilayah tersebut (Shofiana, Subardjo, & Pratikto, 2013). Bourne
dalam Yusuf Setiadi (2007) mengelompokkan empat proses utama yang menyebabkan
perubahan penggunaan lahan, yaitu : perluasan batas kota, peremajaan pusat kota, perluasan
jaringan infrastruktur terutama jaringan transportasi, dan tumbuh hilangnya pemusatan
aktivitas tertentu. Sedangkan, Cullingswoth (1997) menggolongkan faktor yang
mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di perkotaan, yaitu :
1. Adanya konsentrasi penduduk dengan segala aktivitasnya
2. Aksesibilitas terhadap pusat kegiatan dan pusat kota
3. Jaringan jalan dan sarana transportasi
4. Orbitasi, yaitu jarak yang menghubungkan suatu wilayah dengan pusat-pusat pelayanan
yang lebih tinggi.
Selain itu, Chapin (1979) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan penggunaan lahan yaitu topografi, penduduk, nilai lahan, aksesibilitas, sarana dan
prasarana serta daya dukung lingkungan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan pada kawasan perkotaan
digolongkan kedalam tiga faktor (Nugroho, 2013), yaitu:
1. Faktor manusia, meliputi kebutuhan manusia akan tempat tinggal, potensi manusia,
finansial, sosial budaya dan teknologi.

12
2. Faktor fisik kota, meliputi pusat kegiatan sebagai pusat pertumbuhan kota, dan jaringan
transportasi sebagai aksesibilitas kemudahan pencapaian.
3. Faktor bentang alam, meliputi kemiringan lereng dan ketinggian lahan.

2.1.4. Pola Spasial Penggunaan Lahan


Pola spasial merupakan sesuatu yang menunjukkan penempatan atau susunan benda-
benda di permukaan bumi (Jay Lee, 2001). Pola tersebut dapat diketahui karena terdapat ciri
tersendiri, seperti sekumpulan titik atau garis, yang akan menjelaskan bagaimana fenomena
geografis terdistribus dan bagaimana perbandingannya dengan fenomena fenomena lain. Pola
penggunaan lahan adalah sebuah refleksi kehidupan dari kegiatan masyarakatnya (Mahendra,
2007). Pola spasial penggunaan lahan berhubungan dengan berbagai faktor, seperti tingkat
perkembangan kawasan, tingkat urbanisasi, kepadatan penduduk, jarak ke pusat kota, dan lain
sebagainya. Berdasarkan pola tersebut, dapat diidentifikasi persebaran dan penggunaan lahan
yang ada. Pola spasial penggunaan lahan merupakan salah satu indikator perkembangan
wilayah. Suatu wilayah dikatakan berkembang apabila memiliki indeks yang tinggi dan
penggunaan lahan yang optimal. (Gemilang, 2008). Identifikasi bentuk morfologi kawasan
melibatkan hubungan antara karakteristik spasial dan pertumbuhannya, yang ditandai melalui
segi bentuk dan jenis penggunaan lahan (Aguilera, 2011). Berdasarkan karakteristiknya,
terdapat empat pola yaitu aggregated pattern, linear patter, leapfrogging, dan nodal pattern.
Proses perkembangan spasial dapat diarahkan ke bentuk ideal yang dikehendaki melalui
beberapa elemen lingkungannya (Yunus, 2005). Jika kecenderungan perkembangan spasial
mengarah ke dampak negatif, tindakan pencegahan perlu dilakukan. Pola spasial kota yang ada
pada saat ini merupakan produk sekaligus merupakan proses yang mana pembentukkan
penggunaan lahan kota sudah berjalan dalam waktu yang lama (Yunus, 2005).

2.1.5. Sistem Informasi Geografis dalam Penggunaan Lahan


Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) adalah suatu sistem
informasi berbasis komputer dengan data spasial dan geografis (Raharjo & Ikhsan, 2015).
Sedangkan, Chrisman (1997) mendefinisikan GIS sebagai suatu sistem perangkat lunak
maupun keras, data, orang, organisasi, dan institutsi yang melakukan pengumpulan,
penyediaan, analisis menyimpulkan informasi yang meliputi area di bagian bumi. Dengan kata
lain, GIS merupakan suatu sistem basis dengan kemampuan khusus untuk data yang bereferensi
spasial bersamaan dengan seperangkat operasi kerja. Berdasarkan hal tersebut, data yang
digunakan dapat berupa data spasial dan tabular untuk pengambilan keputusan. Pengaplikasian

13
GIS telah banyak mengalami perkembangan. Star dan Estes dalam Barus dan Wiradistra (2000)
mengatakan bahwa GIS dapat diasosiasikan sebagai peta berorde tinggi, yang juga
mengoperasikan dan menyimpan data baik spasial atau non spasial. Implementasi yang
dioperasikan menggunakan GIS dapat dikaitkan dengan sistem perencanaan spasial yang lebih
baik (Darmawan, 2011). Analisis spasial tersebut dijadikan sebagai suatu kumpulan dari
teknik-teknik analisis kejadian-kejadian geografis dimana hasil-hasil analisis tergantung pada
susunan spasial kejadian-kejadian tersebut (Rustiadi et al., 1999). Dalam hal ini, GIS berperan
sebagai tools untuk membantu dalam konteks spasial, terutama bagi analisis penggunaan lahan
dan dinamika pola spasialnya. Perubahan penggunaan lahan umumnya dapat diamati dari
dimensi waktu yang berbeda dengan menggunakan data-data spasial dari peta dan data-data
hasil proses pengindraan jauh (Nilda, 2014). Selain itu, GIS dapat mempertajam akurasi dalam
penyusunan produk perencanaannya, dimana semakin akurat dan lengkap informasi spasial
yang tersedia, maka hasil perencanaan juga menjadi semakin akurat dan tepat sasaran.

2.2. Kawasan Aerotropolis


2.2.1. Pengertian
Aetropolis didefinisikan sebagai sebuah kota dengan tata letak, infrastruktur, dan sektor
ekonomi berpusat pada bandar udara (bandara) sebagai kota bandara (Nicholas, 2018). Konsep
ini mengintegrasikan bandara dengan kawasan disekitar bandara dengan radius 30 kilometer
dan dampak ekonomi hingga 70 kilometer. Konsep aerotropolis berawal dari adanya
pengembangan fungsi bandar udara, dimana merupakah salah satu pintu yang dapat menarik
masuk dan keluar manusia maupun barang ke wilayah dimana bandar udara tersebut berada.
Secara tidak langsung, bandar udara menjadi sebuah magnet yang dapat menarik aktivitas
manusia. Bandar udara tidak hanya sebagai sarana penunjang transportasi udara saja,
melainkan sebagai titik fokus utama pengembangan wilayah disekitarmya. Hal tersebut
diakibatkan semakin banyak pergerakan penumpang dan barang, maka secara lambat laun akan
membutuhkan sarana penunjang lainnya. Konsep kawasan aerotropolis menjadi sebuah strategi
pengembangan kawasan perkotaan dimana bandara sebagai key driver yang meliputi tata letak,
infrastruktur, dan kegiatan ekonomi yang melibatkan pemangku kepentingan airport planning,
urban planning, dan business planning (Jurnal Perhubungan Udara, 2016).

2.2.2. Kawasan Aerotropolis Kertajati


Bandara Kertajati merupakan salah satu bandara internasional yang merupakan bagian
dari pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) sebagai upaya dalam

14
pengembangan wilayah Metropolitan Cirebon Raya (MCR). Pembangunan bandara ini
bertujuan mengurangi disparitas pembangunan wilayah Bogor, Depok, Bekasi Karawang dan
Purwakarta (Bodebekapur) dan Bandung Raya, dimana Bandara Kertajati terhubung ke dua
kawasan bandara lainnya di Jawa Barat yaitu Bodebek-karpur dan The Greater Bandung
(Bandara Internasional Husein Sastranegara) oleh Jalan Tol Cipali dan Cisumdawu, sebagai
bagian dari Trans Java Toll Road. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun
2010 dalam Pasal 14 ayat 6 menjelaskan bahwa strategi penataan dan pengembangan sistem
prasarana wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan
pendorong pengembangan wilayah untuk terwujudnya sistem kota di daerah. Pembangunan
Bandara Kertajati dalam upaya pengembangan wilayah MCR juga tertuang dalam RPJMD
Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018, dimana disebutkan bahwa fokus pembangunan Jawa
Barat pada tahun 2013-2018 diarahkan pada pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) serta kawasan strategis dengan membagi peran strategis
pembangunan kewilayahan.
Bandara Internasional Kertajati telah terintegrasi dengan antarmoda (udara, darat dan
laut) yang membentuk kawasan aerotropolis. Hal tersebut didukung dengan daerah-daerah
sekitar Majalengka yang sudah menginventarisasi potensi daerah untuk menyedot devisa.
Keberadaan Kawasan Aerotropolis Kertajati menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi di
Jawa Barat, terutama wilayah CIAYUMAJAKUNING (Cirebon-Indramayu-Majalengka-
Kuningan). Kawasan Aerotropolis ini mempunyai akses langsung ke kawasan industri di
Karawang dan Bandung Metropolitan Area, dimana secara tidak langsung akan
mengembangkan kawasan CIAYUMAJAKUNING itu sendiri.

2.2.3. Skenario Pembangunan Kawasan Aerotropolis Kertajati


Pengembangan penggunaan lahan di Kawasan Aerotropolis Kertajati menggunakan
skenario pembangunan berbasis kewilayahan (tematik kewilayahan) yang berdasarkan
Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) dalam RPJMD Provinsi Jawa
Barat Tahun 2013-2018, yaitu : WKPP I (Wilayah Bogor), WKPP II (Wilayah Purwakarta),
WKPP III (Wilayah Cirebon), dan WKPP IV (Wilayah Priangan). Berdasarkan hal tersebut
tersebut, skenario pembangunan dalam WKPP III (Wilayah Cirebon) terdiri dari :
1. Mengembangkan agribisnis buah-buahan, tebu dan industrialisasi perikanan, sentra ternak
sapi perah, sapi potong, kerbau dan ungags lokal.
2. Mengembangkan sistem perdagangan komoditi beras dan palawija.

15
3. Mengembangkan industry batik dan rotan, serta industri makanan dan olahan berbahan
baku lokal.
4. Melestarikan keraton, wisata sejarah dan pengembangan ekowisata,
5. Mengembangkan Metropolitan Cirebon Raya serta Kawasan BIJB dan Aerocity Kertajati.
Skenario-skenario tersebut tentunya tidak mudah langsung terwujud tanpa mengalami
kendala. Karakteristik spasial kawasan menjadi tantangan tersendiri, salah satunya adalah tren
penggunaan lahan dari masa ke masa akibat pembangunan kawasan aerotropolis. Salah satu
proses dinamis dalam suatu kawasan adalah adanya fragmentasi atau proses pemecahan suatu
tipe penggunaan lahan menjadi bidang-bidang lahan yang lebih kecil yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat mengubah karakteristik kawasan (Gunawan&Prasetyo, 2013).
Fragmentasi dapat diukur melalui beberapa ukuran yang digunakan untuk mengkuantifikasikan
fragmentasi kawasan.

2.2.4. Regresi Linier Berganda


Analisis regresi linier berganda merupakan salah satu teknik analisis dalam statistika
yang digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variable dan meramal suatu
variable (Kuther, Nachtsheimd dan Neter, 2004). Analisis ini juga berfungsi untuk mengukur
pengaruh antara lebih dari satu variable predictor (variable bebas) terhadap variable terikat.
Sehingga, dalam mengkaji hubungan antara beberapa variable menggunakan Analisis Regresi
Linier Berganda, telah ditentukan sebelumnya mengenai variable bebas dan variable tidak
bebas. Penentuan model regresi dapat diperoleh dengan melakukan estimasi terhadap
parameter-parameternya menggunakan metode tertentu. Adapun metode yang dapat digunakan
untuk mengestimasi adalah dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square/OLS) dan
metode kemungkingan maksimum (maximum likelihood estimation/MLE) (Kurtner, 2004).
Persamaan umum regresi berganda untuk mengidentifikasi variable penting penentu perubahan
penggunaan lahan adalah sebagai berikut.

Y = A0 + A1X1 + A2X2 + A3X3 + A4X4 + … +AnXn

Dimana,
X = Independen Variabel A= Parameter/ Koefisien
Y = Dependen Variabel
Analisis regresi linier berganda memiliki asumsi-asumsi. Gujarati (2003)
merumuskan asumsi-asumsi dalam regresi linier berganda sebagai berikut.

16
1. Model regresi berganda adalah linier dalam parameter.
2. Nilai rata-rata dari error adalah nol
3. Variansi dari error adalah konstan (homoskedastik)
4. Tidak terjadi autokorelasi pada error
5. Tidak terjadi multikolinieritas pada variabel bebas.
6. Error berdistribusi normal

Berdasarkan analisis tersebut, diperlukan faktor-faktor yang mempengaruhi


perubahan penggunaan lahan. Dalam penelitian ini dianalisis terlebih dahulu dengan metode
analisis stepwise dalam metode analisis regresi berganda.

2.2.5. Penggunaan Regresi Linier Berganda dalam Dinamika Perubahan Penggunaan


Lahan
Pembahasan regresi linier berganda dalam beberapa literatur berfokus pada faktor-
faktor yang mempengaruhi serta keterkaitannya bagi arahan pengembangan kawasan.
Tantangan dalam analisis ini adalah penentuan variabel, baik variabel terikat ataupun variabel
bebas.
Sehingga, dalam memperoleh variabel-variabel berpengaruh, perlu dikaitkan dengan
analisis spasial melalui overlay. Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer
yang berbeda. Secara sederhana, overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan
minimal dua layer untuk digabungkan secara fisik. Konsep dari overlay adalah membentuk
layer baru dari dua atau lebih peta tematik dimana layer baru tersebut dapat bersifat saling
melengkapi, mengkombinasi, ataupun menyeleksi data spasial dan data attribute dari kedua
layer. Sehingga dalam penelitian ini melibatkan dua peta tematik (sebelum dan sesudah
Kawasan Aerotropolis Kertajati terbangun). Penggunaan layer hasil overlay, baik data spasial
maupun data attribute dapat menghasilkan tren penggunaan lahan kawasan serta faktor-faktor
yang berpengaruh sebagai input dari regresi linier berganda.

2.3. Sintesa Pustaka


Dalam upaya mencapai tujuan, maka faktor dan variabel dikelompokkan dalam
konteks setiap sasaran. Kemudian, penelitian dibagi menjadi pokok pembahasan sesuai dengan
tinjauan pustaka yang telah dilakukan, yaitu penentuan faktor perubahan penggunaan lahan dan
pola spasial penggunaan lahan. Berikut adalah sintesa kajian pustaka terkait konteks penentuan
faktor perubahan penggunaan lahan.

17
Sasaran Faktor Variabel Definisi Operasional

Mengidentifikasi Faktor manusia Kebutuhan akan Urgensi ketersedian


faktor-faktor penentu tempat tinggal tempat tinggal bagi
peruntukkan lahan manusia
dan keterkaitan antar Sosial Budaya Nilai, tata sosial dan tata
faktor tersebut. laku manusia yang
berdampak pada pola
spasial kawasan
Teknologi Keseluruhan aspek dalam
penyediaan kemudahan
kehidupan manusia.
Faktor fisik kota Pusat kegiatan Titik kegiatan masyarakat
pertumbuhan kota dalam menjalankan
aktivitas sosial dan
ekonomi yang
mempengaruhi daerah
sekitarnya.
jaringan Simpul atau ruang
transportasi kegiatan/ kawasan yang
dihubungkan oleh ruang
lalu litas sehingga
membentuk satu kesatuan.
Faktor bentang Kemiringan Kenampakan permukaan
alam lereng alam oleh adanya
perbedaan ketinggian
antar dua tempat.
Ketinggian Lahan Ukuran posisi lahan yang
diukur dari permukaan
laut.

Faktor-faktor penentu peruntukkan lahan sangat penting dalam pengembangan


kawasan, terutama penentuan variabel pengaruh perkembangan lahan di suatu kawasan.

18
Penelitian ini menggunakan faktor manusia, fisik kota, dan bentang alam. Konteks berikutnya
adalah pola spasial penggunaan lahan

Sasaran Faktor Variabel Definisi Operasional

Menganalisis perubahan Perubahan Sebaran jenis Letak dan jenis


spasial penggunaan Penggunaan Lahan perubahan penggunaan lahan
lahan kawasan penggunaan lahan yang berubah
aerotropolis Bandara
Internasional Kertajati
sebelum dan sesudah
pembangunan (tren
pemanfaatan lahan).

Mengklasifikasikan Luasan perubahan Besarnya luas setiap


bagian-bagian dari penggunaan lahan jenis penggunaan
kawasan aerotropolis lahan yang berubah
sebagai arahan
pengembangan, serta
pengaruh antar
klasifikasi tersebut.

19
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan analitikal. Pendekatan analitikal merupakan
pendekatan ilmiah yang mencoba mencari unsur-unsur yang menjelaskan fenomena dengan
hukum sebab akibat. Pendekatan ini memiliki asumsi bahwa fenomena dapat dijelaskan dengan
mengetahui fenomena unsur-unsurnya. Pendekatan ini juga diformulasikan dengan asas
terukur, terobservasi dan diverifikasi. Sehingga, penelitian ini berfokus pada sesuatu hal yang
terukur yaitu mengenai penggunaan dan perubahannya di kawasan aerotropolis Bandara
Internasional Kertajati. Validasi data dan hasil analisis dilakukan dengan observasi lapangan
dan verifikasi.

3.2. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan deskriptif. Menurut Sugiyono
(2017), penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
psitivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, dan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan
tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan, penelitian deskriptif dilakukan
untuk mengetahui keberadaan variabel tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan
dengan variabel lain. Penelitian ini menganalisis kecenderungan perubahan penggunaan lahan
dan gejala-gejala yang terjadi dengan pola spasial penggunaan lahannya. Data kuantitatif yang
digunakan berupa data penggunaan lahan, dimana dalam penelitian ini dapat digunakan untuk
mendeskripsikan fakta dan fenomena yang terjadi di wilayah perencanaan yang merupakan
tujuan penelitian ini.

3.3. Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2013). Variabel penelitian dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu variabel
independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen
(variabel bebas) adalah variabel yang menjelaskan dan mempengaruhi variabel lain.
Sedangkat, variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dijelaskan dan
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel independen dilambangkan dengan X, dan
variabel dependen dilambangkan dengan Y.

20
3.3.1. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang sering disebut sebagai variabel stimulus,
prediktor, dan antesenden. Variabel independen sering disebut dengan variabel bebas.
Variabel independen mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (Sugiyono, 2013). Variabel independen dilambangkan dengan X. Pada
penelitian ini, variabel independennya adalah Kebutuhan akan tempat tinggal, Sosial
Budaya, Teknologi, Pusat kegiatan pertumbuhan kota, Jaringan Transportasi, dan Bentang
Alam (Ketinggian dan Kelerengan).
3.3.2. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Variabel independen sering disebut dengan
variabel terikat. Variabel dependen juga disebut sebagai output, kriteria, dan konsekuen.
Variabel dependen dilambangkan dengan Y. Pada penelitian ini, variabel dependennya
adalah Perubahan jenis penggunaan lahan dan Luasan Perubahan Lahan.

3.4. Definisi Operasional


Definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga
menjadi variabel yang dapat diukur (Sugiyono, 2014). Definisi operasional merupakan
unsur penelitian yang terkait dengan variabel yang terdapat dalam penelitian atau yang
tercakup dalam paradigm penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Definisi
operasional digunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu yang bersangkutan
memang bisa mempengaruhi variabel tak bebas (Supranto, 2003). Berikut adalah variabel
penelitian dan definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut.

Sasaran Faktor Variabel Definisi Operasional

Mengidentifikasi Faktor manusia Kebutuhan akan Urgensi ketersedian


faktor-faktor penentu tempat tinggal tempat tinggal bagi
peruntukkan lahan manusia
dan keterkaitan antar Sosial Budaya Nilai, tata sosial dan tata
faktor tersebut. laku manusia yang
berdampak pada pola
spasial kawasan

21
Teknologi Keseluruhan aspek dalam
penyediaan kemudahan
kehidupan manusia.
Faktor fisik kota Pusat kegiatan Titik kegiatan masyarakat
pertumbuhan kota dalam menjalankan
aktivitas sosial dan
ekonomi yang
mempengaruhi daerah
sekitarnya.
jaringan Simpul atau ruang
transportasi kegiatan/ kawasan yang
dihubungkan oleh ruang
lalu litas sehingga
membentuk satu kesatuan.
Faktor bentang Kemiringan Kenampakan permukaan
alam lereng alam oleh adanya
perbedaan ketinggian
antar dua tempat.
Ketinggian Lahan Ukuran posisi lahan yang
diukur dari permukaan
laut.
Menganalisis Perubahan Sebaran jenis Letak dan jenis
perubahan spasial Penggunaan perubahan penggunaan lahan yang
penggunaan lahan Lahan penggunaan lahan berubah
kawasan aerotropolis
Bandara
Internasional
Kertajati sebelum
dan sesudah
pembangunan (tren
pemanfaatan lahan).

22
Mengklasifikasikan Luasan perubahan Besarnya luas setiap jenis
bagian-bagian dari penggunaan lahan penggunaan lahan yang
kawasan aerotropolis berubah
sebagai arahan
pengembangan, serta
pengaruh antar
klasifikasi tersebut.

Tabel 3.1. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian


Sumber : Sintesa Penulis, 2018

3.5. Populasi dan Sampel


Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subjek pada wilayah dan waktu dengan
kualitas tertentu yang akan diamati/diteliti (Supardi, 1993). Menurut Sugiyono (2005),
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Riduwan (2011), populasi adalah
keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.
Pada penelitian ini, populasinya adalah seluruh luas wilayah Kawasan Aerotropolis Bandara
Internasional Kertajati beserta penggunaan lahannya.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan subjek penelitian, yang dianggap
sebagai “wakil” dari anggota populasi (Supardi, 1993). Menurut Sugiyono (2012), Sampel
adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Pada penelitian
ini, pengambilan sampel dilakukan dengan spatial random sampling, yaitu dilakukan acak
secara spasial yang dipilih sesuai kebutuhan penelitian untuk menilai akurasi peta
penggunaan lahannya. Sampel yang diambil dalam penelitian adalah 200 titik lokasi secara
random baik lokasi dan jenis penggunaan lahannya, namun memiliki rentang jarak yang
variatif satu sama lain yang ditentukan secara spasial. Pengambilan sampel akan menjadi
dasar perhitungan untuk persentase akurasi peta penggunaan lahan.

3.6. Metode Pengumpulan Data


Metode atau teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Menurut Suryani dan Hendryadi

23
(2015), metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Penggunaan metode pengumpulan yang tepat dalam suatu penelitian
akan memungkinkan pencapaian masalah secara valid dan terpercaya yang akhirnya akan
memungkinkan generalisasi yang objektif. Kebutuhan data dalam penelitian mempengaruhi
metode pengumpulan data. Sehingga setiap penelitian memiliki metode pengumpulan data
masing-masing, dimana menyesuaikan dengan kebutuhan data dalam penelitian itu sendiri.
Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu metode pengumpulan data
primer dan pengumpulan data sekunder.
3.6.1. Pengumpulan Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama,baik dari individu atau
perseorangan, atau kelompok (Sugiarto, 2001). Pada penelitian ini, pengumpulan data
primer dilakukan dengan observasi lapangan atau pengamatan secara langsung. Observasi
langsung dilakukan untuk mendapatkan kondisi lingkungan dan perubahan-perubahan
yang telah terjadi dengan melihat fakta- fakta yang ada di lapangan.
Observasi (pengamatan) merupakan aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan
maksud merasakan dan memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan
pengetahuan atau gagasan yang sudah diketahui sebelumnya. Obeservasi dilakukan
dengan pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau
lokasi penelitian. Sehingga, data yang didapatkan berupa kondisi eksisting terkini.
Observasi yang dilakukan untuk mengetahui penggunaan lahan dan wilayah yang
terbangun sebagai penunjang dari aktivitas Bandara Kertajati. Observasi juga ditujukan
untuk koreksi geometrik, menggunakan metode titik kontrol lapangan (Ground Control
Point/ GCP). Pemilihan titik kontrol lapangan (GCP) adalah pada titik-titik atau obyek
yang tidak mudah berubah dalam jangka waktu lama misalnya belokan jalan, tugu di
persimpangan jalan dan atau sudut-sudut gedung (bangunan). Titik kontrol ini tersebar
merata pada lokasi penelitian. Pada saat observasi juga dapat dihasilkan dokumentasi
kondisi lapangan terkait data yang dikumpulkan.
3.6.2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder sering disebut dengan metode penggunaan bahan
dokumen, dimana data yang diambil bersifat tidak langsung atau mengambil data sendiri,
melainkan memanfaatkan data atau dokumen yang dihasilkan oleh pihak lainnya (Sugiarto,
2001). Dalam arti lain, data sekunder merupakan data primer yang diperoleh pihak lain, atau
data primer yang telah diolah lebih lanjut. Data sekunder digunakan untuk memberikan

24
gambaran tambahan, gambaran pelengkap ataupun untuk diproses lebih lanjut. Pada
penelitian ini, pengumpulan data sekunder dilakukan melalui survey literatur.
Survey literatur adalah tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasi dan non publikasi
yang berasal dari sumber sekunder sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Survey literatur
dapat dilakukan melalui kajian pustaka ataupun basis data computer. Pada penelitian ini,
data sekunder yang digunakan adalah dokumen tata ruang Kota Majalengka dan citra dari
google earth berupa citra satelit yang bisa diolah. Pengumpulan data sekunder adalah
sebagai berikut.

No. Data Sumber Data

1 Peta wilayah administrasi RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-


Kabupaten Majalengka 2031
2 Pengembangan dan batas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
kawasan Bandara Kertajati. 13 Tahun 2010 tentang Pengembangan
Bandar Udara Internasional Jawa Barat dan
Kertajati Aerocity

3 Sistem Koordinat Batas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM


Lahan Kertajati 34 tahun 2005 tentang Penetapan Lokasi
Bandar Udara di Kecamatan Kertajati

4 Citra Quickbird Kawasan Google Earth


Aerotropolis Bandara
Kertajati tahun 2006, 2009,
2012, 2015 dan 2018
Tabel 3.2. Data dan Sumber Data Penelitian
Sumber : Penulis, 2018

3.7. Metode dan Teknik Analisa


Sasaran dan tujuan pada penelitian ini dijawab dengan metode analisis data. Pada
penelitian ini, metide analysis data yang digunakan adalah metode analisis spasial dengan
menggunakan software ArcGis. Berikut metode dan teknik analisis yang digunakan.

Teknik
Sasaran Input Output
Analisis

25
Menganalisis
perubahan spasial Peta batas administrasi 1. Peta Landuse tahun 2006,
penggunaan lahan Kawasan Aerotropolis 2009, 2012, 2015 dan 2018
kawasan Bandara Kertajati (secara time series).
aerotropolis
Digitasi,
Bandara
Overlay dan
Internasional Citra Quickbird Kawasan 2. Peta perubahan
Deskriptif
Kertajati sebelum Aerotropolis Bandara penggunaan lahan tahun
dan sesudah Kertajati tahun 2006, 2009, 2006-2009, 2009 - 2012,
pembangunan (tren 2012, 2015 dan 2018 2015- 2018, dan 2006- 2018
pemanfaatan
lahan).

Mengidentifikasi 1.Dinamika pola spasial


faktor-faktor penggunaan lahan pada
penentu Regresi Linier Kawasan Aerotropolis
Peta perubahan penggunaan
peruntukkan lahan Berganda dan Kertajati
lahan
dan keterkaitan Deskriptif
antar faktor 2. Besarnya pengaruh antar
tersebut. variabel dalam perubahan
penggunaan lahan

Peta batas administrasi


Mengklasifikasikan Kawasan Aerotropolis 1. Peta Pola Ruang Kawasan
bagian-bagian dari Bandara Kertajati Aerotropolis Kertajati
kawasan berdasarkan RTRW
Extract by
aerotropolis
Peta pola ruang Kabupaten Mask,
sebagai arahan
Majalengka Tahun 2011- Overlay dan
pengembangan,
2031 Deskriptif 2. Strategi dan Arahan
serta pengaruh
antar klasifikasi pengembangan kawasan
Peta Penggunaan Lahan berdasarkan pola ruang
tersebut.
Kawasan Aerotropolis
Kertajati tahun 2018

Tabel 3.3. Metode dan Teknik Analisa


Sumber : Penulis, 2018

3.7.1. Menganalisis Perubahan Spasial Penggunaan Lahan Kawasan Aerotropolis Bandara


Internasional Kertajati

Langkah awal dalam penelitian ini adalah menganalisis perubahan spasial penggunaan lahan
kawasan aerotropolis Bandara Internasional Kertajati. Suatu kawasan memiliki perubahan
penggunaan lahan yang beragam. Analisis yang dilakukan dalam dimensi waktu yang berbeda
(multi temporal). Penelitian ini menggunakan penggunaan lahan pada tahun 2006, 2009, 2012,

26
2015, dan 2018 yang didapat dari intrepertasi citra Quickbird kemudian diklasifikasikan
penggunaan lahannya. Perubahan lahan didapatkan dari proses overlay menggunakan software
ArcGis untuk mendeteksi pola spasialnya. Berikut adalah diagram proses analisis perubahan
penggunaan lahan.

Diagram 3.1. Proses Analisis Perubahan Penggunaan Lahan


Sumber : Penulis, 2018
 Persiapan Data Citra Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan citra Quickbird yang didapatkan dari google earth. Quickbird
merupakan citra satelit komersial yang memiliki resolusi tinggi yang diluncurkan pada tahun 2001
oleh DigitalGlobe. Citra ini menggunakan Global Imaging System yang mengumpulkan resolusi
citra tertinggi keempat bumi setelah WorldView-1, WorldView-2, dan GeoEye-1. Menurut Ujlaki
(2011), Citra Quickbird dapat digunakan sebagai intrepertasi visual yang selanjutnya dapat
digunakan untuk overlay. Berikut adalah tampilan Citra Quickbird Kabupaten Majalengka pada
tahun 2018.

27
Gambar 3.1. Citra Quickbird Kabupaten Majalengka
Sumber : Google Earth Pro, 2018

Penelitian ini menggunakan citra Quickbird yang didapat dengan historical imagery pada salah
satu fitur google earth pro, yaitu menampilkan penggunakan lahan secara time series sesuai tahun
yang dibutuhkan. Citra Quickbird yang bersifat multi temporal tersebut bertujuan untuk
mengetahui perubahan penggunaan lahan di lokasi penelitian pada periode-periode tertentu.
Setelah didapatkan Citra Quickbird, maka citra tersebut menjadi input dalam GIS, yang akan
diolah lebih lanjut.
Citra yang telah didapatkan kemudian dilakukan retifikasi peta dengan menggunakan
georeferencing dalam GIS. Retifikasi adalah suatu proses melakukan transformasi data dari satu
sistem grid menggunakan transformasi geometric. Proses ini bertujuan agar Citra Quickbird sesuai
dengan keadaan asli di lokasi studi. Retifikasi dilakukan dengan menggunakan sejumlah control
point (titik koordinat) dan diatur untuk proyeksi standarnya seperti UTM (Universal Transverse
Mercator). Peta Kabupaten Majalengka yang sudah diretifikasi kemudian dipotong sesuai lokasi
penelitian (Kawasan Aerotropolis Bandara Kertajati) menggunakan Extract by Mask. Tahap ini
dilakukan untuk mendapatkan peta batas administrasi sesuai daerah penelitian.

 Klasifikasi Land Use

Klasifikasi adalah penetapan objek-objek kenampakan atau unit-unit menjadi kumpulan-


kumpulan di dalam suatu sistem pengelompokan yang dibedakan berdasarkan sifat-sifat khusus
berdasarkan kandungan isinya (Malingreau, 1978). Sehingga, klasifikasi ditujukan agar data lebih
mudah dipahami, dalam penelitian ini berfokus pada jenis-jenis penggunaan lahan. Peta yang telah
diretifikasi dari Citra Quickbird kemudian dideliniasi dan dilakukan digitasi secara manual
berdasarkan batas fisik dan persamaan karakteristiknya. Klasifikasi dilakukan dengan melihat
kenampakan karakteristik lahan yang homogen yang dikatagorikan dan dideliniasi pada layar
yang akan menghasilkan data vektor. Klasifikasi lahan mengacu pada SNI nomor 7645:2010
tentang penutup lahan.

 Validasi Land Use

Validasi dilakukan untuk mengetahui apakah hasil delineasi serta klasifikasi lahan sudah sesuai
dengan keadaan di lapangan. Oleh karena itu, dilakukan survey lapangan dengan pengecekkan
titik sampel untuk melengkapi intrepertasi citra satelit dan meningkatkan keakuratan data pada
peta. Penelitian ini menggunakan 200 titik sampel pada proses validasi penggunaan lahan di

28
lapangan. Validasi dilakukan dengan bantuan alat GPS (Global Positioning System) untuk
mencatat titik koordinat sampel yang kemudian di cek kebenarannya.

Citra yang telah didapatkan kemudian dilakukan retifikasi peta dengan menggunakan
georeferencing dalam GIS. Retifikasi adalah suatu proses melakukan transformasi data dari satu
sistem grid menggunakan transformasi geometric. Proses ini bertujuan agar Citra Quickbird sesuai
dengan posisi aslinya.

 Penggunaan Lahan Kawasan Aerotropolis Kertajati

Data penggunaan lahan Kabupaten Majalengka pada tahun 2006, 2009, 2012, 2015, dan 2018
yang telah dihasilkan dari proses retifikasi dan digitasi kemudian dilanjutkan dengan mengambil
bagian wilayah penelitian dengan cara extract by mask pada bagian yang menjadi batas
administrasi kawasan aerotropolis Kertajati. Pada tahap ini, ditujukan untuk mendapatkan layer
baru penggunaan lahannya beserta data pada attribute table, yang kemudian dapat dilanjutkan
pada proses analisis selanjutnya.

 Perubahan Penggunaan Lahan Kawasan Aerotropolis Kertajati

Perubahan penggunaan lahan pada Kawasan Aerotropolis Kertajati dilakukan dengan metode
analisis overlay. Overlay adalah proses tumpang susun beberapa buat peta tematik dalam
rangkaian kegiatan pengambilan kesimpulan secara spasial (Eko Budiyanto, 2010). Analisis
overlay dilakukan dengan bantuan softwate pengolahan data spasial ArcGIS. Salah satu alasan
penggunaan overlay pada tahap ini adalah proses overlay tidak hanya dapat menyeleksi fitur
geometri berdasarkan hubungan spasial saja, melainkan atribut input juga digabungkan saat fitur
berpotongan dan dipertahankan dalam tabel atribut output.

Teknik yang dilakukan dalam analisis overlay adalah meletakkan peta beserta seluruh
attribute didalamnya diatas peta lainnya untuk dihasilkan peta beserta atribut-atribut baru yang
merupakan gabungan dari kedua peta tersebut. Berikut adalah ilustrasi dari analisis overlay.

29
Gambar 3.2. Ilustrasi Analisis Overlay dalam GIS
Sumber : Indrati, 2014
Hasil dari proses overlay ini adalah peta perubahan penggunaan lahan pada kawasan
aerotropolis Kertajati. Analisis ini juga menghasilkan distribusi spasial dari lahan baik yang
berubah ataupun tidak berubah. Penelitian ini menggunakan 5 periode waktu, yaitu periode tahun
2006-2009,2009-2012, 2012-2015, 2015-2018, dan 2006-2018. Pada periode 2006-2018,
ditujukan untuk mengetahui perubahan secara total pada setiap penggunaan lahannya. Sedangkan,
analisis secara time series ditujukan untuk mengetahui tren penggunaan lahannya.

Output analisis overlay ini menjawab sasaran I, yaitu menganalisis perubahan spasial
penggunaan lahan kawasan aerotropolis Bandara Internasional Kertajati sebelum dan sesudah
pembangunan (tren pemanfaatan lahan). Setelah diketahui perubahan lahan baik secara time series
ataupun secara keseluruhan, dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut
beserta bagian-bagian penggunaan lahan untuk analisis sasaran selanjutnya.

3.7.2. Mengklasifikasikan Bagian-Bagian dari Kawasan Aerotropolis sebagai Arahan


Pengembangan, serta Pengaruh antar Klasifikasi Tersebut

Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan bagian-bagian dari Kawasan Aerotropolis


untuk arahan pengembangan kawasan dengan tetap berpacu pada arahan RTRW Kabupaten
Majalengka. Klasifikasi penggunaan lahan berpedoman pada SNI nomor 7645:2010 tentang
penutup lahan. Berbagai jenis penggunaan lahan memiliki karakteristik yang berbeda-beda,
sehingga dengan adanya kawasan aerotropolis Kertajati dapat berpengaruh pada ketahanan
penggunaan lahan tersebut, seperti adanya alih fungsi penggunaan lahan, baik secara fisik maupun
fungsinya.

30
Diagram 3.2. Proses Penentuan Karakteristik Bagian-Bagian Kawasan Aerotropolis
Sumber : Penulis, 2018

 Klasifikasi Penggunaan Lahan


Peta penggunaan lahan pada tahun 2006 dan 2018 diklasifikasikan penggunaan
lahannya menurut SNI nomor 7645:2010 tentang penutup lahan. Klasifikasi ini bertujuan
mengetahui kondisi spasial setiap penggunaan lahan. Menurut SNI nomor 7645:2010
tentang penutup lahan., klasifikasi dibagi menjadi daerah bervegetasi dan tak bervegetasi.
Daerah bervegetasi meliputi daerah dengan liputan vegetasi (minimal 4%)
sedikutnya selama 2 bulan, atau dengan liputan Lichens/ Mosses lebih dari 25% jika tidak
terdapat vegetasi lain. Daerah bervegetasi meliputi daerah pertanian dan bukan pertanian.
Daerah pertanian merupakan areal yang diusahakan untuk budidaya tanaman pangan dan
holtikultura, dimana seluruh vegetasi yang ditanam dengan tujuan untuk dipanen.
Klasifikasi daerah pertanian meliputi sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah lebak,
sawah pasang surut, polder, ladang, perkebunan, dan tanaman campuran. Sedangkan,
daerah bukan pertanian merupakan areal yang tidak diusahakan untuk budidaya tanaman
pangan dan holtikultura. Klasifikasi daerah bukan pertanian meliputi hutan lahan kering,
hutan lahan basah. Belukar, semak, padang rumput, sabana, rumput rawa, dan alang-
alang.
Daerah tak bervegetasi adalah daerah dengan total liputan vegetasi kurang dari 4%
selama lebih dari 10 bulan, atau daerah dengan liputan Lichens/ Mosses kurang dari 25%

31
(jika tidak terdapat vegetasi berkayu atau herba). Daerah tak bervegetasi meliputi : Lahan
terbuka, permukiman dan lahan bukan pertanian yang berkaitan, dan perairan. Lahan
terbuka meliputi lahan tanpa tutupan lahan baik yang bersifat alamiah, semi alamiah
maupun artifisial. Klasifikasi lahan terbuka antara lain : lahan terbuka pada kaldera, lahar
dan lava, hamparan pasir pantai, beting pantai, gumuk pantai, gumuk pasir, dan gosong
sungai. Permukiman dan lahan bukan pertanian yang berkaitan adalah lahan terbangun
yang dicirikan oleh adanya substitusi penutup lahan yang bersifat alami atau semialami
oleh penutup lahan yang bersifat artifisial dan kadang-kadang kedap air. Klasifikasi
permukiman dan lahan bukan pertanian yang berkaitan antara lain : Lahan terbangun
(permukiman, bangunan industry, jaringan jalan, jaringan jalan kereta api, jaringan
listrik, bandar udara, pelabuhan) dan lahan tidak terbangun (pertambangan dan tempat
penimbunan sampah/ deposit). Perairan merupakan semua kenampakan perairan, terdiri
dari : danau, waduk, tambak ikan, tambak garam, rawa, sungai, saluran irigasi, dan
terumbu karang.

 Karakteristik bagian-bagian aerotropolis berdasarkan kondisi perubahan penggunaan


lahan
Setelah diperoleh peta dengan klasifikasi masing-masing penggunaan lahan pada
tahun 2006 dan 2018, dapat diketahui secara spasial setiap klasifikasinya. Pada penelitian
ini, dihitung masing-masing luas setiap klasifikasinya menggunakan calculate geometry.
Sehingga, dapat diketahui perubahan penggunaan lahan sebelum dan sesudah adanya
kawasan aerotropolis Kertajati.
Hal tersebut juga berlaku untuk perubahan penggunaan lahan pada rentang 2006-
2018, dimana dapat diketahui dengan mengklasifikasikan penggunaan lahan pada peta
tren perkembangan lahan. Sehingga, dapat diketahui arah perkembangan masing-masing
klasifikasi penggunaan lahan beserta luasannya. Arahan pengembangan dapat
dirumuskan dari kecenderungan perkembangan masing-masing penggunaan lahan
sehingga dapat menjadi alat kendali Kawasan Aerotropolis agar tetap sesuai dengan
RTRW Kabupaten Majalengka.

32
Diagram 3.3. Proses Perumusan Arahan Pengembangan Kawasan
Sumber : Penulis, 2018

3.7.3. Mengidentifikasi faktor-faktor penentu peruntukkan lahan dan keterkaitan antar faktor
tersebut.
Sasaran selanjutnya adalah identifikasi faktor-faktor penentu peruntukkan lahan
dan keterkaitan antar faktor tersebut. Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan,
penelitian ini menggunakan variabel faktor manusia, faktor fisik kota, dan faktor bentang
alam. Sedangkan metode analisis dalam identifikasi faktor-faktor penentu adalah metode
regresi linier berganda. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap perubahan penggunaan lahan. Analisis ini dilakukan
dengan bantuan SPSS versi 16.0.
Berikut adalah tahapan analisis regresi liner berganda yang dilakukan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada perubahan penggunaan lahan serta
keterkaitan dan pengaruh antara variabel tersebut.

Diagram 3.1. Proses Analisis Regresi Linier Berganda pada Perubahan Penggunaan Lahan
Sumber : Penulis, 2018

Ghozali (2017) menyatakan bahwa analisis regresi mengestimasi hubungan antara


variabel dependen dan variabel independen. Sedangkan, hubungan antara satu variable
dependen terhadap lebih dari satu variabel independen digunakan analisis regresi
berganda (multiple regression analysis). Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
penggunaan lahan diestimasi dengan memasukkan variabel-variabel bebas (independent)

33
yang mempengaruhi alih fungsi lahan sebagai variabel terikat (dependent), yaitu
perubahan penggunaan lahan. Maka, secara umum, persamaan regresi yang digunakan
dalam penentuan faktor-faktor penyebab penggunaan lahan Kawasan Aerotropolis
Bandara Internasional Kertajati adalah sebagai berikut.
Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + β7 X7 + e
Dimana,
Y = Perubahan Penggunaan Lahan
a = Konstanta
β1 = Koefisien regresi dari variabel X1 (Kebutuhan Tempat Tinggal)
X1 = Kebutuhan Tempat Tinggal
β2 = Koefisien regresi dari variabel X2 (Sosial Budaya)
X2 = Sosial Budaya
β3 = Koefisien regresi dari variabel X3 (Teknologi)
X3 = Teknologi
β4 = Koefisien regresi dari variabel X4 (Pusat Kegiatan Pertumbuhan Kota)
X4 = Pusat Kegiatan Pertumbuhan Kota
β5 = Koefisien regresi dari variabel X5 (Jaringan Transportasi)
X5 = Jaringan Transportasi
β6 = Koefisien regresi dari variabel X6 (Kemiringan Lereng)
X6 = Kemiringan Lereng
β7 = Koefisien regresi dari variabel X7 (Ketinggian Tanah)
X7 = Ketinggian Tanah
Uji F didasarkan pada tabel uji ANOVA atau F Test. Uji F ditujukan untuk
memperoleh nilai F hitung, angka signifikansi (p value), dan tingkat signifikansi (%). Uji
F juga bertujuan mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Sedangkan, uji t bertujuan untuk mengintrepertasikan koefisien parameter variabel
independen terhadap signifikansi variabel independen lainnya. Dalam hal ini, bertujuan
menentukan variabel independen mana saja yang mempengaruhi satu sama lainnya ,
yaitu dari variabel X1 (Kebutuhan Tempat tinggal) hingga X7 (Ketinggian tanah).

34
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Y. 2008. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Batang Kabupaten


Batang Tahun 2001-2006. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Danoedoro. (2004). Informasi Penggunaan Lahan Multidimensional: Menuju Sistem
Klasifikasi Penggunaan Lahan Multiguna untuk Perencanaan Wilayah dan Pemodelan
Lingkungan.
Deliyanto, Bambang. 2016. Modul Manajemen Lahan. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Febriyanto, Erwin. 2015. Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian
Menjadi Permukiman di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2011.
Surakarta : Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ghozali, Imam. 2017. Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan IBM SPSS 24.
Semarang: Badan Penerbut Universitas Diponegoro.
Martunisa, Prilly. 2018. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Alih Fungsi Lahan
Padi Sawah di Kelurahan Kersanegara, Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Provinsi
Jawa Barat. Jurnal Rekayasa Hijau : ISSN 2550-1070.
Maulinda. 2015. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Pemalang Tahun
2008 dan Tahun 2013.
Risma, Santun. 2012. Analisis Pola Perubahan Penggunaan Lahan dan Perkembangan
Wilayah di Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat. Jurnal Tanah Lingkungan.
Rohmana, Yana. 2017. Analisis Regresi Linier Berganda: Persoalan Estimasi dan
Pengujian Hipotesis. Bandung: Penerbut Universitas Pendidikan Indonesia.
SNI nomor 7645:2010 tentang penutup lahan.

35

Anda mungkin juga menyukai