Anda di halaman 1dari 3

Riset

Pengembangan Vaksin Influenza


berbasis Rekayasa Genetik
oleh Fera Ibrahim

Virus Influenza: Bukan Penyebab Penyakit Biasa

P
enyakit influenza atau flu disebabkan oleh virus influenza umumnya dipandang
orang sebagai penyakit biasa yang tidak dipandang memerlukan penanganan yang
serius. Di Indonesia, flu burung yang terjadi dengan jumlah kasus terbanyak didunia
dan tingkat mortalitas sekitar 80% mengubah persepsi orang mengenai penyakit
influenza. Flu burung adalah penyakit influenza yang disebabkan oleh virus influenza A H5N1
dan merupakan penyakit zoonosis, yaitu penyakit hewan yang ditularkan pada manusia.Virus
influenza merupakan anggota keluarga Orthomyxoviridae, mempunyai
3 tipe yang dapat menginfeksi manusia, yaitu influenza A, B
dan C. Virus influenza A merupakan virus yang dapat
menyebabkan influenza dan dideteksi pada manusia
dan berbagai unggas serta mamalia. Virus influenza
A merupakan virus yang sering menyebabkan gejala
sakit flu musiman (yang bersirkulasi di manusia virus
H1N1, H3N2, H2N2 dan H1N2) dan lebih berat
dibanding influenza B dan C (paling ringan) pada
manusia. Berbagai subtipe virus influenza A yang
berbasis pada kombinasi antigen H dan N telah
dideteksi. Sampai tahun 2013, telah teridentifikasi
18 antigen H berbeda (H1 – H18) dan 11 antigen
N berbeda (N1-N11). Berbagai subtipe bermutasi
menghasilkan variasi galur virus dengan profil patogenik
berbeda. sehubungan dengan sifat virus influenza A yang
senantiasa berevolusi di alam, khususnya pada populasi unggas liar, yang ditunjang oleh
kemampuan virus influenza A untuk melintasi penghalang antar spesies.

Bagaimana Mengatasi Pandemik Influenza A?

Salah satu upaya persiapan pandemi Influenza A yang direkomendasikan oleh WHO pada
tahun 2005 ialah pengembangan vaksin yang efektif, khususnya yang memiliki spektrum
proteksi luas. Vaksinasi merupakan strategi intervensi yang bersifat “cost-effective” karena
respon imun terhadap vaksin influenza A bersifat protektif sehingga mampu mencegah
terjadinya infeksi yang berpotensi menyerap pendanaan dalam jumlah besar untuk biaya
diagnosis, perawatan dan pengobatan. Dalam rangka persiapan pandemi influenza A, perlu
dikembangkan platform vaksin yang mampu memenuhi persyaratan sebagai vaksin pandemik,

vol. 07 No. 01 januari 14 i DRPM gazette i 17


khususnya yang sesuai dengan kondisi kegiatan riset yang akan dilakukan belum dapat dilakukan berdasarkan
demografi dan geografi Indonesia, yaitu meliputi kegiatan 1) deteksi, isolasi, dan data yang ada, masih dalam proses
berdaya proteksi kuat, cepat disesuaikan karakterisasi sampai ketingkat molekuler riset. Uji imunogenitas virus whole killed
dengan galur virus influenza A baru virus influenza pandemik, 2) identifikasi, mengindikasikan bahwa semua antigen
penyebab pandemik, dapat dengan cepat isolasi dan persiapan antigen vaksin virus H5N1 dilemahkan yang digunakan
diproduksi dalam skala besar, serta virus influenza pandemik, 3) penyiapkan dalam riset ini dapat menginduksi
bersifat stabil untuk mempermudah metode delivery vaksin yang efektif dan kekebalan tubuh.
distribusi. efisien, dan4) pengembangan akhir
prototip laboratorium untuk industri. Hasil vaksinasi yang efektif dan efiesien
Pengembangan Vaksin Influenza A tidak hanya karena vaksin yang baik
berbasis Rekayasa Genetik Beberapa prototipe vaksin DNA dan tetapi juga ditentukan oleh metoda
protein rekombinan sub unit serta delivery/penghantarnya. Riset kami
Pada tahun 2011, riset pengembangan VLP untuk virus H5N1 dan H1N1 telah mengembangkan gene gun atau alat
vaksin pandemik dimulai dengan diperoleh berdasarkan riset periode penembak gen dan penggunaan bahan
pembentukan konsorsium vaksin 2011-2013. Riset uji proteksi, informasi alam. Bahan alam yang dipilih untuk
influenza A nasional yang dikelola oleh tim tentang pengaruh formulasi adjuvant digunakan sebagai penghantar kandidat
UI beranggotakan beberapa institusi di terhadap respon imun dan daya proteksi vaksin adalah kitosan. Beberapa
bawah Kementerian Pendidikan Nasional vaksin DNA, vaksin subunit serta VLP, penyempurnaan sistem gene gun antara
(perguruan tinggi), Kementerian Kesehatan, masih dalam proses pelaksanaan. Uji lain penerapan sistem redam suara
Kementerian Riset dan Teknologi serta imunogenitas vaksin telah dilakukan pada untuk mengurangi kebisingan yang
perusahaan vaksin nasional PT Bio Farma. hewan coba mencit BALB/c. Ada 3 macam dihasilkan oleh alat penembak gen
Riset yang diusulkan sesuai dengan pekerjaan imunisasi yang dilakukan, yaitu serta penyempurnaan peralatan yang
roadmap vaksin influenza nasional yang penentuan dosis efektif vaksin DNA, uji diperlukan untuk pembuatan selongsong
telah disusun merupakan kelanjutan komposisi vaksin DNA dan uji imunogeitas gene gun masih diperlukan. Dalam riset ini
riset insentif riset strategis. Vaksin yang virus whole killed. Hasil riset awal pengujian juga telah dihasilkan sistem elektroporasi
dikembangkan berbasis pada rekayasa respon imun menunjukkan bahwa dosis dengan menggunakan satu buah jarum.
genetika terutama adalah vaksin DNA, VLP DNA yang optimal untuk menghasilkan Sistem ini berbeda dengan yang ada di
(viral like protein) dan protein rekombinan respons antibodi tubuh adalah 50ug/ pasaran, pada umumnya digunakan 2
sub unit. Pengembangan vaksin dilakukan injeksi. Hasil vaksinasi dengan beberapa buah jarum. Hasil uji coba in vivo pada
berdasarkan isolat virus asal Indonesia komposisi vaksin DNA menunjukkan mencit bahwa sistem delivery berbasis
baik untuk vaksin influenza H1N1 dan adanya reaktivitas serum tetapi needle free injector berhasil menghantarkan
H5N1. Secara garis besar, rancangan penentuan komposisi yang paling optimal DNA sampai ke dalam inti sel..

Mengapa pembuatan vaksin dengan rekayasa genetik penting?


Pemilihan jenis teknologi dan vaksin didasarkan pada kajian penginduksian respon proteksi, kemudahan dan kecepatan produksi,
keamanan, nilai ekonomis dan keterbatasan fasilitas, bahan virus serta dana penelitian. Kultur/pembiakan agen yang berbahaya
seperti virus influenza H5N1 memerlukan fasilitas BSL3 fasilitas khusus dengan tingkat keamanan yang tinggi. Fasilitas BSL3
tersebut mempunyai biaya pembangunan dan operasional sangat tinggi serta jumlahnya terbatas. Dengan rekayasa genetik,
vaksin dapat dibuat dalam berbagai platform seperti vaksin DNA, protein rekombinan subunit, viral like particles, dan reverse
genetic menggunakan fasilitas laboratorium yang banyak dimiliki oleh berbagai institusi penelitian. Rekayasa genetik untuk
pembuatan vaksin influenza H5N1 lebih mudah, cepat, dan aman dilakukan serta memiliki nilai ekonomis dan tidak memerlukan
fasilitas khusus seperti BSL3.

18 i DRPM gazette i vol. 07 No. 01 januari 14


Kitosan adalah polisakarida
biodegradabel hasil ekstraksi
cangkang binatang Crustaceae
seperti udang dan rajungan
merupakan salah satu polimer
kationik yang telah banyak
digunakan. Berbagai riset telah
menunjukkan bahwa kitosan
sangat efektif mengikat DNA
dalam larutan saline atau larutan
asam asetat dan melindungi DNA
dari degradasi nuklease. Pada
riset ini akan dikembangkan
sistem penghantaran vaksin
influenza berbasis DNA dan
protein subunit menggunakan
nanopartikel chitosan sebagai
carrier/penghantar.

Visualisasi mikroskop konfokal dari potongan jaringan otot paha mencit divaksinasi
pcDNA3.1(+)eGFP menggunakan elektroporator. Pendaran warna hijau pada visualisasi
dengan filter FITC menunjukkan bahwa protein eGFP berhasil diekspresikan oleh sel.

Salah satu prototip sistem penghantar vaksin: alat penembak vaksin DNA berbasis 
impuls tekanan fluida tak mampu mampat (incompressible).

dr. Fera Ibrahim, MSc, Ph.D, SpMK(K) adalah dokter lulusan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia tahun 1986 yang kemudian melanjutkan pendidikan untuk mendapat
beberapa diploma, magister/S2 dan doktor/S3 di Perancis untuk bidang ilmu imunologi dan
Mikrobiologi sejak tahun 1989 sampai awal tahun 1995. Pada tahun 2001 mendapatkan
gelar dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik dan sebagai konsultan Spesialis Mikrobiologi Klinik
tahun 2009. Dr. Fera bekerja sebagai staf pengajar dan peneliti di Departemen Mikrobiologi
FKUI/RSCM, dan juga melakukan kegiatan klinik sebagai konsultan spesialis mikrobiologi
klinik di rumah sakit. Dr. Fera juga aktif di bidang penelitian dan tergabung dalam konsorsium
penelitian vaksin Influenza di Indonesia sebagai ketua/koordinator. Saat ini dr. Fera menjabat
sebagai Kepala Departemen Mikrobiologi FKUI/RSCM dan Direktur bidang Ilmiah Institut of
Human Virology and Cancer Biology, Universitas Indonesia. Kontak: feraib@yahoo.fr

vol. 07 No. 01 januari 14 i DRPM gazette i 19

Anda mungkin juga menyukai