Disusun Oleh:
Kelompok 5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
ANGKATAN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
laporan tutorial Skenario A Blok 13 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian
dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan tutorial Skenario A ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, mohon maaf apabila terdapat maksud atau penulisan kata yang salah ataupun yang
kurang berkenan dalam laporan ini. Maka dari itu, pendapat, kritik, dan saran akan
sangat membantu dalam penyempurnaan laporan ini.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................................... 3
KEGIATAN TUTORIAL....................................................................................... 4
HASIL TUTORIAL DAN BELAJAR MANDIRI
I. Klarifikasi Istilah........................................................................................ 6
II. Identifikasi Masalah.................................................................................... 7
III. Analisis Masalah......................................................................................... 8
IV. Keterbatasan kemampuan ……………………………………………. 23
V. Learning Issue ............................................................................................ 24
VI. Kerangka Konsep........................................................................................ 72
VII. Kesimpulan................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 73
3
KEGIATAN TUTORIAL
4
3. Tutorial tahap 2
a. Semua anggota kelompok masuk ruang tutorial dan duduk di kursi yang telah
disediakan.
b. Sekretaris papan menyalakan layar LCD dan mempersiapkan laptop untuk
mengetik ide selama tutorial.
c. Moderator memimpin doa sebelum tutorial.
d. Moderator mempersilakan kepada masing-masing anggota untuk memaparkan
hasil belajarnya. Moderator mengatur diskusi yang meliputi mempersilakan
anggota lain menambahkan ide dan sesi tanya-jawab.
e. Anggota merancang kerangka konsep bersama-sama dan membuat resume dari
kerangka konsep.
f. Anggota menjawab pertanyaan yang ada di analisis masalah.
g. Anggota menarik kesimpulan dari LI dan skenario yang ada.
h. Tutorial ditutup oleh moderator.
4. Penyusunan laporan pleno
5
HASIL TUTORIAL DAN BELAJAR MANDIRI
Mr.Y,68 old,a retired from CEO oil company,comes to MH Hospital because he has
been having epigastric pain since eight hours ago while he was walking in the his
garden.The pain radiated to his lower jaw and ulna area,and it felt like burning.He was
unconcious for three minutes.He also complained shortness of breath,sweating,and
nauseous.He has history of hypertension and sedentary life style.He has been smoking
since 17 years old,two packs a day.
Physical Exam :
Laboratory Results :
ECG result :
Sinus rhtym,left axis , HR : 50 bpm,regular ,PR Interval 0,28 sec,ST Elevation at lead
II,III,Avf and ST depression at lead V1,V2,V3,VES benigna ( + ) , LVH ( + ).
I. KLARIFIKASI ISTILAH
6
kinase digunakan untyk penanda nekrosis
jantung
9. Ureum sisa metabolisme protein yang diekskresikan
melalui ginjal
10. Creatinine suatu anhidrida keratin,hasil akhir metabolisme
fosfokreatin;pengukuran laju ekskresinya lewat
urine dipakai sebagai indicator diagnostic
fungsi ginjal dan massa otot
11. Sodium natrium;kation utama cairan tubuh ekstraseluler
12. Potassium kation yang utama dalam cairan dalam sel yang
banyak digunakan sebagai pengganti electron.
13. Sinus rhtym ritme normal jantung yang berasal dari SA node
dengan laju normal 60 – 100x/menit
14. PR Interval merupakan jarak antara waktu awal depolarisasi
atrium sampai awal depolarisasi ventrikel
15. ST Elevation temuan pada EKG dimana ditemukan segmen
ST sangat tinggi melebihi titik isoelektrik,atau
interval antara ventrikel mengalami depolarisasi
dan repolarisasi
16. Avf merekam potensial listrik pada kaki kiri dimana
kaki kiri bermuatan positif, tangan kanan dan
tangan kiri membentuk elektroda indiverent
17. VES benigna merupakan aritmia ventrikel terjadi pada suatu
tempat ektopik di ventrikel mengalami
depolarisasi spontan dan menyebabkan
kontraksi ventrikel
3. The pain radiated to his lower jaw and ulna area,and it felt Riwayat
like burning. perjalanan
penyakit
4. He has history of hypertension and sedentary life style.He Faktor resiko
has been smoking since 17 years old,two packs a day.
7
160/100 mmHg,PR : 50 bpm,HR 50 bpm regular equal.RR :
28 x/min.
8
dan riwayat keluarga. Hubungan antara usia dan timbulnya
penyakit mungkin hanya mencerminkan lebih panjangnya lama
paparan terhadap faktor-faktor aterogenik (Valenti, 2007). Wanita
relatif lebih sulit mengidap penyakit jantung koroner sampai
masa menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya
seperti pria. Hal ini diduga oleh karena adanya efek perlindungan
estrogen (Verheugt, 2008).
9
2. Organ di dalam rongga dada yang sering memberikan keluhan
nyeri epigastrik antara lain :
Kelainan di esophagus
Kelainan di jantung
10
— Pancreatitis – Both acute and chronic pancreatitis are associated with
abdominal pain that often radiates to the back. Most patients with acute
pancreatitis have acute onset of persistent, severe epigastric pain.
— Peptic ulcer disease – Upper abdominal pain or discomfort is the most
prominent symptom in patients with peptic ulcers.
— Gastroesophageal reflux disease (GERD) – Most patients
with GERD complain of heartburn, regurgitation, and dysphagia. However,
some patients may also complain of epigastric and/or chest pain.
— Gastritis – refers to inflammation in the lining of the stomach. Gastritis is
predominantly an inflammatory process, while the term gastropathy denotes a
gastric mucosal disorder with minimal to no inflammation. Acute gastropathy
often presents with abdominal discomfort/pain, heartburn, nausea, vomiting, and
hematemesis. Gastropathy may be caused by a variety of etiologies including
alcohol and NSAIDs.
— Functional dyspepsia – Is defined as the presence of one or more of the
following symptoms: postprandial fullness, early satiation, and epigastric pain
or burning, with no evidence of structural disease (including at upper
endoscopy) to explain the symptoms.
— Gastroparesis – can present with nausea, vomiting, abdominal pain, early
satiety, postprandial fullness, bloating, and, in severe cases, weight loss. The
most common causes are idiopathic, diabetic, or postsurgical.
c. Apa yang menyebabkan pasien mengalami epigastrik pain ketika beraktifitas fisik (
berjalan ) ?
Pada saat beraktivitas kebutuhan tubuh akan oksigen akan meningkat, demikian
juga halnya dengan sel otot-otot jantung. Hal ini akan memaksa jantung untuk
bekerja lebih keras. Gangguan fungsi jantung akibat hipertensi menahun dan
merokok ditambah suplai oksigen yang tidak adekuat akan memaksa jantung
melakukan metabolisme anaerob yang menghasilkan asam laktat dan merangsang
pengeluaran zat-zat iritatif lainnya seperti histamine, kinin, atau enzim proteolitik
seluler sehingga merangsang ujung-ujung saraf reseptor nyeri di otot jantung.
11
a. Bagaimana mekanisme pingsan?
3. The pain radiated to his lower jaw and ulna area,and it felt like burning.
During a heart attack, the pain radiates to the left side because of the
confusion of the nervous system during a cardiac event. The left arm pain
noted during a heart attack arises when the nervous system or the neuron
12
messenger system is confused while sending the message that is not well
defined as the somatic nervous system. The nerves that supply the heart
and the left arm are from the same spinal segment. The pain originates
form the left chest then travels to the other parts such as the back, nape
and left arm.
13
asam laktat dan juga merangsang pengeluaran zat-zat iritatif lainnya,
seperti histamine, kinin, atau enzim proteolitik seluler. Peningkatan asam
laktat menyebabkan penurunan pH darah dan merangsang serabut saraf
nyeri melalui symphatetic afferentpada area korteks sensoris primer (area
3, 2, 1 Broadmann). Rangsangan inilah yang kemudian menimbulkan rasa
nyeri pada bagian epigastric.Rasa nyeri dari organ visceral berupa rasa
nyeri seperti rasa terbakar. Nyeri rasa terbakar merupakan ciri khas dari
penderita miokard infark.
14
c. Apa saja zat yang terkandung dalam rokok dan apa
dampaknya ?
15
menghirupnya. Ini merupakan salah satu penyebab kanker
paru-paru.
Duduk-duduk santai
Nonton tv
Bermain video games,
Menggunakan HP/komputer secara berlebihan
e. apa definisi sedentary life style dan dampaknya?
Sedentary lifestyle adalah sebuah pola hidup dimana manusia
tidak terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang
dianggap hidup sehat. Orang dengan sedentary lifestyle sering
mengabaikan aktivitas fisik atau melakukan kegiatan yang tidak
membutuhkan banyak energi.
Tekanan darah
Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah
dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Pengukura
tekanan darah dapat di ukurmelalui nilai sistolik dan diastolik.
Tekanan darah dapat diukur dengan alat sphygmomanometer dan
stestoskop untuk mendengar denyut nadi.Interpretasi hasil
pengukuran tekanan darahpada usia ≥ 18 tahun :
berdasarkan Joint National Committee VII adalah sebagai berikut
16
a. Denyut nadi
Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit. Faktor yang
mempengaruhi Respiratory Rate:
1)Usia
2)Jenis kelamin
3)Suhu Tubuh
4)Posisi tubu
5)Aktivitas
Interpretasi
a.Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
b.Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut
c.Apnea : Bila tidak bernapas .
17
c. HR (heart rate)
18
HR rendah: adanya plug yang menutup bagian kanan arteri
koronaria, yang memperdarai SA nodes, sehingga terjadi
perlambatan denyut jantung
Pallor
Diaphoresis stimulation of the sympathetic nervous
system as a protective phenomenon in response to pain.
transient hypotension due to acute myocardial stunning in
STEMI activating the sympathetic nervous system,
instantaneously resulting in profuse sweating. There
might be some cross connection between the sympathetic
nervous system innervating sweat glands and myocardial
pain fibers, which have the same origin in the
thoracolumbar region
19
Diaphoresis : Oklusi vaskular berkurangnya oksigen
kontraktilitas otot berkurang pengeluaran katekolamin
sebagai kompensasi terbentuk konduksi panas & tubuh
menurunkan perfusi di perifer dan daerah vital
vasokonstriksi agar tubuh tidak kehilangan panas
diaphoresis
JVP Normal.
Muffle heart sounds: Oklusi a.koroner iskemik
infark miokard kontraksi miokard melemah
terdengar muffle heart sounds.
Left cardiac border ICS VI linea axialis anterior sinistra :
Hipertensi kronis Jantung mengkompensasi untuk
bekerja lebih kuat agar suplai oksigen mencapai keseluruh
jaringan terjadi secara terus menerus hipertrofi.
20
Diff count Basofil: 0 Basofil: 0-1 Normal
Eosinofil: 2 Eosinofil: 0-
N.Batang: 5
5 N.Batang:
N.Segmen: 0-6
65 N.Segmen:
Limfosit: 40-60
22 Limfosit:
Monosit: 6 20-45
Monosit: 2-
6
ESR 20/mm/hr ♂: <15 Meningkat
mm/hr
Platelet 214.000 150.000- Normal
mm³ 450.000
mm³
CK NAC 473 U/L 38-174 U/L Tinggi
CK MB 72 U/L 10-13 U/L Tinggi
Ureum 25 mg% 15-40 mg/dl Normal
Kreatinin 0,9 mg % 0,1-1,1 Normal
mg/dl
Sodium 138 mg % 135-145 Normal
mEq/ L
(mmol/L)
Potassium 3,0 mg/dl 3,5 – 5 Menurun
mEq/L
21
Peningkatan Total kolesterol, trigliserid, LDL dan penurunan
HDL merupakan faktor resiko yang mempermudah terjadinya
arterosklerosis. Plak arterosklerosis terdiri dari inti yang mengandung
banyak lemak dan pelindung jaringan fibrotik (fibrotic cap). Plak yang
tidak stabil terdiri dari inti yang banyak mengandung llemak dan
adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak
yang berdekatan dengan intima yang normal atau pada bahu dari
timbunan lemak. Kadang-kadang kleretakan timbul pada dinding yang
paling lemah karena adanya enzim protease yang dihasilkan makrofag
dan secara enzimatik melemahkan dinding plak (fibrous cap).
Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi platelet
dan menyebabkan aktivasi terbentuknya trombus.
CK NAC (CK Total)
CK NAC meningkat karena otot rangka atau jantung mengalami
jejas.Kreatin kinase terdapat dalam aktivitas tinggi di otot jantung, otot
rangka, dan otak, serta tidak terdapat didalam hepar dan eritrosit.
Terdiri dari 2 dimer subunit B dan M dan tiga iso enzim BB, MB, dan
MM, CK-MB hampir seluruhnya terdapat didalam miokrdium dan BB
didalam otak. Nilai rujukan CK-MB adalah 7-25 U/L .CK-MB terlepas
dalam sirkulasi setelah IMA paling cepat terdeteksi 3-4 jam setelah
onset gejala dan tetap meningkat kira-kira 65 jam paska infark.
CK MB
Pada nekrosis otot jantung, protein intraseluler yang salah
satunya adalah CK MB akan masuk dalam ruang interstitial dan masuk
ke sirkulasi sistemik melalui mikrovaskuler lokal dan aliran limfatik.
CK-MB terlepas dalam sirkulasi setelah IMA; paling cepat terdeteksi 3-
4 jam setelah onset gejala.
Potassium menurun
Disebabkan oleh nekrosis, sehingga kalium banyak dikeluarkan
melalui urine. Diaforesis, keringat berlebihan yang tidak wajar,
menyebabkan hipokalemi.
22
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium dan abnormalnya?
ST depression V1 V2 V3
VES Benigna (+)
LVH(+)
23
Manifestasi
klinik
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
penunjang
Tatalaksana
Edukasi dan
pencegahan
Komplikasi
Prognosis
Algoritme
penegakan
diagnosis
Diagnosis
banding
SKDI
Pemeriksaan definisi Pemeriksaan EKG pada ACS
penunjang penunjang
( EKG ) terkait dengan
kasus
Pemeriksaan definisi Pemeriksaan Pemeriksaan
Laboratoriu laboratorium biokimia
m terkait dengan jantung pada
kasus ACS
VI. SINTESIS
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG
24
sternum di sebelah kanan tulang rawan kosta keenam sampai apeks di ruang
interkosta kelima dekat garis midklavikula (Drake, et al.,2007).
Jantung dan pembuluh darah besar dari atau ke jantung dilapisi oleh suatu
jaringan yang dikenal dengan nama perikardium. Perikardium terdiri dari 2
komponen penting, yaitu perikardium fibrosa yang kuat serta padat dan perikardium
serosa yang tipis dan lembut. Perikardium serosa terdiri dari 2 lapis membran, yaitu
bagian dalam (viseral) yang melekat ke jantung yang disebut epikardium dan bagian
luar yang melekat pada perikardium fibrosa (parietal). Di antara lapisan viseral dan
parietal terdapat cairan untuk membantu pergerakan jantung tanpa gesekan antara
kedua lapisan viseral dan parietal ketika jantung berdenyut (Standring,2008). Ruang
ini disebut kavitas perikardial. Dinding tiap ruang jantung terdiri dari 3 lapisan
utama, yaitu lapisan yang paling luar adalah epikardium yang merupakan
perikardium serosa bagian viseral yang berdinding tipis, lapisan di tengahnya adalah
miokardium yang berdinding tebal yang berisi otot-otot jantung yang berguna untuk
memompa jantung, dan lapisan paling dalam adalah endokardium yang merupakan
lapisan yang tipis mirip jaringan ikat endotel dan subendotel (Moore, et al.,2010).
25
26
Pembuluh darah jantung terdiri dari arteri koroner dan vena kardial, dimana
menyuplai sebagian besar darah ke dan dari miokardium. Endokardium dan
jaringan subendokardial mendapat oksigen dan nutrisi dengan cara difusi atau
mikrovaskuler dari ruang di jantung. Pembuluh darah jantung normalnya
tertanam dalam jaringan lemak dan melalui permukaan jantung di dalam
epikardium.
28
Diameter arteri koroner kiri lebih besar dari diameter arteri koroner yang kanan
dan menyuplai darah lebih banyak ke miokardium termasuk seluruh ruang jantung dan
septum interventrikuler, kecuali yang right dominance (dominan kanan) dimana arteri
koroner kanan yang menyuplai bagian posterior jantung memiliki 2 percabangan utama,
yaitu arteri sirkumfleksi dan arteri interventrikuler anterior. Arteri koroner kiri yang
keluar dar aorta jarang memberikan percabangan ke SA node dan ketika mencapai
sulkus atrioventrikuler, bercabang menjadi 2 atau 3 cabang utama. Arteri
interventrikuler anterior merupakan cabang pertamanya yang sering digambarkan
sebagai kelanjutan dari arteri koroner kiri. Arteri ini berjalan ke bawah, oblik, depan,
dan ke kiri di sulkus interventrikuler dan mencapai apeks jantung. Adakalanya, terdapat
variasi dari pembuluh darah ini, yaitu arteri ini berjalan terus ke apeks dan bertemu
dengan cabang arteri interventrikuler posterior. Arteri ini juga bercabang menjadi
cabang ventrikuler anterior kanan-kiri dan cabang septum anterior. Sedangkan arteri
sirkumfleksi berjalan melalui sulkus atrioventrikuler, terus berjalan mengitari sampai ke
bagian posterior jantung, dan berakhir di sebelah kiri dari pertemuan 4 ruang jantung.
Arteri sirkumfleksi juga memiliki cabang, yaitu arteri marginalis kiri yang menyuplai
darah ke batas kiri ventrikel kiri sampai ke apeks (Standring,2008)
29
30
Daftar arteri yang menyuplai jantung:
31
Kebanyakan vena kardial kembali ke atrium kanan melalui sinus koroner,
kecuali vena kardial anterior dan vena kordis minima yang langsung ke atrium kanan
tanpa melalui sinus koroner (Moore,2010).
32
Fisiologi jantung dan pembuluh darah jantung:
a. Siklus Jantung
Siklus jantung adalah siklus yang dimulai dari satu detakan jantung ke awal dari
detakan selanjutnya. Setiap siklus dimulai dari aksi potensial yang terbentuk
spontan dari SA node, yang terletak di dinding lateral superior dari atrium kanan
dekat dengan pintu masuk vena cava superior. Aksi potensial berjalan dari SA node
melalui kedua atrium dan kemudian melalui A-V bundle ke ventrikel. Karena suatu
sistem rancangan dalam sistem konduksi dari atrium ke ventrikel, ada perlambatan
lebih dari 0,1 detik dari hantaran listrik dari atrium ke ventrikel. Ini memungkinkan
atrium untuk berkontraksi duluan untuk mengisi darah ke ventrikel sebelum
kontraksi ventrikel yang kuat dimulai. Diastol merupakan suatu keadaan dimana
jantung, terutama ventrikel terisi darah diikuti periode kontraksi yang dikenal sistol
(Guyton & Hall,2006). Selama sistol atrium yang terjadi 0,1 detik, atrium
mengalami kontraksi. Pada waktu yang sama, ventrikel mengalami relaksasi.
Depolarisasi SA node menyebabkan depolarisasi atrium, yang ditandai gelombang P
di elektrokardiografi (EKG), kemudian menyebabkan sistol dari atrium. Ketika
atrium berkontraksi, atrium mendesak tekanan dari darah, yaitu melawan tekanan
33
dari darah yang melalui katup atrioventrikuler ke dalam ventrikel. Sistol dari atrium
menyumbang darah sebanyak 25 ml darah ke dalam tiap ventrikel (kira-kira 105
ml). Pada akhir sistol dari atrium juga merupakan akhir dari diastol ventrikel. Tiap
ventrikel telah berisi 130 ml pada akhir periode relaksasi dan volume darah tersebut
disebut volume akhir diastolik atau end-diastolic volume (EDV). Kompleks QRS
pada EKG menandakan awal dari depolarisasi ventrikel.
34
Setelah itu, dilanjutkan sistol dari ventrikel yang disebabkan depolarisasi
ventrikel. Selama sistol ventrikel, yang berlangsung 0,3 detik, ventrikel berkontraksi
dan pada waktu yang bersamaan, atrium mengalami relaksasi pada diastol atrium.
Ketika sistol ventrikel dimulai, tekanan meningkat di dalam ventrikel dan mendorong
darah melalui katup atrioventrikuler sehingga katupnya tertutup. Untuk sekitar 0,05
detik, baik katup semilunar dan atrioventrikuler tertutup. Periode ini disebut kontraksi
isovolumetrik. Kontraksi terus menerus membuat tekanan dalam ventrikel terus
meningkat dengan tajam sampai melewati 80 mmHg pada ventrikel kiri dan 20 mmHg
pada ventrikel kanan. Pada saat itu, darah dari jantung mulai dipompakan. Tekanan
terus meningkat sampai 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25-35 mmHg. pada
ventrikel kanan. Periode ketika katup semilunar terbuka disebut ejeksi ventrikuler dan
berlangsung selama 0,25 detik. Darah yang dipompakan baik ke aorta maupun ke arteri
pulmonaris sebanyak 70 ml. Volume ini disebut volume sekuncup (stroke volume) dan
sisanya sebanyak 60 ml disebut volume akhir sistol (end-systolic volume). Gelombang
T dalam EKG menandakan awal dari repolarisasi ventrikel (Tortora,2009).
35
b. Aliran Darah Koroner (Coronary Blood Flow)
36
diastol dimana otot jantung mengalami relaksasi dan banyak aliran darah
terjadi. Efek kompresi dari sistol pada aliran darah koroner sangat kecil
pada atrium kanan sebagai akibat dari tekanan ventrikel yang lebih
rendah sehingga kompresi pada arteri koronernya sangat sedikit.
Menurut Guyton & Hall (2006), ada beberapa hal yang mempengaruhi
aliran darah koroner, yaitu:
37
prostaglandin, dan nitrit oksida, terlepas dan menyebabkan vasodilatasi
arteri koroner.
Definisi
Merupakan sebuah istilah yang merujuk pada gejala klinis yang
berkaitan dengan iskemia myocardium akut termasuk unstable angina (UA),
non-ST-segment elevation myocardial infarction (NSTEMI), dan ST-segment
elevation myocardial infarction (STEMI).
Klasifikasi
38
ACS diklasifikasikan menjadi 3:
39
Etiologi
ACS disebabkan utamanya oleh atherosclerosis. Pada banyak kasus, ACS
muncul akibat disrupsi dari lesi yang sebelumnya ada, namun rawan terhadap rupture.
Plak yang rentan tersebut tersusun oleh kumpulan lipid, sel-sel inflamatori, dan fibrous
cap yang tipis.
Pemicu utama dari thrombosis koroner yaitu rupturnya plak yang diakibatkan
disolusi dari fibrous cap yang ada, dimana disolusi tersebut diakibatkan oleh pelepasan
metalloproteinases dari sel-sel inflamasi yang teraktivasi. Hal tersebut diikuti dengan
aktivasi, agregasi platelet, serta aktivasi jalur koagulasi dan vasokonstriksi. Proses
tersebut membuat thrombosis intraluminal koroner dan oklusi vascular dengan derajat
tertentu. Tingkat keparahan dan durasi dari obstruksi koroner tersebut, berpengaruh
pada volume myocardium yang rusak, demand jantung dan kemampuan jantung dalam
kompensasi, menentukan presentasi klinis pasien dan hasilnya tersendiri.
Thygesen .et .al, 2007, infark miokard terjadi oleh penyebab yang heterogen, antara
lain:
1. Infark miokard tipe 1
Infark miokard secara spontan terjadi karena ruptur plak, fisura, atau diseksi
plak aterosklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan dan ketersediaan oksigen
dan nutrien yang inadekuat memicu munculnya infark miokard. Hal-hal tersebut
merupakan akibat dari anemia, aritmia dan hiper atau hipotensi.
2. Infark miokard tipe 2
40
Infark miokard jenis ini disebabkan oleh vaskonstriksi dan spasme arteri
menurunkan aliran darah miokard.
3. Infark miokard tipe 3
Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak ditemukan. Hal ini
disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan atau penderita meninggal
sebelum kadar pertanda biokimiawi sempat meningkat.
4. Infark miokard tipe 4a
Peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard (contohnya troponin) 3
kali lebih besar dari nilai normal akibat pemasangan percutaneous coronary
intervention (PCI) yang memicu terjadinya infark miokard.
5. Infark miokard tipe 4b
Infark miokard yang muncul akibat pemasangan stent trombosis.
6. Infark miokard tipe 5
Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal. Kejadian infark
miokard jenis ini berhubungan dengan operasi bypass koroner.
Epidemiologi
Epidemiologi Akut Koroner Sindrom menunjukkan bahwa di seluruh
dunia itu adalah penyebab utama kematian dan morbiditas.
Global
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan akibat penyakit
kardiovaskular, terjadi 4 juta kematian setiap tahunnya pada 49 negara di benua
Eropa dan Asia Utara. Data yang dikeluarkan oleh American Heart Association
41
(AHA) pada tahun 2016 menyebutkan 15,5 juta warga Amerika memiliki
penyakit kardiovaskular.
Indonesia
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan bahwa
secara nasional terdapat 0,5% prevalensi penyakit jantung koroner yang
didiagnosis dokter. Prevalensi tersebut paling tinggi di provinsi Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, DKI Jakarta dan Aceh.
Faktor Resiko
Faktor risiko dibagi menjadi menjadi dua kelompok besar yaitu faktor
risiko konvensional dan faktor risiko yang baru diketahui berhubungan dengan
proses aterotrombosis (Braunwald, 2007). Faktor risiko yang sudah kita kenal
antara lain merokok, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus, aktifitas fisik,
dan obesitas. Termasuk di dalamnya bukti keterlibatan tekanan mental, depresi.
Sedangkan beberapa faktor yang baru antara lain CRP, Homocystein dan
Lipoprotein(a) (Santoso, 2005).
42
Patofisiologi
Lapisan endotel pembuluh darah yang normal akan mengalami kerusakan
oleh adanya faktor risiko antara lain, faktor hemodinamik seperti hipertensi, zat-
zat vasokonstriktor, mediator (sitokin) dari sel darah, asap rokok, peningkatan
gula darah dan oksidasi oleh Low Density Lipoprotein-C (LDL-C) (Libby,1995;
Hamm dkk,2004). Kerusakan ini akan menyebabkan sel endotel menghasilkan
cell molecule adhesion seperti sitokin (interleukin-1), tumor nekrosis faktor
(TNF-α), kemokin (monocyte chemoatractant factor-I), dan platelet derived
growth factor. Sel inflamasi seperti monosit dan T-limfosit masuk ke permukaan
endotel dan bermigrasi dari endotelium ke sub endotel. Monosit kemudian
berproliferasi menjadi makrofag dan mengambil LDL teroksidasi yang bersifat
lebih aterogenik. Makrofag ini terus membentuk sel busa (Braunwald, 1989;
Libby,1995). LDL yang teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan
menghasilkan respon inflamasi. Sebagai tambahan terjadi respon dari
angiotensin II yang menyebabkan gangguan vasodilatasi dan mengaktifkan efek
protrombin dengan melibatkan platelet dan faktor koagulasi. Akibat kerusakan
endotel terjadi respon protektif yang dipicu oleh inflamasi dan terbentuk lesi
fibrofatty dan fibrous. Plak yang stabil bisa menjadi tidak stabil (vulnerable) dan
mengalami rupture (Libby, 1995).
Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis seperti kolagen,
adenosin diphosphate (ADP), epinefrin dan serotonin memicu aktivasi
43
trombosit, yang selanjutnya akan memproduksi dan melepaskan tromboksan-A2
(vasokonstriktor lokal yang poten). Selain itu aktivasi trombosit memicu
reseptor glikoprotein II/IIIa yang mempunyai afinitas tinggi terhadap sekuen
asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von
Willebrand (vWF) dan fibrinogen. Dimana keduanya adalah molekul
multivalent yang dapat mengikat platelet yang berbeda secara simultan,
menghasilkan ikatan silang platelet dan agregasi (Deckelbaum,1990; Foo
dkk,2000).
Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel
yang rusak. Faktor VII dan X di aktivasi, mengakibatkan konversi protrombin
menjadi trombin yang kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri
koroner yang terlibat kemudian akan mengalami oklusi oleh trombus yang
terdiri dari agregat trombus dan fibrin (Findlay dkk, 2005; Braunwald, 1989).
44
1. Rupturnya Plak
Plak atheromatosa dengan inti kaya lipid yang kaya terbungkus eksentrik di dalam
intima coroner terkandung pada permukaan luminal dengan tutup berserat tipis inti
memiliki monocytes lipid sarat dan makrofag yang menghasilkan sejumlah besar faktor
jaringan, procoagulant poten pecah terjadi di bahu (persimpangan plak dan normal
endothelium) Kompleksitas komponen jaringan terbuka dengan faktor VIIa yang pada
gilirannya mendorong pembangkitan faktor Xa dan produksi sejumlah besar thrombin
platelet yang beredar diaktifkan oleh paparan kolagen, faktor von Willebrand, thrombin
adenosin diphosphate, thromboxane A2 dan prostacyclins, dilepaskan oleh endotelium
yang rusak, berkontribusi pada aktivasi platelet dan menginduksi vasospasme.
Trombosit teraktivasi saling mengikat satu sama lain dengan menghubungkan silang
fibrinogen ke reseptor glikoprotein permukaannya. Aktivasi, adhesi dan agregasi
trombosit dan aktivasi hasil kaskade pembekuan menghasilkan trombus oklusif.
Trombus dapat secara parsial atau sepenuhnya menutup lumen pembuluh yang memicu
iskemia miokard +/- nekrosis.
2. Vasospasme
Terjadinya vasokonstriksi juga mempunyai peran penting pada angina tak stabil. Di
perkirakan ada disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang diproduksi oleh platelet
berperan dalam perubahan dalam tonus pembuluh darah dan menyebabkan spasme.
Spasme yang terlokalisir seperti pada angina prinzmetal juga menyebabkan angina tak
stabil. Adanya spasme sering kali terjadi pada plak yang tak stabil dan mempunyai
peran dalam pembentukan trombus (Trisnohadi, 2006).
IMA STE umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi trombus pada plak aterosklerosis yang sudah ada sebelumnya. Stenosis
arteri koroner berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu IMA STE
45
karena timbulnya banyak kolateral sepanjang waktu. Pada sebagian besar kasus, infark
terjadi jika plak aterosklerotik mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi
ruptur lokal akan menyebabkan oklusi arteri koroner. Penelitian histologi menunjukkan
plak koroner cenderung mengalami ruptur jika mempunyai fibrous cap yang tipis dan
inti kaya lipid. Pada IMA STE gambaran klasik terdiri dari fibrin rich red trombus yang
dipercaya menjadi dasar sehingga IMA STE memberikan respon terhadap terapi
trombolitik (Gambar 3) ( Hamm dkk,2004)
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis infark miokard umumnya berupa nyeri dada
substernum yang terasa berat, menekan, seperti diremas-remas dan terkadang
dijalarkan ke leher, rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri, atau hanya rasa
46
tidak enak di dada. IMA sering didahului oleh serangan angina pektoris pada
sekitar 50% pasien. Namun, nyeri pada IMA biasanya berlangsung beberapa jam
sampai hari, jarang ada hubungannya dengan aktivitas fisik dan biasanya tidak
banyak berkurang dengan pemberian nitrogliserin, nadi biasanya cepat dan
lemah, pasien juga sering mengalami diaforesis. Pada sebagian kecil pasien
(20% sampai 30%) IMA tidak menimbulkan nyeri dada. Silent AMI ini terutama
terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus dan hipertensi serta pada pasien
berusia lanjut.
Gambaran klinis awal sangat prediktif untuk prognosis awal. Timbulnya
gejala saat istirahat menandakan prognosis lebih buruk dibanding gejala yang
hanya timbul pada saat aktivitas fisik. Pada pasien dengan gejala intermiten,
peningkatan jumlah episode yang mendahului kejadian acuan juga mempunyai
dampak terhadap hasil akhir klinis. Adanya takikardia, hipotensi atau gagal
jantung pada saat masuk rumah sakit juga mengindikasikan prognosis buruk dan
memerlukan diagnosis serta tatalaksana segera (PERKI,2012).Faktor risiko yang
tinggi termasuk angina yang memberat, nyeri dada yang berkelanjutan (> 20
menit), edema paru (Killip klas ≥2 ), hipotensi dan aritmia seperti pada tabel.
(Antman EM, 2005).
47
Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda
berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.
Penjalaran ke : leher, lengan kiri, mandibula, gigi,
punggung/interskapula, dan dapat juga ke lengan kanan.
Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat
Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah
makan
Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin,
dan lemas.
kiri, leher, area interskapuler, bahu, atau epigastrium; berlangsung intermiten atau
persisten (>20 menit); sering disertai diaphoresis, mual/muntah, nyeri abdominal,
sesak napas, dan sinkop.
Pemeriksaan Fisik
- Sebagian besar dapat ditegakkan dengan fisik
- Kardiomegali, bunyi jantung, bising tambahan, gallop
- Edema paru-paru, edema sistemik, JVP, hepatomegaly, edema
tungkai
Keadaan Umum
48
Tanda vital, pernafasan, tekanan darah, nadi, suhu tubuh
Denyut di perifer
Bentuk Nadi
Dikrotik, sering pada orang muda atau demam, dapat juga GGJ kiri.
Bentuk dada
49
Posisi kepala 30°, lakukan berbagai perubahan posisi
Palpasi bersamaan a. carotis dan ictus dapat menentukan berat ringannya suatu
AS
Normal terdiri dari ‘a’ (sistole atria), ‘c’ (penutupan trikuspid), ‘v’ (pembukaan
trikuspid)
Jangan terpaku pada area tersebut, dapat area yang lebih jauh (penyebaran),
aksila, punggung
Pemeriksaan harus dilakukan pada berbagai posisi, duduk berbaring miring kiri
Tentukan dulu suara normal (suara jantung satu, dua), baru suara tambahan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Electrocardiogram (ECG). Ini adalabh tes pertama yang digunakan untuk
mendiagnosa heart attack. Tes ini merekam aktivitas elektrik jantung melalui
elektroda yang dilekatkan ke kulit. Impuls direkam sebagai gelombang yang
muncul di monitor atau dicetak di kertas. Karena otot jantung yang terluka tidak
menghantarkan impuls listrik secara normal, ECG dapat menunjukkan telah atau
sedang terjadi heart attack.
Tes darah (biomarker jantung). Enzim tertentu pada jantung dapat merembes
jika terjadi kerusakan jantung. Jika hasil tes menunjukkan bahwa telah terjadi
50
atau terdapat resiko tinggi mengalami heart attack, dan dapat dilakukan tes
tambahan.
Echocardiogram. Tes ini menggunakan gelombang suara untuk
mendapatkan gambar jantung. Selama echocardiogram, gelombang suara
diarahkan langsung ke jantung menggunakan transducer yang dipegang di
dada. Gelombang suara memantul kembali dan direfleksikan melalui dinding
dada dan diproses untuk memberikan gambaran video jantung.
Echocardiogram dapat menentukan apakah suatu area jantung sudah rusak
karena heart attack dan tidak memompa dengan normal.
X-ray. Gambaran x-ray dapat membantuk untuk melihat ukuran dan bentuk
jantung dan pembuluh darah.
Scan nuklir. Tes ini membantuk mengidentifikasi masalah aliran darah ke
jantung. Sejumlah kecil materi radioaktif diinjeksikan ke dalam aliran darah.
Kamera spesial dapat mendeteksi meteri radioaktif saat diambil oleh otot
jantung. Area dengan aliran darah ke otot jantung yang menurun – dimana
materi radiokatif lebih sedikit – terlihat sebagai titik hitam pada hasil scan.
Computerized tomography (CT) angiogram. CT angiogram dapat
membantu melihat apakah arteri itu menyempit atau terblok. Pasien diberikan
injeksi pewarna radioaktif, lalu scanner mesin CT akan mengambil gambar
arteri di jantung. Tes ini umumnya dilakukan hanya jika tes darah dan ECG
tidak menunjukkan penyebab gejala.
Coronary angiogram (cardiac catheterization). Tes ini dapat menunjukkan
apakah arteri itu menyempit atau diblok. Pewarna cair diinjeksikan ke arteri
jantung melalui cateter panjang dan tipis yang dimasukkan ke arteri, biasanya
di kaki, ke arteri di jantung. Saat pewarna memenuhi arteri, arteri jadi terlihat
di mesin x-ray dan menunjukkan area yang terganggu.
Tes stres olahraga. Tes stres ini mengukur bagaimana jantung dan pembuluh
darah merespon penggunaan tenaga
TATALAKSANA
51
darurat sebenarnya sama. Manifestasi unstable angina dan MI akut seringkali
berbeda. Umumnya, gejala MI akut bersifat parah dan mendadak, sedangkan
infark miokard non‐ST elevasi (NSTEMI) atau unstable angina berkembang
dalam 24‐72 jam atau lebih.
Pada kedua kasus tersebut tujuan awal terapi adalah untuk menstabilkan
kondisi, mengurangi rasa nyeri dan kecemasan pasien. Stabilisasi akan tercapai
dengan berbagai tindakan. Oksigen diberikan untuk menjaga kadar saturasi dan
memperbaiki oksigen yang sampai ke miokard.
52
- Pemberian nitrat: bisa diberikan nitrat oral sublingual yaitu isosorbid
dinitrat 5 mg dapat diulang setiap 5 menit sampai 3 kali untuk
mengatasi nyeri dada.
- Klopidogrel dosis awal 300 mg, kemudian dilanjutkan 75 mg/ hari
- Segera pindahkan ke ICCU.
Atasi komplikasi :
• Fibrilasi atrium, Fibrilasi ventrikel, Takikardia ventrikel, Bradiaritmia
& blok, Perikarditis.
53
• Gagal jantung akut, edema paru, syok kardiogenik diterapi sesuai
standar pelayanan medis.
• Komplikasi mekanik : ruptur m. Papillaris, ruptur septum ventrikel,
ruptur dinding ventrikel ditatalaksana dengan operasi.
Komplikasi
Disfungsi Ventrikular
Ventrikel kiri mengalami perubahan serial dalam bentuk ukuran, dan
ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses ini
disebut remodelling ventricular yang sering mendahului berkembangnya
gagal jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca infark.
Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan yang terjadi dikaitkan dengan
ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi terbesar pasca infark pada apeks
ventrikel kiri yang mengakibatkan penurunan hemodinamik yang nyata,
lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk.
Gangguan Hemodinamik
Gagal pemompaan (pump failure) merupakan penyebab utama kematian di
rumah sakit pada STEMI. Perluasan nekrosis iskemia mempunyai korelasi
dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari infark)
dan sesudahnya.
Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditemukan pada saat masuk (10%), sedangkan 90%
terjadi selama perawatan. Biasanya pasien yang berkembang menjadi syok
kardiogenik mempunyai penyakit arteri koroner multivesel.
Infark ventrikel kanan
Infark ventrikel kanan menyebabkan tanda gagal ventrikel kanan yang berat
(distensi vena jugularis, tanda Kussmaul, hepatomegali) dengan atau tanpa
hipotensi.
Aritmia paska STEMI
Mekanisme aritmia terkait infark mencakup ketidakseimbangan sistem saraf
autonom, gangguan elektrolit, iskemi, dan perlambatan konduksi di zona
iskemi miokard
Ekstrasistol ventrikel
Depolarisasi prematur ventrikel sporadis terjadi pada hampir semua pasien
STEMI dan tidak memerlukan terapi. Obat penyekat beta efektif dalam
mencegah aktivitas ektopik ventrikel pada pasien STEMI.
Takikardia dan fibrilasi ventrikel
Takikardi dan fibrilasi ventrikel dapat terjadi tanpa bahaya aritmia
sebelumnya dalam 24 jam pertama.
54
Fibrilasi atrium
Aritmia supraventrikular
Asistol ventrikel
Bradiaritmia dan Blok
Komplikasi Mekanik
Ruptur muskulus papilaris, ruptur septum ventrikel, ruptur dinding ventrikel
3. Statin dosis tinggi diberikan sejak awal dengan tujuan menurunkan kolesterol
LDL 2,5 mg/dL pada pria dan >2 mg/dL pada wanita) atau hiperkalemia (Kelas
I-A).
Prognosis
Miokard Infark akut berhubungan dengan 30% tingkat kematian;
setengahnya terjadi ketika dibawa ke rumah sakit. 5-10% pasien bertahan
meninggal pada tahun pertama setelah miokard infark. Namun, secara umum,
prognosis tergantung pada besar, lama, dan keparahan kejadian infark.
Prognosis akan semakin baik jika diikuti faktor:
Referfusi dini (tujuan STEMI: pasien diberi infus fibrinolisis selama 30
menit)
Fungsi ventrikel kiri masih memadai
Terapi jangka pendek dan jangka panjang dengan bet bloker, aspirin, dan
ACE inhibitor
55
Penyakit vaskular sebelumnya (misalnya penyakit serebrovaskular
Reperfusi yang terlambat
Fungsi ventrikel kiri yang tidak lagi memadai
DIAGNOSIS BANDING
56
a. Mengancam jiwa dan perlu penanganan segera: diseksi aorta, perforasi
ulkus peptikum atau saluran cerna, emboli paru, dan tension
pneumothorax.
b. Non iskemik: miokarditis, perikarditis, kardiomyopati hipertropik,
sindrom Brugada, sindrom wolf-Parkinson-White.
c. Non kardiak: nyeri bilier, ulkus peptikum, ulkus duadenum, pleuritis,
GERD, nyeri otot dinding dada, serangan panik dan gangguan
psikogenik.
SKDI
Infark Miokard termasuk dalam SKDI tingkat kemampuan 3B yang
berarti gawat darurat, dimana lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik
dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi
menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kececeatan pada
pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan ECG
EKG atau Elektrokardiogram adalah suatu representasi dari potensial
listrik otot jantung yang didapat melalui serangkaian pemeriksaan
menggunakan sebuah alat bernama elektrokardiograf. Melalui EKG (atau ada
yang lazim menyebutnya ECG {in English: Electro Cardio Graphy}) kita dapat
mendeteksi adanya suatu kelainan pada aktivitas elektrik jantung melalui
gelombang irama jantung yang direpresentasikan alat EKG di kertas EKG.
Irama Jantung
Irama jantung normal adalah irama sinus, yaitu irama yang berasal dari
impuls yang dicetuskan oleh Nodus SA yang terletak di dekat muara Vena
Cava Superior di atrium kanan jantung. Irama sinus adalah irama dimana
terdapat gelombang P yang diikuti oleh kompleks QRS. Irama jantung juga
harus teratur/ reguler, artinya jarak antar gelombang yang sama relatif sama
57
dan teratur. Misalkan saya ambil gelombang R, jarak antara gelombang R
yang satu dengan gelombang R berikutnya akan selalu sama dan teratur.
Jadi, yang kita tentukan dari irama jantung adalah, apakah dia
merupakan irama sinus atau bukan sinus, dan apakah dia reguler atau tidak
reguler.
Irama Sinus, seperti yang saya tulis di atas, yakni adanya gelombang P,
dan setiap gelombang P harus diikuti oleh kompleks QRS. Ini normal
pada orang yang jantungnya sehat.
Irama Bukan Sinus, yakni selain irama sinus, misalkan tidak ada
kompleks QRS sesudah gelombang P, atau sama sekali tidak ada
gelombang P. Ini menunjukkan adanya blokade impuls elektrik jantung
di titik-titik tertentu dari tempat jalannya impuls seharusnya (bisa di
Nodus SA-nya sendiri, jalur antara Nodus SA – Nodus AV, atau setelah
nodus AV), dan ini abnormal.
Reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya selalu sama dan
teratur. Kita juga bisa menentukan regulernya melalui palpasi denyut
nadi di arteri karotis, radialis dan lain-lain.
Tidak reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya tidak sama
dan tidak teratur, kadang cepat, kadang lambat, misalnya pada pasien-
pasien aritmia jantung.
Frekuensi Jantung
Frekuensi jantung atau Heart Rate adalah jumlah denyut jantung selama
1 menit. Cara menentukannya dari hasil EKG ada bermacam-macam. Bisa
kita pakai salah satu atau bisa semuanya untuk membuat hasil yang lebih
cocok. Rumusnya berikut ini:
1) Cara 1
HR = 1500 / x
Keterangan: x = jumlah kotak kecil antara gelombang R yang satu
dengan gelombang R setelahnya.
2) Cara 2
HR = 300 / y
58
Keterangan: y = jumlah kotak sedang (5×5 kotak kecil) antara
gelombang R yang satu dengan gelombang R setelahnya. (jika tidak pas
boleh dibulatkan ke angka yang mendekati, berkoma juga ga masalah)
3) Cara 3
Adalah cara yang paling mudah, bisa ditentukan pada Lead II panjang
(durasi 6 detik, patokannya ada di titik-titik kecil di bawah kertas EKG,
jarak antara titik 1 dengan titik setelahnya = 1 detik, jadi kalau mau 6
detik, bikin aja lead II manual dengan 7 titik).
Caranya adalah:
HR = Jumlah QRS dalam 6 detik tadi itu x 10.
Nanti yang kita tentukan dari Frekuensi jantung adalah:
Normal: HR berkisar antara 60 – 100 x / menit.
Bradikardi= HR < 60x /menit
Takikardi= HR > 100x/ menit
Aksis
Aksis jantung adalah proyeksi jantung dalam vektor 2 dimensi. Vektor 2
dimensi disini maksudnya adalah garis-garis yang dibentuk oleh sadapan-
sadapan pada pemeriksaan EKG. Sadapan (Lead) EKG biasanya ada 12
buah yang dapat dikelompokkan menjadi 2:
59
Aksis jantung normal (positif) adalah antara -30° sampai dengan 120°
(ada yang mendefinisikan sampai 100° saja). Sebenarnya ini adalah
proyeksi dari arah jantung sebenarnya (jika normal dong :)). Pada kertas
EKG, kita bisa melihat gelombang potensial listrik pada masing-masing
lead. Gelombang disebut positif jika arah resultan QRS itu ke atas, dan
negatif jika ia kebawah. Berikut ini arti dari masing-masing Lead:
Lead I = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan
tangan kiri (LA), dimana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri
bermuatan positif (+).
Lead II = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki
kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-), dan kaki kiri
bermuatan positif (+)
Lead III = merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki
kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri
bermuatan positif (+)
Lead aVL = merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana
tangan kiri bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk
elektroda indiferen (potensial nol)
Lead aVF = merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki
kiri bermuatan positif (+), tangan kiri dan tangan kanan nol.
Lead aVR = merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA), dimana
tangan kanan positif (+), tangan kiri dan kaki kiri nol.
60
Nah, secara elektrofisiologi, arus potensial listrik jantung berasal dari SA
node lalu meluncur ke AV node, bundle His, cabang septal dan sampai ke
serabut purkinje. Arus itu bermuatan negatif (-). Jika arus itu menuju lead
yang bermuatan positif (+), maka di kertas EKG akan muncul gelombang ke
atas, (kan tarik-menarik gitu..), kalau arus itu menjauhi lead yang bermuatan
(+) tersebut, maka di kertas EKG dia akan muncul sebagai gelombang ke
bawah. (Arus menuju dan menjauhi lead itu layaknya bisa di imajinasikan
sendiri kali ya, bayangkan saja lokasi leadnya dan arah arus elektrofisiologi
jantungnya. Sama halnya jika diibaratkan, lead itu kayak orang yang lagi
berdiri memandangi sebuah mobil yang lagi jalan dalam suatu arena balap.
Ada orang yang melihat mobil itu dari sudut segini, ada yang dari segitu,
jadi ntar penafsiran mereka beda-beda. Jika digabungkan, maka dapatlah
mereka menyimpulkan apa yang terjadi dari mobil balap itu).
61
Nah, cara menginterpretasikannya bisa dibuatkan tabel berikut ini:
Aksis / Lead Normal LAD RAD
I + + -
Avf + - +
II + - +
Gelombang P
Gelombang P adalah representasi dari depolarisasi atrium. Gelombang P
yang normal:
62
P-bifasik: muncul gelombang P ke atas dan diikuti gelombang ke bawah,
bisa terlihat di lead V1, biasanya berkaitan juga dengan hipertrofi atrium
kiri.
PR Interval
PR interval adalah jarak dari awal gelombang P sampai awal komplek
QRS. Normalnya 0,12 – 0,20 detik (3 – 5 kotak kecil). Jika memanjang,
berarti ada blokade impuls. Misalkan pada pasien aritmia blok AV, dll.
Yang ditentukan: normal atau memanjang.
Kompleks QRS
Durasinya > 0,04 (1 kotak kecil) Adalah representasi dari depolarisasi
ventrikel. Terdiri dari gelombang Q, R dan S. Normalnya:
63
- Interval QRS, adalah jarak antara awal gelombang Q dengan akhir
gelombang S. Normalnya 0,06 – 0,12 detik (1,5 – 3 kotak kecil). Tentukan
apakah dia normal atau memanjang.
Tentukan RVH/LVH
Rumusnya,
RVH jika tinggi R / tinggi S di V1 > 1
LVH jika tinggi RV5 + tinggi SV1 > 35
ST Segmen
ST segmen adalah garis antara akhir kompleks QRS dengan awal
gelombang T. Bagian ini merepresentasikan akhir dari depolarisasi hingga
awal repolarisasi ventrikel. Yang dinilai:
Normal: berada di garis isoelektrik
Elevasi (berada di atas garis isoelektrik, menandakan adanya infark
miokard)
Depresi (berada di bawah garis isoelektrik, menandakan iskemik).
Gelombang T
Gelombang T adalah representasi dari repolarisasi ventrikel. Yang dinilai
adalah:
Normal: positif di semua lead kecuali aVR
Inverted: negatif di lead selain aVR (T inverted menandakan adanya
iskemik)
64
65
Uji latih
Pasien yang telah stabil dengan terapi medikamentosa dan menunjukkan tanda resiko
tinggi perlu pemeriksaan exercise test dengan alat treatmill. Bila hasilnya negative
maka prognosisnya baik, namun jika hasilnya positif maka dianjurkan dilakukan
pemeriksaan angiografi coroner, untuk menilai keadaan pembuluh koronernya, untuk
mengetahui perlu atau tidaknya dilakukan PCI/CABG.
Ekokardiografi
Pemeriksaan ini untuk melihat adanya gangguan faal ventrikel kiri, adanya insufisiensi
mitral dan abnormalitas gerakan dinding regional jantung, menandakan prognosis
kurang baik.
Rontgen toraks
Rontgen dada sangat berperan untuk mengidentifikasi adanya kongesti pulmonal atau
oeem, yang biasanya terjadi pada pasien UA/NSTEMI luas yang melibatkan ventrikel
kiri sehingga terjadi disfungsi ventrikel kiri.
66
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
67
- Infark jantung
Peningkatan 5 kali atau lebih dari - Polimiositis
1. - Distropia muskularis
nilai normal.
Duchene
- Kerja berat
- Trauma
Peningkatan 2-4 kali dari nilai - Tindakan bedah
2. - Injeksi intramuscular
normal. - Miopati alkoholika
- Infark miokard
- Infark paru
3. Dengan hipotiroidisme. - Psikosis akut
Sumber: FK. Widmann,1994
68
Secara umum Nilai normalnya <10U/L. Apabila nilai yang didapat >10-13 U/L atau >
5% total CK maka menunjukkan adanya peningkatan aktifitas enzim.
- Peningkatan CPK : IMA, peyakit oto rangka, cedera cerebrovaskuler.
- Peningkatan isoenzim CPK-MM : distrofi otot, trauma hebat, paska operasi,
latihan berlebihan, inejksi intramuscular, hypokalemia, hemofili, dan
hipotiroidisme.
- Peningkatan CPK-MB : AMI, angina pectoris, operasi jantung, iskemik jantung,
miokarditis, hypokalemia, dan defibrilasi.
- Peningkatan CPK-BB: cedera cerebrovaskuler, perdarahan sub arachnoid,
kanker otak, sindrom reye, kejang.
69
D. Mioglobin
Mioglobin merupakan protein sitoplasmikdalam otot lurik jantung dan skelet,
ikut berperan pada angkutan oksigen di dalam miosit dan juga sebagai penampung
oksigen. Berat molekul mioglobin 17,8 kD, cukup kecil, yang memungkinkannya untuk
lewat dengan cepat ke sirkulasi setelah adanya kerusakan miosit.
Penetapan mioglobin dalam serum penting untuk diagnosis IMA, reinfark dini,
dan reperfusi yang berhasil pasca terapi lisis.
Tergantung dari tindakan reperfusi pengobatan yang dilakukan, kadar mioglobin
serum mencapai puncak 4-12 jam setelah mulainya infark dan turun ke tingkat normal
setelah kira-kira 24 jam. Kadar rnioglobin juga meningkat pada kerusakan otot skelet
dan gangguan
berat fungsi ginjal.
Pemeriksaan mioglobin dapat dilakukan dengan cara cepat kualitatif atau
kuantitatif dengan cara immcnoassay. Bahan pemeriksaan dapat berupa darah utuh
untuk cara imunokromatografi, dan serum atau plasma heparin, EDTA atau sitrat untuk
immunoassay. Nilai rujukan sekitar 28-72 ng/rnL pada laki-laki dan 25-58 ng/mLpada
perernpuan, menggunakan cara kerniluminesen.
E. Troponin.
Troponin merupakan komponen aparatus kontraktil otot lurik, sebagai protein
pengatur kunci. Troponin dapat dibedakan antara jenis T, I , dan C; yang penting untuk
diagnostikjantung adalah Troponin T (TnT) dan Troponin I (Tnl). Meskipun fungsi
Troponin sama pada semua otot lurik, TnT dan Tnl yang berasal dari otot jantungl
miokardium dapat dibedakan dari yang berasal dari otot skelet dengan menggunakan
antibodi monoklonal, dikenal sebagai cTnT dan cTnl. Berat molekul cTnT, 39,7 kD
sedangkan cTnl 23,9 kD. Keduanya bersifat spesifik dan sensitif untuk kerusakan
miokardium. Pada IMA, kadar cTnT serum meningkat sekitar 3-4 jam setelah gejala
jantung dan dapat tetap tinggi sampai 14 hari, sedangkan kadar cTnl mulai meningkat
sekitar 3-6 jam setelah timbul gejala, mencapai puncaknya pada 12-16 jam, dan dapat
menetap selama 4-9 hari. cTnT merupakan penanda prognosis bebas (independent)
yang dapat memprediksi akibat jangka dekat, sedang, dan lama pasien dengan SKA,
juga berguna untuk
mengenal pasien yang mendapat manfaat dari terapi antitrombotik.
70
VII. KERANGKA KONSEP Usia,jenis
kelamin,sedentary life
style,dyslipidemia,hipe
FAKTOR RESIKO
rtensi,post power
syndrom
hipertensi
Timbunan plak pada
endotel pembuluh darah
LVH
arteria koronaria dextra
71
Infark Miokard
Inferior
Pemeriksaan Symptom
Aritmia ST Depresi
ST Elevasi pada
lead I,III,aVF
VII. KESIMPULAN
Mr.Y mengalami inferior miokard infark disebabkan oleh adanya plak pada arteri
coroner dexta,di perberat oleh merokok,hipertensi,dyslipidemia,dan kebiasaan hidup
yang buruk.
VIII.DAFTAR PUSTAKA
R. Putz, R. Pabst. 2003. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Edisi 21. EGC.
Standring, S. 2008. Gray’s Anatomy: The Anatomical Basic of Clinical
Practice. 14th ed. Amsterdam: Churchill Livingstone Elsevier.
Tortora, G. J., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and
Physiology. 12th ed. Hoboken: John Wiley & Sons.
Erwin Sukandi. Coronary Artery Disease. Division of Cardiology.
Department of Internal Medicine. Dr. Moh. Hoesin General Hospital.
72
Ali Ghanie. MODALITAS DIAGNOSTIK KARDIOVASKULER.
Division of cardiology. Department of Internal Medicine. Faculty of
Medicine Sriwijaya University, Palembang.
Moore, K. L., Dalley, A. F, and Agur, A. M. R.. 2010. Clinically Oriented
Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Guyton, A. C., Hall, J. E.. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th
ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.
http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_192Patofisiologi%20Sindrom
%20Koroner%20Akut.pdf
http://pio.binfar.depkes.go.id/PIOPdf/SINDROM_KORONER_AKUT.p
df
http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_tatalaksana_Sindrom_Kor
oner_Akut_2015.pdf
http://www.quitsmokingsupport.com/whatsinit.htm. Diakses pada
tanggal 13 februari 2018 pukul 04. 33
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23084/Chapter
%20II.pdf?sequence=4
73
74