0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
63 tayangan7 halaman
Suku Bawean merupakan etnis Melayu yang mendiami Pulau Bawean di Jawa Timur. Masyarakatnya memiliki budaya yang dipengaruhi oleh berbagai suku seperti Jawa, Madura, Bugis, dan lainnya. Mereka memiliki tradisi merantau yang kuat. Sistem kepercayaan mereka umumnya Islam. Bahasa yang digunakan adalah campuran bahasa Madura dan Jawa. Mata pencaharian utama adalah nelayan dan petani. Kesenian trad
Suku Bawean merupakan etnis Melayu yang mendiami Pulau Bawean di Jawa Timur. Masyarakatnya memiliki budaya yang dipengaruhi oleh berbagai suku seperti Jawa, Madura, Bugis, dan lainnya. Mereka memiliki tradisi merantau yang kuat. Sistem kepercayaan mereka umumnya Islam. Bahasa yang digunakan adalah campuran bahasa Madura dan Jawa. Mata pencaharian utama adalah nelayan dan petani. Kesenian trad
Suku Bawean merupakan etnis Melayu yang mendiami Pulau Bawean di Jawa Timur. Masyarakatnya memiliki budaya yang dipengaruhi oleh berbagai suku seperti Jawa, Madura, Bugis, dan lainnya. Mereka memiliki tradisi merantau yang kuat. Sistem kepercayaan mereka umumnya Islam. Bahasa yang digunakan adalah campuran bahasa Madura dan Jawa. Mata pencaharian utama adalah nelayan dan petani. Kesenian trad
Suku Bawean merupakan etnis kelompok melayu yang mendiami pulau Bawean yang terletak di laut jawa antara pulau Kalimantan dan pulau jawa. Terletak sekitar 80 mil kearah utara Surabaya. Pulau Bawean terdiri atas dua kecamatan, yaitu kecamatan Sangkapura dan kecamatan Tambak. Secara etimologi, kata Bawean berasal dari bahasa Sanskerta “BA” artinya sinar “WE” artinya matahari “AN” artinya ada, yang bermaksud ADA SINAR MATAHARI. Bawean memiliki dua kecamatan yaitu Sangkapura dan Tambak. Jumlah penduduknya sekitar 70.000 jiwa yang merupakan pembauran beberapa suku yang berasal dari pulau Jawa, Madura, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera termasuk budaya dan bahasanya. Etnis mayoritas penduduk Bawean adalah Suku Bawean, dan suku-suku lain misalnya Suku Jawa, Madura, Bugis, Mandar,Mandailing,Banjar dan Palembang. 1.2.Interaksi Antara Sesama Anggota Masyarakat Suku Bawean Masyarakat Bawean, memiliki ciri dari berbagai suku-bangsa di sekelilingnya, mereka mendapat pengaruh budaya dari etnik Madura, Jawa, Bugis, Sumatera dan Kalimantan. Seorang wartawan Kompas Emmanuel Subangun menuliskan pada tahun 1976, bahwa orang Bawean adalah "Kristalisasi Keragamaan Etnik Indonesia". Maka dari itu sistem kekerabatan bagi suku bawean bukanlah hal yg asing , karena sifat mereka mempunyai jiwa rantau dimana mereka harus terbiasa membaur dengan suku lain. Dan juga mereka memiliki sifat yang sulit di atur, keras, dan sok pinter sifat tersebut menunjukan bahwa orang bawean adalah orang yang hebat dengan tingkat kemandirian yang lebih. 1.3. Saling Ketergantungan Antar Masyarakat Suku Bawean Di pulau Bawean, mayoritas penduduknya kebanyakan perempuan, dikarenakan para laki-lakinya sebagian besar bekerja di pulau-pulau lain. Orang Bawean, memiliki jiwa perantau yang sudah menjadi tradisi bagi mereka, bahkan semacam "keharusan’’ bagi para laki-laki Bawean. Menurut mereka kalau belum pernah merantau ke tempat lain berarti belum dewasa. Orang Bawean memiliki jiwa merantau yang sangat kuat, sehingga mereka juga tersebar kemana-mana, termasuk ke Malaysia, Singapore bahkan sampai ke Australia. Ciri khas orang bewean yang mau membantu sesama manusia, dan prinsip orang Bawean adalah hidup mandiri dan saling membantu orang lain. Jadi masyarakat Suku Bawean cenderung lebih mandiri.
1.4. Identitas Suku Bawean
a. Mata pencaharian Mata pencaharian orang Bawean yang berada di pulau Bawean adalah sebagai petani atau nelayan. Mereka telah lama mempraktekkan pertanian tanaman padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran. Kelapa juga banyak ditemukan di sekeliling perkampungan mereka. Selain itu para laki-laki yang tinggal di pulau Bawean ini, banyak yang bekerja sebagai nelayan. Pulau kediaman suku Bawean ini juga terkenal sebagai penghasil marmer, dan para perempuan Bawean sangat terampil dengan kerajinan tangan unik dari daun pandan yang kemudian diolah menjadi tikar. b. Budaya dan Kesenian Kercengan Kercengan biasanya dipersembahkan sewaktu acara Perkawinan. Masyarakat Madura menyebut nama kercengan dengan Hadrah. Penari berbaris sebaris atau dua baris. Pemain kompang dan penyanyi duduk di barisan belakang. Lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Pemain kercengan terdiri dari laki- laki dan perempuan. Cukur Jambul Bayi yang telah genap usianya 40 hari mengikuti acara bercukur jambul. Adat ini sama seperti adat orang Melayu dan Jawa. Bacaan berzanji bersama paluan kompang merayakan bayi yang akan dicukur kepalanya. Pencak Bawean Pencak Bawean sering ditampilkan dalam acara hari besar seperti hari kemerdekan 17 agustus maupun acara perkawinan orang bawean. Pencak Bawean mengutamakan keindahan langkah dengan memainkan pedang. Dikker Alunan puji-pujian dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW disertai dengan permainan terbang. Mandiling Sejenis tari-tarian disertai dengan pantun.
1.5. Identitas bersama suku bawean
a. Sistem kepercayaan Kebanyakan suku Bawean memiliki agama islam, sedangkan non-muslim adalah pendatang. b. Bahasa Bahasa yang digunakan adalah bahasa bawean. Dimana bahasa ini merupakan bahasa asli penduduk bawean yang memiliki kemiripan dengan bahasa Madura dan bahasa Jawa. Dan bahasa tersebut adalah percampuran antara keduanya. c. Gender Kebanyakan pulau Bawean dihuni oleh para kaum perempuan karena para kaum laki-laki memiliki budaya merantau yang sudah turun temurun dari nenek moyang mereka. d. Fauna
Rusa bawean (Axis
kuhlii) adalah sejenis rusa yang saat ini hanya ditemukan di Pulau Bawean di tengah Laut Jawa, Secara administratif pulau ini termasuk dalam Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Spesies ini tergolong langka dan diklasifikasikan sebagai "terancam punah" oleh IUCN. Populasinya diperkirakan hanya tersisa sekitar 300 ekor di alam bebas. Rusa Bawean hidup dalam kelompok kecil yang biasanya terdiri atas rusa betina dengan anaknya atau jantan yang mengikuti betina untuk kawin. Mereka tergolong hewan nokturnal atau aktif mencari makan di malam hari. Tanduk ini dipergunakan pejantan untuk memenangkan betina di musim kawin. e. Rumah Bawean Rumah asli Bawean merupakan rumah yang banyak mengapdopsi dari luar Pulau Bawean dilihat dari struktur bangunannya, yang nantinya bisa di jadikan Home Stay untuk wisatawan yang akan menginap. f. Durung
Durung suatu pondokan rumah dari kayu berbentuk
panggung berukuran kecil yang biasa di bangun di depan rumah yang atapnya biasa di gunakan untuk menyimpan beras atau hasil pertanian lainnya. dan di bawah di fungsikan tempatan berkumpul,berdiskusi atau bercengkrama melepas kepenatan. f. Kerajinan
Tikar pandan dari Bawean mempunyai corak
yang beragam. Tikar pandan bisa di jadikan kerajinan tas dan tempat pensil yang dapan menambah daya tarik pembeli wisatawan untuk oleh – oleh.
2.2 Kesehatan dalam suku Bawean
Kurangnya fasilitas medis serta dokter maupun dokter spesialis atau para medis lainnya sehingg kasus-kasus melahirkan, kecelakaan, penyakit menular dan lain-lain pemerintah tidak dapat melayani warga Bawean dengan baik.